Peranan Analisa Break Even Point Sebagai Alat Bantu Menetapkan Tingkat Volume Penjualan Di PT.Sparta Prima.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Pemerintahan yang baru dipilih menghadapi beban berat memulihkan kembali perekonomian Indonesia, khususnya di bidang industri manufaktur. Kondisi ini akibat dari neglect dan salah manajemen pemerintahan terdahulu. Sehingga Indonesia tertinggal oleh dari negara-negara berkembang lainnya dan perkembangan industri manufaktur di Indonesia malah mendekati stagnan.

Akibat dari kondisi tersebut, nilai tukar mata uang asing terhadap nilai rupiah begitu terpuruk sehingga mengakibatkan harga-harga menjadi meningkat tak terkendali, terutama harga barang yang mengandung bahan impor dan pendapatan masyarakat yang tetap menjadikan daya beli masyarakat menjadi turun.

Pada umumnya setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya ingin menjaga kelangsungan hidup usahanya serta memperoleh laba yang maksimal. Laba yang didapat akan digunakan kembali untuk proses produksi dan investasi. Dimana laba itu dipengaruhi oleh tiga faktor yakni harga jual, biaya produksi, dan volume penjualan. Untuk memperoleh laba yang diinginkan, perusahaan harus mencapai target penjualan yang sudah direncanakan.

Penentuan target penjualan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan Analisis Break Even Point. Analisis Break Even Point merupakan salah satu alat pemberi informasi penentuan tingkat volume penjualan yang harus dicapai untuk menunjang perencanaan laba perusahaan dan informasi bagi pengambilan keputusan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan. Dalam menentukan titik impas yang berhubungan dengan penelitian ini, biaya-biaya yang terjadi dikelompokkan menurut klasifikasi yang ada pada perusahaan, yaitu biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar jumlah penjualan yang harus dicapai oleh PT.SPARTA PRIMA, agar tidak mengalami kerugian.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa volume penjualan yang harus dicapai secara keseluruhan adalah Rp 1.495.645.527,30. Untuk Lem Eha Bond HS sebesar Rp 602.896.157,10 atau 1.829 dus dan batas maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah 20,47 %. Untuk Lem Eha Bond sebesar Rp 892.749.370,20 atau 2.336 dus dan batas maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah 28,13 %.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian 1

1.2Identifikasi Masalah 4

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 5

1.4Kegunaan Penelitian 5

1.5Kerangka Pemikiran 6

1.6Metode Penelitian 10

1.7Lokasi dan waktu penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Break even Point 12 2.1.1 Pengertian Break Even Point 12 2.1.2 Pengertian Analisis Break Even 13 2.1.3 Kegunaan dan Manfaat Analisis Break Even Point 16 2.2 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 18 2.2.1 Pengertian Biaya 18


(3)

Universitas Kristen Maranatha 2.2.2 Klasifikasi Biaya 19 2.3 Penggolongan Biaya sesuai dengan Tingkah lakunya dalam 22

Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan

2.3.1 Pengertian Biaya Tetap 23 2.3.2 Pengerian Biaya Variabel 25 2.3.3 Pengertian Biaya Semi Variabel 26 2.4 Metode Pemisahan Biaya Semi Variabel ke dalam Biaya Tetap 27

dan Biaya Variabel

2.4.1 Metode Titik Tertinggi dan Terendah 28 2.4.2 Metode Biaya Berjaga 28 2.4.3 Metode Statistik Grafik Terpencar 28 2.4.4 Metode Kuadrat Terkecil 29 2.5 Perhitungan Break Even Point 32 2.5.1 Pendekatan Matematis 32 2.5.2 Pendekatan Grafis 34 2.5.3 Konsep Contribution Margin 36 2.6 Margin Of Safety 38 2.7 Hubungan Analisis Break Even Point dengan Penetapan 39

Volume Penjualan

BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan 44 3.2 Stuktur Organisasi Perusahaan 45 3.3 Kegiatan Produksi 50


