bab I II III PERANAN DINAS TENAGA KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini,
maka perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui
pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat
memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan
berupaya fokus menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business),
sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini
dikenal dengan istilah “outsourcing.”
Istilah outsourcing mulai terdengar dalam dunia usaha dan hukum di
Indonesia sekitar tahun 1990-an. Outsourcing didefinisikan sebagai usaha
untuk mengontrakkan suatu kegiatan pada pihak luar untuk memperoleh
layanan yang dibutuhkan (Indrajit & Djokopranoto, 2003:2). Maksudnya
adalah memberikan

sebagian

perusahaan


(pemakai

jasa pekerja)

pada

perusahaan lain (perusahaan penyedia jasa pekerja/ outsourcing provider)
untuk mengerjakannya.
Kata outsourcing sebenarnya tidak dikenal pada lembar hukum
ketenagakerjaan Indonesia.Tidak ada satu aturan ketenagakerjaan di Indonesia
yang menggunakan istilah outsourcing. Istilah outsourcing di Indonesia yang
paling mendekati adalah penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain sebagaimana yang diatur dalam Pasal 64, 65 dan 66 Undang-

1

2

Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat

Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. Di dalam
Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh adalah perusahan yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas
yang memenuhi syarat untuk melaksanakan kegiatan jasa penunjang perusahaan
pemberi pekerjaan. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi, meliputi: usaha pelayanan
kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh
(catering), usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa
penunjang di pertambangan dan perminyakan dan usaha penyediaan angkutan
bagi pekerja/buruh.
Hakekat dari semua aturan tersebut adalah bahwa perusahaan dapat
memberikan pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain, selama pekerjaan itu
bukan merupakan jenis pekerjaan utama perusahaan atau bukan merupakan bisnis
inti perusahaan. Perusahaan juga diwajibkan untuk membuat alur produksi untuk
membuktikan bahwa itu bukan bisnis inti perusahaan.Ketentuan lainnya adalah
bahwa perusahaan penyedia tenaga kerja harus berbadan hukum dan apabila tidak
maka status beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan
pemberi pekerjaan.Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta
perselisihan yang timbul menjadi tanggungjawab perusahaan penyedia jasa

pekerja/buruh.

3

Outsourcing merupakan suatu istilah yang di gunakan dalam perekrutan
tenaga kerja. Mempekerjakan karyawan dalam ikatan kerja outsourcing sedang
menjadi trend atau model bagi pemilik atau pemimpin perusahaan baik itu
perusahaan

milik

negara

maupun

perusahaan

milik swasta.

Banyak


perusahaan outsourcing yakni perusahaan yang bergerak dibidang penyedia
tenaga kerja aktif menawarkan ke perusahaan-perusahaan pemberi kerja,
sehingga

perusahaan

yang

memerlukan tenaga

tidak

perlu

susah-susah

mencari, menyeleksi dan melatih tenaga kerja yang dibutuhkan (Suhardi,
2006: 5). Menurut ketua umum kadin Indonesia suryo bambang sulisto,
outsourcing itu artinya sub-contracting, yaitu men-sub kan pekerjaan kepada

perusahaan lain. Jadi dapat di pahami bahwa ada persamaan antara perusahaan
outsourcing dan sub-contracting/sub-kontraktor.
Penerapan sistem kerja outsourcing ini dilakukan oleh pemerintah
dengan maksud untuk menekan tingginya angka pengangguran dan menarik
investor

ke

Indonesia.

Perusahaan

membutuhkan

tenaga

kerja

untuk


melaksanakan proses produksi, jika tenaga kerja tersebut tersedia dengan
harga murah, maka perusahaan akan banyak melakukan rekrutmen tenaga
kerja, sehingga hal ini akan mengurangi tingginya tingkat pengangguran,
menekan angka kemiskinan dan memacu angka pertumbuhan ekonomi negara.
Namun

meskipun

demikian,

penetapan diperbolehkannya

perusahaan

mempekerjakan buruh outsourcing akan semakin memperlemah kedudukan
buruh dan rawan terhadap ancaman eksploitasi.
Perusahaan lebih tertarik untuk melakukan outsourcing karena UU
Ketenagakerjaan yang baru dimana semakin mahalnya biaya pemutusan hubungan

4


kerja dan kompensasi kepada karyawan tetap.Ketidakpastian produksi menuntut
perusahaan untuk lebih fleksibel mengisi kebutuhan tenaga kerja. (Kadarusman
dkk, 2004: 10).
Bagi

perusahaan,

menggunakan

system

outsourcing

sangat

menguntungkan.Perusahaan juga bervariasi macamnya, ada yang sebagai
pengguna

(user)


outsourcing.Tentunya

dan
hal

sebagai
ini

penyedia
di

lakukan

(supplier)
sebagai

tenaga
strategi


kerja
bisnis

ketenagakerjaan.Para pengusaha berpendapat, outsourcing merupakan alternative
yang terbaik saat ini sebagai bentuk dari efektivitas tenaga kerja dan efesiensi bagi
perusahaan.Namun outsourcing menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan
khususnya bagi tenaga kerja.Oleh sebab itu terdapat pro dan kontra terhadap
penggunaan outsourcing, berikut beberapa penjabarannya dalam tabel 1.1 berikut
ini.

5

Tabel 1.1 : Pro-Kontra Penggunaan Outsourcing
No
1.

PRO OUTSOURCING
KONTRA OUTSOURCING
Business owner bisa fokus Ketidakpastian status ketenagakerjaan dan
pada core business.

ancaman PHK bagi tenaga kerja. (Sumber:
www.hukumonline.com)

2.

Biaya investasi berubah Perbedaan perlakuan Compensation and
menjadi biaya belanja.
Benefit antara karyawan internal dengan
karyawan
outsource.
(Sumber:
“Outsourcing,
Pro
dan
Kontra”
http://recruitmentindonesia.wordpress.com

3.

Tidak lagi dipusingkan Career Path di outsourcing seringkali

dengan oleh turn over kurang terencana dan terarah. (Sumber:
tenaga kerja.
“Outsourcing,
Pro
dan
Kontra”
http://recruitmentindonesia.wordpress.com)

4.

