NASKAH PUBLIKASI Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Protein Dan Zat Gizi Mikro Antara Anak Balita Stunting Dan Non Stunting Di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO
ANTARA ANAK BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN
KARTASURA KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh :
PUNTO TYAS ADITYA PUTRA
J 310 080 009
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
DEPT. OF NUTRITION
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
ABSTRACT
PUNTO TYAS ADITYA PUTRA. J 310 080 009
THE DIFFERENCED OF ENERGY, PROTEIN, AND MICRONUTRIENT CONSUMPTION
LEVEL BETWEEN STUNTED AND NON-STUNTED UNDERFIVE CHILDREN IN
KELURAHAN KARTASURA, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO.
Background: Underfive period age is a critical period in creating good
quality human resources because the first two-year of postnatal is an optimal
period of growth and brain cells development. In this first 2 year period, the
prevalence of wasted and stunted underfive children achieve the highest
rates. Malnutrition in underfive children includes inadequate intake of energy
and protein and, also, inadequate intake of micronutrients, such as vitamin A,
iron, iodium and zinc. National prevalence of short and stunted underfive
children is 35.6%. Objective: To determine the difference of energy, protein,
and micronutrient consumption level between stunted and non-stunted
underfive children of Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo. Methods: The research was observational study with crosssectional approach. The participants of the research were 35 stunted
underfive children and 35 non-stunted underfive children who were included
according to inclusion criteria. Nutritional status of the participants and zscore were assessed by measuring heights of the participants. The
instruments that were used in measuring body lengths and heights were
baby board and microtoice. Data of food intake were determined by interview
with food recall forms that were collected 3 times inconsecutively. Statistical
tests of the research were Independent Sample T test and Mann Whitney
Test. Result: Results of the research indicated that average intakes of
energy, protein, Fe, Zn, vitamin A of stunted underfive children were 789,19
kCal, 27.65 g, 4.46 mg, 3.45 mg, 424.23 µg, respectively and for nonstunting young children, the average intakes of energy, protein, Fe, Zn,
vitamin A were 1050.99 kCal, 37.71 g, 7.73 mg, 4.86 mg, and 576.58 µg,
respectively. Results of the research showed that there were differences in
consumption levels of energy (p=0.001), protein (p=0.007), Fe (p=0.000), Zn
(p=0.000) and vitamin A (0.001) between stunted and non-stunted underfive
children. Conclusion: There was differenced of energy, protein, Fe, Zn and
vitamin A consumption level between stunted and non-stunted underfive
children in Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo. Suggestion : This need an advanced research which
investigaties the other factors that night affed nutritional status, such as
infection.
Key words : Stunted, intakes of energy, protein, Fe, Zn and vitamin A
PENDAHULUAN
karena pada dua tahun pertama pasca
Masa balita merupakan masa
kelahiran merupakan masa pertumbuhan
yang kritis dalam upaya menciptakan
dan perkembangan sel-sel otak yang
sumberdaya manusia yang berkualitas,
optimal. Pada kelompok umur inilah
prevalensi balita kurus (wasting) dan
linear anak yang memiliki kadar serum
balita pendek (stunting) mencapai angka
retinol yang rendah. Selain itu defisiensi
tertinggi. Kekurangan gizi pada usia
vitamin A dapat meningkatkan risiko
balita ini meliputi kurang energi dan
anak terhadap penyakit infeksi yang
protein serta kekurangan zat gizi seperti
disebabkan karena menurunnya respon
vitamin A, zat besi, iodium dan zinc
antibodi pada sel-T (Almatsier, 2005).
(Hadi, 2005). Stunting yang terjadi pada
Menurut Suhardjo (2002) infeksi dapat
balita disebabkan oleh beberapa faktor,
menimbulkan
diantaranya
berbagai
akibat
gangguan
gizi
mekanismenya
pertumbuhan dalam kandungan, kurang
status
gizi mikro, asupan energi yang kurang
interaksi bolak-balik.
dan infeksi. Jika hal ini terjadi pada usia
gizi
pentingnya
pertumbuhan (Bhutta et al, 2008).
Menurut
diperlukan
untuk
pertumbuhan
yang
normal tergantung pada kualitas zat gizi
yang
dikonsumsi.
mempengaruhi
Hal
lain
pertumbuhan
yang
adalah
infeksi. Anak balita yang terkena infeksi
dengan
melalui
dan
infeksi
antara
terdapat
Zat gizi mikro yang tidak kalah
balita, maka menyebabkan gangguan
Jumlah energi dan protein yang
kurang
adalah
Almatsier
Besi
(Fe).
