ANALISIS LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR Analisis Longsor Lahan Di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar.

ANALISIS LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN
MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2009
PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi

Disusun Oleh:
WAHYONO
NIM : E100 050 023

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

1

2


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ANALISIS LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN MATESIH
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009
Analysis of Landslides in the District Matesih
Karanganyar Regency in 2009
Oleh :
Wahyono
Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57162, Telp (0271)717417

ABSTRACT
The title of this research in the anhe title of this research in the analysis of
landslide in the district in Karanganyar Matesih. This research purpose tu know
potention of landslide and the factors that influence with landslide in the research
area.
Reasearch methods use survey methods, they are observation, meansurement
field, and taking sample with strata unit field and using techniques stratificaton
random sampling. Determination potention of landslide use nine factors that affect

landslide, they are: 1) Soil Depth, 2) Vegetation Density, 3) Slope, 4) Depth of
Water Table, 5) Densitynicks, 6) Soil Texture, 7) Depth of weathering, 8)
Permabilitas Ground, 9) Rain Fall.
Avalenche danger level land area cocontained in field units field V1 I LatCM,
V1 I MedC, V1 II LatCM, V1 III MedC, V2 III LatC, V2 III LatCM, V2 III
MedC, V3 III LatC, dan V3 III MedC wwhich covers at area 2737, 79 Ha or 96%
from total area matesih district. Landslide type in this area is rayapan and
avalandches.
Severe avalanche danger level landslide located on field V3 IV MedC, V4 IV
LatCM, dan V4 IV MedC that area covers 101,94 Ha or 4 % from area totals
matesih district. Landslide type in this area is landslide and fallout.
Factors that included cause of landslide at matesih district is rain fall, slope,
ground of premeabilitas, and soil depth. Research area in the form of a maps in
the danger level landslide with scale 1 : 50.000.
ABSTRAK
Judul penelitian ini adalah analisis longsor lahan di kecamatan matesih di
kabupaten karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi longsor
lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi longsor lahan di daerah penelitian.
Metode penelitian menggunakan metode survey yaitu, pengamatan,
pengukuran data lapangan, dan pengambilan sample dengan strata satuan medan

dan menggunakan teknik stratified random sampling. Penetuan potensi longsor
lahan menggunakan 9 faktor yang mempengaruhi longsor, meliputi 1) kedalaman
tanah, 2) kerapatan vegetasi, 3) kemiringan lereng, 4) kedalaman muka air tanah,

3

5) kerapatan torehan, 6) tekstur tanah, 7) kedalaman pelapukan, 8) permabilitas
tanah, 9) curah hujan.
Tingkat bahaya longsor lahan sedang terdapat pada satuan medan V1 I
LatCM, V1 I MedC, V1 II LatCM, V1 III MedC, V2 III LatC, V2 III LatCM, V2
III MedC, V3 III LatC, dan V3 III MedC yang mencakup wilayah 2737,79 Ha
atau 96% dari total wilayah kecamatan matesih. Tipe longsor pada daerah ini
adalah rayapan dan longsoran.
Tingkat bahaya longsor lahan berat terdapat pada satuan medan V3 IV
MedC, V4 IV LatCM, dan V4 IV MedC yang mencakup wilayah 101,94 Ha atau
4 % dari total wilayah kecamatan matesih. Tipe longsor pada daerah ini adalah
longsoran dan jatuhan.
Faktor faktor yang berpengaruh besar penyebab longsorlahan di kecamatan
matesih adalah curah hujan, kemiringan lereng, permeabilitas tanah, dan
kedalaman tanah. Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk peta tingkat bahaya

longsor lahan dengan skala 1 : 50.000.

merupakan

PENDAHULUAN

dapat diminimalisir dengan cara

geomorfologi bekerja pada bentuk

memetakan lokasi bencana, termasuk

lahan tersebut. Proses geomorfologi
meliputi

wilayah-wilayah

proses

terkena


pelapukan, erosi, dan gerak masa.

