NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Pendidikan Ibu, Pengetahuan Gizi Ibu, Pengeluaran Pangan Dan Non Pangan Keluarga Pada Anak SD Yang Stunted Dan Non Stunted Di Wilayah Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU,
PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD
YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir
pada Program Studi Gizi FIK UMS
Disusun Oleh :
GALIH MEDANIATI
J310 100 094
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
NUTRITION DEPARTMENT, FACULTY OF HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
ABSTRACT
GALIH MEDANIATI, J.310.100.094
THE DIFFERENCE AMONG MOTHER EDUCATION LEVEL, MOTHER
NUTRITION KNOWLEDGE, FOOD AND NON FOOD EXPENDITURES OF
FAMILY OF STUNTED AND NON-STUNTED PRIMARY SCHOOL CHILDREN
IN SUB-DISTRICT OF KARTASURA SUKOHARJO.
Introduction: prevalence of stunted to children of 6-12 ages in Indonesia is
35.6%, whereas Central Java indicate is 34.1%.
Objective: The purpose of the study was to determine the difference among
mother education level, mother nutrition knowledge, food and non food
expenditures of family of stunted and non-stunted primary school children.
Method: The research was the observational. Nutritional status was measured
using Height / age indicator. Questionnaire and interview were used to
determined the nutrition knowledge of mother and expenditure for food and nonfood. The data of nutrition knowledge and expenditure for food and non-food
were analised using independent simple t-test, whereas the education level was
tested using Mann-Whitney.
Result: The results indicated that there was a difference between the mother
nutrition knowledge of stunted children and non-stunted. Most of mother nutrition
knowledge of stunted children displayed not good 65.6%, whereas for nonstunted, majority gave good 37.5%. The food and non-food expenditures of family
with stunted children were 53.45% and 46.43%, respectively. However, the food
and non-food expenditures of family with non-stunted children had 61.38% and
38.60 %, respectively.
Conclusion: There is no difference between mother education of stunted
children and non-stunted children. There are difference in mother nutrition
knowledge and food and non-food expenditures between stunted children and
non-stunted children in sub-district of Kartasura Sukoharjo.
Suggestion: The community health center of kartasura is suggested to perform
measurements the nutritional status of children regularly.
Key words : Stunted, mother education, mother nutrition knowledge, food and
non-food expenditure.
PENDAHULUAN
Anak yang
pada masa kanak-kanak, mengalami
sehat
akan
proses tumbuh kembang ini secara
mengalami
pertumbuhan
yang
cepat. Proses pertumbuhan yang
normal dan wajar,
yaitu sesuai
ditandai
standar
pertumbuhan
fisik
oleh
semakin
besarnya
anak
ukuran tubuh (berat, tinggi badan,
pada umumnya. Manusia terutama
dan lainnya) (Santoso, 2004).
Stunted
atau
merupakan
suatu
pertumbuhan
linier
pendek,
retardasi
tengah
merupakan
salah
satu
provinsi yang memiliki prevalensi
telah
stunted pada anak usia 6-12 tahun
digunakan sebagai indikator secara
sebesar 14,9% sangat pendek dan
luas untuk mengukur status gizi
19,2%
individu.
Berdasarkan
Stunted
yang
atau
pendek
pendek
(Depkes,
data
hasil
2010).
laporan
dikatakan suatu bentuk adaptasi
penjaringan anak sekolah dasar di
fisiologis pertumbuhan atau non-
Puskesmas
patologis, karena dua penyebab
2012/2013, status gizi pada anak
utamanya adalah asupan makanan
kelas satu SD yang memiliki status
yang tidak adekuat dan respon
gizi normal adalah sebesar 81,05%,
terhadap tingginya penyakit infeksi
status gizi kurus 8,015% dan status
(Sudirman, 2008).
gizi gemuk 5,23%. Data hasil survey
Kartasura
tahun
penelitian
di enam Sekolah Dasar wilayah
yang dilakukan oleh Onis et al
Sukoharjo yang terdiri dari 413 anak
(2011) jumlah prevalensi stunted
terdapat 17,43% anak yang memiliki
pada masa kanak-kanak di Asia
status gizi stunting dan 82,57% anak
menunjukkan penurunan sejak tahun
dengan status gizi normal.
1990 sebesar 49 % (190 juta) pada
BAHAN DAN METODE
Berdasarkan
hasil
tahun 2010 menjadi 28 % (100 juta).