(4)

Universitas Kristen Maranatha 3.3.1 Jenis Produksi 50 3.3.2 Proses Produksi 51 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penggolongan Biaya 55 4.2 Perhitungan Break Even Point 62 4.2.1 Perhitungan Break Even Point dengan Pendekatan 62 Matematis

4.2.2 Perhitungan Break Even Point dengan Pendekatan Grafis 66 4.2.2.1 Grafik Lem Eha Bond HS 66 4.2.2.2 Grafik Lem Eha Bond 66 4.2.2.3 Grafik Lem Secara Keseluruhan 67 4.3 Peranan Analisis Break Even Point 68 4.3.1 Margin Of safety 68 4.3.2 Pengaruh Perubahan Biaya Variabel, Biaya Tetap, 70 dan Harga Jual Terhadap Break Even Point

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 81 5.2 Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 85


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penjualan Lem Serbaguna 56 Tabel 4.2 Data Biaya Tetap 57 Table 4.3 Data Biaya Variabel 58 Table 4.4 Data Biaya Semi Variabel 58 Table 4.5 Data Biaya Semi Variabel 59 Table 4.6 Rincian Volume Penjualan, Harga Jual, Hasil Penjualan 61 Dan Bobot

Table 4.7 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Lem Eha Bond HS 63 Table 4.8 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Lem Eha Bond 63 Table 4.9 Hasil Perhitungan Dengan Beberapa Perubahan 79


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3.1 Grafik Biaya Tetap 24 Gambar 2.3.2 Grafik Biaya Variabel 25 Gambar 2.3.3 Grafik Biaya Semi Variabel 27 Gambar 2.5 a Grafik Biaya Tetap digambarkan secara horizontal 35 Sejajar dengan sumbu X

Gambar 2.5 b Grafik Biaya Tetap digambarkan sejajar dengan 36 Biaya Variabel

Gambar 4.2.2.1 Grafik Break Even Point Lem Eha Bond HS 66 Gambar 4.2.2.2 Grafik Break Even Point Lem Eha Bond 66 Gambar 4.2.2.3 Grafik Break Even Point Secara Keseluruhan 67


(7)

Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemerintah yang baru dipilih menghadapi beban berat memulihkan kembali perekonomian Indonesia, khususnya di bidang industri manufaktur. Kondisi ini akibat dari neglect (kelalaian) dan salah manajemen pemerintahan terdahulu. Akibatnya, Indonesia tertinggal oleh Thailand, dan Malaysia dan bahkan bisa tersusul oleh Vietnam. Sementara negara-negara berkembang lainnya mengalami kemajuan yang terus menerus, tetapi perkembangan industri manufaktur di Indonesia malah mendekati stagnan (kendala terhenti). (Sumber:Media Indonesia, Rabu 20 Oktober 2004)

Kondisi negara Indonesia pada saat ini pun sedang mengalami tantangan yang cukup berat. Kesulitan ini dapat kita lihat dalam nilai tukar mata uang asing, nilai rupiah begitu terpuruk. Tingginya nilai mata uang asing mengakibatkan harga – harga menjadi meningkat, terutama harga barang yang mengandung bahan impor.

Kenaikan harga yang tak terkendali dan pendapatan masyarakat yang tetap mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi turun. Dalam keadaan seperti ini perusahaan – perusahaan baik perusahaan dagang, jasa maupun industri haruslah berhati – hati dalam mengambil keputusan berbisnis, karena satu kali saja salah dalam mengambil keputusan maka akan berakibat fatal bagi kelangsungan hidup perusahaan.


(8)

Universitas Kristen Maranatha 2

Setiap perusahaan pada umumnya bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup usahanya serta memperoleh laba yang maksimal. Laba yang didapat akan digunakan kembali untuk proses produksi dan investasi. Untuk melaksanakan proses produksi membutuhkan biaya-biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan penjualan mempengaruhi laba. Jadi laba dipengaruhi oleh tiga faktor yakni harga jual, biaya produksi, volume penjulan, yang masing-masing saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk memperoleh laba yang maksimal, seringkali suatu perusahaan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain adanya beberapa pesaing yang menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih rendah untuk menekan harga jual sehingga mengakibatkan persaingan yang ketat.

