MAKALAH PANCASILA PERAN NILAI KETUHANAN

MAKALAH PANCASILA
PERAN NILAI KETUHANAN DALAM MENGANTISIPASI DAMPAK NEGATIF
GLOBALISASI

DISUSUN OLEH
NAMA

: ATIKA RAHMAH

PRODI

: KEDOKTERAN

NIM

: G0014050

KELAS

:B


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karuniaNya makalah yang berjudul “PERAN NILAI KETUHANAN DALAM
MENGANTISIPASI DAMPAK NEGATIF GLOBALISASI” dapat kami selesaikan dengan
baik sesuai yang diharapkan.
Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman penulis dalam bidang
pendidikan pancasila,sehingga semakin dapat mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini selanjutnya.

Surakarta, 11 Oktober 2014

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasidewasa ini sudah menjadi kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap
bangsa dan Negara, tidak terkecuali Indonesia. Proses interaksi dan saling pengaruhmempengaruhi, bahkan pergesekan ke[entingan antar bangsa terjadi dengan cepat dan
mencakup masalah yang semakin kompleks. Batas territorial Negara tidak lagi menjadi
pembatas bagi kepentingan masing-masing bangsa dan Negara. Seperti pendapat ahli Martin
Albrown, Globalisasi menyangkut seluruh proses dimana penduduk dunia terhubung kedalam
komunitas tunggal, komunitas global.
Kata Globalisasi sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa Inggris globalization.
Kata globalization sendiri berasal dari kata global yang berarti universal dan mendapat
imbuhan –lization yang bisa dimaknai proses. Sehingga dapat disimpulkan bahwa globalisasi
adalah proses penyebaran unsur-unsur baru baik berupa informasi, pemikiran, gaya hidup,
maupun teknologi secara mendunia.
Globalisasi diartikan sebagai suatu proses dimana batas-batas suatu Negara menjadi
semakin sempit karena kemudahan interaksi antarnegara baik berupa pertukaran informasi,
perdagangan, teknologi, dan bentuk-bentuk interaksi lain. Gobalisasi juga dimaknai sebagai
proses dimana pengalaman kehidupan sehari-hari, ide-ide dan informasi menjadi standar di
seluruh dunia. Proses tersebut diakibatkan oleh semakin canggihnya teknologi komunikasi
dan transportasi serta kegiatan ekonomi yang merambah pasar dunia.

Masuknya globalisasi ke Indonesia memang membawa banyak perubahan dan
kemajuan. Beberapa contoh dampak globalisasi, antara lain : adanya keterbukaan informasi,
komunikasi semakin mudah dan cepat, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
perekonomian Indonesia semakin menggeliat, meningkatnya taraf hidup masyarakat, dan
masih banyak lagi.
Sayangnya dibalik semua itu, globalisasi juga membawa dampak buruk. Bagaikan dua
mata pisau, globalisasi membawa dampak positif dan negative. Bila bangsa Indonesia terus
tergiur oleh kemudahan-kemudahan berkat adanya globalisasi, maka bangsa Indonesia akan
terlupa dengan dampak negatif yang menyertainya, antara lain : masuknya informasi tidak

baik, westernisasi, tingginya sikap individualism, kesenjangan social semakin besar,
terbentuknya pola hidup konsumtif, dan masih banyak lagi.
Untuk meminimalisir dampak negative globalisasi di Indonesia, bangsa Indonesia
membutuhkan suatu Holder atau pegangan dan landasan. Sebagai dasar Negara Indonesia,
pancasila merupakan ideologi, pandangan, dan falsafah hidup yang harus dipedomani bangsa
Indonesia dalam proses penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai luhur didalamnya merupakan nilai dasar yang diakui secara universal dan tidak
akan berubah oleh perjalanan waktu, yang mana nilai-nilai luhur tersebut akan dapat
mengontrol segala perilaku bangsa dari hal-hal buruk. Salah satu nilai luhur tersebut adalah
nilai ketuhanan.

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Dalam nilai ini
terkandung bahwa segala perbuatan manusia di dunia akan dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan. Sehingga ditemukan bahwa nilai Ketuhanan sangat berperan untuk meminimalisir
dampak negatif globalisasi. Berangkat dari hal tersebut, dalam makalah ini akan dibahsa
tentang peranan sila Ketuhanan dalam mengantisipasi dampak negatif globalisasi.

BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah :
 Sejauh mana peran nilai Ketuhanan dalam mengantisipasi dampak negatif globalisasi?
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran nilai
ketuhanan dalam mengantisipasi dampak negative globalisasi.

BAB III
PEMBAHASAN
Tantangan di era globalisasi yang bisa mengancam eksistensi kepribadian bangsa,dan kini
mau tak mau,suka tak suka ,bangsa Indonesia berada di pusaran arus globalisasi dunia.Tetapi

harus diingat bahwa bangsa dan negara Indonesia tak mesti kehilangan jatidiri, kendati hidup
ditengah-tengah pergaulan dunia.Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing
mungkin saja mendatangkan kemajuan,tetapi kemajuan tersebut akan membuat rakyat tersebut
me njadi asing dengan dirinya sendiri. Mereka kehilangan jatidiri yang sebenarn yang sudah
jelas tergambar dari nilai-nilai luhur pancasila.
Dalam arus globalisasi saat ini dimana tidak ada lagi batasan-batasan yang jelas antar
setiap bangsa Indonesia,rakyat dan bangsa Indonesia harus membuka diri. Dahulu,sesuai dengan
tangan terbuka menerima masuknya pengaruh budaya hindu,islam,serta masuknya kaum barat
yang akhirnya melahirkan kolonialisme. Pengalaman pahit berupa kolonialisme tentu sangat
tidak menyenangkan untuk kembali terulang. Patut diingat bahwa pada zaman modern sekarang
ini wajah kolonialisme dan imperialisme tidak lagi dalam bentuk fisik, tetapi dalam wujud lain
seperti penguasaan politik dan ekonomi. Meski tidak berwujud fisik, tetapi penguasaan politik
dan ekonomi nasional oleh pihak asing akan berdampak sama seperti penjajahan pada masa lalu,
bahkan akan terasa lebih menyakitkan.
Dalam pergaulan dunia yang kian global, bangsa yang menutup diri rapat-rapat dari dunia
luar bisa dipastikan akan tertinggal oleh kemajuan zaman dan kemajuan bangsa-bangsa lain.
Bahkan, negara sosialis seperti Uni Soviet yang terkenal anti dunia luar tidak bisa bertahan dan
terpaksa membuka diri. Maka, kini, konsep pembangunan modern harus membuat bangsa dan
rakyat Indonesia membuka diri. Dalam upaya untuk meletakan dasar- dasar masyarakat modern,
bangsa Indonesia bukan hanya menyerap masuknya modal, teknologi, ilmu pengetahuan, dan

ketrampilan, tetapi juga terbawa masuk nilai-nilai sosial politik yang berasal dari kebudayaan
bangsa lain. Yang terpenting adalah bagaimana bangsa dan rakyat Indonesia mampu menyaring
agar hanya nilai-nilai kebudayaan yang baik dan sesuai dengan kepribadian bangsa saja yang
terserap. Sebaliknya, nilai-nilai budaya yang tidak sesuai apalagi merusak tata nilai budaya
nasional mesti ditolak dengan tegas. Kunci jawaban dari persoalan tersebut terletak pada
Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara. Bila rakyat dan bangsa Indonesia konsisten
menjaga nilai-nilai luhur bangsa, maka nilai-nilai atau budaya dari luar yang tidak baik akan

tertolak dengan sendirinya. Cuma, persoalannya, dalam kondisi yang serba terbuka seperti saat
ini justeru jati diri bangsa Indonesia tengah berada pada titik nadir.
Bangsa dan rakyat Indonesia kini seakan-akan tidak mengenal dirinya sendiri sehingga
budaya atau nilai-nilai dari luar baik yang sesuaimaupun tidak sesuai terserap bulat-bulat. Nilainilai yang datang dari luar serta-merta dinilai bagus, sedangkan nilai-nilai luhur bangsa yang
telah tertanam sejak lama dalam hati sanubari rakyat dinilai usang. Lihat saja sistem demokrasi
yang kini tengah berkembang di Tanah Air yang mengarah kepada faham liberalisme. Padahal,
negara Indonesia—seperti ditegaskan dalam pidato Bung Karno di depan Sidang Umum PBB—
menganut faham demokrasi Pancasila yang berasaskan gotong royong, kekeluargaan, serta
musyawarah dan mufakat.
Dalam kondisi seperti ini, peran Nilai Ketuhanan dalam pancasila menjdi sangat penting.
Sila pertama dalam pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa mengandung arti bahwa adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya

Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang religious bukan yang atheis. Bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk memeluk
agama yang diyakininya dan memiliki kwajiban untuk menghormati sesame umat beragama.
Sila ketuhanan merupakan sila yang mendasar bagi sila lain. Masalah keyakinan dan
kepercayaan seseorang tidak dapat diganggugugat karena merupakan suatu hal paling hakiki
yang dimiliki manusia. Setiap manusia pasti memiliki kepercayaan masing-masing, yang ia
yakini benar maka akan ia pertahankan.
Setiap manusia yang meyakini adanya Tuhan, pasti melaksanakan perintah Tuhan. Setaip
ajaran agama pastilah mengajarkan tentang suatu kebaikan. Memerintahkan berbuat kebajikan
dan melarang berbuat buruk. Karena pada dasarnya, manusia hidup di dunia ini hanya sementara.
Semua kenikmatan di dunia harus dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Tugas manusia di
dunia ini adalah beribadah, yaitu melaksanakan perintah Tuhan. Bila terus berpedoman kepada
hal itu, maka secara otomatis, kita akan lebih selektif sebelum menerima dan melakukan sesuatu
guna menjaga diri dari perbuatan buruk. Bila kita sudah mampu membatasi diri sendiri, maka
kita dapat menikmati dampak positif globalisasi tanpa harus hanyut dalam dampak negatifnya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam era globalisasi ini, tidak hanya dampak positif yang kita terima namun juga dampak

negatif yang harus kita waspadai bersama. Untuk itu diperlukan sikap selektif dalam
memilih mana yang baik dan buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan sikap
selektif tersebut, diharapkan dampak negatif yang timbul dapat diminimalisasi.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa berperan penting sebagai filter atau
penyaring dalam meyeleksi budaya-budaya baru yang masuk dalam masyarakat Indonesia.
Dengan adanya filter tersebut diharapkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan jati diri
bangsa tidak akan meracuni generasi yang ada di masyarakat.
B. Saran
Sebagai manusia Indonesia yang berpedoman pada Pancasila, kita harus saling
menghargai agama dan kepercayaan masing-masing agar tidak memicu perpecahan dan
menciptakan suasana yang damai antar umat beragama.
 Kita harus lebih selektif dalam memilih yang baik dan yang buruk dari dampak
globalisasi yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.
Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sudah seharusnya kita mempertebal keimanan
kita agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal baru dari berbagai belahan dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Wikipedia Indonesia (2014). Globalisasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. Diakses pada
12 Oktober 2014.
Dendy F (2011). Hubungan Penerapan Sila Ketuhanan dengan Kenakalan Remaja. Diakses

pada 12 Oktober 2014.
Anonim (2013). Dampak Positif dan Negatif Globalisasi Terhadap Bangsa Indonesia.
www.invonesia.com/dampak-positif-dan-negatif-globalisasi-terhadap-bangsaindonesia.html. Diakses pada 11 Oktober 2014.
Tiara (2012). Perilaku Konsumtif Kelas Menengah. Pojokbursa.Widyatama.ac.id/perilkukonumtif-kelas-menengah/. Diakses pada 11 Oktober 2014.