Bagian dari modenisasi
dunia usaha (Sumber :
Pekerjaan Waktu Tertentu
dan
“Outsourcing,
www.sinarharapan.co.id)

Perusahaan pengguna jasa sangat mungkin
memutuskan hubungan kerjasama dengan
outsourcing provider dan mengakibatkan
ketidakjelasan status kerja buruh. (Sumber:
“Outsourcing,
Pro
dan
Kontra”
http://recruitmentindonesia.wordpress.com

Sumber : Informasi dari berbagai sumber hasil browsing di internet (melalui
www.ppm-manajemen.ac.id , pada 18 Maret 2014 )
Dari tabel 1.1 di atas dapat di ketahui bahwasanya outsourcing telah
banyak menimbulkan masalah, diantaranya adalah ketidakpastian status
ketenagakerjaan dan ancaman PHK bagi tenaga kerja, Perbedaan perlakuan
Compensation and Benefit antara karyawan internal dengan karyawan outsource,
Career Path (jalur karir) di outsourcing seringkali kurang terencana dan terarah,
Perusahaan pengguna jasa sangat mungkin memutuskan hubungan kerjasama
dengan outsourcing provider dan mengakibatkan ketidakjelasan status kerja

6

buruh, Bisa di katakan bahwasanya secara tidak langsung outsourcing merupakan
salah satu bentuk eksploitasi manusia, Sedangkan bagi pekerja/pegawai, tentu saja
outsourcing menimbulkan masalah tersendiri. Kontrak kerja dalam suatu
perusahaan adalah salah satu bentuk ketidakpastian karir, para pegawai hanya
bekerja beberapa kurun waktu sesuai dengan kontrak kerja, sedangkan gaji
ataupun tunjangan yang di terima tidak memuaskan.Banyak pegawai/pekerja
outsourcing tidak mendapat kesejahteraan yang sama dengan pegawai/pekerja
tetap. Hal ini adalah masalah yang harus mendapat perhatian pemerintah secara
serius.
Kecamatan Mandau yang ibukotanya Duri merupakan salah satu
kecamatan yang termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkalis yang
berada di Pulau Sumatera. Dengan jumlah penduduk 256.108 dan luas wilayah
937,47 KM2. Industri memegang peranan penting dalam perekonomian
kemasyarakatan di Kecamatan Mandau. Angka yang tercatat oleh dinas terkait
,menyebutkan, sebanyak dua industri besar dan lima industri sedang beroperasi di
wilayah Kecamatan Mandau. Sedangkan untuk industri kecil 96 unit dan industri
mikro 233 unit, selama kurun waktu tahun 2011.
Dengan sangat banyaknya jumlah penduduk, besarnya cakupan wilayah
untuk sebuah kecamatan, dan merupakan daerah penghasil minyak terbesar di
Indonesia.Kota Duri menjadi pusat operasional perusahaan raksasa minyak PT.
Chevron Pasific Indonesia yang merupakan perusahaan kontrak bagi hasil dengan
Pemerintah Republik Indonesia.Selain itu juga banyak tenaga kerja dan
perusahaan yg berlokasi di Kecamatan Mandau.

7

Jumlah perusahaan kontraktor yang terdata di Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Kabupaten Bengkalis

di Kecamatan Mandau sebanyak 103

perusahaan (Sumber : Data Perusahaan Kontraktor Dinas Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Kabupaten Bengkalis di Kecamatan Mandau Tahun 2013).
Sedangkan menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten
Bengkalis H.A. Ridwan Yazid, S.Sos menyampaikan setelah sosialisasi Peraturan
Menteri

Tenaga

Kerja

Nomor

19

Tahun

2012

dan

Surat

Edaran

04/MEN/VIII/2013 yang diadakan PT. CPI bekerjasama dengan Disnaker
Bengkalis di Gedung Multi Guna PT. CPI bahwa Perusahaan jasa penunjang/subkontraktor di Kecamatan Mandau di perkirakan mencapai ratusan namun
perusahaan tersebut tidak melaporkan perusahaannya ke kantor Disnaker (Riau
Pos, 21 November 2013)
Dengan banyaknya jumlah perusahaan dan tenaga kerja tentunya ada
hubungan industrial di antara kedua belah pihak.Selama terdapatnya hubungan
industrial

antara

perusahaan

dan

pekerja

selama

itulah

permasalahan

ketenagakerjaan dapat terjadi dan tidak dapat di hindari.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan

yang mengatur

pengelolaan

tenaga

kerja outsourcing di

Indonesia tidak berlaku dengan baik, hal ini dapat terlihat dari banyaknya demo
yang dilakukan oleh ratusan buruh di berbagai daerah, termasuk di Kecamatan
Mandau Kabupaten Bengkalis yang menuntut untuk menghapus system
outsourcing.

8

Banyaknya terjadi unjuk rasa atau pemogokan pada dasarnya terjadi
karena adanya ganjalan atau ketidakharmonisan hubungan antara pekerja dan
pengusaha.Adanya tuntutan yang di ajukan pekerja yang tidak di tanggapi atau
tidak dapat di penuhi oleh pengusaha atau perusahaan.Seringkali menimbulkan
gejolak dan konflik yang di ikuti unjuk rasa dan pemogokan (Asri Wijayanti,
2008:25).
Permasalahan outsourcing yang terjadi di Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis dapat di lihat dari seringnya aksi demonstrasi yang di lakukan oleh
tenaga kerja di kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bengkalis yang berkantor di
Kecamatan Mandau. Tenaga kerja yang melakukan aksi demonstrasi biasanya
berafiliasi dengan Serikat Buruh/Pekerja yang ada di Kecamatan Mandau.
Serikat Buruh/Pekerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja Dan
Trasmigrasi Kabupaten Bengkalis di Kecamatan Mandau diantaranya adalah
Federasi Serikat Pekerja Kimia, Energi dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia (PC.FSP.KEP-KSPSI), Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI),
Serikat Buruh Muslim Indonesia (SARBUMUSI),dan serikat Buruh Riau
Independen (SBRI) (sumber : Data serikat buruh/pekerja yang terdaftar di Dinas
Teanaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis

Kecamatan Mandau

Tahun 2014). Yang menjadi tuntutan massa aksi demonstrasi serikat pekerja di
antaranya adalah menuntut pemerintah agar menghapus system outsourcing,
penyelesaian pembayaran upah buruh, upah lembur, pesangon dan jamsostek yang
belum di bayarkan, penyelesaian kasus Pemutusan Hubungan Kerja secara