Jenis penelitian ini bersifat
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Observasional
dengan
Dasar (2010) prevalensi kependekan
menggunakan
pada anak umur 6-12 tahun adalah
sectional. Populasi pada penelitian
35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat
ini adalah anak usia sekolah
pendek dan 20 % pendek. Jawa
(6-12 tahun) baik laki-laki maupun
pendekatan
cross
dasar
dasar
score -
Sukoharjo. Jumlah subjek penelitian
2SD. Untuk kriteria eksklusi dalam
ini
dalam
penelitian ini adalah responden sakit
penelitian ini adalah anak tidak cacat
atau meninggal saat pengambilan
secara fisik, orang tua dan anak
data responden berpindah tempat
bersedia menjadi responden dalam
atau mengundurkan diri.
perempuan pada 6 sekolah
64.
Kriteria
inklusi
penelitian responden mampu untuk
Teknik pengambilan subjek
berkomunikasi dengan baik, anak
penelitian yang digunakan adalah
stunted menggunakan indikator z-
Random
Sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga
Pengeluaran Pangan
Keluarga Anak Non Stunted
Pengeluaran Pangan
Keluarga Anak Stunted
28.1%
baik
31.3%
kurang
71.9%
baik
68.8%
kurang
Gambar 5. Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga antara Anak SD
stunted dan non stunted
Berdasarkan
Gambar
5
dalam kategori kurang pada
didapatkan data bahwa tingkat
anak SD yang stunted lebih
pengeluaran pangan keluarga
besar dari pada pengeluaran
pangan keluarga pada anak SD
psikologis
maupun
sosial
yang
(Suhardjo,
1989).
Jika
pengeluaran pangan keluarga
keterbatasan
pangan
yang kurang
pada anak SD
dibagi dengan jumlah anggota
yang stunted sebesar 71.9%
keluarga yang semakin banyak,
dan untuk anak SD yang non
maka
stunted
31.3%..
mengalami kekurangan pangan,
Konsumsi pangan dimaksudkan
sehingga akan mempengaruhi
untuk
kesehatan dan keadaan status
non
stunted.
sebesar
Tingkat
memenuhi
kebutuhan
secara
biologis,
individu
harus
seseorang
akan
gizi.
2. Distribusi Tingkat Pengeluaran Non Pangan Keluarga
Pengeluaran Non Pangan
Keluaraga Anak Stunted
100
Pengeluaran Non Pangan
Keluarga Anak Non Stunted
93.8%
80
80
65.6%
60
60
34.4 %
40
40
non
stunted
stunted
20
20
6.3%
0
0
baik
lebih
baik
lebih
Gambar 6. Distribusi tingkat Pengeluaran Non Pangan Keluarga antara Anak SD
Stunted dan Non Stunted
Berdasarkan
Gambar
6
lebih
besar
didapatkan data bahwa tingkat
pengeluaran
pengeluaran
dari
non
pada
pangan
non
pangan
keluarga pada anak SD yang
termasuk
kategori
stunted. Tingkat pengeluaran
lebih pada anak SD non stunted
non pangan keluarga yang lebih
keluarga
pada anak SD non stunted
hasil pendapatan dialokasikan
adalah
untuk
sebesar
34.4%
dan
pengeluaran
pangan
untuk anak SD stunted sebesar
maupun non pangan karena
6.3%. Tingkat pengeluaran non
ditabung.
pangan baik sebesar 93.8%
pangan terbesar adalah untuk
pada keluarga anak stunted
biaya pendidikan, sumbangan,
dikarenakan untuk mencukupi
rokok, bahan bakar, pulsa dan
kebutuhan
transportasi.
pangan
keluarga
Pengeluaran
non
masih kurang, dan tidak semua
Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan Ibu
Anak Stunted
Tingkat Pendidikan Ibu
Anak Non Stunted
dasar
50%
43.8%
50%
lanjut
56.3%
dasar
lanjut
Gambar7. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu antara Anak SD Stunted dan Non
Stunted
Berdasarkan gambar 7 di
ibu pada anak SD yang stunted lebih
atas dapat dilihat bahwa pendidikan
besar dari pada ibu pada anak SD
dasar (Tidak Tamat SD, Tamat SD,
non stunted, masing-masing sebesar
Tidak Tamat SMP dan Tamat SMP)
50% dan 43.8%.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Tingkat Pengetahuan Ibu
Anak Stunted
34.4%
Tingkat Pengetahuan Ibu
Anak Non Stunted
37.5%
baik
tidak baik
65.6%
baik
62.5%
tidak baik
Gambar 8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu antara Anak SD Stunted
dan Non Stunted
Berdasarkan Gambar 8 didapatkan
merupakan faktor risiko kejadian
data bahwa tingkat pengetahuan gizi
stunted, pengetahuan ibu tentang
ibu tidak baik pada anak SD yang
gizi akan menentukan perilaku ibu
stunted lebih besar dari pada tingkat
dalam menyediakan makanan untuk
pengetahuan gizi ibu pada anak SD
anaknya (Nasikhah, 2012). Nutrisi
non stunted, masing-masing stunted
yang
sebesar 65.6% dan anak SD non
mempengaruhi pertumbuhan anak
stunted
dan
sebesar
37.5%.
baik
dan
status
cukup
gizi
akan
anak.
