TMB: Hanya Duit Bukan Solutif.

o Sen;n
17

1

2
18

OJan

3
19

OPeb

0

e

20


Setasa
5

o Mar

~ibtln
Jabar
.

-

o Kam;s 0 Jumat o Sabtu o M;nggu

Rabu

6

7
22


21
OApr

OMe;

8
23

9

OJun

10

24

11

25
0 Jut


12

26
GAgs

27
OSep

14

13
28
OOkt

15
29
8Nov

16

30

31

ODes

b

TMB: Hanya Duit
Bukan Solutif
SEJUMLAH surat kabar
lokal beberapa hari lalu
memberitakan evaluasi Dinas Perhubungan (Dishub)
Kota Bandung terhadap
Trans Metro Bandung
(TMB) yang telah beroperasi di sepanjang jalan
Soekarno-Hatta belum lama ini. Saya pribadi kecewa
karena dalam berita-berita
tersebut
Dishub hanya

mengevaluasi masalah pendapatan atas operasional
TMB yang tidak sesuai dengan target peneapaian
dalam kuantitas rupiah.
Saya tahu, media-media
yan~ menyebarkan infor~
masl tersebut mempunyaJ.
setting sendiri terhadap
pesan apa saja yang ingin
ditonjolkan. Karena pada
komoditas informasi yang
dimuneulkan saat itu pun
disebutkan bahwa Dishub
dalam hal ini tidak berorientasi pada rupiah semata
di akhir berita. Namun apa
ia demikian?
Melalui pemberitaan tersebut, saya malah berasumsi bahwa sampai saat
ini Dishub yang bertanggung jawab atas operasi
TMB ini hanya mementingkan keuntungan. Mengapa? Karena mereka
sudah mempunyai
data

atau target pendapatan sebesar Rp 86 miliar di awal
moda transportasi ini beroperasi.
Saya rasa, jika tidak berorientasi terhadap keuntungan, Dishub tidak mempunyai hitung-hitungan
seperti itu atau sekalipun
punya tapi tidak dinyatakan. Apalagi, angka Rp 86
miliar ini sudah diwaeanakan di awal peluncurannya.
Walaupun memang, kuantitas dalam rupiah ini
akan didapatkan, tapi tidak
perlu lah diwaeanakan!
Apalagi, (katanya) tidak
berorientasi pada rupiah
yang didapatkan.
Jika ingin mengubah sistern tranportasi masyarakat, mengapa tidak dipersiapkan seeara tuntas menge~
alat transportasi,
-.----.----.

podium
DAMAR FERY ARDIYAN
Mahasiswa Jumalistik Fikom
Universitas Padjadjaran

Bandung

serta penunjang jalur tersebut, agar dapat terealisasi
arus lalu lintas yang baik
(efisien dan efektif) sehingga amanat UU No 22
tahun 2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan dapat
diterapkan
di lapangan
secara maksimal.
Karena sampai saat ini
saja, pemberhentian (seIter)
masih sangat kurang dan
jalurnya pun tidak ikut
dipersiapkan. Malah TMB
pun ikut berdesakan dengan angkutan umum atau
mobil pribadi yang sudah
ada sebelumnya.
Bagaimana dengan kondisi seperti ini dapat membuat
masyarakat

terangsang
untuk mempergunakan
TMB sebagai angkutan
umum aIternatif yang bersifat massal? Karena kondisi
arus lalu lintas yang akan
dirasakan masyarakat kurang lebih sarna, seperti
memakai kendaraan umum
yang sudah ada sebelumnya. Bahkan seeara asumtif,
TMB bukannya menjadi
sofusi di tengah kemaeetan,
tetapi hadirnya TMB ini
menambah sesaknya jalur
yang eukup panjang ini.
Saya juga sangat tidak
setuju jika sopir angkutan
umum yang kerap beroperasi di sepanjang Soekarno-Hatta ini ditekan dalam bentuk apa pun untuk
tidak lagi beroperasi tanpa
diberikan jalan keluar. Tetapi, saya sangat setuju jika
p'enerapan sistem trans-_


