Materi PKn SMA Kelas X (Hakikat dan Bentuk Bentuk Negara)

Materi PKn SMA Kelas X (Hakikat dan Bentuk-Bentuk Negara)

A. Hakikat dan Bentuk-Bentuk Negara
1. Hakikat Negara
Istilah negara merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris, state; bahasa Belanda dan Jerman,
staat, serta bahasa Prancis, etat. Kata-kata tersebut diambil dari bahasa Latin, status atau statum,
yang berarti keadaan yang tegak serta tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak
serta tetap.
a. Pengertian negara
Sampai sekarang, belum ditemukan suatu rumusan yang baku atau tetap mengenai pengertian
negara. Para ahli tata negara mempunyai rumusan yang berbeda mengenai negara, walaupun di
antara mereka ada beberapa persamaan. Berbagai pengertian negara tersebut sebagai berikut.
1) Hans Kelsen: negara ialah suatu susunan pergaulan hidup bersama dengan tata paksa (dalam
Rudolf Aladar: 1969).
2) Legemann:

negara ialah suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat (1985).
3) Jean Bodin:


negara ialah suatu persekutuan dari berbagai keluarga dengan segala

kepentigannya yang dipimpin oleh atau dari suatu lembaga yang berdaulat (1999).
4) Franz Magnis-Suseno: negara merupakan satu kesatuan masyarakat politik. Fungsinya ialah
membuat, menerapkan, serta menjamin berlakunya norma kelakuan untuk seluruh masyarakat.
Norma ini berlaku dengan pasti, artinya negara tidak membiarkan aturan-aturannya dilanggar.
Bila dilanggar, pelanggarnya ditindak serta dikenai sanksi. Sanksi tersebut kalau perlu dengan
menggunakan paksaan fisik (1988).
5) Prof. Miriam Budiardjo: negara ialah organisasi dalam dalam suatu wilayah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi yang sah serta ditaati oleh rakyatnya (1993).

Negara disebut organisasi kekuasaan politik karena dapat memaksakan kekuasaan tersebut secara
sah pada semua orang yang ada dalam wilayahnya. Negara mempunyai perbedaan pengertian
dengan bangsa. Jika bangsa merujuk pada kelompok orang maupun persekutuan hidup, negara
merujuk pada sebuah organisasi sekelompok orang yang berada di dalamnya. Negara ialah
organisasi pokok dari kekuasaan politik. Negara merupakan bentuk organisasi dari masyarakat
atau kelompok orang yang mempunyai kekuasaan mengatus hubungan, menyelenggarakan
ketertiban, serta menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama.
Sebagai perwujudan kedaulatan yang dimiliki, negara mempunyai sifat khusus yang hakiki. Sifat
ini sama halnya di semua negara, bagaimanapun corak negara itu. Sifat ini juga membedakannya

dengan organisasi lainnya.
b. Sifat negara
Miriam Budiardjo menyatakan bahwa setiap negara mempunyai sifat-sifat berikut.
1) Memaksa, artinya negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa kekerasan fisik secara sah.
Tujuannya ialah agar peraturan perundang-undangan ditaati, ketertiban dalam masyarakat
tercapai, serta anarki (kekacauan) alam masyarakat dapat dicegah. Alat pemaksanya bermacammacam, seperti polisi, tentara, dan berbagai persenjataan lainnya. Contohnya, setiap warga
negara harus membayar pajak. Orang yang menghindari kewajiban ini dapat dikenakan denda
atau harta miliknya disita, bahkan dapat dikenakan hukuman kurungan.
2) Monopoli, yaitu hak negara guna melaksanakan sesuatu sesuai dengan tujuan bersama dari
masyarakat. Contohnya, menjatuhkan hukuman kepada setiap warga negara yang melanggar
peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga negaranya untuk mengangkat senjata
jika negaranya diserang musuh, memungut pajak, menentukan mata uang yang berlaku dalam
wilayahnya, serta melarang aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu yang dinilai
bertentangan dengan tujuan masyarakat.
3) Mencakup semua, artinya setiap peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang
tanpa kecuali.

c. Unsur-unsur terbentuknya negara
Mac Iver (dalam Mary H. dan Maurice K: 1992) merumuskan bahwa suatu negara harus
memenuhi tiga unsur pokok, yaitu pemerintahan, komunitas atau rakyat, dan wilayah tertentu.