9

sepihak yang dilakukan oleh perusahaan di kecamatan mandau (Riau Pos, 12
Februari 2014).
Jumlah

pengaduan

kasus

tenaga

kerja

perusahaan

sub-

kontraktor/outsourcing yang di bantu penyelesaiannya oleh Serikat Buruh Riau
Independent Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Tahun 2013 dapat di lihat
pada tabel 1.2
Tabel 1.2 : Jumlah Pengaduan Kasus Tenaga KerjaPerusahaan SubKontraktor/ Outsourcing Di Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis Tahun 2014
Jumlah
Masalah Outsourcing
Tenaga kerja
1. PT. Bosar Alongan Mamora
61
Pesangon Tidak Di Bayarkan
2. PT. Adiarta
39
Pesangon Tidak Di Bayarkan
3. PT. Nata Indonesia
47
Pesangon Tidak Di Bayarkan
4. PT. Mutiara Raaf
4
Pemutusan Hubungan Kerja
5. PT. Burirekatama
2
Pemutusan Hubungan Kerja
6. PT. Atvira
2
Pemutusan Hubungan Kerja
7. PT. Abitech
1
Pemutusan Hubungan Kerja
8. PT. Dayatama
4
Pemutusan Hubungan Kerja
9. PT. Adil Utama
27
Pemutusan Hubungan Kerja
10. PT. Patar Tekhindo Indonesia
51
Pesangon Tidak Di Bayarkan
11. CV. Cemara
1
Pemutusan Hubungan Kerja
12. CV. Sahabat
4
Pemutusan Hubungan Kerja
13. PT. Multi Structure
66
Pemutusan Hubungan Kerja
14. PT. Protect Asia Enginering
90
Pesangon Tidak Di Bayarkan
15. PT. Vadhana Int
1
Pemutusan Hubungan Kerja
16. PT. SBP
17
Pemutusan Hungan Kerja
17. PT. BEW
48
Pesangon Tidak Di Bayarkan
Jumlah : 17 perusahaan
Jumlah : 465
tenaga kerja
Sumber : Data Pengaduan Kasus Tenaga Kerja Perusahaan Sub-Kontraktor/
Outsourcing di Kecamatan Mandau yang di Bantu Penyelesaiannya
Oleh Serikat Buruh Riau Independent Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis Tahun 2014
No

Nama Perusahaan

Dari tabel 1.2 dapat di jelaskan bahwa perusahaan sub-kontraktor/outsourcing
yang bermasalah berjumlah 15 perseroan terbatas dan 2 Comanditaire

10

Venootschap dan jumlah tenaga kerja yang bermasalah sebanyak 465 tenaga
kerja. Permasalahan tenaga kerja sub-kontraktor/outsourcing di sebabkan oleh
pemutusan hubungan kerja dan pesangon yang tidak di bayarkan.
Permasalahan pemutusan hubungan kerja pada pengaduan kasusdiatas
adalah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak.
Pemutusan kerja secara sepihak dilakukan tanpa adanya proses mekanisme
pemberhentian hubungan kerja dengan surat peringatan pertama, kedua dan
ketiga, jangka waktu kontrak kerja belum habis sedangkan perusahan telah
melakukan pemutusan hubungan secara kerja sepihak kepada pekerja/buruh.
Permasalahan pesangon tidak di bayarkan pada pengaduan kasus diatas
adalah perusahaan tidak memberikan pesangon kepada pekerja/buruh padahal
pekerja/buruh telah bekerja selama setahun bahkan lebih di perusahaan tersebut.
Menurut Permenakertrans nomor 19 tahun 2012 pada pasal 24 bagian ketiga
persyaratan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh di sebutkan bahwa
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh berbentuk badan hokum Perseroan
Terbatas (PT), tetapi masih ada Comanditaire Venootschap (CV) yang menjadi
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis
H.A.Ridwan Yazid,S.Sos menyampaikan pada sosialisasi terkait implementasi
dari Permenaker No. 19 Tahun 2012 dan Surat Edaran 04/MEN/VIII/2013 yang
diadakan PT. CPI bekerjasama dengan Disnaker Bengkalis di Gedung Multi Guna
PT. CPI pada 21 November 2013 tidak menampik bahwa sangat banyak
permasalahan tentang perusahaan jasa penunjang atau outsourcing dan tenaga

11

kerjanya yang terjadi di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Permasalahan
perusahaan jasa penunjang atau outsourcing yang di sampaikan oleh Kepala Dinas
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis diantaranya adalah
1. Banyaknya

Perusahaan

Sub-Kontraktor/Jasa

Penunjang

yang

belum

mendaftarkan perusahaan (tidak melapor) dan tenaga kerjanya ke Dinas Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis yang di perkirakan jumlahnya
ratusan. Menurut Undang-undang nomor 7 Tahun 1987 tentang wajib lapor
perusahaan, pada pasal 4 dan 6 di sebutkan bahwa Pengusaha wajib
melaporkan secara tertulis setiap mendirikan, menghentikan, menjalankan
kembali, memindahkan atau membubarkan perusahaan kepada Menteri atau
pejabat yang ditunjuk dan melaporkan kondisi tenaga kerjanya kepada Menteri
atau pejabat yang ditunjuk, Pengusaha yang tidak memenuhi kewajibannya
diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda
setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). Menurut Surat Edaran
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor:
04/Men/VIII/2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Tentang
Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain pada BAB V Sanksi disebutkan bahwa Perusahaan Penyedia Jasa
Pekerja/Buruh

yang

tidak

mendaftarkan

perjanjian

penyediaan

jasa

pekerja/buruh dan tidak mencatatkan perjanjian kerja kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan maka pencabutan izin

12

operasional Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja dapat di lakukan oleh Dinas
Tenaga Kerja.
2. Perusahaan jasa penunjang/sub-kontraktor tidak melaporkan keselamatan
kerjanya ke Dinas Tenaga Kerja. Tenaga kerjanya menggunakan baju kerja
dengan Lambang k3 tetapi tidak ada izin dari Dinas Tenaga Kerja, ini tidak
sesuai dengan Undang–undang nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
K3 diatur dalam Bab X Perlindungan, Pengupahan dan kesejahteraan Bagian
kesatu Perlindungan Paragraf 5 Keselamatan dan kesehatan kerja pasal 86 dan
87.Dalam pasal 86 disebutkan bahwa setiap pekerja berhak untuk mendapatkan
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

Untuk

melindungi

keselamatan

pekerja

guna

mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakanupaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam pasal 87 disebutkan bahwa setiap perusahaan wajib
menerapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan. Perusahaan jasa penunjang/sub-kontraktor harus melaporkan
keselamatan kerjanya ke Dinas Tenaga Kerja. Perusahaan tersebut akan di audit
oleh Perusahaan Penyelenggara Audit Sistem Manajemen Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja dan pengawasannya akan di awasi oleh pegawai pengawas
dinas tenaga kerja sesuai dengan Peraturan menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi Nomor : Per.18/Men/XI/2008 Tentang Penyelenggara Audit
Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