(2005)
Fe
memegang peranan dalam sistem
kekebalan tubuh. Respons kekebalan
sel oleh limfosit-T akan terganggu
jika pembentukan sel-sel berkurang,
yang
disebabkan
oleh
karena
dapat mengakibatkan nafsu makan turun
berkurangnya sintesis DNA. Sintesis
sehingga masukan zat gizi dan energi
DNA ini disebabkan oleh gangguan
kurang
enzim reduktase ribonukleotida yang
dari
kebutuhannya
(Pudjiadi,
2003). Upaya perbaikan masalah gizi
membutuhkan
tidak hanya masalah gizi energi dan
berfungsi
protein
perbaikan
defisiensi Fe dapat menyebabkan
masalah kurang vitamin A (Sudiman,
gangguan pada sistem kekebalan
saja,
tetapi
juga
2008).
Fe
dengan
agar
baik,
dapat
sehingga
tubuh. Penelitan Nugrohowati (2010)
Pada anak
yang mengalami
defisiensi vitamin A pertumbuhan tulang
akan terhambat dan bentuk tulang tidak
normal, dengan demikian pada anak-
tentang suplementasi vitamin A pada
anak usia 2-5 tahun di Surakarta
menyatakan bahwa penambahan Fe
anak yang menderita defisiensi vitamin A
pada suplementasi Vitamin A pada
akan
anak usia 2-5 tahun yang berstatus
mengalami
kegagalan
dalam
pertumbuhan. Menurut Hadi et al (2000)
gizi
pemberian suplementasi vitamin A dosis
kadar feritin lebih tinggi dibandingkan
tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan
kurang
dapat
meningkatkan
Prevalensi stunting di dunia
dengan anak yang hanya mendapat
masih tinggi, ini dibuktikan dengan
suplementasi vitamin A saja.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi
penelitian yang dilakukan oleh Luter
(2010)
yang
menemukan
mikro hanya sedikit, namun jika tidak
et
dipenuhi dapat berakibat fatal seperti
prevalensi stunting pada tahun 2008
halnya dampak kekurangan energi
sebesar
dan protein dalam jangka panjang.
prevalensi nasional balita pendek
Zinc (Zn) merupakan zat gizi mikro
(stunting) adalah 35,6% (Depkes,
yang memegang peranan esensial
2010).
dalam
al
29,8%,
sedangkan
Berdasarkan
data
fungsi
tubuh,
Kesehatan
berperan
dalam
pada tahun 2010 di Kecamatan
sintesis alat angkut vitamin A protein
Kartasura terdapat 72 (24,16%) dari
pengikat
300
banyak
diantaranya
Zn
retinol
(Retinol
Protein/RBP)
di
pembentukan
kulit,
Binding
balita
Sukoharjo
mengalami
stunting
hati,
(Dinkes Sukoharjo, 2010). Hal ini
metabolisme
yang menjadikan alasan bagi penulis
jaringan kulit, penyembuhan luka dan
untuk melakukan penelitian tentang
sistem kekebalan tubuh. Defisiensi
perbedaan tingkat konsumsi energi,
Zn
dapat terjadi pada golongan
protein dan zat gizi mikro antara anak
rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil
balita stunting dan non stunting di
dan
Kelurahan
menyusui
dalam
Kabupaten
Dinas
serta
orang
tua.
Tanda-tanda kekurangan Zn adalah
Kartasura,
Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
gangguan pertumbuhan (Almatsier,
2005). Nasution (2000) menyatakan
BAHAN DAN METODE
suplementasi Zn (20 mg) + Fe (20
Jenis
mg)
1
kali
seminggu
dapat
penelitian
ini
adalah
observasional dengan pendekatan
Penelitian
ini
meningkatkan z-score TB/U anak
Cross
stunted usia 6-24 bulan. Demikian
dilakukan selama 8 bulan, yaitu
pula
dimulai bulan Juli 2011 sampai
dengan
Osendarp
et
hasi
al
penelitian
(2002)
tentang
Sectional.
dengan
Februari
suplementasi seng pada bayi umur 1-
dilaksanakan
6
Kartasura,
bulan
menyatakan
seng
di
Bangladesh
bahwa
sebesar
5
juga
suplementasi
mg
meningkatkan pertumbuhan.
dapat
2012
di
Kecamatan
yang
Kelurahan
Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo.
