RINGKASAN PERMEN PU No. 20 Tahun 2011 da

1

1.1

Pengertian Rencana Umum Tata Ruang Menurut Permen PU No. 17
Tahun 2009
Rencana umum tata ruang nasional adalah arahan kebijakan dan strategi

pemanfaatanruang wilayah nasional yang disusun guna menjaga integritas nasional,
keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah dan antar sekto, serta
keharmonisan antar ligkungan alam dengan lingkungan buatan untuk meningkatkan
kesejahteraan.
Rencana umum tata ruang kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan
perannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara kesejahteraan,
strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana struktur dan
rencana pola ruang operasional.

Gambar 1.1
Kedududkan RTRW Kota dalam Sistem
Penataan Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


Dalam opeasional rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata
ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan

2

kawasan dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan
subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatna ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana
umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tat ruang dapat berupa
rencana tat ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang

1.2

Kedudukan Pedoman RTRW
Penyusunan RTRW akan terikat dengan pedoman-pedoman lainnya. Kedudukan

pedoman RTRW Kota sebagaimana terlihat pada Gambar 1.2.

3


4

Gambar 1.3
Kedudukan Pedoman Terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait

1.3 Fungsi dan Manfaat RTRW Kota
a)

Fungsi RTRW Kota
Fungsi RTRW kota adalah sebagai:
1. Acuan dalam penyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kota
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota
4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilkukan pemerintahan,
masyarakat, dan swasta
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tat ruang di wilayah kota
6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi, dan

7. Acuan dalam adminstrasi pertanahan.

b)

Manfaat RTRW kota adalah untuk:
1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota
2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah
sekitarnya dan
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wlayah kota yang berkualitas

1.4 Muatan RTRW Kota
1. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota
1) Tujuan penataan ruang wilayah kota
2) Kebijakan penataan ruang wilayah kota
3) Strategi penataan ruang wilayah kota
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota
3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kota
1)

Kawasan Lindung


2)

Kawasan Budidaya

4. Penetapan Kawasan Strategis Wilayah Kota
5. Arahan Pemanfaatan ruang Wilayah Kota

5

6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota

1.5 Proses dan Prosedur Penyusunan RTRW Kota
a) Proses Penyusunan RTRW Kota:
1) Persiapan penyusunan RTRW kota
2) Pengunmpulan data yang dibutuhkan
3) Pengolahan data dan analisis data
4) Perumusan konsep RTRW kota dan
5) Penyusunan raperda tentang RTRW kota
b) Prosedur Penyusunan RTRW Kota:

1) pembentukan tim penyusunan RTRW kota
2) Pelaksanaan penyusunan RTRW kota
3) Pelibatan peran masyarakat di tingkat kota dalam penyususnan RTRW kota
4) Pembahasan raperda tentang RTRW kota

Gambar 1.5
Jangka Waktu Penyusunan RTRW Kota

6

7

Gambar 1.3 Proses dan Prosedur Umum Penyusunan RTRW Kota

8

CONTOH PETA STRUKTUR RUANG KOTA

CONTOH PETA POLA RUANG KOTA


CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KOTA

9

CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA

10

CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KOTA

CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS DI WILAYAH KOTA

2.1

Pengertian Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Menurut PP No. 20 Tahun 2011

11

RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan
fungsional


sebagai

penjabaran

kegiatan

ke

dalam

wujud

ruang

yang

memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar tercipta
lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam
kawasan fungsional tersebut.

RDTR ditetapkan dengan perda kabupaten/kota. Dalam hall ini RDTR telah
ditetapkan sebagai perda terpisah dari zonasi sebelum keluarnya pedoman ini,
maka peraturan zonasi ditetapkan dengan perda kabupaten/kota.

Gambar 2.1
Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan

Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL serta Wilayah
Perencanaannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

12

Gambar 2.3
Hubungan antara RTRW Kabupaten/Kota, RDTR, dan RTBL
serta Wilayah Perencanaannya

2.2

Fungsi dan Manfaat RDTR dan Peraturan Zonasi

RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai:

1.

Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan RTRW

2.

Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW

3.

Acauan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dan

4.

Acuan dalam penyusunan RTBL
RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai:


1.

Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu

2.

Alat

operasionalisasi

dalam

pelaksanaanpembangunan

fisik

sistem

pengendalian


kabupaten/kota

yang

dan

pengawasan

dilaksanakan

oleh

Pemeritah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat
3.

Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan dan
4.

Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk program
pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan runagnya pada
tingkat BWP atau Sub BWP

13

RDTR disusun apabila:
1. RTRW

kabupaten/kota

dinilai

belum

efektif

sebagai

acauan

dalam

pelaksanaan pemanfaatna ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
karena tingkat ketelitian petanya belum mencapai 1:5.000 dan/atau
2. RTRW kabupaten/kota sudah mengamanatkan bagian dari wilayah yang perlu
disusun RDTR-nya
Wilayah perencanaan RDTR mencakup:
1.

Wilayah administrasi

2.

Kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota

3.

Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan dan/atau

4.

Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan perdesaan dan
direncanakan menjadi kawasan perkotaan

Gambar 2.4
Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Wilayah Administrasi
Kecamatan dalam Wilayah Kota

Gambar 2.5
Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Kawasan Fungsional
seperti Bagian Wilayah Kota/Subwilayah Kota

14

Gambar 2.6
Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian
dari Wilayah Kabupaten yang Memiliki Ciri Perkotaan

Gambar 2.7
Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Kawasan Strategis
Kabupaten/Kota yang Memiliki Ciri Kawasan Perkotaan

Gambar 2.8
Lingkup Wilayah RDTR Berdasarkan Bagian
dari Wilayah Kabupaten/Kota yang Berupa Kawasan Perdesaan dan

15

Direncanakan Menjadi Kawasan Perkotaan

Muatan RDTR terdiri atas:
1. Tujuan penataan BWP
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dari/atau kulaitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam
RTRW dan merupakan alasan tersebut, serta apabila diperlukan dapat
dilengkapi konsep pencapaian. Tujuan penataan BWP berisi tema yang aan
direncanakan di BWP:
2. Rencana pola ruang
Rencana pola ruang dalam RDTR merupakan rencana distribusi subzona
peruntukan yang antara lain meiputi hutan lindung, zona yang memberikan
perlindungan terhadap zona dibawahnya, zona perlindungan setempa,
perumahan, perdagangan, dan jasa, perkantoran, industri, dan RTNH, ke
dalam blok-blok. Rencana pola ruang dimuat dalam peta yang juga berfungsi
sebagai zoning map bagi peraturan zonasi
3. Rencana jaringan prasarana
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem
jarinagn prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang termuat
dalam RTRW kabupaten/kota.
4. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penangananya
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penangananya merupakan upaya
dalam rangka operasional rencana tat ruang yang diwujudkan ke dalam
rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan peangananya bertujuan untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan
keterpaduan pembangunan dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan
yang bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub
BWP lainnya.
5. Ketentuan pemanfaatan ruang dan
Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan
RDTR dalam bentuk program pengembangan BWP dalam jangka waktu

16

perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan
sebagaimana diatur dalam pedoman ini.
6. Peraturan zonasi
Peraturan zonasi memuat materi wajib yang meliputi ketentuan kegiatan dan
penggunaan lahan, ketentuan intensitas pemanfaatan ruang, ketentuan tata
bangunan, ketentuan prasarana dan sarana minimal, ketentuan pelaksanaan,
dan materi pilihan yang terdiri atas ketentuan tambaha, ketentuan khusus,
standar teknis, dan ketentuan pengaturan zonasi.
Prosedur penyusunan RDTR dan peraturan zonasi meliputi proses dan
jangka waktu penyusunan, pelibatan masyarakat, serta penambahan rancangan
RDTR dan peraturan zonasi.
Prosedur penyususnan RDTR dan peraturan zonasi dapat dibedakan menjadi:
1. Prosedur penyususnan RDTR dan
2. Prosedur penyusunan peraturan zonasi yang berisi zoning map (apabila RDTR
tidak disusun atau telah ditetapkan sebagai perda sebelum keluarnya pedoman
ini).

17

Gambar 2.9
Penyusuanan Peraturan Zonasi

18

CONTOH PETA RENCANA JARINGAN JALAN

CONTOH PETA RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

CONTOH PETA JARINGAN JALAN

19

CONTOH PETA JARINGAN AIR LIMBAH

20

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

A DISCOURSE ANALYSIS ON “SPA: REGAIN BALANCE OF YOUR INNER AND OUTER BEAUTY” IN THE JAKARTA POST ON 4 MARCH 2011

9 161 13

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

INTENSI ORANG TUA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAHKAN ANAK PEREMPUAN DI BAWAH USIA 20 TAHUN DI KECAMATAN PAKEM KABUPATEN BONDOWOSO

10 104 107

Peningkatan keterampilan menyimak melalui penerapan metode bercerita pada siswa kelas II SDN Pamulang Permai Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

20 223 100