13

Melihat banyaknya demo yang terjadi di berbagai daerah termasuk di
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis maka dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis juga menerima laporan pengaduan kasus
dari pekerja mengenai masalah ketenagakerjaan. Masalah yang di laporkan
meliputi pengaduan kasus pelanggaran normative dan perselisihan yang umumnya
banyak menimpa pekerja outsourcing. Hal tersebut terbukti pada laporan
pengaduan kasus tahun 2013 mengenai jumlah pengaduan kasus yang ada pada
Bidang Hubungan Industrial Dan Syarat Kerja dalam tabel 1.3
Tabel 1.3 : Jumlah
Pengaduan Kasus Pada
IndustrialDan Syarat Kerja Tahun 2013

Bidang

Hubungan

No

Laporan Pengaduan kasus masuk
Penyelesaian hubungan industrial
Pemutusan hubungan kerja
1. 12 kasus (111 orang)
39 kasus (627 orang)
Sumber :Data Rekapitulasi laporan Pengaduan Kasus Dinas Tenaga
Kerjadan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis tahun 2013.
Dari tabel 1.3 di atas dapat dijelaskan bahwasannya jumlah pengaduan
kasus

yang masukpada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Bengkalis ada 2 macam yaitu pada Bidang Hubungan Industrialdan Syarat
Kerja yang meliputi kasus perselisihanantara Pekerja dan Pengusaha. Data
yangdiperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis
memaparkan bahwasannya jumlah kasusyang terjadi di tahun 2013 di
Bidang HubunganIndustrial dan Syarat Kerja ada 51 kasus (738 orang),
Pengaduan kasus disebabkan karena kondisi dari lingkunganketenagakerjaan
yang tidak mendukung seiring denganbanyaknya demo mengenai masalah yang
ditimbulkanolehoutsourcing.

14

Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan Penelitian dengan judul “Analisis Peranan Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Dalam Menangani Masalah Outsourcingdi Kecamatan Mandau
Kabupaten Bengkalis”
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan
masalah penelitian ini adalah
1.

Bagaimana analisis masalah Outsourcingdi Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis ?

2.

Bagaimana Peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dalam Menangani
Masalah Outsourcingdi Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis ?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1.

Untuk menganalisis masalah Outsourcingdi Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis.

2.

Untuk mengetahui Peran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dalam
Menangani Masalah Outsourcing di Kecamatan Mandau Kabupaten
Bengkalis.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki mamfaat yaitu :
1. Secara akademik; sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang mengkaji
Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis Dalam
MenanganiMasalah Outsourcing pada masa yang akan datang .

15

2. Secara metodologi; penelitian ini memperkaya indikator pengukuran tentang
Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis Dalam
MenanganiMasalah Outsourcingkhususnya dilihat dalam sudut pandang
pendekatan proses.
3. Secara praktis; penelitian ini dapat menjadi bahan untuk evaluasi kinerja
instansi Pemerintah khususnya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten

Bengkalis

dalam

menyempurnakan

dan

meningkatkan

PerananMenanganiMasalah Outsourcingpada masa datang.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran secara umum dari penulisan ini, menulis
membaginya kedalam enam bab sebagai berikut:
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang berkaitan dengan
pembahasan masalah yang diteliti.
BAB III :METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis dan
sumber data, populasi dan sampel, metode pengumpulan data dan
analisa data

16

BAB IV :GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini mengemukakan tentang luas dan batas wilayah, keadaan
penduduk, keadaan pendidikan, sarana kesehatan, sarana ibadah,
sarana perekonomian dan pemerintahan.
BAB V :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan pembahasan dari penelitian partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa.
BAB VI :KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang
membangun bagi objek penelitan.

17

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tenaga Kerja
Bekerja merupakan suatu wujud dari pada pemenuhan kebutuhan, itu
dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang mempunyai akal dan pikiran
yang melebihi makhluk lain dan memiliki berbagai kebutuhan. Untuk terpenuhnya
kebutuhan harus melakukan usaha dan bekerja, kebebasan berusaha untuk
menghasilkan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
merupakan hak seseorang.
Tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting
sebagai

pelaku (actor) dalam mencapai tujuan pembangunan. Pembangunan

ketenagakerjaan

diarahkan

untuk

meningkatkan kualitas dan kontribusinya

dalam pembangunan serta melindungi hak dan kepentingannya sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan. Hal tersebut berdasarkan ketentuan UndangUndang Dasar Tahun 1945 pasal 27 ayat (1) dan (2) yang menyatakan:
a.

Segala warga negara bersamaan kedudukan di dalam hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

b.

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia,

didalamnya meliputi buruh, karyawan dan pegawai. Buruh adalah mereka
yangbekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalankerja secara harian
maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan
maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

18

Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau
perusahaan baik swasta maupun pemerintah dan diberikan imbalan kerjasesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat harian,
mingguan, maupunbulanan yang biasanya imbalan tersebut diberikansecara
mingguan. Sedangkan pegawai (Pegawai Negeri) adalah mereka yang telah
memenuhi syaratyang ditentukan dalam peraturan perundang-undanganyang
berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenangdan diserahi tugas jabatan
negeri atau tugas negarayang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangundangan dan digaji menurut peraturan perudang-undangan yang berlaku
(Sastrohardiwiryo, 2005: 27).
Menurut Kusumowido (1982:93) Tenaga Kerja (Man Power) adalah
seluruh penduduk dalam suatu negara yang memproduksi barang dan jasa jika ada
permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam
aktivitas tersebut.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo (1987) mengenai arti tenaga kerja
adalah semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja, termasuk mereka yang
menganggur meskipun bersedia dan sanggup bekerja dan mereka yang
menganggur terpaksa akibat tidak ada kesempatan kerja.
Menurut Drs. Suyoso Sukarno, Mpd (2002: 23) Tenaga kerja adalah tenaga
manusia yang benar-benar di persiapkan untuk bekerja melalui pendidikan dan
pelatihan yang sesuai dengan tuntutan dan jenis pekerjaan yang tersedia.
Menurut MT.Ritonga & Yoga Firdaus (2007:2) Tenaga kerja adalah
penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka

19

yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Pasal 1 angka 3 Undang -Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, memberikan pengertian pekerja/buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Sehingga dapat diartikan bahwa pekerja adalah tenaga kerja, namun
belum tentu tenaga kerja itu adalah pekerja.
Didalam Undang-undang pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa jika
yang gunakan sebagai satuan penghitung, maka tenaga kerja itu adalah orang,
maka disini dianggap semua barang mempunyai kemampuan dan produktivitas
yang sama dan lama waktu kerjanya dianggap sama.
Menurut DR.Payaman Simanjuntak dalam bukunya “Pengantar Ekonomi
Sumber Daya Manusia” tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain
seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praksis pengertian tenaga
kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya dibedakan oleh batas umur.
Menurut Mulyadi (2003:57) Tenaga Kerja adalah penduduk dalam usia
kerja (berusia 15-64 Tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Dengan kata

20

lain adalah adanya kerjasama yang terjalin antara pihak pengusaha dan
pekerja/buruh sehingga terjadinya simbiosis mutualisme.
Menurut Simanjutak (2001:5) Tenaga Kerja adalah sumber daya manusia
yang memiliki potensi, kemampuan yang tepat guna, berdaya guna, berpribadi
dalam kategori tertentu untuk bekerja dan berperan serta dalam pembangunan,
sehingga berhasil guna bagi dirinya sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.
Maksudnya adalah sumberdaya manusia tersebut memiliki keahlian sesuai dengan
pekerjaan yang dia geluti sehingga hasil pekerjaaan yang di kerjakan dapat
maksimal.
Menurut Thoha (1985:67) Tenaga Kerja adalah semua individuindividuyang terlihat baik langsung maupun tidak langsung yang mempunyai
keahlian atau tenaga kasarnya dan yang memproduksi barang maupun jasa, mulai
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta aktivitas-aktivitas lainnya
yang berhubungan dengan berbagai macam jenis pekerjaan. Kemudian Thoha
(1985:67) mengatakan bahwa mengingat begitu besar peran tenaga kerja yang
perlu di beri latihan-latihan khusus sebelum mereka terjun kelapangan.Latihan itu
hendaknya di berikan yang berhubungan dengan pekerjaan dan latihan yang di
berikan kepada tenaga kerja bertujuan untuk menanamkan informasi serta sikap
tertentu pada tenaga kerja. Dengan demikian setiap individu-individu tersebut
mengetahui suatu proses dalam tahapan produksi barang atau jasa. Sebelum
melakukan pekerjaan pekerja sudah mengetahui tahapan demi tahapan tentang apa
yang akan di kerjakan melalui adanya pembekalan awal atau yang lebih di kenal

21

dengan training pekerjaan sehingga setiap aktivitas pekerjaan yang di lakukan
sesuai dengan tupoksi dari keahlian dan jabatan yang di berikan.
Menurut UU 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Tenaga kerja adalah
setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Sedangkan ketenagakerjaan adalah segala hal yangberhubungan dengan masalah
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Dalam urusan
ketenagakerjaan, pemerintah diharapkan dapat menyusun dan menetapkan
perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja dimaksudkan agar dapat
dijadikan dasar dan acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi dan implementasi
program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
Dari defenisi yang telah di kemukakan dapat di pahami bahwa tenaga
kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 Tahun) yang bekerja di
suatu badan usaha atau perusahaan baikswasta maupun pemerintah yang
menghasilkan barang dan jasa melalui kontribusi tenaga maupun buah pikiran,
mendapatkan training atau pembekalan tentang apa yang akan di kerjakan,
memperoleh gaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
2.2 Dinas Tenaga Kerja
Berikut permasalahan aktual berkaitan dengan ketenagakerjaan di
Indonesia (Sumber: Okezone.com), yaitu :
1. Situasi perekonomian Indonesia pada tahun yang akan datang dipenuhi
dengan tantangan yang cukup berat dengan adanya krisis ekonomi yang
melanda negara Eropa saat ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam

22

beberapa tahun terakhir diklaim meningkat, terlihat pada triwulan kedua
2012 mencapai 6,4%.
2. Permasalahan kedua, rendahnya kualitas angkatan kerja. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), Februari 2012, rendahnya kualitas angkatan
kerja terindikasi dari perkiraan komposisi angkatan kerja yang sebagian
besar berpendidikan SD ke bawah yaitu 47,87 persen, SMP 18,28 persen
dan yang berpendidikan lebih tinggi termasuk perguruan tinggi hanya 9,72
persen.
3. Besarnya pengangguran. Pada Februari 2012, angkatan kerja Indonesia
berjumlah 120,41 juta orang. Dari jumlah itu, pengangguran terbuka
mencapai 7,61 juta orang atau 6,32 persen.
4. Permasalahan

keempat

yakni

globalisasi

arus

barang

dan

jasa,

permasalahan ini dangat terkait dengan bidang ketenagakerjaan. Sebagai
contoh dalam sistem perdagangan bebas baik dalam kerangka WTO, APEC,
dan AFTA mempengaruhi perpindahan manusia untuk bekerja dari suatu
negara ke negara lain yang telah menjadi salah satu modalitas perdagangan
jasa yang harus ditaati oleh setiap anggota.
Menurut Indra Harfani Soesanto (2014: 12-15) Dari segi aturan hukum,
Undang-Undang Ketenagakerjaan pun menimbulkan pro dan kontra dalam
penerapannya. Berikut pasal demi pasal yang menjadi pro dan kontra dalam
penerapannya :
1.

Pasal 52-54 Perjanjian Kerja/Kontrak Kerja.

23

Memiliki kontrak kerja sangat penting dalam hubungan profesional.
Tanpa kontrak kerja, kejelasan tentang hak dan kewajiban menjadi tak
terjamin. Oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dicermati dalam kontrak kerja
yaitu :
1) Mengikat pengusaha dan pegawai.
2) Dibuat dengan Jelas.
3) Tambahan yang perlu diperhatikan: tunjangan dan fasilitas, masalah
pengangkatan, kontrak khusus, jadwal kerja, pemutusan hubungan
kerja, kontrak kerja masa percobaan. Kebanyakan para pengusaha
membuat perjanjian kerja yang merugikan buruh dikemudian hari, hal
itu disebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan buruh di
Indonesia.
2.

Pasal 64; 65; 66 Outsourcing.
Outsourcing tidak dapat dipandang secara jangka pendek saja, dengan

menggunakan outsourcing perusahaan pasti akan mengeluarkan dana lebih
sebagai

management

fee

perusahaan

outsourcing.

Outsourcing

harus

dipandang secara jangka panjang, mulai dari pengembangan karir karyawan,
defisiensi dalam bidang tenaga kerja, organisasi, benefit dan lainnya. Perusahaan
dapat fokus pada kompetensi utamanya dalam bisnis sehingga dapat berkompetisi
dalam pasar, dimana hal-hal intern perusahaan yang bersifat penunjang
(supporting) dialihkan kepada pihak lain yang lebih profesional.
Pada pelaksanaannya, pengalihan ini juga menimbulkan beberapa
permasalahan terutama

masalah

ketenagakerjaan.

