BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI
BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG
KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1

Pendidikan Geografi

Oleh :
HAMIID AR RAZZAAQ
A 610 090 037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA

GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG KECAMATAN WEDI
KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH
Hamiid Ar Razzaaq
A 610 090 037

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi 1) Pengetahuan masyarakat tentang
bencana gempa bumi tektonik, 2) Mengidentifikasi bentuk kesiapsiagaan masyarakat
terhadap bencana gempa bumi tektonik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif,dengan desain fenomonologi. Tehnik pengumpulan data yang
menggunakan survey lapangan melalui observasi, dan wawancara masyarakat. Penentuan
informan dalam penelitian ini menggunakan Snowbaal dengan menggunakan sebelas
Informan. Uji keabasahan data mengunakan Triangulai Waktu dan Triangulasi Sumber.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah, 1) Sembilan dari sebelas informan penelitian memilik
pengetahuan cukup baik tentang bencana gempa bumi tektonik mereka menyatakan
memperoleh informasi yang berkaitan dengan gempa bumi dari Penyuluhan dan Media
Cetak/Elektronik, namun dua informan dapat diidentifikasi memiliki pengetahuan yang
rendah tentang bencana gempa bumi tektonik mereka menyatakan sebenarnya mereka
memperoleh informasi tetapi karena faktor rendahnya pendidikan sehingga mereka sulit
untuk memahami informasi yang telah diperoleh. 2) Sembilan dari sebelas informan

mengetahui bentuk kesiapsiagaan, bentuk kesiapsiagaan berupa penambahan cakar ayam
pada struktur bangunan agar tahan terhadap gempa, adanya sosialisasi dari steakholder,
pembuatan tenda darurat, dapur umum, dan fasilitas kesehatan pasca gempa, selain itu
mereka mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan saat gempa bumi terjadi. Dua dari
sebelas informan tidak mengetahui bentuk kesiapsiagaan, mereka menyatakan tindakan yang
dilakukan saat terjadi gempa hanya berlari ketempat yang aman. Dua informan tersebut
sebenarnya memperoleh informasi yang berkaitan dengan bentuk kesiapsiagaan dari
penyuluhan, namun karena faktor rendahnya pendidikan sehingga menyebabkan mereka
sulit untuk memahami informasi yang diperoleh.
Kata Kunci : bentuk, kesiapsiagaan, bencana, gempa bumi

1

Timur). Laporan Inter Agency Standing

PENDAHULUAN

Committee – IASC (2006) menyebutkan

Provinsi Yogyakarta dan sekitarnya


bahwa dua wilayah terparah adalah

berada di dua lempeng aktif, Indo-Australia

Kabupaten Bantul di D.I. Yogyakarta dan

dan Eurasia yang membentang dari belahan

Kabupaten Klaten di

barat Sumatera hingga belahan selatan

Gempa

Nusa Tenggara. Hal tersebut menyebabkan

bumi

Jawa Tengah.


tektonik

tersebut

mengakibatkan korban tewas seketika

wilayah Yogyakarta dan sekitarnya sangat

sebanyak 5.744 orang dan melukai lebih

rawan terjadi gempa bumi tektonik, salah

dari 45.000 orang. Sebanyak 350.000

satu bukti kerawanan gempa tersebut

rumah hancur/rusak berat dan 278.000

adalah gempa tektonik yang terjadi pada


rumah

hari Sabtu, 27 Mei 2006 pukul 05.53 WIB

rusak

sedang/ringan.

Dampak

gempa ini menyebabkan 1,5 juta orang

BMKG (Badan Meteoroligi Klimatologi

tidak memiliki rumah karena rusak atau

dan Geofisika) mencatat gempa berpusat di

hancur, total penduduk terdampak gempa


bawah laut dengan kedalaman 11,3 km , 37

adalah 2,7 juta jiwa.

km di selatan Yogyakarta dengan kekuatan

Beberapa faktor penyebab utama

gempa 5,9 Skala Richter. Badan Survei

timbulnya banyak korban akibat bencana

Geologi Amerika Serikat (U.S. Geological

gempa

Survey) mencatat kekuatan gempa sebesar

adalah


karena

kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang bencana

6,3 Skala Richter pada kedalaman 10Km.

dan kurangnya kesiapsiagaanan masyarakat

(http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/e

dalam mengantisipasi bencana tersebut.

qinthenews/2006/usneb6/). Pusat gempa

Hasil dari pengamatan tim relawan

terletak di daratan selatan Yogyakarta

UPI,

(7.962° Lintang Selatan, 110.458° Bujur

2

menunjukkan

bahwa

Kabupaten

Klaten merupakan wilayah Jawa Tengah

Selain itu juga menyebabkan seluruh sumur

terparah akibat gempa, atau terparah kedua

warga desa menjadi keruh dan tidak layak


setelah

konsumsi, (Sumber: Kantor Kelurahan

Kabupaten

Bantul.

