Analisis Kanyouku yang menggunakan unsur
RANGKUMAN
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan hal yang vital bagi manusia, karena fungsi bahasa
adalah untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat dan perasaan kepada
oranglain. Seseorang dalam berkata tidak pernah terlepas dari konteks.
Artinya tiap kata memiliki makna lain sesuai keadaan. Dalam penyampaian
suatu kata atau kalimat biasanya bersifat secara taklangsung dan bersifat
simbolik. Tujuannya supaya menghindari ketersinggungan seseorang dengan
adanya ujaran tertentu.
Bangsa Jepang terkenal dengan sopan santun serta kecenderungan
berbasa-basi. Bahasa Jepang pun mengikuti pula pola tingkah orang Jepang
yang cenderung menggunakan ungkapan yang tak langsung dan bermakna
mendalam. Idiom atau dalam bahasa Jepang disebut kanyouku sering menjadi
alternatif yang sering dipakai sebagai alat menyampaikan maksud secara
taklangsung dalam bahasa Jepang.
Dalam bahasa Jepang, kanyouku yang merujuk kepada anggota badan
banyak sekali ditemukan. Sebagai contohnya, kanyouku yang menggunakan
kata atama ”kepala”. Selain itu, kanyouku juga ada yang terbentuk dari unsur
perasaan, seperti ki (気), kokoro (心), on (恩), dan lain sebaginya. Kanyouku
yang megandung unsur ki ( 気 ) adalah yang paling sering dibahas dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, akan membahas
mengenai hubungan makna leksikal dan idiomatikal, serta membahas makna
kontekstual dalam kanyouku. Peneliti tidak hanya membahas kanyouku yang
mengandung unsur ki ( 気 ) saja, tetapi juga akan membahas kanyouku yang
mengandung unsur kokoro (心). Hal ini dikarenakan unsur kokoro (心) pun
sering muncul dalam manga, novel, ataupun anime.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti makna
dari kanyouku tersebut dengan judul “Analisis Makna Kanyouku yang
Menggunakan Kata “Ki” dan “Kokoro” Dalam Manga Nihon Mukashi
Banashi 101”
2. Landasan Teori
a. Semantik ‘Imiron’ (意味論)
Semantik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang
makna. Objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata, frasa, dan kalimat.
Tsujimura (2007:341) mengemukakan : “The area of linguistic that is
concerned with the meaning of words, phrases, and sentences is
semantics”, yang artinya, “Semantik adalah ilmu linguistik yang fokus
mempelajari arti makna, frasa, dan kalimat”. Pernyataan tersebut selaras
dengan pendapat Chaer (2009 : 2) menyatakan bahwa, “semantik adalah
bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Jadi
dapat disimpulkan bahwa, semantik adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang makna.
b. Jenis-jenis makna
Menurut Chaer (2009: 59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan
berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berikut ini jenis-jenis
makna berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, yaitu:
a) Berdasarkan jenis semantiknya, yaitu:
1) Makna Leksikal, yaitu makna yang sesuai dengan referennya
atau makna asli
2) Makna Gramatikal, yaitu makna yang hadir sebagai akibat
adanya proses gramatikal.
b) Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem,
yaitu:
1) Makna Referensial, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
suatu kata
2) Makna Nonreferensial makna yang terkadung dalam kata-kata
yang tidak mempunyai referen
c) Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem,
yaitu:
1) Makna Denotatif, yaitu makna asli atau makna yang dimiliki
oleh suatu leksem.
2) Makna Konotatif, yaitu makna lain yang ditambahkan pada
makna denotative yang berhubungan dengan nilai rasa orang
atau kelompok orang yang meggunakan bahasa itu.
d) Berdasarkan ketepatan maknanya yaitu :
1) Makna Umum, yaitu makna sebuah kata yang masih bersifat
umum dan mempunyai pengertian dan pemakaian yang lebih
luas.
2) Makna Istilah (Makna Khusus), yaitu makna sebuah kata yang
sudah bersifat khusus dam mempunyai pengertian dan
pemakaian yang terbatas.
e) Berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain, yaitu :
1) Makna Konseptual, yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya
atau referennya.