sebatas

basah.

pada

pemetaan

bahaya

longsor lahan dengan memberikan

merupakan

informasi potensi longsor lahan.

fenomena alam yang sering terjadi di


Potensi longsor lahan adalah

wilayah Indonesia karena di dukung

keadaan

kondisi Indonesia merupakan daerah

yang

memungkinkan

longsor lahan akan segera terjadi

pertemuan antara beberapa lempeng
itu

bencana


terjadi. Peta bahaya longsor lahan

daerah perbukitan di daerah tropis

Selain

dari

kapan longsor lahan tersebut akan

bencana alami yang sering melanda

tektonik.

dampak

berpotensi

belum dapat memberikan kepastian


tanah longsor merupakan salah satu

lahan

yang

tersebut, tetapi pemetaan tersebut

Gerak masa tanah atau sering disebut

Longsor

yang

Bahaya longsor lahan secara dini

mengalami perubahan selama proses

lain


tropis

mempunyai curah hujan yang tinggi.

Bentuk lahan secara dinamis

antara

daerah

dalam waktu yang dekat atau jika

Indonesia

seandainya

longsor

lahan


telah

terjadi ditempat itu, maka bahaya
4

longsor lahan dapat diartikan sebagai

banyak vegetasi penutup yang rusak

tingkat longsor lahan yang akan

namun tidak terjadi korban jiwa.

terjadi dimasa yang akan datang.

Bekas adanya longsor tersebut masih

Kecamatan Matesih Kabupaten

dapat ditemukan berupa longsornya


Karanganyar merupakan salah satu

perlapisan batuan dan tanah yang

daerah yang terjadi tanah longsor,

menyusun

yang mana daerah tersebut secara

Fenomena

administrasi

terutama didesa Giribangun.

dibatasi

Karangpandan
disebelah

Kecamatan

disebelah

selatan

utara,

daerah
ini

potensi

Tawangmangu, Jatioso dan sebelah

mengetahui

barat Kecamatan Karanganyar.

mempengaruhi

penelitian

kita

uraian

lihat

tersebut

peneliti bertujuan untuk mengetahui

Jumantono, sebelah timur Kecamatan

Daerah

dapat

Berdasarkan

Kecamatan

penelitian.

mempunyai

longsor

lahan

dan

faktor-faktor

yang

terjadinya

longsor

lahan ddaerah penelitian.

topografi bervariasi dari datar hingga

METODE PENELITIAN

berbukit,

batuan

yang

Metode

tanah

yang

penelitian ini adalah metode survei

bervariasi dan penggunaan lahan

dan laboratorium. Metode survei

yang diolah secara intensif. Kondisi

yaitu

litologi yang sebagian besar kedap

bertujuan

air dan struktur geologinya yang

sejumlah

berlapis-lapis

potensi

individu dalam jangka waktu yang

kondisi

bersamaan

struktur

bervariasi,

terjadinya

jenis

mempunyai

longsor

jika

yang

ada

digunakan

metode

penelitian

untuk
besar

penelitian.

didaerah

data,

unit

untuk

yang

hasil

laboratorium

penelitian terdiri dari Mediteran

yaitu

coklat

coklat.

sampel tanah yang selanjutnya akan

Berdasarkan hasil orientasi lapangan

diuji laboratorium guna memperoleh

Kecamatan Matesih pada tahun 2008

tekstur dan permebilitas tanah. Selain

pernah terjadi longsor lahan yang

menggunkan dua metode penelitian

mengakibatkan kerusakan jalan dan

ini menggunakan tiga tahap dalam

dan

latosol

5

cara

atau

dapat

dalam

Metode

dengan

dalam

mengumpulkan

digeneralisasikan

batuan dalam keadaan jenuh air.
Tanah

yang

pengambilan

penelitian, yaitu tahap persiapan,

karanganyar.

tahap

pelaksanaan kegiatan pembangunan,

pelaksanaan

dan

tahap

Sedangkan

dalam

penyelesaian.

kecamatan matesih termasuk dalam

DESKRIPSI WILAYAH

wilayah

PENELITIAN

wilayah Karanganyar.