Ketiga unsur ini oleh Mahfud M.D. (dalam Mansour Fakih, dkk: 2003) disebut sebagai unsur
konstitutif. Tiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lain, seperti pengakuan dunia
internasional dan adanya konstitusi, yang oleh Mahfud disebut dengan unsur deklaratif.
Konvensi Montevideo (1933) menyatakan bahwa “Negara sebagai suatu pribadi hukum
internasional seharusnya memiliki kualifikasi-kualifikasi berikut: (a) penduduk yang menetap;
(b) wilayah tertentu; (c) suatu pemerintahan; serta (d) kemampuan untuk berhubungan dengan
negara-negara lain”. Berdasarkan konvensi tersebut, terdapat empat unsur negara yang secara
garis besar dikelompokkan menjadi dua.
1) Unsur konstitutif negara
Unsur konstitutif ialah unsur pembentuk yang mutlak ada untuk terjadinya negara, Unsur
konstitutif negara mencakup wilayah yang meliputi rakyat atau masyarakat, darat, udara,
perairan, serta pemerintahan yang berdaulat. Jika masih memiliki masalah dengan salah satu
unsur konstitutifnya, suatu negara akan kesulitan dalam menyelenggarakan kehidupannya.
Misalnya, Palestina masih menemui masalah berkaitan dengan wilayah negaranya yang masih
menjadi sengketa dengan Israel meskipun Palestina telah memiliki rakyat dan pemerintahan.
Bangsa Eskimo yang berada di kutub utara tidak dapat dikatakan sebagai negara sebab tidak
memiliki pemerintahan. Hal-hal yang termasuk unsur konstitutif ialah sebagai berikut.
a) Wilayah tertentu
Wilayah ialah bagian tertentu dari permukaan bumi di mana penduduk suatu negara bertempat
tinggal secara tetap. Dalam kaitannya dengan hukum negara, wilayah disebut juga sebagai

daerah teritorial, yaitu daerah di mana hukum negara itu berlaku. Wilayah merupakan salah satu
unsur yang sangat penting bagi keberadaan suatu negara. Kekuasaan negara mencakup seluruh
wilayah yang dimilikinya, tidak hanya tanah, tetapi laut di sekelilingnya dan udara atau angkasa
di atasnya.

b) Penduduk yang menetap
Menurut Austin Renney, penduduk suatu negara digolongkan menjadi dua, yaitu warga negara
dan orang asing. Warga negara ialah orang-orang yang memiliki kedudukan resmi sebagai
anggota penuh suatu negara. Mereka memberikan kesetiaannya kepada negara itu, menerima
perlindungan darinya, dan menikmati hak untuk ikut serta dalam proses politik. Sementara,
orang asing ialah warga negara lain yang dengan izin pemerintah setempat menetap di negara
yang bersangkutan. Perbedaan lainnya, setiap warga negara mempunyai hubungan yang tidak
terputus dengan negaranya, meskipun yang bersangkutan telah berdomisili di luar negeri selama
ia tidak memutuskan kewarganegaraannya. Di lain pihak, orang asing hanya mempunyai
hubungan dengan negara di mana ia tinggal sejauh ia masih bertempat tinggal di wilayah negara
tersebut.
c) Kedaulatan
Kedaulatan ialah kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara untuk membuat suatu undangundang serta melaksanakannya dengan semua cara yang tersedia, termasuk dengan paksaan.
Negara mempunyai kekuasaan untuk memaksa penduduknya agar menaatiundang-undang serta
peraturan


pelaksana

lainnya.

Negara

mempunyai

kekuasaan

tertinggi

pula

untuk

mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan dari negara lain serta mempertahankan
kedaulatan ke luar. Untuk itu, negara menuntut loyalitas yang mutlak dari warga negaranya.
d) Pemerintah yang berdaulat

Setiap negara mempunyai pemerintah yang berwenang untuk merumuskan serta melaksanakan
berbagai keputusan yang mengikat seluruh penduduk di dalam wilayahnya. Pemerintah ialah
sekelompok manusia serta lembaga yang membuat serta melaksanakan aturan-aturan bagi
masyarakat tertentu. Pemerintah adalah lembaga yang tertua serta universal. Setiap komunitas,
walau sederhana sekalipun, lazimnya memiliki lembaga pengatur bagi komunitas itu sendiri.
Pemerintah suatu negara berkedaulatan ke luar serta ke dalam. Berdaulat ke luar artinya
mempunyai kedudukan yang sederajat dengan negara-negara lain sehingga bebas dari campur
tangan negara lain. Berdaulat ke dalam artinya berwibawa, berwenang menentukan dan
menegakkan hukum atas warga serta wilayah negaranya.