2) Makna Asosiatif, yaitu makna yang dimiliki sebuah kata
berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan
diluar bahasa.
3) Makna Idiom, yaitu makna sebuah satuan bahasa (beik berupa
kata, frase atau kalimat) yang “menyimpang” dari makna aslinya
atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.
4) Makna kontekstual, yaitu makna yang muncul sebagai akibat
hubungan antara ujaran dan konteks.
c.
Idiom dalam Bahasa Jepang
Idiom adalah kelompok kata (frase) atau ungkapan yang digunakan
bersama-sama dengan arti dan susunan yang tetap (Riyanto, 2015 : 2).
Idiom dalam bahasa Jepang disebut Kanyouku, berikut ini adalah
beberapa pendapat para ahli mengenai kanyouku :
Menurut Menurut Yoshimasa (2011:289) :
[二つ以上の言葉が一緒になって、もとの言葉とは違う、ある決
まった意味を表す言葉]
“Futatsu ijou no kotoba ga issho ni natte, moto no kotoba towa chigau,
aru kimatta imi wo arawasu kotoba”
“ Dua kata atau lebih yang bergabung, dan menjadi makna baru yang
berbeda dengan kata pembentuknya, sudah ditetapkan maknanya.”
Menurut Norimasa (2001:1406)
[二つ以上の単語が決まった結びつきをしていて、それぞれの単語
の意味をただつなぎ合わせても理解できない別の意味を表わす言
い方を慣用句とよんでいます]
“ Futatsu ijou no tango ga kimatta musubitsuki wo shiteite, sorezore no
tango no imi wo tada tsunagiawasetemo rikai dekinai betsu no imi wo
arawasu iikata wo kanyouku to yondeimasu”
Kan’youku adalah dua kata atau lebih yang digabungkan sesuai dengan
ketentuan yang ada. Gabungan dari masing-masing kata tersebut
menimbulkan makna baru yang tidak bisa dimengerti.
Menurut Matsumura (1998:1344)
[二語以上の単語が結合して、それ全体である特定の意味を表すも
の]
“Futago ijou no tango ketsugou shite, sore zentai de aru tokutei no imi
wo arawasu mono”
“ Kanyouku adalah gabungan dua kata atau lebih yang keseluruhan
makna katanya menyatakan arti khusus.”
Dari beberapa pendapat parah ahlis tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kanyouku adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang
menimbulkan makna lain.
Menurut Sutedi (2009: 99) dalam menganalisis suatu frase terutama
idiom minimal ada tiga langkah yang ditempuh, yaitu:
1) Pengkajian makna leksikal.
2) Pengkajian makna idiomatikal.
3) Deskripsi hubungan makna leksikal dengan makna idiomatikal.
Untuk mendeskripsikan hubungan makna leksikal dengan makna
idiomatikal antara lain dapat digunakan tiga macam gaya bahasa atau
majas, yaitu metafora, metonimi, dan sinekdoke.
d. Klasifikasi Kan’youku
Inoue mengklasifikasikan kan’youku ke dalam lima bagian, yaitu:
1) Kan’youku yang menyatakan indera dan perasaan atau emosi
2) Kan’youku yang menyatakan tubuh, sifat dan tingkah laku
3) Kan’youku yang menyatakan kelakuan, gerak, dan tindakan
4) Kan’youku yang menyatakan kondisi, tingkatan dan nilai atau
harga
5) Kan’youku yang menyatakan masyarakat, kebudayaan dan
kehidupan
Klasifikasi kan’youku berdasarkan kelas kata yang mengikutinya
menurut teori dalam penelitian Rahmah dalam jurnal Izumi (2014, vol 3,
no 2), yaitu :
1) Doushi kan’youku
2) Keiyoushi kan’youku
3) Meishi kan’youku
e.
Makna Ki (Perasaan / Feel)
Menurut Yoshimasa (2011:291) ki memiliki makna :
1) Udara
2) Perasaan
3) Sesuatu yang berhubungan dengan alam
4) Sifat manusia
5) Kehendak
6) Nafas
7) Aroma / rasa
f.