Kecamatan

Matesih

kerja

pembantu

Bupati

Daerah penelitian menurut peta

secara

astronomis terletak diantara 7o 37’

geologi

40” lintang selatan (LS) dan 111 31’

1:100.000, mempunyai batuan yang

47” bujur timur sampai 111o 51’ 60”

berasal dari endapan gunung api

bujur timur (BT). Tepatnya terletak

lawu yang berumur kuarter yang

disekitar 13,20 Km kearah timur dari

terdiri dari andesit, batuan gunung

ibukota

api lawu dan lahar lawu.

o

kabupaten

dati

II

Karanganyar.
Luas

lembar

Kondisi
wilayah

kecamatan

matesih

surakarta

topografi

skala

kecamatan

bervariasi,

sebagian

Matesih adalah 26,27 Km2, atau

wilayahnya ada yang mempunyai

3,40% dari luas seluruh Kabupaten

topografi kasar, pada tempat-tempat

Karanganyar. Dimana luas seluruh

tertentu dijumpai kemiringan tanah.

Kabupaten

adalah

Tanah yang datar antara 10% sampai

773,78 Km . dengan luas wilayah

40%. Dengan bentuk wilayah yang

tersebut

administratife

berombak sampai berbukit 75%,

kecamatan Matesih membawahi 9

sedangkan yang berbukit sampai

desa, 78 dusun dan 155 dukuh.

bergunung 25%.

Karanganyar
2

secara

Secara administratif kecamatan

Jenis tanah dipengaruhi oleh

Matesih merupakan salah satu dari

iklim, jenis batuan induk topografi,

17 kecamatan yang ada di kabupaten

dan

karanganyar yang dibatasi oleh :

pembentukannya dipengaruhi oleh

sebelah

organisme dan waktu. Menurut hasil

karangpandan,

utara

kecamatan

sebelah

vegetasi.

Adapun

timur

pemetaan

kecamatan tawangmangu, sebelah

diwilayah

selatan kecamatan Jumantono dan

memiliki

sebelah

coklat dan latosol coklat.

barat

kecamatan

6

tentang

jenis

kecamatan
jenis

proses

tanah

tanah
Matesih,

mediteran

Keadaan

hidrologi

Sedangkan penggunaan tanah juga

kecamatan

untuk tegal atau kebun.

matesih terdiri dari air permukaan
dan air tanah. Air permukaan dapat

Berdasarkan perhitungan dari

di lihat dengan adanya sungai yang

data curah hujan dapat digolongkan

ada di daerah penelitian di antaranya

bahwa daerah penelitian memiliki

kali samin yang penggunaan airnya

tipe iklim basah dimana curah hujan

untuk irigasi pertanian serta untuk

rata-ratanya tinggi. Yaitu antara 2500

memandikan ternak. Kondisi aliran

hingga mencapai 3000 mm per

sungai

stabil

tahun. Adapun temperature yang

saat

bergerak atau suhunya adalah antara

musim penghujan memiliki debit air

18o sampai 23o, maksudnya adalah

yang besar namun pada saat msim

bahwa temperature terendah atau

kemarau relatif kecil. Dilihat dari

suhu

kondisi aliranya nampak bahwa air

sedangkan temperature tertinggi atau

sungai tersebut berarna kecoklatan.

suhu maksimum adalah 23o C.

Hal ini disebabkan oleh adanya

LONGSOR

kandngan tanah yang terbawa oleh

PENELITIAN

ini

(intermetent)

aliran

relatif

tidak

dimana

sungai.

pada

Keadaan

ini

minimum

adalah

LAHAN

Longsor

18 o

C,

DAERAH

lahan

didaerah

mengindikasikan bahwa erosi tanah

penelitian

memiliki

tipe

pada hulu sungai tersebut sudah

beragam.