Pengetahuan gizi ibu tentang gizi
3. Perbedaan Tingkat Pendidikan Ibu antara Anak Stunted dan Non Stunted
Tabel 12 . Perbedaan Tingkat Pendidikan Ibu antara Anak SD Stunted dan
Non Stunted
Status Gizi Anak
SD
Stunted
Non Stunted
N
32
32
Pendidikan Ibu (Tahun
Tempuh)
9.28
10.12
p value
0.514
Berdasarkan
lama
tahun
dari sembilan tahun. Tingkat
tempuh pendidikan ibu pada
Pendidikan
anak stunted dan non stunted
merupakan
ada perbedaan, tetapi hasil uji
langsung memberikan pengaruh
statistik dengan menggunakan
terhadap
status
uji Mann-Whitney, didapatkan
Faktor
yang
dengan p-value sebesar 0.514
mempengaruhi
yang
ada
seseorang adalah jenis dan
perbedaan tingkat pendidikan
jumlah pangan yang dikonsumsi
ibu antara anak SD stunted dan
seseorang (Khomsan, 2004).
non
berarti
stunted
tidak
di
wilayah
Rata-rata tingkat pendidikan
ibu
pada
responden
berpendidikan
menempuh
lanjut
pendidikan
adalah
bukanlah
faktor
yang
gizi
anak.
langsung
status
gizi
Beberapa faktor lain yang
dapat
Kecamatan Kartasura.
ibu
menyebabkan
anak
pendek yaitu kecukupan nutrisi,
penyakit infeksi dan lingkungan
yaitu
yang
lebih
2010).
tidak
sehat
(Depkes,
4. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu antara Anak Stunted dan Non
Stunted
Tabel 13 . Perbedaan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu antara Anak SD
Stunted dan Non Stunted
Status Gizi Anak
SD
N
Tingkat Pengetahuan
Gizi ibu (skor)
p value
Stunted
Non Stunted
32
32
71.82
79.88
0.016
Berdasarkan
Pengetahuan gizi dapat
diperoleh
melalui
pendidikan
hasil
uji
statistik dengan menggunakan uji
Mann-Whitney,
formal maupun informal. Selain
dengan
itu,
0.016 yang berarti ada perbedaan
dapat
diperoleh
dengan
nilai
didapatkan
p-value
melihat, mendengar sendiri, atau
tingkat
melalui
komunikasi
antara anak SD stunted dan non
seperti, membaca surat kabar
stunted di wilayah Kecamatan
dan majalah, mendengar siaran
Kartasura.
alat-alat
pengetahuan
sebesar
gizi
ibu
radio dan menyaksikan siaran
televisi
maupun
penyuluhan
kesehatan/gizi (Suhardjo, 2003).
5. Perbedaan Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga antara Anak Stunted dan
Non Stunted
Tabel 14 . Perbedaan Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga antara Anak SD
Stunted dan Non Stunted
Status Gizi Anak
N
% Pengeluaran Pangan
p value
SD
Stunted
32
46.62
0.008
Non Stunted
32
57.27
dibawah
50.66%
untuk
pengeluaran
pangan,
sedangkan pada anak SD non
tingkat
stunted
persentase
pengeluaran pangan keluarga
57.27%
ini
anak SD yang stunted adalah
karena
lebih
46.62%
menurut Badan Pusat Statistik
Persentase
ini
tergolong
dalam
kriteria kurang karena masih
(BPS).
sebesar
tergolong
dari
baik
50.66%
Hasil penelitian menunjukkan
hewani
dalam
seminggu,
keluarga pada anak stunted
sedangkan pada keluarga anak
rata-rata
stunted
pengahasilan
yaitu
rata-rata
dapat
berkisar antara Rp 950.000-
mengkonsumsi hanya 1 sampai
4.500.000,
2
dari
total
kali
dalam
seminggu.
pendapatan tersebut sebesar
Berdasarkan hasil uji statistik
46.62%
dengan menggunakan uji Mann-
membeli
digunakan
kebutuhan
untuk
pangan,
Whitney,
didapatkan
sedang pada keluarga anak non
nilai
stunted berkisar Rp 1.145.000-
yang berarti ada perbedaan
6.000.000,
sebesar
tingkat
digunakan
untuk
kebutuhan
antara anak SD stunted dan
pangan keluarga.