Populasi pada penelitian ini
adalah anak balita usia 1-5 tahun
baik laki-laki maupun
un perempuan
P1
yang bertempat tinggal
al di Kelurahan
P2
Kartasura, sebanyak 414
41 balita yang
terdiri dari 361 balita normal
n
dan 53
:
Proporsi
si pada kelompok
stunting (0.2
0.24)
: Proporsi pad
pada kelompok non
stunting (0.7
0.76)
: Ketepatan absolute
a
(0.20)
: Tingkat kem
maknaan (1.96)
d
α
balita stunting dari 11
1 posyandu
yang
terdapat
di
Kelurahan
Data identitas
itas responden dan
Kartasura. Dari 361 balita
b
normal
data
sebanyak 211 balita m
memiliki nilai z-
diperoleh
score >-1 SD dan 150
0 balita
b
memiliki
langsung kepada responden.
r
Data
nilai z-score -1
badan
SD. Untuk kriteria ekskklusi yaitu sakit
Data panjang bad
adan dan tinggi
atau meninggal selama
a pengambilan
badan diambil pada
a awal penelitian.
data,
berpindah
tempat
t
dan
mengundurkan diri.
menggunak
akan
Jumlah
microtoice.
pangan
p
yang
dikonsumsi kemudia
dian dibandingkan
Sampel dihitung
g menggunakan
m
dengan
Angka Kecukupan Gizi
rumus Sastroasmoro (1995)
(1
dengan
(AKG)
proporsi
sebesar
pangan akan dikate
ategorikan menjadi
24,16 % (berdasarkan
an data Dinas
jika lebih >120% A
AKG, normal 90-
Kesehatan
199% AKG, ringan
an 80-89% AKG,
tahun
sampel
anak
stunt
nting
Kabupaten
ten
2010).
Sukoharjo
Perhitu
itungan
tersebut
ada
dalah
berikut:
Keterangan :
n
: Jumlah sampel
besar
sebagai
2004.
Tin
Tingkat
konsumsi
kurang 70-79% AKG
A
dan defisit
PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO
ANTARA ANAK BALITA STUNTING DAN NON STUNTING DI KELURAHAN
KARTASURA KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijazah S1 Gizi
Disusun Oleh :
PUNTO TYAS ADITYA PUTRA
J 310 080 009
PROGRAM STUDI S1 GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
DEPT. OF NUTRITION
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
ABSTRACT
PUNTO TYAS ADITYA PUTRA. J 310 080 009
THE DIFFERENCED OF ENERGY, PROTEIN, AND MICRONUTRIENT CONSUMPTION
LEVEL BETWEEN STUNTED AND NON-STUNTED UNDERFIVE CHILDREN IN
KELURAHAN KARTASURA, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO.
Background: Underfive period age is a critical period in creating good
quality human resources because the first two-year of postnatal is an optimal
period of growth and brain cells development. In this first 2 year period, the
prevalence of wasted and stunted underfive children achieve the highest
rates. Malnutrition in underfive children includes inadequate intake of energy
and protein and, also, inadequate intake of micronutrients, such as vitamin A,
iron, iodium and zinc. National prevalence of short and stunted underfive
children is 35.6%. Objective: To determine the difference of energy, protein,
and micronutrient consumption level between stunted and non-stunted
underfive children of Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo. Methods: The research was observational study with crosssectional approach. The participants of the research were 35 stunted
underfive children and 35 non-stunted underfive children who were included
according to inclusion criteria. Nutritional status of the participants and zscore were assessed by measuring heights of the participants. The
instruments that were used in measuring body lengths and heights were
baby board and microtoice. Data of food intake were determined by interview
with food recall forms that were collected 3 times inconsecutively. Statistical
tests of the research were Independent Sample T test and Mann Whitney
Test. Result: Results of the research indicated that average intakes of
energy, protein, Fe, Zn, vitamin A of stunted underfive children were 789,19
kCal, 27.65 g, 4.46 mg, 3.45 mg, 424.23 µg, respectively and for nonstunting young children, the average intakes of energy, protein, Fe, Zn,
vitamin A were 1050.99 kCal, 37.71 g, 7.73 mg, 4.86 mg, and 576.58 µg,
respectively. Results of the research showed that there were differences in
consumption levels of energy (p=0.001), protein (p=0.007), Fe (p=0.000), Zn
(p=0.000) and vitamin A (0.001) between stunted and non-stunted underfive
children. Conclusion: There was differenced of energy, protein, Fe, Zn and
vitamin A consumption level between stunted and non-stunted underfive
children in Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo. Suggestion : This need an advanced research which
investigaties the other factors that night affed nutritional status, such as
infection.