Karyawan

outsourcing

24

selama ditempatkan diperusahaan pengguna jasa outsourcing wajib mentaati
ketentuan kerja yang berlaku pada perusahaan outsourcing, dimana hal itu
harus dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. Mekanisme Penyelesaian
perselisihan ketenagakerjaan diselesaikan secara internal antara perusahaan
outsourcing
perusahaan

dengan
outsourcing

perusahaan pengguna

jasa

outsourcing,

dimana

seharusnya mengadakan pertemuan berkala dengan

karyawannya untuk membahas masalah-masalah ketenagakerjaan yang terjadi
dalam pelaksanaan outsourcing.
3.

Pasal 35 dan 37
Masalah pada Pasal 35 ayat (1), “Pemberi kerja yang memerlukan tenaga

kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana
penempatan tenaga kerja.” Dan ditambah dengan Pasal 37 ayat (1), “Pelaksana
penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri
dari:
(a) instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan;
(b) lembaga swasta berbadan hukum.” Dan dilengkapi dengan Pasal 56 ayat
(1),“Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu
tidak tertentu.”
Kesengsaraan yang ditimbulkan akibat pasal tersebut :
1) sulit mendapatkan jenjang karir, atau mungkin tidak sama sekali.
2) Pemotongan upah yang besar.
3) Kesengsaraan jaminan sosial tenaga kerja tidak diurus.

25

4. Pasal 78 Lembur.
Upah

Kerja

Lembur

adalah

upah

yang

diterima

pekerja

atas

pekerjaannya sesuai dengan jumlah waktu kerja lembur yang dilakukannya.
Perhitungan Upah Lembur didasarkan upah bulanan dengan cara menghitung
upah sejam adalah 1/173 upah sebulan. Berdasarkan ketentuan yang tertuang
dalam Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004. Yang harus dipahami bahwa
lembur bukan merupakan Penghasilan dan Lembur itu adalah sukarela. Kedua hal
itu penting untuk di”mind set” kan sebab tidak selamanya pekerja/buruh akan
melakukan

kerja

lembur. Setelah

bekerja beberapa tahun dapat saja

pekerja/buruh memperoleh posisi yang sudah tidak lagi membutuhkan lemburan.
Selain

itu

tidak

setiap

saat

pekerja/buruh

sedia melaksanakan

pekerjaan melewati waktu kerja karena adanya kebutuhan lain yang mesti
dikerjakan pada saat yang bersamaan. Disamping itu ada satu hal penting lain
yang

mestinya

menjadi

bahan

pertimbangan

seorang

pekerja/buruh

melaksanakan lembur meski tidak mudah dilakukan adalah pada waktu perintah
untuk lembur diberikan segera sediakan Formulir Lembur untuk diisi dan ditanda
tangani oleh pekerja/buruh dengan pejabat berwenang atau yang memerintahkan
lembur disesuaikan dengan masing-masing perusahaan. Jelas diatur dalam
Kepmen bahwa untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah tertulis
dan persetujuan tertulis dari kedua belah pihak antara pekerja/buruh dan pejabat
yang memerintahkan lembur. Dalam peraturan ketenagakerjaan waktu kerja
lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam dalam 1 hari dan 14
jam dalam 1 minggu.

26

Sesuai ketentuan dalam Kepmen 102/2004 Pasal 10 dalam hal upah terdiri
dari Upah Pokok dan Tunjangan Tetap maka dasar perhitungan upah lembur
adalah 100 % (seratus perseratus) dari upah. Dalam hal upah terdiri dari
upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila upah pokok
tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75 % (tujuh puluh lima perseratus)
keseluruhan upah maka dasar perhitungan upah lembur 75 %. (tujuh puluh
lima perseratus) dari keseluruhan upah. Cara perhitungan lembur ini sekali lagi
landasannya adalah Kepmen 102/2004. Apabila lebih rendah dari ketentuan
UU maka hal itu tidak diperkenankan.
5.

Pasal 88-98 Struktur dan skala upah.
Pada prakteknya, sering kali jumlah tunjangan menjadi lebih besar dari

gaji pokok yang diterima oleh seorang pekerja. Hal ini tentu

saja

dapat

menimbulkan salah pengertian di dalam hubungan kerja yang akhirnya akan
dapat mengganggu hubungan antara pengusaha dengan pekerja. Karena
tunjangan yang diberikan besar maka jumlah gaji keseluruhan (take home pay)
dirasa telah melebihi Upah Minimum, padahal Upah Minimum hanya terdiri dari
Gaji pokok + tunjangan tetap saja. Setiap tahun terjadi demo yang dilakukan
buruh untuk meminta kenaikan UMP.
Pemerintah hendaknya mengkaji ulang struktur dan skala pengupahan
yang adil, bagi pengusahan maupun buruh. Jangan hanya karena demo buruh,
maka UMP naik. Perlu diperhatikan bahwa demo. Buruh dan mengganggu
produksi dan membuat investor enggan berinvestasi. Kepentingan buruh dan
pengusaha hendaknya diakomodir dengan baik agar tidak saling merugikan.

27

6.

Pasal 108-115 Peraturan Perusahaan.
Peraturan

perusahaan

merupakan salah

satu

unsur penting

bagi

stabilitas usaha dan pembianaa karyawan. Peraturan perusahaan merupakan
sebuah kebutuhan dasar ketika usaha mulai berkembang dan menggaji orang
sebagai karyawan. Pada pasal 108-155 Undang-undang Tenaga Kerja No 13
Tahun 2003 mengatur mengenai hal ini. Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan
perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. Peraturan perusahaan disusun oleh dan menjadi tanggung jawab
dari pengusaha yang bersangkutan. Setelah kita lihat bahwa maksud dan
fungsinya peraturan perusahaan adalah baik, seharusnya perusahaan tidak
menunda

untuk membuat dan mengesahkan peraturan perusahaannya. Akan

tetapi masih banyak perusahaan

yang

tidak

memiliki,

menunda

untuk

mengesahkannya dan bahkan membuatnya tapi tidak mengesahkan dan tidak
mensosialisasikannya

ke

karyawan.