Hal

desebabkan

sangat parah. Apabila keadaan ini

bervariasinya

tidak segera di cegah dikawatirkan

penelitian. Analisis longsor lahan

akan membawa damak yang buruk

didaerah penelitian didasarkan atas

terhadap lingkungan.

pemahaman

ini
kondisi

proses

yang

daerah

longsorlahan

Mengenai penggunaan tanah di

yang disebabkan oleh bekerjanya

daerah penelitian di dasarkan pada

gaya gravitasi pada material batuan

topografi tanahnya. Sebagian besar

atau tanah yang terletak pada posisi

wilayah

ketinggian

kecamatan

Matesih

tertentu.

Dilapangan

digunakan untuk pertanian, yaitu

material yang cenderung mengalami

persawahan yang ditanami padi.

proses longsorlahan adalah meteial
yang terletak semakin rawan untuk

7

terjadi

longsorlahan.

dijelaskan

Hasil

bahwa

longsorlahan

pengamatan memperlihatkan bahwa

paling banyak terjadi pada satuan

tipe longsor lahan didaerah penelitian

litologi breaksi gunung api lava.
3. Rayapan (creep)

adalah

Rayapan

1. Jatuhan (fall)

merupakan

gerakan

Jatuhan merupakan gerak material

sangat lambat pada tanah yang

jatuh bebas meloncat, meluncur,

miring,

atau

akibat

perlapukan atau akumulasi bahan

pengaruh gravitasi yang terjadi

rombakan. Gerakan terjadi pada

pada tebing atau dinding terjal

umumnya

yang tidak disertai pergeseran

lembek

atau

bertambahnya

menggelinding

sedikit

saja

terjadi

dapat

berupa

tanah

bila tanah menjadi
yaitu

dengan

kadar

air

pada

pergeseran. Gerakan yang terjadi

tanah permukaan. Satuan litologi

dari sangat lambat hingga sangat

yang mengalami tipe rayapan

cepat.

tanah adalah batu pasir dengan

Berdasar

kemiringan

lerengnya jatuhan batu terjadi

sisipan

tuff,

serpih

dengan

pada lereng kelas curam.

perselingan tuff dan lignit.
4. Aliran (flow)

2. Longsoran (slide)
Longsorlahan merupakan gerakan

Gerakan

masa dimana materialnya berupa

campuran bahan rombakan secara

tanah,

mengalir

batuan

atau

campuran

masa

tanah

dengan

dan

kecepatan

keduanya pada skala atau daerah

lambat sampai cepat. Material

yang luas besar kecilnya daerah

tanahnya

yang terlanda longsorlahan jenis

biasanya dengan kecepatan lambat

landslide.

hasil

hingga cepat dan Lumpur dengan

analisis lapangan dapat dijelaskan

kecepatan sangat cepat. Sehingga

bahwa sebagian besar kejadian

ada yang disebut aliran tanah

longsor lahan terdapat pada lereng

lambat dan aliran tanah cepat.

curam dengan kemiringan lereng

Disini factor kandungan air sangat

< 30%. Persebaran longsorlahan

penting. Pada daerah penelitian

berdasarkan tipe litologi dapat

jenis

Berdasarkan

8

yang

sangat

longsorlahan

ini

plastis

sudah

sering terjadi dan banyak jenis-

dapat

jenis

berupa

kondisi

geologi

lahan

untuk

(stratigrafi dan struktur) dan litologi

lahannya.