Perbedaan
non
57.27%
terlihat yaitu pada kemampuan
p-value
dengan
sebesar
pengeluaran
stunted
di
0.008
pangan
wilayah
Kecamatan Kartasura.
membeli sumber lauk hewani,
pada keluarga anak non stunted
rata-rata dapat mengkonsumsi
3 kali sampai 4 kali sumber lauk
6. Perbedaan Tingkat Pengeluaran Non Pangan Keluarga antara Anak Stunted
dan Non Stunted
Tabel 15 . Perbedaan
Tingkat Pengeluaran Non Pangan
Status Gizi Anak
SD
Stunted
Non Stunted
N
32
32
Keluarga antara Anak SD Stunted
dan Non Stunted
% Pengeluaran Non
Pangan
25.03
39.97
p value
0.001
Pengeluaran
non
pangan
keluarga
dapat
meliputi
kemampuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
biaya
keluarga
yang
terbesar
adalah untuk biaya pendidikan,
transportasi,
pulsa,
bahan
pendidikan,
bakar, rokok dan sumbangan.
kesehatan, sandang, sumbangan,
Akan tetapi rokok dan pulsa
transportasi, listrik, air, bahan
lebih
bakar, peralatan dan perabotan
pengeluaran untuk membayar
rumah dan lain-lain
tagihan listrik maupun membeli
Hasil penelitian menunjukkan
keluarga pada anak stunted
rata-rata
pengahasilan
gas
besar
untuk
2
kali
dari
memasak
dalam
sebulan .
yaitu
Berdasarkan hasil uji statistik
berkisar antara Rp 950.000-
dengan menggunakan uji Mann-
4.500.000,
Whitney,
dari
total
pendapatan tersebut sebesar
nilai
didapatkan
p-value
dengan
sebesar
0.001
yang berarti ada perbedaan
25.03%
membeli
digunakan
untuk
kebutuhan
non
tingkat pengeluaran non pangan
keluarga
antara
anak
SD
pangan, sedang pada keluarga
stunted dan non stunted di
anak non stunted berkisar Rp
wilayah Kecamatan Kartasura.
1.145.000-6.000.000,
39.97%
digunakan
sebesar
untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada
perbedaan
tingkat
pangan
pengetahuan gizi ibu, tingkat
keluarga. Hasil penelitian ini
pengeluaran pangan dan non
menunjukkan pengeluaran non
pangan keluarga antara anak
pangan
SD stunted dan anak SD non
kebutuhan
non
stunted di wiliayah Kartasura
stunted
Kabupaten Sukoharjo.
stunted di wiliayah Kartasura
Tidak ada perbedaan tingkat
dan
anak
SD
non
Kabupaten Sukoharjo.
pendidikan ibu pada anak SD
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
ini
menjadi
bahan penelitian lebih lanjut,
dan perlu dilakukan penelitian
dengan
faktor-faktor
terhadap
status
gizi
kesehatan
seperti
badan,
dan
asupan makan serta dengan
sampel yang lebih banyak.
Bagi Puskesmas kartasura 1,
diharapkan dari hasil penelitian
ini dapat membuat program
kerja pengukuran status gizi
secara
berkala
di
Depkes RI. 2010. Laporan Riset
Kesehatan Dasar 2010.
Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan. Jakarta
risiko
genetik, aktivitas fisik, poa asuh
ibu,
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei
Sosial
dan
Ekonomi
Nasional
2013.
BPS.
Jakarta
sekolah-
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi
untuk Kesehatan. Jakarta:
PT.
Raja
Grafindo
Persada.
Nasihah, R. 2012. Faktor Risiko
Kejadian Stunting pada
Balita Usia 24-36 Bulan Di
Kecamatan
Semarang
Timur. Artikel Penelitian.
Fakultas
Kedokteran.
Universitas Diponegoro
Onis, M., Blossner, M., and Borghi,
E. 2011. Prevalence and
Trends of Stunting Among
Pre-School Children 19902020.
Public
Health
Nutrition: 15(1), 142-148.
Diakses 10 Desember
2012
sekolah untuk mendeteksi dini
status
gizi
anak
sekolah,
sehingga masalah gizi dapat
ditanggulangi dengan cepat.
Santoso, S. dan Ranti, AL. 2004.
Kesehatan dan Gizi. PT.
Asdi Mahasatya. Jakarta
.
Soehardjo. 2003. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Bumi
Aksara. Jakarta
Sudiman, H. 2008. Stunting Awal
Perubahan Patologis atau
Adaptasi
karena
Perubahan
Sosial
Ekonomi
yang
Berkepanjangan.