Akhirnya

banyak

masalah

datang,

keharmonisan terganggu dan kinerja menurun.
Selain keenam permasalahan tersebut, masih banyak pasal demi pasal UU
Ketenagakerjaan yang perli dikritisi dan ditelaah. UU Ketenagakerjaan
tersebut belum mampu menciptakan rasa kepastian, keadilan dan kemanfaatan
hukum bagi pihak terkait. Masalah lainnya pada penerapan UU dan peraturan
terkait

Adalah: lemahnya perlindungan kerja terutama TKI di luar negeri,

diskriminasi terhadap gender dan penyandang cacat, pekerja anak, pelatihan kerja
yang buruk, jaminan sosial dan kesehatan, diskriminasi pekerja lokal dan asing,

28

birokrasi panjang yang menyulitkan pengusaha dan investor, demonstasi, dan
masih banyak lagi permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia.
Menurut

Hukumonline.com mencatat

minimal

ada

tujuh

masalah

ketenagakerjaan yang layak mendapat perhatian karena sering diberitakan tahun
lalu. Masalah-masalah itu pun belum terselesaikan dengan baik, atau masih
potensial terjadi pada 2015 ini sehingga perlu mencarikan solusi sejak awal tahun.
masalah ketenagakerjaan itu diantaranya adalah :
1.

Outsourcing
Persoalan yang menyelimuti isu tenaga alih daya atau outsourcing seolah

tak kunjung usai sejak UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
diterbitkan. Permenakertrans No.12 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan
Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain pun masih diprotes
kalangan pengusaha khususnya yang bergerak di sektor jasa outsourcing.
Sehingga pada 2014 Menakertrans berencana membentuk Pokja Outsourcing guna
menuntaskan persoalan itu.
Masalah serupa juga ditemui dalam praktik outsourcing di BUMN. Walau
panja outsourcing di BUMN yang dibentuk Komisi IX DPR sudah menerbitkan
rekomendasi sejak Oktober 2013, namun sampai sekarang instansi terkait seperti
Kementerian BUMN dan jajaran direksi BUMN belum melaksanakan amanat itu
sepenuhnya. Padahal, Kejaksaan sudah memberikan legal opinion sebagai
upaya menyelesaikan masalah outsourcing di BUMN. Ujungnya, persoalan
outsourcing di BUMN sampai 2014 belum tuntas dan diyakini bakal terus
mencuat pada 2015.

29

2. Pengupahan
Sebuah putusan Mahkamah Konstitusi yang menempatkan upah sebagai
utang yang pembayarannya harus didahulukan dalam kasus kepailitan menjadi
salah satu solusi masalah pengupahan. Selama ini buruh sangat dirugikan dalam
kasus kepailitan, bukan tak mungkin gigit jari. Tapi persoalan upah memang
begitu kompleks. Apalagi berkaitan dengan Upah Minimum. Kalangan serikat
pekerja mendesak Permenakertrans No. 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum
dicabut karena berpotensi menghilangkan upah minimum sektoral provinsi atau
kabupaten/kota. Dukungan terhadap buruh Indonesia untuk mendapat upah layak
juga disuarakan federasi serikat pekerja internasional. Mereka menilai tuntutan itu
lumrah dan tidak hanya dilakukan oleh buruh di Indonesia, tapi juga di berbagai
negara di Asia Pasifik. Sementara pengusaha meminta agar penentuan upah
minimum

dilakukan

sederhana

dan

memperhatikan

daya

saing

serta

pengangguran.
Perbedaan pandangan buruh dan pengusaha juga terletak pada komponen
KHL. Buruh meminta pemerintah untuk memperhatikan upah layak bagi buruh
yang sudahberkeluarga. Pasalnya, selama ini pengupahan khsususnya upah
minimum hanya mengatur buruh lajang. Aturan itu diharapkan masuk dalam RPP
Pengupahan yang masih digodok pemerintah (Kemenaker).
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Isu K3 ikut meramaikan perbincangan publik di bidang ketenagakerjaan
pada tahun 2014. Hal itu berkaitan dengan kecelakaan kerja di tambang Big
Gossan milik PT Freeport di Papua yang terjadi pada Mei 2013. Pada Februari

30

2014 hasil penyelidikan Komnas HAM terhadap kasus itu menyimpulkan PT
Freeport Indonesia melakukan pelanggaran HAM karena melakukan kelalaian
sehingga puluhan buruh tewas. Sementara serikat pekerja mendukung agar PT
Freeport Indonesia dijatuhi sanksi tegas atas peristiwa tersebut. Sebab, perusahaan
tambang, minyak dan gas wajib menerapkan K3 secara maksimal di lokasi kerja.
Kecelakaan kerja di Freeport bukan satu-satunya yang terjadi. Sejumlah
pekerja kehilangan nyawa sepanjang 2014 gara-gara kurangnya perhatian pada
K3. Pada tahun ini, isu K3 kemungkinan masih layak diperhatikan terutama para
pemangku kepentingan.
4. PHK Massal
Waspadai PHK! Nasehat ini pantas diperhatikan mengingat potensi PHK
massal masih ada. Tahun lalu. Kelompok usaha HM Sampoerna melakukan PHK
massal. Tuntutan kenaikan upah buruh, tingginya biaya operasional, dan daya
tarik buruh murah di sejumlah negara tetangga berimbas pada penutupan
perusahaan. Walhasil, buruh menjadi korban PHK.
PHK massal dipengaruhi pula oleh kondisi perekonomian nasional.
Semakin buruk perekonomian, semakin besar peluang perusahaan tutup operasi.
Selain PHK massal, PHK dalam skala kecil, apalagi yang bisa dihitung dengan
jari, terus terjadi. Pemerintah bahkan menambah jumlah Pengadilan Hubungan
Industrial.
5.

Tenaga Kerja Indonesia
Masalah pengiriman dan perlindungan TKI di luar negeri masih menjadi

pekerjaan rumah. Sejumlah pihak berharap Jokowi-JK bisa menyelesaikan

31

masalah ini. Salah satu yang membuat miris adalah pemenjaraan TKI di luar
negeri, dan tak sedikit yang menghadapi tiang gantungan. Belum lagi mereka
yang kesandung kasus lain. Awal 2014 Indonesia dikejutkan penembakan tiga TKI
asal Lombok oleh Polisi Diraja Malaysia. Februari 2014, Indonesia-Arab Saudi
membahas masalah perlindungan dan penempatan TKI. Di awal pemerintahan
Jokowi-JK, Menaker, Hanif Dhakiri, melakukan inspeksi mendadak ke salah satu
tempat penampungan PPTKIS/PJTKI di Jakarta dengan cara lompat pagar. Akhir
tahun 2014, pemerintah berencana membentuk pelayanan satu atap untuk TKI.
Dan KPK pun akhirnya ikut turun tangan menangani masalah TKI di bandara.
6. Penatalaksana Rumah Tangga
Dunia