Makna Kokoro (Hati)
Menurut Yoshimasa (2011:444) kokoro memiliki makna :
1) Hal yang berhubungan dengan perasaan dan pemikiran
2) Pikiran
3) Perasaan
4) Simpati / perhatian
5) Ketulusan
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sumber data
yang digunakan adalah “Manga Nihon Mukashi Banashi 101 karya oleh
Sayumi Kawauchi. Selanjutnya objek data dalam penelitian ini adalah
kan’youku yang menggunakan kata ki dan kokoro. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan teknik pustaka, kemudian dilanjutkan dengan
teknik analisis data yang menggunakan teknik analisis deskriptif. Langkah
Penelitiannya adalah sebagai berikut :
a) Mencari kan’youku yang menggunakan kata ki dan kokoro.
b) Mencari kalimat yang terdapat kanyouku “ki” dan “kokoro”
c) Mencari makna idiom dan makna leksikal kan’youku yang menggunakan
kata ki dan kokoro.
d) Menganalisis hubungan makna leksikal dan idiomatikal kanyouku ‘ki’ dan
‘kokoro’
e) Menganalisis makna kontekstual yang terdapat pada kanyouku ‘ki’ dan
‘kokoro’
f) Menyimpulkan hasil analisis
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan analisis, dalam “Manga Nihon Mukashi Banashi 101” karya
Sayumi Kawauchi terdapat 18 kanyouku yang menggunakan kata ki dan 7
kanyouku yang menggunakan kata kokoro, yaitu :
a) Kanyouku yang menggunakan kata ‘Ki’ :
気にかける、気に入る、気がする、気が付く、気を取られている、
気を付ける、気が気でない、気が進まない、気にかかる、気にする 、
気になる、気が強い、気が長い、気がいい、気が弱い、気を悪くす
る、気を配る、気が済まない。
b) Kanyouku yang menggunakan kata ‘Kokoro’ :
心を打つ、心を込める、心を入れ替える、心を合わせる、心を動か
す、心を奪われる、心を引ける。
Klasifikasi kanyouku berdasarkan kelas kata yang mengikutinya, terdapat
13 doushi kanyouku yang menggunakan kata ki dan 7 doushi kanyouku yang
menggunakan kata kokoro, 4 keiyoushi kanyouku yang menggunakan kata ki,
dan 1 meishi kanyouku yang mengggunakan kata ki.
Untuk mendeskripsikan hubungan makna leksikal dengan makna
idiomatikal antara lain dapat digunakan tiga macam gaya bahasa atau
majas, yaitu metafora, metonimi, dan sinekdoke. Dalam analisis ini makna
kan’youku ki dan kokoro terdapat 10 makna yang dihubungkan dengan majas
metafora, 14 makna yang dihubungkan dengan majas metonimi, dan 1 makna
yang dihubungkan dengan majas sinekdoke
Setiap kanyouku memiliki makna kontekstual yang berbeda. Makna
kontekstual timbul akibat adanya hubungan ujaran dan konteks. Dalam
analisis terdapat makna kontekstual berdasarkan situasi, tujuan, suasana hati,
dan kebahasaan.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam “Manga
Nihon Mukashi Banashi 101” karya Sayumi Kawauchi terdapat 18
kan’youku yang menggunakan kata ki dan 7 kanyouku yang menggunakan
kata kokoro. Setelah
diklasifikasikan kan’youku berdasarkan jenis dan
hubungan maknanya, terdapat 13 doushi kan’youku yang menggunakan
kata ki dan 7 doushi kanyouku yang menggunakan kata kokoro , 4 keiyoushi
kan’youku yang menggunakan kata ki, dan 1 meishi kan’youku yang
menggunakan kata ki, Dalam kan’youku yang menggunakan kata ki dan
kokoro ini terdapat 10 makna yang dihubungkan denga majas
metafora, 14 majas metonimi, dan 1 majas sinekdoke. Serta
makna kontekstual kanyouku ki dan kokoro yang muncul
dalam sumber data adalah makna kontekstual berdasarkan
tujuan, suasana hati, dan kebahasaan.