Media
Litbang
Kesehatan
Volume XVIII Nomor 1
Tahun 2008
PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU,
PENGELUARAN PANGAN DAN NON PANGAN KELUARGA PADA ANAK SD
YANG STUNTED DAN NON STUNTED DI WILAYAH KECAMATAN
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir
pada Program Studi Gizi FIK UMS
Disusun Oleh :
GALIH MEDANIATI
J310 100 094
PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
NUTRITION DEPARTMENT, FACULTY OF HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
ABSTRACT
GALIH MEDANIATI, J.310.100.094
THE DIFFERENCE AMONG MOTHER EDUCATION LEVEL, MOTHER
NUTRITION KNOWLEDGE, FOOD AND NON FOOD EXPENDITURES OF
FAMILY OF STUNTED AND NON-STUNTED PRIMARY SCHOOL CHILDREN
IN SUB-DISTRICT OF KARTASURA SUKOHARJO.
Introduction: prevalence of stunted to children of 6-12 ages in Indonesia is
35.6%, whereas Central Java indicate is 34.1%.
Objective: The purpose of the study was to determine the difference among
mother education level, mother nutrition knowledge, food and non food
expenditures of family of stunted and non-stunted primary school children.
Method: The research was the observational. Nutritional status was measured
using Height / age indicator. Questionnaire and interview were used to
determined the nutrition knowledge of mother and expenditure for food and nonfood. The data of nutrition knowledge and expenditure for food and non-food
were analised using independent simple t-test, whereas the education level was
tested using Mann-Whitney.
Result: The results indicated that there was a difference between the mother
nutrition knowledge of stunted children and non-stunted. Most of mother nutrition
knowledge of stunted children displayed not good 65.6%, whereas for nonstunted, majority gave good 37.5%. The food and non-food expenditures of family
with stunted children were 53.45% and 46.43%, respectively. However, the food
and non-food expenditures of family with non-stunted children had 61.38% and
38.60 %, respectively.
Conclusion: There is no difference between mother education of stunted
children and non-stunted children. There are difference in mother nutrition
knowledge and food and non-food expenditures between stunted children and
non-stunted children in sub-district of Kartasura Sukoharjo.
Suggestion: The community health center of kartasura is suggested to perform
measurements the nutritional status of children regularly.
Key words : Stunted, mother education, mother nutrition knowledge, food and
non-food expenditure.
PENDAHULUAN
Anak yang
pada masa kanak-kanak, mengalami
sehat
akan
proses tumbuh kembang ini secara
mengalami
pertumbuhan
yang
cepat. Proses pertumbuhan yang
normal dan wajar,
yaitu sesuai
ditandai
standar
pertumbuhan
fisik
oleh
semakin
besarnya
anak
ukuran tubuh (berat, tinggi badan,
pada umumnya. Manusia terutama
dan lainnya) (Santoso, 2004).
Stunted
atau
merupakan
suatu
pertumbuhan
linier
pendek,
retardasi
tengah
merupakan
salah
satu
provinsi yang memiliki prevalensi
telah
stunted pada anak usia 6-12 tahun
digunakan sebagai indikator secara
sebesar 14,9% sangat pendek dan
luas untuk mengukur status gizi
19,2%
individu.
Berdasarkan
Stunted
yang
atau
pendek
pendek
(Depkes,
data
hasil
2010).
laporan
dikatakan suatu bentuk adaptasi
penjaringan anak sekolah dasar di
fisiologis pertumbuhan atau non-
Puskesmas
patologis, karena dua penyebab
2012/2013, status gizi pada anak
utamanya adalah asupan makanan
kelas satu SD yang memiliki status
yang tidak adekuat dan respon
gizi normal adalah sebesar 81,05%,
terhadap tingginya penyakit infeksi
status gizi kurus 8,015% dan status
(Sudirman, 2008).
gizi gemuk 5,23%. Data hasil survey
Kartasura
tahun
penelitian
di enam Sekolah Dasar wilayah
yang dilakukan oleh Onis et al
Sukoharjo yang terdiri dari 413 anak
(2011) jumlah prevalensi stunted
terdapat 17,43% anak yang memiliki
pada masa kanak-kanak di Asia
status gizi stunting dan 82,57% anak
menunjukkan penurunan sejak tahun
dengan status gizi normal.
1990 sebesar 49 % (190 juta) pada
BAHAN DAN METODE
Berdasarkan
hasil
tahun 2010 menjadi 28 % (100 juta).
Jenis penelitian ini bersifat
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Observasional
dengan
Dasar (2010) prevalensi kependekan
menggunakan
pada anak umur 6-12 tahun adalah
sectional. Populasi pada penelitian
35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat
ini adalah anak usia sekolah
pendek dan 20 % pendek. Jawa
(6-12 tahun) baik laki-laki maupun
pendekatan
cross
dasar
dasar
score -
Sukoharjo. Jumlah subjek penelitian
2SD. Untuk kriteria eksklusi dalam
ini
dalam
penelitian ini adalah responden sakit
penelitian ini adalah anak tidak cacat
atau meninggal saat pengambilan
secara fisik, orang tua dan anak
data responden berpindah tempat
bersedia menjadi responden dalam
atau mengundurkan diri.
perempuan pada 6 sekolah
64.