Untuk menaikan suatu laba yang diinginkan tentunya harus disesuaikan dengan kenaikan jumlah penjualan. Namun hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan, karena adanya variabel-variabel biaya lain yang harus dipertimbangkan sehubungan dengan keterbatasan penggunaan sumber dana. Keadaan ini mendorong pihak manajemen perusahaan untuk selalu mengamati, menganalisis, dan mengevaluasi segala perubahan yang ada. Sehingga manajemen perusahaan dapat membuat suatu pemikiran atau ramalan mengenai kemungkinan arah perubahan tersebut. Untuk itu perlu disusun satu atau beberapa rencana tindakan yang tepat untuk mengantisipasinya. Dengan demikian, manajemen perusahaan dapat bertindak luwes, dinamis dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan terjadi. Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dapat


(9)

Universitas Kristen Maranatha 3

digunakan fungsi-fungsi manajemen seperti peramalan, perencanaan, pengendalian. Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk peramalan, perencanaan, pengendalian antara lain ialah Metode Break Even Point.

Analisis Break Even Point adalah metode yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat volume penjualan dan tingkat perolehan keuntungan atau laba yang diharapkan. Dengan analisis Break Even Point, dapat diketahui pada tingkat volume penjualan berapa hasil penjualan sama dengan biaya total (biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel). Perusahaan dalam kondisi ini, tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian, biasa disebut sebagai titik impas/ Break Even Point. Analisis Break Even Point dapat pula membantu pihak manajemen perusahaan untuk menentukan strategi pemasaran dan untuk pengambilan keputusan-keputusan lain yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Analisis Break Even Point merupakan suatu alat pemberi informasi penentuan tingkat volume penjualan yang harus dicapai untuk menunjang perencanaan laba perusahaan dan informasi bagi pengambilan keputusan dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

PT. SPARTA PRIMA bergerak dalam bidang industri. Produk yang dihasilkan berupa lem, karpet dan simplex. Produk utama perusahan tersebut adalah lem. Jenis lem yang dihasilkan adalah lem kuning dan lem putih, yang berfungsi sebagai lem serbaguna.


(10)

Universitas Kristen Maranatha 4

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka akan dibahas lebih lanjut mengenai analisis Break Even Point sebagai alat bantu manejemen dalam menentukan volume penjualan di PT. SPARTA PRIMA .

Dengan judul “ PERANAN ANALISA BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT BANTU MENETAPKAN TINGKAT VOLUME PENJUALAN”.

1.2 Identifikasi Masalah

Di dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan bertujuan memperoleh laba. Untuk memperoleh laba layak, maka perusahaan dapat melakukan berbagai cara, antara lain :

1. Meningkatkan Volume Penjualan. 2. Meningkatkan Harga Jual.

3. Menekan Biaya serendah mungkin.

Pada kenyataannya hal-hal tersebut sulit sekali dilaksanakan. Masalah yang timbul pada perusahaan adalah bahwa volume penjualan tidak mencapai target yang ditentukan, sehingga laba yang diinginkan tidak tercapai. Pihak manajemen perusahaan meminta penulis untuk mencari penyebab tidak tercapainya target volume penjualan yang telah ditentukan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana penggolongan biaya berdasarkan Analisis Break Even ? 2. Berapa besar jumlah penjualan berdasarkan Analisis Break Even ?


(11)

Universitas Kristen Maranatha 5

3. Bagaimana pengaruh perubahan biaya variabel, biaya tetap, dan harga jual terhadap Analisis Break Even Point?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Penulis melakukan penelitian dengan maksud membandingkan antara ilmu yang diterima selama studi di perguruan tinggi dengan kenyataan yang ada di lapangan. Guna mengukur kemampuan penulis dalam mengumpulkan, menganalisis dan mengintergrasikan data sehingga menjadi bekal untuk melatih kemampuan praktek dalam bentuk skripsi. Hasil penelitian ini akan disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik bagi Sarjana Strata -1 di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha.

Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas maka tujuan penulis dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana penggolongan biaya berdasarkan Analisis Break Even Point.

2. Mengetahui berapa besar jumlah penjualan berdasarkan Break Even Point. 3. Mengetahui bagaimana pengaruh perubahan biaya variabel, biaya tetap dan


(12)

Universitas Kristen Maranatha 6

1.4 Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi : 1. Perusahaan

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pihak manajemen perusahaan sebagai masukan untuk melakukan perubahan dan perbaikan-perbaikan yang diperlukan mengenai Peran Analsis Break Even Point sebagai alat bantu dalam meningkatkan tingkat volume penjulan.

2. Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pihak lain dan dapat berguna untuk menambah wawasan pengetahuan serta sebagai pembanding untuk melakukan perubahan atau untuk melakukan penelitian. 3. Penulis

- Untuk mengumpulkan data guna penyususan skripsi.

- Untuk menambah atau memperluas wawasan pengetahuan penulis mengenai penerapan Analisis Break Even Point dalam menetapkan tingkat volume penjualan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Dewasa ini persaingan yang terjadi sangat ketat dan keadaan perekonomian yang sedang terpuruk menuntut setiap perusahaan untuk mempertahankan ekstitensinya dalam mengembangkan usahanya.

Perencanaan pihak manajemen merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat menentukan masa depan perusahaan. Perencanaan yang baik adalah


(13)

Universitas Kristen Maranatha 7

perencanaan yang dapat mengantisipasi segala kemungkinan perubahan dan kesempatan dimasa yang akan datang, serta memanfaatkannya untuk dapat mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya perencanaan yang baik akan memungkinkan pihak manajemen untuk bekerja lebih efektif dan efisiensi dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan.

Maka dari itu, dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup serta memajukan suatu perusahaan, manajemen membutuhkan informasi mengenai volume penjualan minimum yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian dan informasi tersebut dapat diperoleh dari Analisis Break Even Point. Dari analisis tersebut dapat diketahui volume penjualan yang optimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Penetapan volume penjualan merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena mempunyai pengaruh langsung terhadap laba atau rugi perusahaan. Jadi untuk menghindari kerugian, manajemen dapat menetapkan terlebih dahulu volume penjualannya, dimana hasil penjualannya sama dengan biaya yang dikeluarkan sehingga tercapai keadaan break even. Sedangkan untuk mengetahui pada volume penjualan berapa perusahaan akan mencapai kondisi break even dapat digunakan Analisis Break Even.

Penetapan volume penjualan menjadi dasar untuk penetapan volume produksi. Karena volume produksi perusahaan akan mempengaruhi keuntungan. Apabila volume produksinya lebih besar daripada volume penjualannya, maka resikonya tingginya biaya investasi yang tertanam dalam persediaan tinggi, timbulnya pencurian barang jadi, rusaknya barang menjadi lebih besar, dan


(14)

Universitas Kristen Maranatha 8

kesulitan dalam pemasarannya. Sebaliknya jika volume produksi lebih kecil daripada volume penjualannya, maka biaya per unit akan semakin besar dan perusahaan kehilangan langganannya karena tidak tersedianya barang pada waktu ada permintaan.

Berdasar hal-hal diatas, maka penggunaan Analisis Break Even untuk penetapan volume penjualan dalam perusahaan adalah sangat penting. “ Analisis Break Even Point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel dan volume kegiatan”. (Bambang Riayanto, 1995,359)


(15)

Universitas Kristen Maranatha 9

Bagan Kerangka Pemikiran

Sumber : analisis penulis

Persaingan yang ketat

Masalah

Volume produksi lebih besar daripada volume

penjualan

Volume produksi lebih kecil daripada volume

penjualan

Menghindari biaya yang tinggi

Bagaimana mengatasi

Dianalisis dengan menggunakan BEP

Tingkat volume penjualan dalam unit

Tingkat volume penjualan dalam Rp


(16)

Universitas Kristen Maranatha 10

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah survey dan hasilnya diuraikan secara deskriptif analitis, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1999, 63). Secara khusus penulis juga melakukan studi kasus, yaitu meninjau langsung masalah yang dihadapi perusahaan untuk pengumpulan data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan data kuantitatif.