Seluruh

Kecamatan di Kabupaten Klaten terkena

Desa Dengkeng).

dampak gempa tersebut, yang paling parah

Melihat dampak dari gempa di Desa

adalah Kecamatan Wedi. (Riset UPI,


Dengkeng

Membangun kembali Desa Pacing yang

sebuah penelitian dengan kajian Bentuk

Hancur Akibat Gempa).

Kesiapsiagaan

Dampak

gempa

tahun

2006

peneliti


ingin

melakukan

Masyarakat

dalam

di

Menghadapi Bencana Gempa Bumi

Kecamatan Wedi mengakibatkan 335 orang

Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan

meninggal, 2799 orang luka-luka, 6179

Wedi, Kabupaten Klaten.

rumah roboh, 4714 rusak berat, dan 2978

TINJAUAN PUSTAKA

rusak ringan (Sumber: BAPPEDA Klaten).

1. Kesiapsiagaan

Desa Dengkeng merupakan salah satu desa

Menurut UU RI No.24 Tahun 2007

di Kecamatan Wedi yang terkena dampak
gempa

yang

cukup

parah,

2

menyatakan

orang

kesiapsiagaan

adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

meninggal dunia, 57 orang luka-luka, dari

mengantisipasi

661 rumah di Desa Dengkeng 547 roboh,

bencana

melalui

pengorganisasian serta melalui langkah

112 rusak berat, 2 rusak ringan. Dampak

yang tepat guna dan berdaya guna

gempa juga merusak fasilitas umum di
2. Masyarakat
Desa Dengkeng antara lain, Jalan desa
Menurut Ralph Linton (1968), masyarakat

retak, Kantor Kelurahan, Balai pertemuan,

adalah setiap kelompok manusia yang

SD, TK, Masjid roboh dan rusak berat.

hidup dan bekerja sama dalam waktu
3

yang relatif lama dan mampu membuat

lempeng

keteraturan dalam kehidupan bersama dan

mendadak yang mempunyai kekuatan dari

mereka

yang sangat kecil hingga yang sangat

menganggap

sebagai

satu

lempeng

tektonik

secara

kesatuan sosial. Masyarakat adalah orang-

besar.Gempa

orang

dan

menimbulkan kerusakan atau bencana alam

Selo

di bumi, getaran gempa bumi yang kuat

yang

menghasilkan

hidup

bersama

kebudayaan

(

Soemardjan )

bumi

ini

banyak

mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh

3. Bencana

perlepasan [tenaga] yang terjadi karena

Menurut Undang-Undang No.24 Tahun

pergeseran lempengan plat tektonik seperti

2007, bencana adalah peristiwa atau

layaknya

rangkaian peristiwa yang mengancam dan

gelang

karet

ditarik

dan

dilepaskan dengan tiba-tiba.

mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan atau faktor non alam
maupun

faktor

manusia

sehingga
METODE PENELITIAN

mengakibatkan timbulnya korban jiwa

Pendekatan penelitian ini adalah

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian

penelitian kualitatif. Pendekatan penelitian

harta benda, dan dampak psikologis.

kualitatif adalah meneliti pada obyek yang

4. Gempa Bumi Tektonik

alamiah,

(sebagai

lawannya

adalah

Ade saputri (2009), Gempa bumi tektonik

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

adalah Gempa bumi yang disebabkan oleh

instrumen kunci. Untuk dapat menjadi

adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran

instrumen, maka peneliti harus memiliki

4

bekal teori dan wawasan yang luas,

seperti bola salju yang menggelinding,

sehingga mampu bertanya, menganalis,

lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2009).