Kriteria
inklusi
penelitian responden mampu untuk
Teknik pengambilan subjek
berkomunikasi dengan baik, anak
penelitian yang digunakan adalah
stunted menggunakan indikator z-
Random
Sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga
Pengeluaran Pangan
Keluarga Anak Non Stunted
Pengeluaran Pangan
Keluarga Anak Stunted
28.1%
baik
31.3%
kurang
71.9%
baik
68.8%
kurang
Gambar 5. Distribusi Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga antara Anak SD
stunted dan non stunted
Berdasarkan
Gambar
5
dalam kategori kurang pada
didapatkan data bahwa tingkat
anak SD yang stunted lebih
pengeluaran pangan keluarga
besar dari pada pengeluaran
pangan keluarga pada anak SD
psikologis
maupun
sosial
yang
(Suhardjo,
1989).
Jika
pengeluaran pangan keluarga
keterbatasan
pangan
yang kurang
pada anak SD
dibagi dengan jumlah anggota
yang stunted sebesar 71.9%
keluarga yang semakin banyak,
dan untuk anak SD yang non
maka
stunted
31.3%..
mengalami kekurangan pangan,
Konsumsi pangan dimaksudkan
sehingga akan mempengaruhi
untuk
kesehatan dan keadaan status
non
stunted.
sebesar
Tingkat
memenuhi
kebutuhan
secara
biologis,
individu
harus
seseorang
akan
gizi.
2. Distribusi Tingkat Pengeluaran Non Pangan Keluarga
Pengeluaran Non Pangan
Keluaraga Anak Stunted
100
Pengeluaran Non Pangan
Keluarga Anak Non Stunted
93.8%
80
80
65.6%
60
60
34.4 %
40
40
non
stunted
stunted
20
20
6.3%
0
0
baik
lebih
baik
lebih
Gambar 6. Distribusi tingkat Pengeluaran Non Pangan Keluarga antara Anak SD
Stunted dan Non Stunted
Berdasarkan
Gambar
6
lebih
besar
didapatkan data bahwa tingkat
pengeluaran
pengeluaran
dari
non
pada
pangan
non
pangan
keluarga pada anak SD yang
termasuk
kategori
stunted. Tingkat pengeluaran
lebih pada anak SD non stunted
non pangan keluarga yang lebih
keluarga
pada anak SD non stunted
hasil pendapatan dialokasikan
adalah
untuk
sebesar
34.4%
dan
pengeluaran
pangan
untuk anak SD stunted sebesar
maupun non pangan karena
6.3%. Tingkat pengeluaran non
ditabung.
pangan baik sebesar 93.8%
pangan terbesar adalah untuk
pada keluarga anak stunted
biaya pendidikan, sumbangan,
dikarenakan untuk mencukupi
rokok, bahan bakar, pulsa dan
kebutuhan
transportasi.
pangan
keluarga
Pengeluaran
non
masih kurang, dan tidak semua
Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu
Tingkat Pendidikan Ibu
Anak Stunted
Tingkat Pendidikan Ibu
Anak Non Stunted
dasar
50%
43.8%
50%
lanjut
56.3%
dasar
lanjut
Gambar7. Distribusi Tingkat Pendidikan Ibu antara Anak SD Stunted dan Non
Stunted
Berdasarkan gambar 7 di
ibu pada anak SD yang stunted lebih
atas dapat dilihat bahwa pendidikan
besar dari pada ibu pada anak SD
dasar (Tidak Tamat SD, Tamat SD,
non stunted, masing-masing sebesar
Tidak Tamat SMP dan Tamat SMP)
50% dan 43.8%.
Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu
Tingkat Pengetahuan Ibu
Anak Stunted
34.4%
Tingkat Pengetahuan Ibu
Anak Non Stunted
37.5%
baik
tidak baik
65.6%
baik
62.5%
tidak baik
Gambar 8. Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu antara Anak SD Stunted
dan Non Stunted
Berdasarkan Gambar 8 didapatkan
merupakan faktor risiko kejadian
data bahwa tingkat pengetahuan gizi
stunted, pengetahuan ibu tentang
ibu tidak baik pada anak SD yang
gizi akan menentukan perilaku ibu
stunted lebih besar dari pada tingkat
dalam menyediakan makanan untuk
pengetahuan gizi ibu pada anak SD
anaknya (Nasikhah, 2012). Nutrisi
non stunted, masing-masing stunted
yang
sebesar 65.6% dan anak SD non
mempengaruhi pertumbuhan anak
stunted
dan
sebesar
37.5%.
baik
dan
status
cukup
gizi
akan
anak.