Key words : Stunted, intakes of energy, protein, Fe, Zn and vitamin A
PENDAHULUAN
karena pada dua tahun pertama pasca
Masa balita merupakan masa
kelahiran merupakan masa pertumbuhan
yang kritis dalam upaya menciptakan
dan perkembangan sel-sel otak yang
sumberdaya manusia yang berkualitas,
optimal. Pada kelompok umur inilah
prevalensi balita kurus (wasting) dan
linear anak yang memiliki kadar serum
balita pendek (stunting) mencapai angka
retinol yang rendah. Selain itu defisiensi
tertinggi. Kekurangan gizi pada usia
vitamin A dapat meningkatkan risiko
balita ini meliputi kurang energi dan
anak terhadap penyakit infeksi yang
protein serta kekurangan zat gizi seperti
disebabkan karena menurunnya respon
vitamin A, zat besi, iodium dan zinc
antibodi pada sel-T (Almatsier, 2005).
(Hadi, 2005). Stunting yang terjadi pada
Menurut Suhardjo (2002) infeksi dapat
balita disebabkan oleh beberapa faktor,
menimbulkan
diantaranya
berbagai
akibat
gangguan
gizi
mekanismenya
pertumbuhan dalam kandungan, kurang
status
gizi mikro, asupan energi yang kurang
interaksi bolak-balik.
dan infeksi. Jika hal ini terjadi pada usia
gizi
pentingnya
pertumbuhan (Bhutta et al, 2008).
Menurut
diperlukan
untuk
pertumbuhan
yang
normal tergantung pada kualitas zat gizi
yang
dikonsumsi.
mempengaruhi
Hal
lain
pertumbuhan
yang
adalah
infeksi. Anak balita yang terkena infeksi
dengan
melalui
dan
infeksi
antara
terdapat
Zat gizi mikro yang tidak kalah
balita, maka menyebabkan gangguan
Jumlah energi dan protein yang
kurang
adalah
Almatsier
Besi
(Fe).
(2005)
Fe
memegang peranan dalam sistem
kekebalan tubuh. Respons kekebalan
sel oleh limfosit-T akan terganggu
jika pembentukan sel-sel berkurang,
yang
disebabkan
oleh
karena
dapat mengakibatkan nafsu makan turun
berkurangnya sintesis DNA. Sintesis
sehingga masukan zat gizi dan energi
DNA ini disebabkan oleh gangguan
kurang
enzim reduktase ribonukleotida yang
dari
kebutuhannya
(Pudjiadi,
2003). Upaya perbaikan masalah gizi
membutuhkan
tidak hanya masalah gizi energi dan
berfungsi
protein
perbaikan
defisiensi Fe dapat menyebabkan
masalah kurang vitamin A (Sudiman,
gangguan pada sistem kekebalan
saja,
tetapi
juga
2008).
Fe
dengan
agar
baik,
dapat
sehingga
tubuh. Penelitan Nugrohowati (2010)
Pada anak
yang mengalami
defisiensi vitamin A pertumbuhan tulang
akan terhambat dan bentuk tulang tidak
normal, dengan demikian pada anak-
tentang suplementasi vitamin A pada
anak usia 2-5 tahun di Surakarta
menyatakan bahwa penambahan Fe
anak yang menderita defisiensi vitamin A
pada suplementasi Vitamin A pada
akan
anak usia 2-5 tahun yang berstatus
mengalami
kegagalan
dalam
pertumbuhan. Menurut Hadi et al (2000)
gizi
pemberian suplementasi vitamin A dosis
kadar feritin lebih tinggi dibandingkan
tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan
kurang
dapat
meningkatkan
Prevalensi stunting di dunia
dengan anak yang hanya mendapat
masih tinggi, ini dibuktikan dengan
suplementasi vitamin A saja.