2) Unsur-unsur deklaratif negara
Unsur yang sifatnya penyataan dan bersifat melengkapi unsur konstitutif disebut unsur deklaratif.
Sekarang ini unsur deklaratif makin penting bagi negara walapun unsur deklaratif bukan
merupakan unsur mutlak. Negara-negara baru sangat berkepentingan untuk terpenuhinya unsur
deklaratif, khususnya unsur pengakuan dari negara lain. Unsur-unsur deklaratif mencakup tujuan
negara, undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain secara de jure ataupun secara de
facto, serta masuknya negara dalam perhimpunan bangsa-bangsa (PBB).
Perbuatan bebas oleh satu atau lebih negara untuk mengakui eksistensi suatu wilayah tertentu
yang dihuni suatu masyarakat manusia yang secara politis terorganisasi, tidak terkait kepada
negara yang telah lebih dahulu ada, serta mampu menjalankan kewajiban-kewajiban menurut

hukum internasional, dan dengan tindakan ini mereka (negara-negara yang memberi penga-kuan)
menyatakan kehendak untuk memandang wilayah itu sebagai salah satu anggota masyarakat
internasional merupakan pengertian pengakuan (recognition) terhadap suatu negara. Dengan
adanya pengakuan tersebut, suatu negara dapat mengadakan hubungan dengan negara-negara
lainnya secara aman serta sempurna. Negara tidak khawatir bahwa kedudukannya sebagai
kesatuan politik akan diganggu oleh negara-negara yang telah ada.
Macam-macam bentuk pengakuan ialah sebagai berikut.
a) Pengakuan de facto, artinya pengakuan menurut kenyataan. Suatu negara diakui karena
memang secara nyata telah memenuhi unsur-unsurnya sebagai negara.
b) Pengakuan de jure, artinya pengakuan berdasarkan hukum. Dalam hal ini, suatu negara diakui
secara formal memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh hukum internasional untuk dapat
berpartisipasi aktif dalam tata pergaulan internasional.
Pengakuan de facto tidak sekuat pengakuan de jure. Biasanya, pengakuan de facto diberikan
terlebih dahulu sebelum pengakuan de jure. Perbedaan antara pengakuan de facto dan de jure
ialah.

a) pengakuan de facto dapat ditarik kembali,
b) negara yang diakui secara de jure dapat mengajukan klaim atas segala barang atau benda yang
berada di wilayah negara yang mengakui tersebut, dan
c) wakil-wakil negara yang diakui secara


de facto tidak berhak atas kekebalan serta hak

istimewa diplomatik.
Pengakuan suatu negara atas keberadaan negara lain didasarkan pada banyak pertimbangan.
Pertimbangan pertama tentu saja karena negara

yang bersangkutan secara formal telah

memenuhi persyaratan sebagai sebuah negara. Persyaratan ini ditetapkan oleh hukum
internasional, khususnya Konvensi Montevideo 1933.
d. Fungsi negara
Negara dengan alat perlengkapannya berusaha untuk melayani segala keperluan warga
negaranya, baik yang ada di dalam maupun di luar negeri. Ini merupakan salah satu bentuk
fungsi pelayanan yang diwujudkan oleh negara. Ada tiga kelompok fungsi negara.
1) Negara harus memberikan perlindungan kepada para penduduk dalam wilayah tertentu,
meliputi perlindungan terhadap ancaman dari luar dan dalam negeri serta perlindungan terhadap
bahaya dalam negeri, termasuk bahaya lalu lintas.
2) Negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai pelayanan kehidupan masyarakat
dalam bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

3) Negara menjadi wasit yang tidak memihak antara pihak-pihak yang bersengketa di masyarakat
serta menyediakan suatu sistem peradilan yang menjamin keadilan dalam hubungan sosial
masyarakat.
Menurut Miriam Budiardjo, setiap negara menyelenggarakan beberapa fungsi minimum, yaitu
1) melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama serta mencegah konflik-konflik
yang terjadi di masyarakat,
2) mengusahakan kesejahteraan serta kemakmuran rakyatnya,