portasi massal ini juga merintah, maka pemerintah
nguntungkan masyarakat
mesti berani menghentikan
lain, juga sopir angkutan
selera masyarakat untuk
umum sebelumnya.
membeli kendaraan priProduksi Nilai lebih
badi. Untuk itu pemerintah
Tidak dapat ditutup-tuharus memberikan kenyatupi bahwa kehadiran sismanan, jaminan ketetapan
waktu (berangkat dan samtern transportasi
massal
memberikan keuntungan
pai), lebih irit ketimbang
yang besar. Mengapa tidak,
membeli bahan bakar, juga
karena angkutan dengan
servis memuaskan kepada
setiap penumpang.
Dan
kapasitas 20 orang bahkan

lebih ini dapat memberikan
penciptaan selera masyarakat inibisa sajadiciptakan
keuntungan
yang lebih
melalui media massa, debesar ketimbang angkutan
yang berkapasitas
ked!.
ngan berbagai eara yang
biasa
Mengapa? Karena dengan
sekali jalan lebih ban yak
mengangkut pen urn pang,
dengan biayapengeluaran
yang relatif sarna dengan
kendaraan
berkapasitas
keeil. Apalagi, jika angkutan
ini dikelola oleh pemerintah, yang dapat menyalurkan pendapatannya atas
operasi ini kepada masyarakat kembali. Oleh
karena itu, produksi nilai lebih

sangat dimungkinan tercipta
dari sistern
transportasi massal.
Sistem prod uksi nilai
lebih mungkin hanya
perlu bantuan mesin berkapasitas besar, juga jumlah, serta berjalan
digunadengan sangat eekan dalam
pat sehingga waktu dapat diperguteori periklanan.
Walaupun, pasti ada tanakan semaksimal mungkin
untuk penciptaan nilai lebih.
rik-menarik antara pemeKarena dengan memperrintah dan produsen kendaraan pribadi. Tapi mau
singkat waktu itulah, kita
bagaimana lagi? Produsen
dapat menukarkan sebuah
keeepatan kepada penumkendaraan pribadi terus
menjual komoditasnya. Sepang sebagai bentuk nilai
tukar yang telah pen umdangkan jalan tidak berpang berikan. Sistem ini juga,
tambah besar dan menyebabkan ketidakteraturan.
saya pikir, dapat memperluas lapangan kerja.
Bahkan jika diperl~bar,
Lalu, untuk memperbatentu akan tidak tercipta
nyak keuntungan bagi pebatasan lebarnya jalan karengelola moda tranportasi
na kendaraan pribadi pun
massal
ini,
yakni
peme~rus
~ jual. Bisa jadiJota
-.L..,;
..- ~

Klip!ng

.

Hum as

Unpad

2009

akan dihiasi dengan hanya
jalan raya, tidak diisi oleh
rumah penduduk lagi.
Dengan
transportasi
massal yang dikuasai pemerintah ini, selain bangsa
kita mendapatkan keteraturan, kita pun akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk lain selagi menjalankan kehidupan
ini.
Pemerintah
seyogianya
membuat masyarakat terlayani dengan baik dan keteraturan yang didptakan
melalui transportasi massal
ini pun memberikan keuntungan yang terasa bagi
masyarakat.
Jikademikian, sayasangat mendukung
dengan diberlakukannya
sistem angkutan massal
yang teratur
karena
mempunyai pemberhentian tetap. Mengapa tidak,
karena perpindahan
orang, barang, dan jasa pun
akan lebih eepat berjalan
yang memberikan dampak positif bagi kita
semua.
Oleh karena itu, pemerintah (Bandung)
mestiseutuhnya
dan
sepenuhnya
menjalankan reneana merealisasikan
angkutan massal yang
terproteksi
dari
kendaraan lain.
Angkutan massal
yang bersinergi
satu sama lain dapat
melayani semua orang
yang ingin berpindah di
dalam kota dengan eepat
hingga berpindah menuju
terminallstasiun
luar kota
pun dengan'eepat, dan dioperasikan tanpa mengklasifikasikan status sosial.
Apalagi jika mengingat
Bandung sebag'li kota yang
tidak memiliki jalanan yang
begitu besar. Dan jika pemerintah serius, anggap saja
bahwa hal ini seperti menginvestasikan sesuatu untuk
jangka panjang dan di kemudian hari -kita dapat
mendapatkan nilai yang Iebih berharga dari nilai investa~ s,:belumnya. (")