Aliran

(sifat dari batuan) kondisi hidrologi

yang terjadi didaerah penelitian

(kedalaman muka air tanah, ada dan

adalah jenis aliran tanah yang

tidaknya rembesan). kondisi tanah

terjadi pada bentuk lahan lereng

(tekstur dan permeabilitas), kondisi

atas dan lereng tengah gunung api

topografi

dengan penggunaan lahan hutan.

kondisi

keadaan

penggunaan

(kemiringan

lereng),

geomorfologi

(tenaga

Faktor-Faktor Penyebab Longsor

perusak) dan kondisi iklim (curah

Daerah Penelitian

hujan).

Faktor

penyebab

Zaruba

terjadinya

dan

mencl

longsor lahan tergantung dari kondisi

mengemukakan

faktor

fisik lingkungan alam suatu bentuk

longsorlahan yaitu :

lahan. Longsorlahan pada prinsipnya

1.

Perubahan

dalam

(1969),
terjadinya

gradient

lereng,

terjadi oleh adanya penyebab yang
2.

bersifat alami dan non alami. Namun

Perubahan

dalam

kemiringan

lereng (topografi),

dari yang bersifat alami dan non
alami, longsorlahan ditinjau dari

3.

Perubahan dalam kandungan air,

proses mekanismenya terjadi apabila

4.

Pengaruh air tanah,

masa tanah / batuan mempunyai

5.

Vegetasi

berat masa yang melampui batas dari

ANALISA DATA

disebut

Satuan medan merupakan medan

tekanan geser. Oleh karena itu baik

yang ditunjukkan oleh suatu bentuk

faktor alami atau non alami yang

lahan atau komplek bentuk lahan

menyebabkan naiknya tekanan geser

yang mempunyai karakteristik dan

dan

komponen medan utama. Komponen

penahannya

yang

menurunnya

merupakan

biasa

tahanan

penyebab

geser

tersebut

timbulnya

antara

lain

topografi,

kenyataanya

geologi, dan tanah sehingga dapat di

faktor tersebut tidak bekerja secara

klasifikasikan dengan menggolong-

terpisah melainkan bekerja secara

golongkan

longsorlahan.

terpadu.

Pada

Pengaruh

longsorlahan

9

medan

berdasarkan

karakteristik

yang

dimiliki

mempunyai kedalaman dangkal,

oleh

kedalaman pelapukan dibawah 0,5

masing-masing medan.
daerah

m dari batuan asal lahar lawu, dan

penelitian termasuk dalam bentukan

kedalaman muka air tanah antara

asal batuan gunung api lawu yang

2,5-5 m. Satuan lahan ini jarang di

terbagi kedalam 12

satuan medan

temukan vegetasi penutup karena

yaitu V1 I LatCM, V1 I MedC, V1 II

sebagian besar penggunaan lahan

LatCM, V1 III MedC, V2 III LatC,

adalah sawah dan pemukiman.

Satuan

medan

di

V2 III LatCM, V2 III MedC, V3 III

3. V1 II LatCM

LatC, V3 III MedC, V3 IV MedC,

Satuan medan ini pada daerah

V4 IV LatCM, dan V4 IV MedC.

penelitian

1. V1 I LatCM

kemiringan lereng landai sampai

mempunyai

Satuan medan ini pada daerah

20%, jenis tanah latosol coklat

penelitian mempunyai topografi

kemerahan dengan tektur pasir

hampir datar kurang dari 7%,

lempung

jenis tanah latosol coklat dengan

kedalaman dangkal, kedalaman

tektur

dan

pelapukan dibawah 0,5 m dari

mempunyai kedalaman dangkal,

batuan asal lahar lawu, kedalaman

kedalaman pelapukan dibawah 0,5

Muka air tanah antara 2,5-5m,

m dari batuan asal lahar lawu, dan

kerapatan torehan sedang. Satuan

kedalaman muka air tanah antara

lahan ini tidak banyak di temukan

2,5-5 m. Satuan lahan ini jarang di

vegetasi penutup karena sebagian

temukan vegetasi penutup karena

besar penggunaan lahan adalah

sebagian besar penggunaan lahan

sawah tegalan.

pasir

lempung

dan

mempunyai

4. V1 III MedC

adalah sawah dan pemukiman.

