Kemandirian Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Peningkatan Mutu di Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 04 Kabupaten Semarang.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui pendidikan pemberdayaan dan kemandirian sekolah dalam mengelola institusinya, telah dilakukan Depdiknas sejak lama. Sebelum diberlakukanya otonomi daerah telah diperkenalkan program pemberdayaan sekolah melalui Pengembangan Sekolah Seutuhnya (Integrated School Development) disingkat “ SID”. Kemudian pada era otonomi daerah, muncul program pemberdayaan sekolah melalui Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) disingkat “ MBS “. (Sidi, 2001).

Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah adalah untuk memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan keluwesan dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. Sekolah dengan kemandiriannya akan lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya dibanding dengan lembaga - lembaga lainnya. (Sutikno, 2006 : 76). Kemandirian sekolah belum dapat berjalan sepenuhnya, hal ini berkaitan pula dengan pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah yang masih semu. Pemerintah masih menghadapi dilemma ”ibarat melepas kepalanya, namun ekor masih dipegang”. Menghadapi permasalahan yang tidak menentu, sekolah sebagai ujung tombak implementasi kemandirian dan Manajemen Peningkatan Mutu merasa serba


(2)

Beberapa hal yang masih dikelola oleh pemerintah pusat kaitannya dengan MBS adalah pendanaan dan sebagian perangkat kurikulum. Keadaan riil yang terjadi di lapangan, banyak sekolah-sekolah terutama di pedesaan masih mengalami kesulitan dalam mewujudkan kemandirian sekolah. Penyebabnya antara lain : (1) SDM kepala sekolah, guru, dan pengurus komite belum siap, (2) SDM orang tua dan siswa juga masih rendah, (3) partisipasi masyarakat sekitar yang belum optimal, (4) pola pikir yang stagnasi dan sulit untuk menerima inovasi.

Bagi sekolah-sekolah di perkotaan kesulitan semacam ini mudah untuk diatasi. Dalam upaya menuju sekolah mandir, terlebih dahulu perlu menciptakan sekolah yang efektif. Ciri – ciri sekolah yang efektif adalah (1) adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan di sekolah; (2) memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas; (3) mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi; (4) siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan; (5) siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik; (6) adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi; (7) siswa berpendapat kerja keras lebih penting daripada faktor keberuntungan dalam meraih prestasi; (8) para siswa diharapkan mempunyai tanggung jawab yang diakui secara umum; (9) kepala sekolah memiliki program inservice, pengawasan, supervice, serta menyediakan waktu untuk membuat rencana bersama – sama dengan para guru yang memungkinkan adanya umpan


(3)

balik demi keberhasilan prestasi akademiknya. (Squires , et . all , 2000 : 18 – 19).

MBS merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengatur kehidupan sesuai dengan potensi tuntutan, dan kebutuhannya. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kemandirian serta kinerja para tenaga kependidikan. Pada sistem MBS, sekolah memiliki “ Full Anthority and Responbility “ dalam menetapkan program – program pendidikan dan berbagai kebijakan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan. (Nohrman dan Wihlsetter, 1993 : 27).

MBS memberikan otonomi luas kepada sekolah disertai seperangkat tanggung jawab . Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih memberdayakan tenaga kependidikan guru agar lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar. (Mulyasa, 2003 : 23).

Mengkaji dua pendapat pakar MBS tersebut, dalam era otonomi daerah ini kemandirian sekolah mutlak diperlukan . Sekolah yang ingin maju dan diakui oleh masyarakat harus berani mandiri. Melalui MBS, sekolah dikembangkan menjadi lembaga pendidikan yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri, maju, dan berkembang berdasarkan kebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat . ( Mulyasa , 2003 : 40).


(4)

Sekolah mandiri memiliki ciri – ciri sebagai berikut : tingkat kemandirian tinggi sebaliknya ketergantungan rendah, bersifat adaptif dan antisipasif serta proaktif, memiliki jiwa kewirausahaan tinggi, bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah, memiliki kontrol yang ketat terhadap manajemen dan sumber dayanya, memiliki kontrol yang kuat terhadap kondisi kerja, komitmen yang tinggi terhadap dirinya, dan prestasi merupakan acuan bagi penilaiannya . (Raharjo, 2003 : 9). Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah , dan berkesinambungan.