Cara penelitian dilakukan dengan : 1. Studi kepustakaan (Literary study)

Yaitu mencari, membaca, dan mempelajari berbagai data dan teori yang ada dalam berbagai kepustakaan yang tersedia, baik yang disediakan oleh perusahaan maupun dari tempat lainnya seperti perpustakaan serta catatan kuliah. Langkah ini dilakukan dalam rangka memperoleh suatu kerangka dasar untuk menyusun skripsi.

2. Studi lapangan (Field research)

Yaitu peninjauan langsung ke obyek penelitian untuk mencari data dan informasi yang diperlukan, serta melihat dan menggambarkan kenyataan yang ada. Dari studi lapangan ini akan diketahui berbagai kenyataan dalam praktek


(17)

Universitas Kristen Maranatha 11

yang kemudian akan dibandingkan dengan teori yang didapat dari hasil studi kepustakaan.

Berbagai teknik yang akan dilakukan untuk mendapatkan data antara lain dengan : ¬ Obsevasi

Penulis mengadakan pengamatan fisik secara sekilas dan meninjau seluruh kegiatan perusahaan untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai operasi perusahaan.

¬ Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan pimpinan dan pejabat perusahaan yang terlibat langsung dengan masalah yang akan dibahas, sehingga dapat memperoleh data yang memadai untuk dianalisa.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. SPARTA PRIMA yang berlokasi : ♣ Kantor Pusat :Jalan Taman Sari VI no 54 Jakarta

♣ Pabrik :Jalan Raya Serang Km 13 Desa Suka Dame, Cikupa, Tanggerang Adapun waktu penelitian yaitu selama 3 bulan, dimulai bulan April 2006 samapi dengan bulan Juli 2006.


(18)

Universitas Kristen Maranatha

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penggolongan biaya yang diperoleh berdasarkan Analisis Break even point :

Biaya tetap dari biaya semi variabel Rp 26.876.066,64 Total biaya tetap tahun 2005 Rp 289.688.704,64 Biaya variabel dari biaya semi variabel Rp 265.168.713,36 Total biaya variabel 2005 Rp1.466.260.817,36

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa untuk penggolongan biaya tetap yang diperoleh untuk tahun 2005 sebesar Rp 289.688.704,64. Sedangkan untuk penggolongan biaya variable yang diperoleh untuk tahun 2005 sebesar Rp1.466.260.817,36.


(19)

Universitas Kristen Maranatha

82

2. Hasil perhitungan jumlah penjualan yang diperoleh berdasarkan Analisis Break Even point :

¬ Pendekatan Matematis

Berdasarkan Jenis Kondisi BEP Tahun 2005

Eha Bond HS Eha Bond BEP (Rp) Rp 602.896.157,10 Rp 892.749.370,20 BEP (Dus) 1.829 dus 2.336 dus

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa volume penjualan yang harus dicapai perusahaan pada tahun 2005 untuk Lem Eha Bond HS adalah Rp 602.896.157,10 atau 1.829 dus dan untuk Lem Eha Bond adalah Rp892.749.370,20 atau 2.336dus. Maka Break even Point keseluruhan untuk PT.SPARTA PRIMA adalah sebesar Rp 1.495.645.527,30 atau 4.165 dus.

¬ Margin Of Safety (MOS)

Berdasarkan rencana penjualan tahun 2006 untuk Lem Eha Bond HS, batas maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah 20,47 %. Untuk Lem Eha Bond, batas maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah 28,13 %.