Satuan medan ini pada daerah

2. V1 I MedC
Satuan medan ini pada daerah

penelitian mempunyai topografi

penelitian mempunyai topografi

miring antara 21-55%, jenis tanah

hampir datar kurang dari 7%,

mediteran coklat dengan tektur

jenis

geluh

tanah

mediteran

coklat

berlempung

dan

mempunyai kedalaman sedang,

dengan tektur pasir lempung dan

10

kedalaman pelapukan sampai 1 m

mempunyai kedalaman dangkal,

dari batuan asal lahar

kedalaman

lawu,

pelapukan

sangat

kedalaman Muka air tanah sangat

dangkal kurang dari 0.5 m dari

dalam lebih dari 5 m, kerapatan

batuan asal lahar lawu, kedalaman

jarang. Satuan lahan ini sudah

Muka air tanah sangat dalam lebih

banyak

dari 5 m, kerapatan

di

temukan

vegetasi

torehan

penutup karena sebagian besar

sedang. Satuan lahan ini sudah

penggunaan lahan adalah tegalan,

banyak

hutan dan pemukiman.

penutup karena sebagian besar

di

temukan

vegetasi

penggunaan lahan adalah tegalan,

5. V2 III LatC

hutan dan pemukiman

Satuan medan ini pada daerah

7. V2 III MedC

penelitian mempunyai topografi
miring 21-55%, jenis tanah latosol

Satuan medan ini pada daerah

coklat

pasir

penelitian mempunyai topografi

mempunyai

miring antara 21-55%, jenis tanah

kedalaman dangkal, kedalaman

mediteran coklat dengan tektur

pelapukan dangkal 0.75 m dari

pasir lempung dan mempunyai

batuan asal lahar lawu, kedalaman

kedalaman dangkal, kedalaman

Muka air tanah sangat dalam lebih

pelapukan sedang sampai 1 m dari

dari 5 m, kerapatan

torehan

batuan asal lahar lawu, kedalaman

sedang. Satuan lahan ini sudah

Muka air tanah sangat dalam lebih

banyak

dari 5 m, kerapatan

dengan

lempung

tektur

dan

di

temukan

vegetasi

torehan

penutup karena sebagian besar

sedang. Satuan lahan ini sudah

penggunaan lahan adalah tegalan,

banyak

hutan dan pemukiman.

penutup karena sebagian besar

di

temukan

vegetasi

penggunaan lahan adalah tegalan,

6. V2 III LatCM

hutan dan pemukiman

Satuan medan ini pada daerah

8. V3 III LatC

penelitian mempunyai topografi
miring antara 21-55%, jenis tanah

Satuan medan ini pada daerah

latosol coklat kemerahan dengan

penelitian mempunyai topografi

tektur

miring antara 21-55%, jenis tanah

pasir

lempung

dan

11

latosol coklat dengan tektur pasir

curam lebih dari 55%, jenis tanah

lempung

mempunyai

mediteran coklat dengan tektur

kedalaman dangkal, kedalaman

pasir lempung dan mempunyai

pelapukan sedang sampai 1 m dari

kedalaman dangkal, kedalaman

batuan

pelapukan dangkal 0,5-0,75 m

dan

gunungapi

lawu,

kedalaman Muka air tanah sangat

dari

batuan

gunungapi

dalam lebih dari 5 m, kerapatan

kedalaman Muka air tanah sangat

torehan sedang. Satuan lahan ini

dangkal

sudah banyak di temukan vegetasi

torehan sangat rapat. Satuan lahan

penutup karena sebagian besar

ini sudah banyak di temukan

penggunaan lahan adalah tegalan

vegetasi penutup karena sebagian

dan hutan.

besar penggunaan lahan adalah

1-2,5

m,

lawu,

kerapatan

tegalan dan hutan.