Pengetahuan gizi ibu tentang gizi
3. Perbedaan Tingkat Pendidikan Ibu antara Anak Stunted dan Non Stunted
Tabel 12 . Perbedaan Tingkat Pendidikan Ibu antara Anak SD Stunted dan
Non Stunted
Status Gizi Anak
SD
Stunted
Non Stunted
N
32
32
Pendidikan Ibu (Tahun
Tempuh)
9.28
10.12
p value
0.514
Berdasarkan
lama
tahun
dari sembilan tahun. Tingkat
tempuh pendidikan ibu pada
Pendidikan
anak stunted dan non stunted
merupakan
ada perbedaan, tetapi hasil uji
langsung memberikan pengaruh
statistik dengan menggunakan
terhadap
status
uji Mann-Whitney, didapatkan
Faktor
yang
dengan p-value sebesar 0.514
mempengaruhi
yang
ada
seseorang adalah jenis dan
perbedaan tingkat pendidikan
jumlah pangan yang dikonsumsi
ibu antara anak SD stunted dan
seseorang (Khomsan, 2004).
non
berarti
stunted
tidak
di
wilayah
Rata-rata tingkat pendidikan
ibu
pada
responden
berpendidikan
menempuh
lanjut
pendidikan
adalah
bukanlah
faktor
yang
gizi
anak.
langsung
status
gizi
Beberapa faktor lain yang
dapat
Kecamatan Kartasura.
ibu
menyebabkan
anak
pendek yaitu kecukupan nutrisi,
penyakit infeksi dan lingkungan
yaitu
yang
lebih
2010).
tidak
sehat
(Depkes,
4. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu antara Anak Stunted dan Non
Stunted
Tabel 13 . Perbedaan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu antara Anak SD
Stunted dan Non Stunted
Status Gizi Anak
SD
N
Tingkat Pengetahuan
Gizi ibu (skor)
p value
Stunted
Non Stunted
32
32
71.82
79.88
0.016
Berdasarkan
Pengetahuan gizi dapat
diperoleh
melalui
pendidikan
hasil
uji
statistik dengan menggunakan uji
Mann-Whitney,
formal maupun informal. Selain
dengan
itu,
0.016 yang berarti ada perbedaan
dapat
diperoleh
dengan
nilai
didapatkan
p-value
melihat, mendengar sendiri, atau
tingkat
melalui
komunikasi
antara anak SD stunted dan non
seperti, membaca surat kabar
stunted di wilayah Kecamatan
dan majalah, mendengar siaran
Kartasura.
alat-alat
pengetahuan
sebesar
gizi
ibu
radio dan menyaksikan siaran
televisi
maupun
penyuluhan
kesehatan/gizi (Suhardjo, 2003).
5. Perbedaan Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga antara Anak Stunted dan
Non Stunted
Tabel 14 . Perbedaan Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga antara Anak SD
Stunted dan Non Stunted
Status Gizi Anak
N
% Pengeluaran Pangan
p value
SD
Stunted
32
46.62
0.008
Non Stunted
32
57.27
dibawah
50.66%
untuk
pengeluaran
pangan,
sedangkan pada anak SD non
tingkat
stunted
persentase
pengeluaran pangan keluarga
57.27%
ini
anak SD yang stunted adalah
karena
lebih
46.62%
menurut Badan Pusat Statistik
Persentase
ini
tergolong
dalam
kriteria kurang karena masih
(BPS).
sebesar
tergolong
dari
baik
50.66%
Hasil penelitian menunjukkan
hewani
dalam
seminggu,
keluarga pada anak stunted
sedangkan pada keluarga anak
rata-rata
stunted
pengahasilan
yaitu
rata-rata
dapat
berkisar antara Rp 950.000-
mengkonsumsi hanya 1 sampai
4.500.000,
2
dari
total
kali
dalam
seminggu.
pendapatan tersebut sebesar
Berdasarkan hasil uji statistik
46.62%
dengan menggunakan uji Mann-
membeli
digunakan
kebutuhan
untuk
pangan,
Whitney,
didapatkan
sedang pada keluarga anak non
nilai
stunted berkisar Rp 1.145.000-
yang berarti ada perbedaan
6.000.000,
sebesar
tingkat
digunakan
untuk
kebutuhan
antara anak SD stunted dan
pangan keluarga.