memotret, dan mengkontruksi obyek yang

Jumlah responden atau informan

diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

dalam penelitian kulitatif belum diketahui

(Sugiyono 2007 : 1). Metode kualitatif

sebelum

digunakan untuk mendapatkan data yang

kualitatif mempunyai tujuan tercapainya

menggunakan studi pendekatan kualitatif,

kualitas data yang memadai, sehingga

dengan desain fenomologi. Fenomologi

sampai dengan responden yang keberapa

merupakan desain paradigma definisi sosial

data

yaitu mengkaji sesuatu yang tidak tampak

keadaan

“tidak

tidak lagi memberi informasi baru lagi,

Informan
menggunakan

dalam

artinya

teknik

sama saja dengan responden-responden

Snowball Sampling. Snowball Sampling

hasil

responden

tersebut

“ceritanya”

sebelumnya ( Hamidi, 2004 : 76 ).

dilakukan karena data yang sedikit belum
memberikan

dalam

titik jenuh karena responden tersebut sudah

suatu makna (Subadi,2005).

mampu

telah

berkualitas” lagi dalam arti sudah mencapai

dengan kajian mikro agar memperoleh

ini

kegiatan

karena pengumpulan data suatu penelitian

makna (Sugiyono 2007 : 3). Penelitian ini

penelitian

melakukan

pengumpulan data di lapangan. Hal ini

mendalam, suatu data yang mengandung

Penentuan

peneliti

Teknik pengumpulan data dalam

yang

penelitian ini akan menggunakan tiga cara

memuaskan, maka mencari orang lain

yaitu

sebagai sumber data. Dengan demikian

:

Wawancara,

dokumentasi.

jumlah sampel data akan semakin besar,

5

observasi,

dan

1.

Wawancara,

peneliti

dan mana spesifik dari tiga sumber data

memberikan

beberapa pertanyaan kepada informan Desa

tersebut.

Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten

dianalisis

Klaten

menghasilkan kesimpulan selanjutnya

untuk

memperoleh

data

yang

Kemudian
oleh

data

tersebut

peneliti

sehingga

dimintakan kesepakatan (member check)

diperlukan.
2. Observasi,

peneliti

dengan tiga sumber data tersebut.

melakukan

pengamatan langsung kepada aspek-aspek

2.

Triangulasi

Waktu

dilakukan

yang berkaitan dengan penelitian.

dengan melukukan wawancara kepada
peneliti

informan dengan waktu yang berbeda,

mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan

uji data melibatkan tiga orang informan

dengan penelitian, dengan mencatat dan

untuk diwawancara dan dilakukan pada

memotret.

waktu pagi, siang dan sore hari.

3. Dokumentasi,

Keabsaan Data yang digunakan dalam
Tehnik Analisi Data :

penelitian ini adalah trianggulasi dengan

Miless dan Huberman, 1992 dalam

penjelasan sebagai berikut :

subadi, (2005:64) menyatakan bahwa

1. Triangulasi sumber dilakukan dengan

proses pengolahan data, terdapat 3 alur

cara mengecek data yang diperoleh
melalui

berbagai

sumber.

analisi data kualitatif, yaitu reduksi data,

Peneliti

penyajian data, dan kesimpulan. Dengan

menguji data kepada 3 orang informan

penjelasan sebagai berikut :

yang berbeda Kepala Desa, RT, dan
Ketua PKK kemudian dari tiga sumber

1. Reduksi Data

data

mana

Reduksi data adalah proses kegiatan

pandangan yang sama, yang berbeda,

seleksi menggolongkan, pemfokusan,

tersebut

dikategorikan,

6

penyederhanaan, serta membuang hal

6 bulan dari bulan Maret 2014 hingga

yang tidak diperlukan. Sehingga data

Agustus 2014.

dapat terorganisasi dalam pengambilan

HASIL DAN PEMBAHASAN

keputusan dan kesimpulan.

Wawancara yang telah dilakukan

2. Penyajian Data
Penyajian

oleh

data

pengumpulan

merupakan

proses

informasi

untuk

a.