9. V3 III MedC

11.V4 IV LatCM

Satuan medan ini pada daerah
penelitian mempunyai topografi

Satuan medan ini pada daerah

miring antara 21-55%, jenis tanah

penelitian mempunyai topografi

mediteran coklat dengan tektur

curam lebih dari 55%, jenis tanah

pasir lempung dan mempunyai

latosol coklat dengan tektur pasir

kedalaman dangkal, kedalaman

lempung

pelapukan dangkal 0,5-0,75 m

kedalaman

sangat

dangkal,

dari

kedalaman

pelapukan

dangkal

batuan

gunungapi

lawu,

dan

mempunyai

kedalaman Muka air tanah sangat

0,5-0,75 m dari batuan andesit,

dalam lebih dari 5 m, kerapatan

kedalaman Muka air tanah sedang

torehan rapat. Satuan lahan ini

antara 1-2,5m, kerapatan torehan

sudah banyak di temukan vegetasi

sedang. Hampir 80% luas satuan

penutup karena sebagian besar

medan

penggunaan lahan adalah tegalan

dikarenakan satuan medan ini

dan hutan.

sebagian besar penggunaan lahan

10.V3 IV MedC

tertutup

adalah hutan.

Satuan medan ini pada daerah
penelitian mempunyai topografi

12

vegetasi

12.V4 IV MedC

Sumber : Peneliti

Satuan medan ini pada daerah

Keterangan :

penelitian mempunyai topografi

A : Curaha Hujan

curam lebih dari 55%, jenis tanah

B: Kemiringan Lereng

mediteran coklat dengan tektur

C: Tektur Tanah

pasir lempung dan mempunyai

D: Kedalaman Tanah

kedalaman

E: Kedalaman Muka Air Tanah

kedalaman

sangat

dangkal,

pelapukan

F: Kerapatan Torehan

sedang

0,75-1 m dari batuan andesit,

G: Kerapatan Vegetasi,

kedalaman Muka air tanah sedang

H:Permeabilitas Tanah

antara 1-2,5 m, kerapatan torehan

I: Kedalaman Pelapukan

sangat rapat. Satuan lahan ini

Hasil pengharkatan dari 9 prameter

terdapat banyak vegetasi penutup

yang mempengaruhi longsor lahan di

karena sebagian besar penggunaan

daerah penelitian yang telah di

lahan adalah tegalan dan hutan.

diskripsikan di atas di jadikan dasar

Untuk

lebih

jelasnya

penentuan

untuk

penyusunan

peta

fakor-faktor penyebab longsor lahan

bahaya longsor lahan.

di daerah penelitian bisa di amati dari

HASIL PENELITIAN

hasil

pengukuran

dan

survei

Dari

hasil

penelitian

tingkat

dapat

lapangan yang di sajikan dalam tabel

ditarik kesimpulan bahwa tingkat

4. Sebagai berikut :

bahaya longsor lahan di daerah

Tabel 4.1 Pengharkatan Parameter
yang Mempengaruhi Longsor
Lahan

penelitian terdapat 2 kelas yaitu:
1. Tingkat bahaya longsor lahan
sedang terdiri dari satuan medan
V1 I LatCM, V1 I MedC, V1 II
LatCM, V1 III MedC, V2 III
LatC, V2 III LatCM, V2 III
MedC, V3 III LatC,dan V3 III
MedC.

Terdapat

pada

desa

Gantiwarno, Gadiluweh, Dawung,
Plosorejo, Matesih dan Girilayu.