1. Latar Belakang
Bahasa merupakan hal yang vital bagi manusia, karena fungsi bahasa
adalah untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat dan perasaan kepada
oranglain. Seseorang dalam berkata tidak pernah terlepas dari konteks.
Artinya tiap kata memiliki makna lain sesuai keadaan. Dalam penyampaian
suatu kata atau kalimat biasanya bersifat secara taklangsung dan bersifat
simbolik. Tujuannya supaya menghindari ketersinggungan seseorang dengan
adanya ujaran tertentu.
Bangsa Jepang terkenal dengan sopan santun serta kecenderungan
berbasa-basi. Bahasa Jepang pun mengikuti pula pola tingkah orang Jepang
yang cenderung menggunakan ungkapan yang tak langsung dan bermakna
mendalam. Idiom atau dalam bahasa Jepang disebut kanyouku sering menjadi
alternatif yang sering dipakai sebagai alat menyampaikan maksud secara
taklangsung dalam bahasa Jepang.
Dalam bahasa Jepang, kanyouku yang merujuk kepada anggota badan
banyak sekali ditemukan. Sebagai contohnya, kanyouku yang menggunakan
kata atama ”kepala”. Selain itu, kanyouku juga ada yang terbentuk dari unsur
perasaan, seperti ki (気), kokoro (心), on (恩), dan lain sebaginya. Kanyouku
yang megandung unsur ki ( 気 ) adalah yang paling sering dibahas dalam
penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini, akan membahas
mengenai hubungan makna leksikal dan idiomatikal, serta membahas makna
kontekstual dalam kanyouku. Peneliti tidak hanya membahas kanyouku yang
mengandung unsur ki ( 気 ) saja, tetapi juga akan membahas kanyouku yang
mengandung unsur kokoro (心). Hal ini dikarenakan unsur kokoro (心) pun
sering muncul dalam manga, novel, ataupun anime.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti makna
dari kanyouku tersebut dengan judul “Analisis Makna Kanyouku yang
Menggunakan Kata “Ki” dan “Kokoro” Dalam Manga Nihon Mukashi
Banashi 101”
2. Landasan Teori
a. Semantik ‘Imiron’ (意味論)
Semantik merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji tentang
makna. Objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata, frasa, dan kalimat.
Tsujimura (2007:341) mengemukakan : “The area of linguistic that is
concerned with the meaning of words, phrases, and sentences is
semantics”, yang artinya, “Semantik adalah ilmu linguistik yang fokus
mempelajari arti makna, frasa, dan kalimat”. Pernyataan tersebut selaras
dengan pendapat Chaer (2009 : 2) menyatakan bahwa, “semantik adalah
bidang linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Jadi
dapat disimpulkan bahwa, semantik adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang makna.
b. Jenis-jenis makna
Menurut Chaer (2009: 59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan
berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berikut ini jenis-jenis
makna berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang, yaitu:
a) Berdasarkan jenis semantiknya, yaitu:
1) Makna Leksikal, yaitu makna yang sesuai dengan referennya
atau makna asli
2) Makna Gramatikal, yaitu makna yang hadir sebagai akibat
adanya proses gramatikal.
b) Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem,
yaitu:
1) Makna Referensial, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh
suatu kata
2) Makna Nonreferensial makna yang terkadung dalam kata-kata
yang tidak mempunyai referen
c) Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem,
yaitu:
1) Makna Denotatif, yaitu makna asli atau makna yang dimiliki
oleh suatu leksem.
2) Makna Konotatif, yaitu makna lain yang ditambahkan pada
makna denotative yang berhubungan dengan nilai rasa orang
atau kelompok orang yang meggunakan bahasa itu.
d) Berdasarkan ketepatan maknanya yaitu :
1) Makna Umum, yaitu makna sebuah kata yang masih bersifat
umum dan mempunyai pengertian dan pemakaian yang lebih
luas.
2) Makna Istilah (Makna Khusus), yaitu makna sebuah kata yang
sudah bersifat khusus dam mempunyai pengertian dan
pemakaian yang terbatas.
e) Berdasarkan kriteria lain atau sudut pandang lain, yaitu :
1) Makna Konseptual, yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya
atau referennya.