Persoalan yang muncul adalah apakah kondisi aktual sekolah – sekolah beserta sumber dayanya sudah memiliki kemandirian untuk melaksanakan inovasi yang akan mengubah pola dan sistem manajemen sekolah? Jawabnya tentu tidak, bahkan mungkin menimbulkan masalah baru, sepanjang criteria yang diterapkan tidak dilaksanakan sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan pendapat Caldwell (1993), mengenai alasan restrukturisasi manajemen sekolah, yaitu antara lain karena salah satu atau beberapa faktor berikut : efisiensi administrasi pendidikan umum, efek resesi ekonomi, kompleksitas permasalah pendidikan, memberdayakan guru dan orang

tua, keperluan akan “ fleksibility “ dan “ responsive “, efektifitas sekolah dan “ school improvement “. Oleh sebab itu diperlukan seperangkat


(5)

pendekatan konseptual yang akan memberikan arahan praktik organisasi, ekonomi, dan sosial.

Asumsi yang melandasi School Based Management merupakan adanya suatu model alternatif program desentralisasi bidang pendidikan, sebagai wujud dari reformasi pendidikan di Indonesia. Manajemen berbasis sekolah mempunyai potensi menawarkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi serta manajemen yang bertumpu ditingkat sekolah. Model ini dimaksudkan untuk menjamin semakin rendahnya kontrol pusat tetapi semakin meningkatkan otonomi sekolah untuk menuju pada sekolah yang mandiri dan efektif. Demikian pula memiliki potensi dalam menciptakan kepala sekolah, guru dan administrasi yang profesional. Keadaan tersebut diharapkan mengarah kepada kesimpulan kompetitif, responsive terhadap kebutuhan sekolah.

Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia diidentifikasikan dengan cara sekolah harus memiliki kebebasan yang tinggi dalam pengelolaan tanpa mengabaikan kebijakan dan prioritas pemerintah. Strategi yang dianggap memadai meliputi : (1) kurikulum yang bersifat inklusif, (2) proses belajar mengajar yang efektif, (3) lingkungan sekolah yang mendukung, (4) sumber daya yang berazas pemerataan, (5) standardisasi dalam bidang monitoring, evaluasi dan tes. Kelima strategi tersebut harus menyatu ke dalam empat lingkungan sekolah, yakni manajemen, proses belajar mengajar, sumber daya manusia, dan admininistrasi sekolah. Berdasarkan kondisi persekolahan di Indonesia dapat diklasifikasikan sekolah yang maju, sedang,


(6)

dan kurang. Pada saat ini diperkirakan minimal tiga tingkatan model, yaitu sekolah yang dapat mandiri melaksanakan manajemen berbasis sekolah tingkat menengah (sedang), dan sekolah dengan manajemen berbasis sekolah secara minimal. Kriteria dari masing-masing tingkatan tersebut ditentukan oleh sejumlah indikator. (Fulan, 1999:16).

Bertolak dari uraian di atas, diperlukan berbagai kesiapan yang serius dari pihak aparat yang ada dilini persekolahan, melalui berbagai pemikiran dan konsep yang relevan bagi pengembangan sekolah mandiri. Menarik perhatian penulis untuk menganalisis upaya-upaya yang dapat disumbangkan pada suatu rencana dan pelaksanaan dimasa depan berkenaan dengan pendidikan, khususnya dalam kemandirian sekolah untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah. Salah satu yang menjadi perhatian baik secara konseptual maupun praktik di lapangan pendidikan, yaitu penyelenggaraan sekolah efektif.

Dalam upaya menuju sekolah mandiri, terlebih dahulu perlu menciptakan sekolah yang efektif. Efektivitas sekolah merupakan fenomena yang mengadung banyak segi, sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan keefektivitasan sesuai dengan keefektivitasan itu sendiri (Komariah, dan Triatna, 2005:7) atau dapat dikatakan sebagai konsepsi yang amat bersifat elusive yang harus didevinisikan secara jelas, Stecrs (1990:1) mengutarakan bahwa efektivitas organisasi memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, bergantung pada kerangka acuan yang dipakai. Efektivitas mewujudkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.


(7)

Efektifitas organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk tetap hidup sebagaimana dikatakan Cheng dan Mangguisor (1991 : 506).

Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas juga ditelaah dari : (1) masukan yang merata, (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi, (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, (4) pendapatan lulusan yang memadai. (Engkoswara, 1997).

Efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achicvement atau beserved output) dengan hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended output) sebagaimana telah ditetapkan. Parameternya dapat dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berbanding dengan jumlah yang diproyeksikan atau ditargetkan dalam kurun waktu tersebut. (Makmum,1999:11).

Menyadari betapa pentingnya kemandirian sekolah dalam implementasi manajemen peningkatan mutu, maka penulis merasa tertarik


(8)

untuk mengadakan penelitian masalah tersebut di atas. Adapun sekolah yang dijadikan setting penelitian adalah SD Negeri Sidomulyo 04, UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

Kemampuan sekolah dalam kemandiriannya mengimplementasikan manajemen peningkatan mutu sudah tidak diragukan lagi. SD yang dahulunya tidak diminati oleh masyarakat sekarang menjadi sekolah yang diidolakan. Kegiatan yang sangat beragam dengan penanaman disiplin yang baik memacu SD Negeri Sidomulyo 04 untuk berpacu dalam prestasi menuju sukses, menyejajarkan diri dengan sekolah favorit lainnya di Kecamatan Ungaran Timur. Peranan kepala sekolah serta kerja sama yang solid dari para guru, komite sekolah yang tanggap sangat mendukung terciptanya kemandirian sekolah di SD Negeri Sidomulyo 04 .

Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 04 berdiri tahun 1974, dahulu lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Dasar Inpres Sidomulyo. Terletak di lingkungan perkotaan dan jauh dari jalan protokol kota Ungaran. Kondisi itu menyebabkan suasana belajar-mengajar di SD Negeri Sidomulyo 04 relatif tenang sehingga sangat ideal sekali untuk proses pembelajaran. Dari segi transportasi, adanya angkutan kota jalur Ungaran-Beji yang melewati Jalan Jenderal Ahmad Yani memudahkan bagi para siswa yang akan ke sekolah maupun pulang sekolah. Mayoritas siswa berasal dari lingkungan Kelurahan Sidomulyo sehingga tidak begitu bermasalah dengan transportasi, namun bagi siswa yang rumahnya agak jauh seringkali orang tua sendiri yang mengantar dan menjemput.


(9)

SD Negeri Sidomulyo 04 boleh berbangga diri karena letaknya sangat strategis, juga bertetangga dengan rumah Dinas Bupati Semarang dengan alun-alun mininya, hal ini akan mempermudah peran serta SD Sidomulyo dalam mengikuti kegiatan tingkat Kabupaten yang dipusatkan di alun-alun tersebut.

Suasana lingkungan SD Negeri Sidomulyo 04 nampak tenang dan asri. Pohon-pohon ridang ditanam di sekitar lingkungan sekolah, dapat menambah kenyamanan pada waktu istirahat. Semua ruangan tertata rapi dan terjaga kebersihannya. Berdasarkan hasil observasi, kondisi dan situasi internal SD Negeri Sidomulyo 04 sangat mendukung bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan beberapa pertimbangan pemikiran yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah kemandirian sekolah dalam implementasi manajemen peningkatan mutu dengan mengambil studi kasus pada SD Negeri Sidomulyo 04, UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

Ada dua masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini.

1. Bagaimanakah sumber daya pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 04 ?

2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan kemandirian dalam implementasi manajemen peningkatan mutu ?


(10)

C. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan penelitian bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah.

1. Mendeskripsikan sumber daya pendidikan di SD Negeri Sidomulyo 04. 2. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan

kemandirian dalam implementasi manajemen peningkatan mutu. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi pengembangan kemandirian sekolah dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu di lingkungan kontekstual sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Dalam tatanan aplikasi, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. 2.1 Dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak terkait, seperti

UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Timur tentang permasalahan yang dihadapi oleh sekolah dasar sehubungan dengan program kemandirian sekolah dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu.

2.2 Dapat dijadikan data kajian bagi para administrator pendidikan tentang pola pengembangan konsep kemandirian sekolah dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu di lingkungan kontekstual sekolah dasar.


(11)

2.3 Dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah dalam rangka lebih memantapkan kemandirian dalam manajemen peningkatan mutu.