13

Tingkat bahaya longsor lahan

DAFTAR PUSTAKA

sedang ini di pengaruhi curah

Agus Dwi Martono, 1998. Kartografi
Dasar, Surakarta : Fakultas Geografi
UMS.

hujan dan permeabilitas tanah.
2. Tingkat bahaya longgsor lahan

Ananta K.S, 1991. Konservasi Tanah
dan Air, Jakarta : Kalam Mulia.

berat terdiri dari satuan medan V3
IV MedC, V4 IV LatCM, dan V4

Dedi Suryadi, 2006. Analisis Tingkat
Kerentanan Gerak Massa di
Kecamatan Blado Kabupaten
Batang Jawa Tengah. Skripsi
Sarjana, Surakarta : Fakultas
Geografi UMS.

IV MedC. Terdapat pada desa
Koripan,

Karangbangun

Pablengan.
longsor

Tingkat

lahan

pengaruhi

bahaya

berat

ini

curah

permeabilitas

dan

di

hujan,

tanah,

Dyah Saptarini, 2003. Identifikasi
Gerak Massa Di Kecamatan
Bawang Kabupaten Bawang
Jawa
Tengah
.Skripsi
Sarjana, Surakarta : Fakultas
Geografi UMS

dan

kemiringan lereng.
Kemiringan lereng merupakan
salah satu pengaruh utama yang
mempengaruhi

longsor

lahan

di

Dwikorita
Karnawati,
2003.
Pengenalan Daerah Rentan
Gerakan Tanah dan Upaya
Migitasinya,
Makalah
Seminar Nasional Migitasi
Bencana
Alam
Tanah
Longsor, Semarang 11 April
2002. Semarang : Pusat Studi
Kebumian
Lembaga
Penelitian
Universitas
Diponegoro

Matesih. Perlu adanya pengelolaan
lereng

dengan

menghindari

pemotongan tebing dan pembebanan
pada lereng.
Permeabilitas tanah perlu di
kelola

secara

vegetatif

dengan

tanaman tahunan bambu dan sengon
menggunakan pola tanam yang tepat

Fenny Anggun Pridiasari, 1999.
Kerentanan Gerak Massa Di
Kecamatan
Suka
Tani,
Kabupaten Purwakarta Jawa
Barat.
Skripsi
Sarjana,
Surakarta : Fakultas Geografi
UMS

pada daerah tingkat bahaya longsor
berat.
Perkembangan
diarahkan
tingkat

pada lahan mempunyai

bahaya

kerugian

pemukiman

akibat

rendah

sehingga

longsor

Hanafi Adi Putranto. 2006. Analisis
Bahaya Longsor Lahan di
Kecamatan Tanon Kabupaten
Sragen Jawa Tengah. Skripsi

dapat

terhindari.

14

Zaruba, 1983. Landslide and Terrain
Control. New York. Oxford.

Sarjana, Surakarta : Fakultas
Geografi UMS
Imam

Harjono, 1997. Geologi
Umum.
Diktat
Kuliah,
Surakarta : Fakultas Geografi
UMS

Misdiyanto, 1992. Studi Kerentanan
Gerak Masa di Kecamatan
pucuk Kabupaten Gunung
Kidul – DIY. Skripsi sarjana,
Yogyakarta
:
Fakultas
Geografi UGM.
Pabundu Tika, 1997. Metode
Penelitian Geografi. Jakarta :
Pustaka Utama
Sitikno,
1994.
Pendekatan
Geomorfologi Untuk Mitigasi
Bencana Alam Akibat Gerak
Massa Tanah / Batuan.
Yogyakarta
:
Fakultas
Geografi – UGM.
Suprapto
Dibyosaputro,
1992.
Longsorlahan Di Daerah
Kecamatan Kokap Kabupaten
Kulonprogo.
Daerah
Istimewa
Yogyakarta.
Yogyakarta
:
Fakultas
Geografi UGM.
Thornbury, W. D.1970. Principle of
Geomorphology. New York :
Jhon Willey and Sont Inc.
Van Zuidam, Et al.1979. Terrain
Analysis and Klasifikation
Using Areal Photographs a
Geomorphology
and
Aproach,
Enchede
Netherland : ITC.

15