Kebutuhan tubuh akan zat gizi
penelitian yang dilakukan oleh Luter
(2010)
yang
menemukan
mikro hanya sedikit, namun jika tidak
et
dipenuhi dapat berakibat fatal seperti
prevalensi stunting pada tahun 2008
halnya dampak kekurangan energi
sebesar
dan protein dalam jangka panjang.
prevalensi nasional balita pendek
Zinc (Zn) merupakan zat gizi mikro
(stunting) adalah 35,6% (Depkes,
yang memegang peranan esensial
2010).
dalam
al
29,8%,
sedangkan
Berdasarkan
data
fungsi
tubuh,
Kesehatan
berperan
dalam
pada tahun 2010 di Kecamatan
sintesis alat angkut vitamin A protein
Kartasura terdapat 72 (24,16%) dari
pengikat
300
banyak
diantaranya
Zn
retinol
(Retinol
Protein/RBP)
di
pembentukan
kulit,
Binding
balita
Sukoharjo
mengalami
stunting
hati,
(Dinkes Sukoharjo, 2010). Hal ini
metabolisme
yang menjadikan alasan bagi penulis
jaringan kulit, penyembuhan luka dan
untuk melakukan penelitian tentang
sistem kekebalan tubuh. Defisiensi
perbedaan tingkat konsumsi energi,
Zn
dapat terjadi pada golongan
protein dan zat gizi mikro antara anak
rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil
balita stunting dan non stunting di
dan
Kelurahan
menyusui
dalam
Kabupaten
Dinas
serta
orang
tua.
Tanda-tanda kekurangan Zn adalah
Kartasura,
Kecamatan
Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.
gangguan pertumbuhan (Almatsier,
2005). Nasution (2000) menyatakan
BAHAN DAN METODE
suplementasi Zn (20 mg) + Fe (20
Jenis
mg)
1
kali
seminggu
dapat
penelitian
ini
adalah
observasional dengan pendekatan
Penelitian
ini
meningkatkan z-score TB/U anak
Cross
stunted usia 6-24 bulan. Demikian
dilakukan selama 8 bulan, yaitu
pula
dimulai bulan Juli 2011 sampai
dengan
Osendarp
et
hasi
al
penelitian
(2002)
tentang
Sectional.
dengan
Februari
suplementasi seng pada bayi umur 1-
dilaksanakan
6
Kartasura,
bulan
menyatakan
seng
di
Bangladesh
bahwa
sebesar
5
juga
suplementasi
mg
meningkatkan pertumbuhan.
dapat
2012
di
Kecamatan
yang
Kelurahan
Kartasura,
Kabupaten Sukoharjo.
Populasi pada penelitian ini
adalah anak balita usia 1-5 tahun
baik laki-laki maupun
un perempuan
P1
yang bertempat tinggal
al di Kelurahan
P2
Kartasura, sebanyak 414
41 balita yang
terdiri dari 361 balita normal
n
dan 53
:
Proporsi
si pada kelompok
stunting (0.2
0.24)
: Proporsi pad
pada kelompok non
stunting (0.7
0.76)
: Ketepatan absolute
a
(0.20)
: Tingkat kem
maknaan (1.96)
d
α
balita stunting dari 11
1 posyandu
yang
terdapat
di
Kelurahan
Data identitas
itas responden dan
Kartasura. Dari 361 balita
b
normal
data
sebanyak 211 balita m
memiliki nilai z-
diperoleh
score >-1 SD dan 150
0 balita
b
memiliki
langsung kepada responden.
r
Data
nilai z-score -1
badan
SD. Untuk kriteria ekskklusi yaitu sakit
Data panjang bad
adan dan tinggi
atau meninggal selama
a pengambilan
badan diambil pada
a awal penelitian.
data,
berpindah
tempat
t
dan
mengundurkan diri.
menggunak
akan
Jumlah
microtoice.
pangan
p
yang
dikonsumsi kemudia
dian dibandingkan
Sampel dihitung
g menggunakan
m
dengan
Angka Kecukupan Gizi
rumus Sastroasmoro (1995)
(1
dengan
(AKG)
proporsi
sebesar
pangan akan dikate
ategorikan menjadi
24,16 % (berdasarkan
an data Dinas
jika lebih >120% A
AKG, normal 90-
Kesehatan
199% AKG, ringan
an 80-89% AKG,
tahun
sampel
anak
stunt
nting
Kabupaten
ten
2010).
Sukoharjo
Perhitu
itungan
tersebut
ada
dalah
berikut:
Keterangan :
n
: Jumlah sampel
besar
sebagai
2004.
Tin
Tingkat
konsumsi
kurang 70-79% AKG
A
dan defisit