hukum

Indonesia

digemparkan

kasus

penganiayaan

dan

pembunuhan Penatalaksana atau Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Medan,
Sumatera Utara, pada pengujung 2014. Polisi masih mendalami kasus ini, di
tengah sejumlah kasus sejenis. Sejumlah organisasi masyarakat sipil dan serikat
buruh sudah menagih janji pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO No.
189 tentang PRT. Pemerintah dituntut serius untuk meratifikasi konvensi itu
karena penting dalam rangka memaksimalkan perlindungan terhadap PRT.
Nasib PRT masih tak akan banyak beranjak karena perlindungan kepada
mereka, terutama berkaitan dengan kontrak kerja dan hak-hak mereka belum
sepenuhnya terlindungi. Dalam konteks inilah ada yang mengusulkan payung
hukum guna melindungi para penatalaksana rumah tangga tersebut.
7.

Tenaga Kerja Asing

32

Indonesia akan memasuki era baru perdagangan regional bernama
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Pada rezim bisnis ini, arus keluar masuk tenaga
kerja dan barang akan intens. Tenaga Kerja Asing (TKA) diprediksi semakin
banyak datang dan bekerja di Indonesia.
Sejauh ini pemerintah memang sudah membuat aturan yang membatasi
jabatan-jabatan

yang

boleh

atau

tidak

boleh

diduduki

TKA.

Tetapi

Permenakertrans No.12 Tahun 2013 dan Permenakertrans No. 20 Tahun
2012 akan direvisi pemerintah untuk menyesuaikan dengan perkembangan. Alih
teknologi dan pengetahuan salah satu masalah ketenagakerjaan yang belum diatasi
dengan baik.
2.3 Dinas Tenaga Kerja
Dinas tenaga kerja merupakan unsurpelaksana otonomi daerah di bidang
tenaga kerja. Tugas pokok dan fungsi dinas tenaga kerja dan transmigrasi
kabupaten bengkalis berdasarkan peraturan daerah No. 03 Tahun 2012 adalah
melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah kabupaten bengkalis di bidang
tenaga kerja. Tugas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi membantu Bupati
melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan dibidang tenaga kerja dan transmigrasi serta menyelenggarakan
fungsi :
1) Perumusan kebijakan teknis dibidang tenaga kerja dan transmigrasi.
2) Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum dibidang tenaga
kerja dan transmigrasi.
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang tenaga kerja dan transmigrasi.

33

4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Dalam

menangani

masalah

outsourcing

terdapat

bidang

yang

menyelesaikan permasalahan tersebut yakni
1.

Bidang Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jamsostek :

a.

Seksi Pencegahan Dan Penyelesaian Hubungan Industrial

b. Seksi Persyaratan Kerja Dan Kelembagaan Hubungan Industrial
Masing-masing seksi di pimpin oleh kepala seksi yang bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jamsostek.Kepala
Bidang Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jamsostek memepunyai tugas yaitu
mengkoordinir dan mengendalikan tugas-tugas di bidang pembinaan hubungan
industrial dan jamsostek. Adapun rincian tugas yang dimiliki oleh Kepala Bidang
Pembinaan Hubungan Industrial Dan Jamsostek yaitu :
1) Menyusun rencana kegiatan bidang hubungan Industrial dan syaker
berdasarkan

hasil

kegiatan

tahun

sebelumnya

baik

rutin

maupun

pembangunan dan sumber daya yang ada sebagai bahan untuk melaksanakan
kegiatan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
2) Mengkoordinasikan pada kepala seksi dan staf pada bidang Hubungan
Industrial dalam perencanaan penyelenggaraan pendidikan / bimbingan teknis
sarana hubungan industrial serta kegiatan pengurusan penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
3) Mengatur dan mendistribusikan tugas pada kepala seksi dan staf bidang
hubungan Industrial dan syarat kerja.

34

4) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan kepala seksi dan staf dalam melaksanakan
tugas bidang hubungan Industrial dan syarat kerja.
5) Memberi petunjuk kepada kepala seksi dan staf dalam melaksanakan tugas
bidang hubungan industrial dan syarat kerja.
6) Mengadakan pemantauan dan pembinaan

tentang pelaksanaan kegiatan

bidang hubungan industrial melalui rapat koodinasi untuk mengetahui syaratsyarat kerja diperusahaan.
7) Mengadakan konsultasi melalui rapat anggota Dewan Pengupahan Kabupaten
Bengkalis untuk menentukan upah minimum Kabupaten Bengkalis.
8) Mengadakan

konsultasi

dengan

perusahaan

megenai

syarat-syarat

kerja,penyajian kerja, kesepakatan kerja bersama dan peraturan perusahaan.
9) Mengkoodinasikan kegiatan sekretariat tripartite daerah Kabupaten Bengkalis.
10) Mengawasi pelaksanaan kegiatan proyek agar sesuai dengan DPA – SKPD /
DIPA.
11) Membuat laporan tugas bidang hubungan Industrial dan syarat kerja.
12) Memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan dalam rangka kegiatan
kerja bidang hubungan industrial dan syarat kerja.
13) Melaksanakan kegiatan lain sesuai dengan perintah atasan.
Seksi Pencegahan Dan Penyelesaian Hubungan Industrial mempunyai
rincian tugas :
1) Memberikan

petunjuk

kepada

Mediator

(pegawai

penginventarisasian data perselisihan hubungan industrial.

perantara)

dalam

35

2) Membimbing Mediator pegawai perantara dalam penyelesaian perselisihan
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3) Mengecek kebenaran pengaduan kasus ketenagakerjaan baik yang melalui
instansi maupun pengaduan langsung, baik oleh pekerja maupun pengusaha.
4) Melakukan pembinaan, pencegahan dan penyelesaian perselisihan Hubungan
Industrial dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
5) Memfasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial, pemutusan
hubungan kerja dan unjuk rasa/pemogokan kerja
6) Menyelesaikan masalah perselisihan hubungan Industrial memberi saran atau
anjuran kepada pihak yang bersangkutan kearah terwujudnya persetujuan
bersama.
7) Membina hubungan kerja, syarat-syarat kerja dan jaminan sosial pada sektor
Formal Dan Informal.
8) Memantau dan mengecek serta memfasilitasi penyelesaian keresahan atau
pemogokan yang terjadi sebagai bahan laporan kegiatan.
9) Melaksanakan koordinasi dengan organisasi pekerj