Hasil dari uji keabsahan data dengan

Waktu

Hal ini peneliti berusaha untuk menarik

dan

bahwa

ada

perbedaan

hasil

wawancara, tiga informan menyatakan

dan penyajian data.Setelah itu data

tentang

menunjukkan

kesamaan

kesimpulan berdasarkan reduksi data

untuk

menghasilkan

Triangulasi Sumber dan Triangulasi

3. Kesimpulan

diinterpretasi

tersebut

keterangan sebagai berikut:

pengambilan kesimpulan.

gambaran

peneliti

memahami maksud dari kesiapsiagaan,

memperoleh

mereka

pengetahuan

memperoleh

informasi

kesiapsiagaan dari LSM, Pemerintah

masyarakat dalam kesiapsiagaan dalam

dan

menghadapi bencana.

TV

berupa

penyuluhan

dan

tayangan berita. Mengetahui bentuk

Penelitian ini dilakukan di Desa

dari kesiapsiagaan berupa lari, tidak

Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten

panik, membangun rumah dengan

Klaten,

cakar ayam, dan menjalin koneksi

dengan

subjek

penelitian

masyarakat Desa Dengkeng dengan kriteria

dengan

umur 17-60 tahun dan objek penelitian

mempermudah

Desa Dengkeng, dengan waktu pengerjaan

Steakholder yang ikut berperan dalam
proses

7

pihak

luar

untuk

bantuan

masuk.

kesiapsiagaan

adalah

Pemerintah,

BPBD,

LSM

dan

menyiapkan

mental

jika

sewaktu-

Mayarakat Desa. Peran berbagai pihak

waktu

tersebut sangat membantu masyarakat

keabsahan data dengan Triangulasi

dalam

dan

Waktu juga menunjukkan perbedaan

penderitaan masyarakat, hal-hal yang

hasil antar informan dengan waktu

dilakukan

yang

meringankan

pihak

memberikan
pemberian

beban

tersebut

adalah

penyuluhan

dan

bantuan

pasca

kesehatan

dan

gempa

b.

pemberian

dalam

untuk

pembangunan

proses

rumah

Informan
kesiapsiagaan

menyatakan
berupa

wawancara

tersebut

sebelas

adalah

untuk

Gempa Bumi Tektonik dan Bentuk
Kesiapsiagaan Masyarakat, selanjunya
dari

wawancara

diklasifikasikan.

hasil uji keabsahan data hanya terdapat
(Ketua

dari

aspek Pengetahuan Masyarakat tentang

panik saat terjadi gempa. Perbedaan

3

Tujuan

peneliti mengidentifikasi berdasarkan

anggota keluarga dan masyarakat yang

Informan

menunjukkan

menjawab rumusan masalah penelitian,

dengan cakar ayam dan masih ada

pada

uji

telah dirumuskan oleh peneliti, untuk

kesiapsiagaan berupa pembengkakan
biaya

tidak

Hasil

menjawab Rumusan Masalah yang

Selain itu mereka menyatakan masih
hambatan

berbeda

informan

bantuan untuk pembangunan rumah.

adanya

bencana.

perbedaan yang begitu mencolok.

berupa tenda darurat, dapur umum,
posko

terjadi

sebelas
Hasil

informan
klasifikasi

tersebut menujukkan bahwa Sembilan

PKK)

dari

bentuk

sebelas

informan

penelitian

berpengetahuan cukup baik tentang

melakukan

bencana gempa bumi tektonik mereka

penyuluhan kepada anggota PKK, dan

menyatakan

8

memperoleh

informasi

yang berkaitan dengan gempa bumi

mengetahui

dari

Media

(Informan 5 dan Informan 7), yang

Cetak/Elektronik, dua informan dapat

mereka tahu hanya saat terjadi gempa

diidentifikasi memiliki pengetahuan

bumi

yang rendah tentang bencana gempa

ketempat

bumi tektonik mereka menyatakan

mereka telah memperoleh informasi

sebenarnya

dari penyuluhan yang berkaitan dengan

Penyuluhan

mereka

informasi

memperoleh

tetapi

rendahnya
mereka

dan

karena

pendidikan
sulit

untuk

informasi

yang

Sembilan

dari

Sebenarnya

faktor rendahnya pendidikan sehingga

sebelas

informan

bentuk

aman.

diri

sehingga

diperoleh.