(20)

Universitas Kristen Maranatha

83

3. Hasil perhitungan pengaruh perubahan biaya variabel, biaya tetap, dan harga jual yang diperoleh berdasarkan Analisis Break Even Point :

¬ Persentase yang dicapai :

BEP Perubahan Keterangan

%

BEP Awal 100 %

BEP Perubahan biaya variabel naik 10 % + 71,32 % BEP Perubahan biaya variabel turun 10 % - 29,39 % BEP Perubahan biaya tetap naik 15 % + 15 % BEP Perubahan biaya tetap turun 15% - 15 % BEP Perubahan harga jual naik 10 % - 27,45 % BEP Perubahan harga jual turun 10 % + 86,06 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jika biaya variabel naik maka Break Even Point nya akan naik dan jika biaya variabel turun maka Break Even Point nya akan turun. Jika biaya tetap naik maka Break Even Point nya akan naik dan jika biaya tetap turun maka Break Even Point nya akan turun. Apabila terjadi kenaikan harga jual maka Break Even Point akan mengalami penurunan dan apabila terjadi penurunan harga jual maka Break Even Point akan mengalami kenaikkan.


(21)

Universitas Kristen Maranatha

84 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut :

1. Perusahan harus dapat melakukan pemisahan biaya sehingga dapat membantu manajemen untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan.

2. Perusahan harus dapat melakukan penekanan biaya variabel, agar perubahan yang terjadi tidak terlalu besar atau jauh.

3. Perusahaan harus dapat melakukan penstabilan harga jual, agar tidak ada kenaikkan maupun penurunan harga jual.


(22)

85 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Adisaputro, Gunawan, Drs. M.B.A, Anggaran Perusahaan, edisi 1, BPFE Yogyakarta, 2003

2. Hasan, Iqbal, M, Ir. M.M, Pokok-pokok Materi Statistik 1, edisi 2, Bumi Aksara, 2002

3. Keown, J, Arthur, David. F. Scott, Jr, John. D. Martin, J. William Petty, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi 1, Salemba Empat, Jakarta, 2000 4. Mulyadi, Drs. M. Sc., Ak, Akuntansi Biaya, edisi 5, Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 1999

5. Mulyadi, Drs. M. Sc., Ak, Akuntansi Manajemen, edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2001

6. Nazir, Moh, Ph. Dasar, Metodologi Penelitian, edisi 4, Ghalia Indonesia, 1999 7. Riyanto, Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi 3 Yayasan

Badan Penerbitan Gajah Mada, Yogyakarta, 1995

8. Usry, F, Milton, Lawrence, H. Hammer, Akuntansi Biaya, edisi 10, Erlangga, Jakarta, 1999


(1)

yang kemudian akan dibandingkan dengan teori yang didapat dari hasil studi kepustakaan.

Berbagai teknik yang akan dilakukan untuk mendapatkan data antara lain dengan : ¬ Obsevasi

Penulis mengadakan pengamatan fisik secara sekilas dan meninjau seluruh kegiatan perusahaan untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai operasi perusahaan.

¬ Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan pimpinan dan pejabat perusahaan yang terlibat langsung dengan masalah yang akan dibahas, sehingga dapat memperoleh data yang memadai untuk dianalisa.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. SPARTA PRIMA yang berlokasi : ♣ Kantor Pusat :Jalan Taman Sari VI no 54 Jakarta

♣ Pabrik :Jalan Raya Serang Km 13 Desa Suka Dame, Cikupa, Tanggerang Adapun waktu penelitian yaitu selama 3 bulan, dimulai bulan April 2006 samapi dengan bulan Juli 2006.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil penggolongan biaya yang diperoleh berdasarkan Analisis Break even point :

Biaya tetap dari biaya semi variabel Rp 26.876.066,64 Total biaya tetap tahun 2005 Rp 289.688.704,64 Biaya variabel dari biaya semi variabel Rp 265.168.713,36 Total biaya variabel 2005 Rp1.466.260.817,36

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa untuk penggolongan biaya tetap yang diperoleh untuk tahun 2005 sebesar Rp 289.688.704,64. Sedangkan untuk penggolongan biaya variable yang diperoleh untuk tahun 2005 sebesar Rp1.466.260.817,36.