2) Makna Asosiatif, yaitu makna yang dimiliki sebuah kata
berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan
diluar bahasa.
3) Makna Idiom, yaitu makna sebuah satuan bahasa (beik berupa
kata, frase atau kalimat) yang “menyimpang” dari makna aslinya
atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.
4) Makna kontekstual, yaitu makna yang muncul sebagai akibat
hubungan antara ujaran dan konteks.
c.
Idiom dalam Bahasa Jepang
Idiom adalah kelompok kata (frase) atau ungkapan yang digunakan
bersama-sama dengan arti dan susunan yang tetap (Riyanto, 2015 : 2).
Idiom dalam bahasa Jepang disebut Kanyouku, berikut ini adalah
beberapa pendapat para ahli mengenai kanyouku :
Menurut Menurut Yoshimasa (2011:289) :
[二つ以上の言葉が一緒になって、もとの言葉とは違う、ある決
まった意味を表す言葉]
“Futatsu ijou no kotoba ga issho ni natte, moto no kotoba towa chigau,
aru kimatta imi wo arawasu kotoba”
“ Dua kata atau lebih yang bergabung, dan menjadi makna baru yang
berbeda dengan kata pembentuknya, sudah ditetapkan maknanya.”
Menurut Norimasa (2001:1406)
[二つ以上の単語が決まった結びつきをしていて、それぞれの単語
の意味をただつなぎ合わせても理解できない別の意味を表わす言
い方を慣用句とよんでいます]
“ Futatsu ijou no tango ga kimatta musubitsuki wo shiteite, sorezore no
tango no imi wo tada tsunagiawasetemo rikai dekinai betsu no imi wo
arawasu iikata wo kanyouku to yondeimasu”
Kan’youku adalah dua kata atau lebih yang digabungkan sesuai dengan
ketentuan yang ada. Gabungan dari masing-masing kata tersebut
menimbulkan makna baru yang tidak bisa dimengerti.
Menurut Matsumura (1998:1344)
[二語以上の単語が結合して、それ全体である特定の意味を表すも
の]
“Futago ijou no tango ketsugou shite, sore zentai de aru tokutei no imi
wo arawasu mono”
“ Kanyouku adalah gabungan dua kata atau lebih yang keseluruhan
makna katanya menyatakan arti khusus.”
Dari beberapa pendapat parah ahlis tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kanyouku adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang
menimbulkan makna lain.
Menurut Sutedi (2009: 99) dalam menganalisis suatu frase terutama
idiom minimal ada tiga langkah yang ditempuh, yaitu:
1) Pengkajian makna leksikal.
2) Pengkajian makna idiomatikal.
3) Deskripsi hubungan makna leksikal dengan makna idiomatikal.
Untuk mendeskripsikan hubungan makna leksikal dengan makna
idiomatikal antara lain dapat digunakan tiga macam gaya bahasa atau
majas, yaitu metafora, metonimi, dan sinekdoke.
d. Klasifikasi Kan’youku
Inoue mengklasifikasikan kan’youku ke dalam lima bagian, yaitu:
1) Kan’youku yang menyatakan indera dan perasaan atau emosi
2) Kan’youku yang menyatakan tubuh, sifat dan tingkah laku
3) Kan’youku yang menyatakan kelakuan, gerak, dan tindakan
4) Kan’youku yang menyatakan kondisi, tingkatan dan nilai atau
harga
5) Kan’youku yang menyatakan masyarakat, kebudayaan dan
kehidupan
Klasifikasi kan’youku berdasarkan kelas kata yang mengikutinya
menurut teori dalam penelitian Rahmah dalam jurnal Izumi (2014, vol 3,
no 2), yaitu :
1) Doushi kan’youku
2) Keiyoushi kan’youku
3) Meishi kan’youku
e.
Makna Ki (Perasaan / Feel)
Menurut Yoshimasa (2011:291) ki memiliki makna :
1) Udara
2) Perasaan
3) Sesuatu yang berhubungan dengan alam
4) Sifat manusia
5) Kehendak
6) Nafas
7) Aroma / rasa
f.