kesiapsiagan,

yang

menyelamatkan

bentuk kesiapsiagaan, namun karena

telah

mengetahui

harus

kesiapsiagaan

faktor

memahami

menyatakan

bentuk

mereka

sulit

untuk

memahami

informasi yang telah diperoleh.
KESIMPULAN

bentuk

Berdasarkan hasil penelitian tentang

kesiapsiagaan

Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam

berupa penambahan cakar ayam pada

menghadapi Gempa Bumi Tektonik di

struktur bangunan agar tahan terhadap

Desa

gempa,

Kabupaten Klaten diperoleh hasil sebagai

adanya

sosialisasi

dari

steakholder , pembuatan tenda darurat,

1. Tingkat

pasca gempa, selain itu masyarakat

informan

pengetahuan

masyarakat

Kabupaten Klaten tentang gempa

dilakukan saat gempa bumi terjadi.
sebelas

Wedi,

Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi,

mengetahui hal-hal apa saja yang harus

dari

Kecamatan

berikut :

dapur umum, dan fasilitas kesehatan

Dua

Dengkeng,

bumi tektonik

tidak

9

Berdasarkan hasil wawancara dapat

terhadap gempa, adanya sosialisasi dari

diidentifikasi bahwa Sembilan dari sebelas

steakholder,

informan penelitian memiliki pengetahuan

dapur umum, dan fasilitas kesehatan pasca

cukup baik tentang bencana gempa bumi

gempa, selain itu mereka mengetahui hal-

tektonik mereka menyatakan memperoleh

hal apa saja yang harus dilakukan saat

informasi yang berkaitan dengan gempa

gempa bumi terjadi. Dua dari sebelas

bumi

informan

dari

Penyuluhan

dan

Media

pembuatan

tidak

tenda

mengetahui

darurat,

bentuk

Cetak/Elektronik, namun dua informan

kesiapsiagaan,

dapat diidentifikasi memiliki pengetahuan

tindakan yang dilakukan saat terjadi gempa

yang rendah tentang bencana gempa bumi

hanya berlari ketempat yang aman. Dua

tektonik mereka menyatakan sebenarnya

informan tersebut sebenarnya memperoleh

mereka

memperoleh

tetapi

informasi yang berkaitan dengan bentuk

karena

faktor

pendidikan

kesiapsiagaan dari penyuluhan, namun

informasi

rendahnya

mereka

menyatakan

sehingga mereka sulit untuk memahami

karena

informasi yang telah diperoleh.

sehingga menyebabkan mereka sulit untuk

faktor

rendahnya

pendidikan

memahami informasi yang diperoleh.

2. Bentuk kesiapsiagaan masyarakat Desa
Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten
Klaten dalam menghadapi gempa bumi

DAFTAR PUSTAKA

tektonik

Sugiyono, 2007. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung:Alfabeta.

Sembilan dari sebelas informan
Subadi, Tjipto. 2005. Metode Penelitian
Kualitatif.

mengetahui bentuk kesiapsiagaan, bentuk

(http://earthquake.usgs.gov/earthquakes/eqi
nthenews/2006/usneb6/),(online)
Diakses Maret 2014).

kesiapsiagaan berupa penambahan cakar
ayam pada struktur bangunan agar tahan

10

Badan

Meteorologi, Klimatologi Dan
Geofisika
(BMKG).
(online),(www.google.com/BMK
G, Diakses Maret 2014).

Hamidi.(2008). Metode Penelitian
Kualitatif. Malang: UMM Press.
BNPB.“Undang-undang Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan
Bencana”.
(online),(https://www.google.com,
Diakses Maret 2014).
Ade Saputri. Dkk. (2009). Makalah Gempa
Bumi. (www.google.com/Gempa
Bumi). Diakses Februari 201

11

Dokumen yang terkait

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI TEKTONIK DI DESA DENGKENG Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

0 3 15

PENDAHULUAN Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Tektonik di Desa Dengkeng, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

0 4 8

BENTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MITIGASI BENCANA GEMPABUMI TEKTONIK DI DESA PACING, Bentuk Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Gempabumi Tektonik Di Desa Pacing, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DENGAN KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Masyarakat Desa Jabung Kecamatan Gantiwarno Kabupaten Klaten.

0 5 12

KESIAPSIAGAAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 WEDI KLATEN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI Kesiapsiagaan Siswa SMK Muhammadiyah 1 Wedi Klaten Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi.

0 2 18

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN WEDI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.

0 2 14

PENDAHULUAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.

0 1 5

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI KECAMATAN WEDI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.

0 2 14

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Desa Bero Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Masyarakat.

0 2 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gempa Bumi Di Desa Bero Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Masyarakat.

1 8 10