Perbedaan
non
57.27%
terlihat yaitu pada kemampuan
p-value
dengan
sebesar
pengeluaran
stunted
di
0.008
pangan
wilayah
Kecamatan Kartasura.
membeli sumber lauk hewani,
pada keluarga anak non stunted
rata-rata dapat mengkonsumsi
3 kali sampai 4 kali sumber lauk
6. Perbedaan Tingkat Pengeluaran Non Pangan Keluarga antara Anak Stunted
dan Non Stunted
Tabel 15 . Perbedaan
Tingkat Pengeluaran Non Pangan
Status Gizi Anak
SD
Stunted
Non Stunted
N
32
32
Keluarga antara Anak SD Stunted
dan Non Stunted
% Pengeluaran Non
Pangan
25.03
39.97
p value
0.001
Pengeluaran
non
pangan
keluarga
dapat
meliputi
kemampuan
untuk
memenuhi
kebutuhan
biaya
keluarga
yang
terbesar
adalah untuk biaya pendidikan,
transportasi,
pulsa,
bahan
pendidikan,
bakar, rokok dan sumbangan.
kesehatan, sandang, sumbangan,
Akan tetapi rokok dan pulsa
transportasi, listrik, air, bahan
lebih
bakar, peralatan dan perabotan
pengeluaran untuk membayar
rumah dan lain-lain
tagihan listrik maupun membeli
Hasil penelitian menunjukkan
keluarga pada anak stunted
rata-rata
pengahasilan
gas
besar
untuk
2
kali
dari
memasak
dalam
sebulan .
yaitu
Berdasarkan hasil uji statistik
berkisar antara Rp 950.000-
dengan menggunakan uji Mann-
4.500.000,
Whitney,
dari
total
pendapatan tersebut sebesar
nilai
didapatkan
p-value
dengan
sebesar
0.001
yang berarti ada perbedaan
25.03%
membeli
digunakan
untuk
kebutuhan
non
tingkat pengeluaran non pangan
keluarga
antara
anak
SD
pangan, sedang pada keluarga
stunted dan non stunted di
anak non stunted berkisar Rp
wilayah Kecamatan Kartasura.
1.145.000-6.000.000,
39.97%
digunakan
sebesar
untuk
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada
perbedaan
tingkat
pangan
pengetahuan gizi ibu, tingkat
keluarga. Hasil penelitian ini
pengeluaran pangan dan non
menunjukkan pengeluaran non
pangan keluarga antara anak
pangan
SD stunted dan anak SD non
kebutuhan
non
stunted di wiliayah Kartasura
stunted
Kabupaten Sukoharjo.
stunted di wiliayah Kartasura
Tidak ada perbedaan tingkat
dan
anak
SD
non
Kabupaten Sukoharjo.
pendidikan ibu pada anak SD
DAFTAR PUSTAKA
SARAN
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
ini
menjadi
bahan penelitian lebih lanjut,
dan perlu dilakukan penelitian
dengan
faktor-faktor
terhadap
status
gizi
kesehatan
seperti
badan,
dan
asupan makan serta dengan
sampel yang lebih banyak.
Bagi Puskesmas kartasura 1,
diharapkan dari hasil penelitian
ini dapat membuat program
kerja pengukuran status gizi
secara
berkala
di
Depkes RI. 2010. Laporan Riset
Kesehatan Dasar 2010.
Badan Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan. Jakarta
risiko
genetik, aktivitas fisik, poa asuh
ibu,
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei
Sosial
dan
Ekonomi
Nasional
2013.
BPS.
Jakarta
sekolah-
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi
untuk Kesehatan. Jakarta:
PT.
Raja
Grafindo
Persada.
Nasihah, R. 2012. Faktor Risiko
Kejadian Stunting pada
Balita Usia 24-36 Bulan Di
Kecamatan
Semarang
Timur. Artikel Penelitian.
Fakultas
Kedokteran.
Universitas Diponegoro
Onis, M., Blossner, M., and Borghi,
E. 2011. Prevalence and
Trends of Stunting Among
Pre-School Children 19902020.
Public
Health
Nutrition: 15(1), 142-148.
Diakses 10 Desember
2012
sekolah untuk mendeteksi dini
status
gizi
anak
sekolah,
sehingga masalah gizi dapat
ditanggulangi dengan cepat.
Santoso, S. dan Ranti, AL. 2004.
Kesehatan dan Gizi. PT.
Asdi Mahasatya. Jakarta
.
Soehardjo. 2003. Berbagai Cara
Pendidikan Gizi. Bumi
Aksara. Jakarta
Sudiman, H. 2008. Stunting Awal
Perubahan Patologis atau
Adaptasi
karena
Perubahan
Sosial
Ekonomi
yang
Berkepanjangan.
Media
Litbang
Kesehatan
Volume XVIII Nomor 1
Tahun 2008