Makna Kokoro (Hati)
Menurut Yoshimasa (2011:444) kokoro memiliki makna :
1) Hal yang berhubungan dengan perasaan dan pemikiran
2) Pikiran
3) Perasaan
4) Simpati / perhatian
5) Ketulusan
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sumber data
yang digunakan adalah “Manga Nihon Mukashi Banashi 101 karya oleh
Sayumi Kawauchi. Selanjutnya objek data dalam penelitian ini adalah
kan’youku yang menggunakan kata ki dan kokoro. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah dengan teknik pustaka, kemudian dilanjutkan dengan
teknik analisis data yang menggunakan teknik analisis deskriptif. Langkah
Penelitiannya adalah sebagai berikut :
a) Mencari kan’youku yang menggunakan kata ki dan kokoro.
b) Mencari kalimat yang terdapat kanyouku “ki” dan “kokoro”
c) Mencari makna idiom dan makna leksikal kan’youku yang menggunakan
kata ki dan kokoro.
d) Menganalisis hubungan makna leksikal dan idiomatikal kanyouku ‘ki’ dan
‘kokoro’
e) Menganalisis makna kontekstual yang terdapat pada kanyouku ‘ki’ dan
‘kokoro’
f) Menyimpulkan hasil analisis
4. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan analisis, dalam “Manga Nihon Mukashi Banashi 101” karya
Sayumi Kawauchi terdapat 18 kanyouku yang menggunakan kata ki dan 7
kanyouku yang menggunakan kata kokoro, yaitu :
a) Kanyouku yang menggunakan kata ‘Ki’ :
気にかける、気に入る、気がする、気が付く、気を取られている、
気を付ける、気が気でない、気が進まない、気にかかる、気にする 、
気になる、気が強い、気が長い、気がいい、気が弱い、気を悪くす
る、気を配る、気が済まない。
b) Kanyouku yang menggunakan kata ‘Kokoro’ :
心を打つ、心を込める、心を入れ替える、心を合わせる、心を動か
す、心を奪われる、心を引ける。
Klasifikasi kanyouku berdasarkan kelas kata yang mengikutinya, terdapat
13 doushi kanyouku yang menggunakan kata ki dan 7 doushi kanyouku yang
menggunakan kata kokoro, 4 keiyoushi kanyouku yang menggunakan kata ki,
dan 1 meishi kanyouku yang mengggunakan kata ki.
Untuk mendeskripsikan hubungan makna leksikal dengan makna
idiomatikal antara lain dapat digunakan tiga macam gaya bahasa atau
majas, yaitu metafora, metonimi, dan sinekdoke. Dalam analisis ini makna
kan’youku ki dan kokoro terdapat 10 makna yang dihubungkan dengan majas
metafora, 14 makna yang dihubungkan dengan majas metonimi, dan 1 makna
yang dihubungkan dengan majas sinekdoke
Setiap kanyouku memiliki makna kontekstual yang berbeda. Makna
kontekstual timbul akibat adanya hubungan ujaran dan konteks. Dalam
analisis terdapat makna kontekstual berdasarkan situasi, tujuan, suasana hati,
dan kebahasaan.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam “Manga
Nihon Mukashi Banashi 101” karya Sayumi Kawauchi terdapat 18
kan’youku yang menggunakan kata ki dan 7 kanyouku yang menggunakan
kata kokoro. Setelah
diklasifikasikan kan’youku berdasarkan jenis dan
hubungan maknanya, terdapat 13 doushi kan’youku yang menggunakan
kata ki dan 7 doushi kanyouku yang menggunakan kata kokoro , 4 keiyoushi
kan’youku yang menggunakan kata ki, dan 1 meishi kan’youku yang
menggunakan kata ki, Dalam kan’youku yang menggunakan kata ki dan
kokoro ini terdapat 10 makna yang dihubungkan denga majas
metafora, 14 majas metonimi, dan 1 majas sinekdoke. Serta
makna kontekstual kanyouku ki dan kokoro yang muncul
dalam sumber data adalah makna kontekstual berdasarkan
tujuan, suasana hati, dan kebahasaan.