E. Definisi Operasional Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dipertegas pengertiannya agar tidak terjadi perbedaan penafsiran..

1. Pengertian kemandirian adalah (a) kemampuan untuk berdiri sendiri, lepas dari ketergantungan pihak lain ( Purwadarminto, 1999:630), (b) kemampuan yang dimiliki oleh seseorang/lembaga untuk adaptif, antisipatif, proaktif serta memiliki komitmen yang tinggi (Raharjo,2003:9). Manajemen adalah proses perencanaan (planning), peorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan kegiatan organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. (Stroter). 2. (a) Mutu adalah baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau

derajat ( kecerdasan, kepandaian ); (b) mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan realita,( Goetsch dan Davis,1994,P.4 ). Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.


(1)

dan kurang. Pada saat ini diperkirakan minimal tiga tingkatan model, yaitu sekolah yang dapat mandiri melaksanakan manajemen berbasis sekolah tingkat menengah (sedang), dan sekolah dengan manajemen berbasis sekolah secara minimal. Kriteria dari masing-masing tingkatan tersebut ditentukan oleh sejumlah indikator. (Fulan, 1999:16).

Bertolak dari uraian di atas, diperlukan berbagai kesiapan yang serius dari pihak aparat yang ada dilini persekolahan, melalui berbagai pemikiran dan konsep yang relevan bagi pengembangan sekolah mandiri. Menarik perhatian penulis untuk menganalisis upaya-upaya yang dapat disumbangkan pada suatu rencana dan pelaksanaan dimasa depan berkenaan dengan pendidikan, khususnya dalam kemandirian sekolah untuk mengimplementasikan manajemen berbasis sekolah. Salah satu yang menjadi perhatian baik secara konseptual maupun praktik di lapangan pendidikan, yaitu penyelenggaraan sekolah efektif.

Dalam upaya menuju sekolah mandiri, terlebih dahulu perlu menciptakan sekolah yang efektif. Efektivitas sekolah merupakan fenomena yang mengadung banyak segi, sedikit sekali orang yang dapat memaksimalkan keefektivitasan sesuai dengan keefektivitasan itu sendiri (Komariah, dan Triatna, 2005:7) atau dapat dikatakan sebagai konsepsi yang amat bersifat elusive yang harus didevinisikan secara jelas, Stecrs (1990:1) mengutarakan bahwa efektivitas organisasi memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang, bergantung pada kerangka acuan yang dipakai. Efektivitas mewujudkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.


(2)

Efektifitas organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan untuk tetap hidup sebagaimana dikatakan Cheng dan Mangguisor (1991 : 506).

Efektivitas menunjukkan ketercapaian sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas sekolah terdiri dari dimensi manajemen dan kepemimpinan sekolah, guru, tenaga kependidikan dan personil lainnya, siswa, kurikulum, sarana prasarana, pengelolaan kelas, hubungan sekolah dan masyarakat hasil nyatanya merujuk kepada hasil yang diharapkan bahkan menunjukkan kedekatan antara hasil nyata dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas juga ditelaah dari : (1) masukan yang merata, (2) keluaran yang banyak dan bermutu tinggi, (3) ilmu dan keluaran yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, (4) pendapatan lulusan yang memadai. (Engkoswara, 1997).

Efektivitas sekolah pada dasarnya menunjukkan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai (achicvement atau beserved output) dengan hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended output) sebagaimana telah ditetapkan. Parameternya dapat dinyatakan sebagai angka nilai rasio antara jumlah hasil yang dicapai dalam kurun waktu tertentu berbanding dengan jumlah yang diproyeksikan atau ditargetkan dalam kurun waktu tersebut. (Makmum,1999:11).

Menyadari betapa pentingnya kemandirian sekolah dalam implementasi manajemen peningkatan mutu, maka penulis merasa tertarik


(3)

untuk mengadakan penelitian masalah tersebut di atas. Adapun sekolah yang dijadikan setting penelitian adalah SD Negeri Sidomulyo 04, UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

Kemampuan sekolah dalam kemandiriannya mengimplementasikan manajemen peningkatan mutu sudah tidak diragukan lagi. SD yang dahulunya tidak diminati oleh masyarakat sekarang menjadi sekolah yang diidolakan. Kegiatan yang sangat beragam dengan penanaman disiplin yang baik memacu SD Negeri Sidomulyo 04 untuk berpacu dalam prestasi menuju sukses, menyejajarkan diri dengan sekolah favorit lainnya di Kecamatan Ungaran Timur. Peranan kepala sekolah serta kerja sama yang solid dari para guru, komite sekolah yang tanggap sangat mendukung terciptanya kemandirian sekolah di SD Negeri Sidomulyo 04 .

Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 04 berdiri tahun 1974, dahulu lebih dikenal dengan sebutan Sekolah Dasar Inpres Sidomulyo. Terletak di lingkungan perkotaan dan jauh dari jalan protokol kota Ungaran. Kondisi itu menyebabkan suasana belajar-mengajar di SD Negeri Sidomulyo 04 relatif tenang sehingga sangat ideal sekali untuk proses pembelajaran. Dari segi transportasi, adanya angkutan kota jalur Ungaran-Beji yang melewati Jalan Jenderal Ahmad Yani memudahkan bagi para siswa yang akan ke sekolah maupun pulang sekolah. Mayoritas siswa berasal dari lingkungan Kelurahan Sidomulyo sehingga tidak begitu bermasalah dengan transportasi, namun bagi siswa yang rumahnya agak jauh seringkali orang tua sendiri yang mengantar dan menjemput.


(4)

SD Negeri Sidomulyo 04 boleh berbangga diri karena letaknya sangat strategis, juga bertetangga dengan rumah Dinas Bupati Semarang dengan alun-alun mininya, hal ini akan mempermudah peran serta SD Sidomulyo dalam mengikuti kegiatan tingkat Kabupaten yang dipusatkan di alun-alun tersebut.

Suasana lingkungan SD Negeri Sidomulyo 04 nampak tenang dan asri. Pohon-pohon ridang ditanam di sekitar lingkungan sekolah, dapat menambah kenyamanan pada waktu istirahat. Semua ruangan tertata rapi dan terjaga kebersihannya. Berdasarkan hasil observasi, kondisi dan situasi internal SD Negeri Sidomulyo 04 sangat mendukung bagi terlaksananya kegiatan belajar mengajar.

B. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan beberapa pertimbangan pemikiran yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah kemandirian sekolah dalam implementasi manajemen peningkatan mutu dengan mengambil studi kasus pada SD Negeri Sidomulyo 04, UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.

Ada dua masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini.

1. Bagaimanakah sumber daya pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sidomulyo 04 ?

2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan kemandirian dalam implementasi manajemen peningkatan mutu ?


(5)

C. Tujuan Penelitian

Ada dua tujuan penelitian bertolak dari latar belakang dan rumusan masalah.

1. Mendeskripsikan sumber daya pendidikan di SD Negeri Sidomulyo 04. 2. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan sekolah untuk mewujudkan

kemandirian dalam implementasi manajemen peningkatan mutu. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi pengembangan kemandirian sekolah dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu di lingkungan kontekstual sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Dalam tatanan aplikasi, hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. 2.1 Dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak terkait, seperti

UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Timur tentang permasalahan yang dihadapi oleh sekolah dasar sehubungan dengan program kemandirian sekolah dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu.

2.2 Dapat dijadikan data kajian bagi para administrator pendidikan tentang pola pengembangan konsep kemandirian sekolah dalam melaksanakan manajemen peningkatan mutu di lingkungan kontekstual sekolah dasar.


(6)

2.3 Dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah dalam rangka lebih memantapkan kemandirian dalam manajemen peningkatan mutu.

E. Definisi Operasional Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dipertegas pengertiannya agar tidak terjadi perbedaan penafsiran..

1. Pengertian kemandirian adalah (a) kemampuan untuk berdiri sendiri, lepas dari ketergantungan pihak lain ( Purwadarminto, 1999:630), (b) kemampuan yang dimiliki oleh seseorang/lembaga untuk adaptif, antisipatif, proaktif serta memiliki komitmen yang tinggi (Raharjo,2003:9). Manajemen adalah proses perencanaan (planning), peorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan kegiatan organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan. (Stroter). 2. (a) Mutu adalah baik buruknya sesuatu, kualitas, taraf atau

derajat ( kecerdasan, kepandaian ); (b) mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan realita,( Goetsch dan Davis,1994,P.4 ). Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan.