Pakaian adat Bugis Makassar doc

Pakaian adat Bugis Makassar, jika di padu padankan dengan busana muslim juga tampak cantik..
hal ini disebabkan oleh karena rata-rata corak dan warna pakaian adat Bugis Makassar itu
berwarna terang..seperti merah, kining, jingga,dan hijau...

Berdasarkan asal katanya, “tongkon,” artinya memang menduduki atau tempat duduk. Tapi sama
sekali tidak ada hubungannya dengan menonton hehehe. Tongkonan dikatakan sebagai tempat
duduk karena merupakan tempat berkumpulnya para kaum bangsawan Toraja. Mereka biasanya
duduk dalam tongkonan untuk berdiskusi mengenai masalah-masalah adat.
Bentuk tongkonan amat unik. Kedua ujung atapnya runcing ke atas mengingatkan kita pada
rumah gadang dari Sumatera Barat. Ada yang mengatakan bentuknya seperti perahu dengan
buritan tapi ada pula yang menyamakannya dengan tanduk kerbau.
Satu hal yang pasti, semua tongkonan Toraja mengarah ke utara. Arah tongkonan serta ujung
atap yang runcing ke atas melambangkan bahwa mereka berasal dari leluhur yang datang dari
utara. Ketika nanti mereka meninggal pun, mereka akan berkumpul bersama arwah leluhurnya di
utara.
Selain bentuknya yang unik, tradisi tongkonan juga menarik lho. Menurut kisah setempat,
tongkonan pertama dibangun oleh Puang Matua atau sang pencipta di surga. Dulu hanya
bangsawan yang berhak membangun tongkonan. Selain itu, rumah adat tongkonan tidak dapat
dimiliki secara individu tapi diwariskan secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku
Toraja.


TRADISIONAL SENJATA KHAS ORANG BUGIS
BADIK CARINGIN TILU

Badik Bugis Kawali Bone memiliki bessi atau bilah yang pipih, ujung runcing dan bentuk agak
melebar pada bagian ujung, sedangkan kawali Luwu memiliki bessi pipih dan berbentuk lurus.
Kawali pun memiliki bagian-bagian, seperti pangulu (hulu), bessi (bilah) dan wanua (sarung).
Seperti pada senjata tradisional lainnya, kawali juga dipercaya memiliki kekuatan sakti, baik itu
yang dapat membawa keberuntungan ataupun kesialan. Kawali Lamalomo Sugi adalah jenis
badik yang mempunyai motif kaitan pada bilahnya dan dipercaya sebagai senjata yang akan
memberikan kekayaan bagi pemiliknya. Sedangkan, kawali Lataring Tellu yang mempunyai
motif berupa tiga noktah dalam posisi tungku dipercaya akan membawa keberuntungan bagi
pemiliknya berupa tidak akan kekurangan makanan dan tidak akan mengalami duka nestapa.

Tari Pakarena – Tarian Tradisional Makassar, Sulawesi
Selatan
Tari Pakarena – Tarian Tradisional Makassar, Sulawesi Selatan sudah diketahui oleh seluruh
masyarakat Indonesia, khususnya bagi pecinta seni dan budaya.
Sulawesi Selatan dikenal dengan berbagai ragam seni dan kebudayaan. Wilayah yang terbagi
dengan sejumlah Kabupaten masing-masing mencerminkan adat dan budaya sesuai dengan
daerah tersebut. Berbagai macam kesenian yang ada di Sulawesi Selatan merupakan salah satu

sumber kekayaan Indonesia secara umum.
Kali ini saya mengangkat tentang tari Pakarena. Salah satu tari tradisional yang amat sangat
terkenal di Sulawesi Selatan. Pakarena adalah bahasa Makassar, Sulawesi Selatan yang berasal
dari kata “akkarena” yang artinya “bermain”.
Tarian Pakarena berawal dari kisah mitos perpisahan penghuni boting langi (negeri
kahyangan) dengan penghuni lino (bumi) zaman dulu. Sebelum detik-detik perpisahan, boting
langi mengajarkan penghuni lino mengenai tata cara hidup, bercocok tanam, beternak hingga
cara berburu lewat gerakan-gerakan tangan, badan dan kaki. Gerakan-gerakan inilah yang
kemudian menjadi tarian ritual saat penduduk lino menyampaikan rasa syukurnya kepada
penghuni boting langi. (Munasih Nadjamuddin, pakar tari Pakarena)

Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan
pada masa kerajaan Gowa (masa dikenal pertama kali Tari Pakarena dipertunjukkan sebagai
bentuk penghormatan kepada Dewa Barata/Tuhan), Tari Pakarena kemudian menuai banyak
kontroversi seputar pelaksanannya. Dalam hal ini, pihak yang pro mengatakan bahwa tari ini
tidak apa-apa untuk dilakukan/dipertunjukkan dengan niat untuk melestarikan budaya sedangkan
di pihak kontra mengatakan bahwa tarian ini mengandung unsur kesyirikan karena gerakangerakannya menunjukkan penghambaan yang dilakukan selain kepada Allah.

Namun, semua itu kembali kepada kita sebagai hambaNya. Semua yang kita lakukan adalah
bergantung atas dasar niat kita sendiri.

Tari tradisional seperti Tari Pakarena ini hanyalah salah satu hal yang mencirikan karakteristik
budaya sebuah propinsi Sulawesi Selatan. Dan tentu saja masih banyak tari-tarian lainnya yang
kemudian memberikan makna dan kandungan tertentu dari setiap alunan gerakan penarinya.

TUGAS PKN
TRADISIONAL DARI
SULAWESI SELATAN

RASINTA DIVA F.
III KHOLID

SDIT ANNI’MAH