3) mengupayakan aspek pertahanan serta keamanan guna menjaga serangan dari luar dan
rongrongan dari dalam negeri, dan
4) menegakkan keadilan bagi segenap rakyatnya melalui badan-badan pengadilan yang telah ada
serta diatur dalam konstitusi negara.
Pandangan hidup yang berbeda-beda pada tiap bangsa memunculkan pemahaman yang berbeda
pula tentang fungsi negara. Berikut beberapa pandangan hidup bernegara yang melandasi
pembentukan negara-negara di dunia.
1) Individualisme
Menurut paham individualisme, negara mempunyai fungsi memelihara serta mempertahankan
keamanan serta ketertiban individu dan masyarakat. Negara dan aparatur negara hanya
ditugaskan untuk menjaga agar individu tidak diganggu keamanan dan ketertibannya dalam
hidup, kebebasan, serta miliknya.

2) Anarkisme
Anarkisme dalam bahasa Yunani, anarchis, berarti ’tanpa pemerintah’. Anarkisme ialah
penyangkalan terhadap negara serta pemerintah. Menurut anarkisme, kodrat manusia ialah baik
serta bijaksana. Untuk menjamin keamanan, ketertiban, dan mengusahakan kesejahteraan
masyarakat, manusia tidak perlu negara serta pemerintah. Semua hal dapat dicapai sendiri oleh
para individu dalam perhimpunan-perhimpunan yang dibentuk secara sukarela. Negara sebagai
organisasi tidak diperlukan.
3) Sosialisme
Sosialisme ialah semua gerakan sosial yang menghendaki campur tangan negara yang seluas
mungkin dalam bidang perekonomian. Fungsi negara harus diperluas hingga tidak ada lagi
aktivitas sosial yang tidak diselenggarakan oleh negara. Semua aktivitas negara ditujukan untuk
mencapai pemenuhan kesejahteraan bersama.

4) Komunisme
Komunisme ialah salah satu bentuk sosialisme. Baik komunisme maupun sosialisme bertujuan
untuk memperluas fungsi negara dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Bedanya,
komunisme membenarkan tercapainya tujuan-tujuan negara dengan jalan revolusioner,
sementara sosialisme masih percaya pada cara-cara damai. Komunisme juga lebih ekstrem dalam
pelaksanaan programnya.
e. Tujuan Negara

Sesuai dengan pandangan masyarakat bangsanya serta pandangan hidup yang melandasinya,
tujuan tiap-tiap negara berbeda-beda. Tujuan negara secara umum ditetapkan dalam konstitusi
hukum dasar negara.
Kepentingan umum selalu ditafsirkan sebagai tujuan negara yang berhaluan MarxismeLeninisme dalam rangka tercapainya masyarakat komunis. Tafsir itu memengaruhi fungsi negara
di bidang kesejahteraan dan keadilan. Segala alat kekuasaannya harus dikerahkan untuk
mencapai tujuan merupakan anggapan tentang negara sebagai alat untuk mencapai komunisme.
Begitu pula fungsi negara di bidang kesejahteraan dan keadilan (termasuk hak asasi warga
negara), terutama ditekankan pada aspek kolektifnya serta sering mengorbankan aspek
perseorangannya.
Mewujudkan hak-hak yang dipandang kodrati bagi manusia, yakni hak hidup, hak kebebasan,
serta hak milik merupakan tujuan negara yang berhaluan liberalisme. Berdasarkan konsep
pemikiran tersebut, pemerintah harus dapat menciptakan kondisi yang mendukung bagi
berkembang serta terwujud atau terlindunginya hak-hak tersebut.
Para ahli juga mempunyai pandangan yang berbeda mengenai tujuan negara. Cara pandang yang
berbeda ini dipengaruhi pula oleh latar belakang dan situasi lingkungan di mana ia berada.
Adapun tujuan negara secara umum menurut ahli-ahli tata negara sebagai berikut.
1) Menurut Roger H. Soltan, tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta
mengembangkan daya ciptanya sebebas mungkin (1942).

2) Menurut Harold J. Laski, bahwa tujuan negara ialah menciptakan keadaan yang baik agar
rakyatnya dapat mencapai keinginan secara maksimal (1936).
3) Menurut J.J. Rousseau, tujuan negara ialah menciptakan persamaan serta kebebasan bagi
warganya (dalam James P. Sterba: 1998).