(3)

2. Hasil perhitungan jumlah penjualan yang diperoleh berdasarkan Analisis Break Even point :

¬ Pendekatan Matematis

Berdasarkan Jenis Kondisi BEP Tahun 2005

Eha Bond HS Eha Bond BEP (Rp) Rp 602.896.157,10 Rp 892.749.370,20 BEP (Dus) 1.829 dus 2.336 dus

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa volume penjualan yang harus dicapai perusahaan pada tahun 2005 untuk Lem Eha Bond HS adalah Rp 602.896.157,10 atau 1.829 dus dan untuk Lem Eha Bond adalah Rp892.749.370,20 atau 2.336dus. Maka Break even Point keseluruhan untuk PT.SPARTA PRIMA adalah sebesar Rp 1.495.645.527,30 atau 4.165 dus.

¬ Margin Of Safety (MOS)

Berdasarkan rencana penjualan tahun 2006 untuk Lem Eha Bond HS, batas maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah 20,47 %. Untuk Lem Eha Bond, batas maksimal volume penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah 28,13 %.


(4)

3. Hasil perhitungan pengaruh perubahan biaya variabel, biaya tetap, dan harga jual yang diperoleh berdasarkan Analisis Break Even Point :

¬ Persentase yang dicapai :

BEP Perubahan Keterangan

%

BEP Awal 100 %

BEP Perubahan biaya variabel naik 10 % + 71,32 % BEP Perubahan biaya variabel turun 10 % - 29,39 % BEP Perubahan biaya tetap naik 15 % + 15 % BEP Perubahan biaya tetap turun 15% - 15 % BEP Perubahan harga jual naik 10 % - 27,45 % BEP Perubahan harga jual turun 10 % + 86,06 %

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jika biaya variabel naik maka Break Even Point nya akan naik dan jika biaya variabel turun maka Break Even Point nya akan turun. Jika biaya tetap naik maka Break Even Point nya akan naik dan jika biaya tetap turun maka Break Even Point nya akan turun. Apabila terjadi kenaikan harga jual maka Break Even Point akan mengalami penurunan dan apabila terjadi penurunan harga jual maka Break Even Point akan mengalami kenaikkan.


(5)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba untuk memberikan saran sebagai berikut :

1. Perusahan harus dapat melakukan pemisahan biaya sehingga dapat membantu manajemen untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan.

2. Perusahan harus dapat melakukan penekanan biaya variabel, agar perubahan yang terjadi tidak terlalu besar atau jauh.

3. Perusahaan harus dapat melakukan penstabilan harga jual, agar tidak ada kenaikkan maupun penurunan harga jual.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Adisaputro, Gunawan, Drs. M.B.A, Anggaran Perusahaan, edisi 1, BPFE Yogyakarta, 2003

2. Hasan, Iqbal, M, Ir. M.M, Pokok-pokok Materi Statistik 1, edisi 2, Bumi Aksara, 2002

3. Keown, J, Arthur, David. F. Scott, Jr, John. D. Martin, J. William Petty, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi 1, Salemba Empat, Jakarta, 2000 4. Mulyadi, Drs. M. Sc., Ak, Akuntansi Biaya, edisi 5, Bagian Penerbitan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 1999

5. Mulyadi, Drs. M. Sc., Ak, Akuntansi Manajemen, edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2001

6. Nazir, Moh, Ph. Dasar, Metodologi Penelitian, edisi 4, Ghalia Indonesia, 1999 7. Riyanto, Bambang, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, edisi 3 Yayasan

Badan Penerbitan Gajah Mada, Yogyakarta, 1995

8. Usry, F, Milton, Lawrence, H. Hammer, Akuntansi Biaya, edisi 10, Erlangga, Jakarta, 1999