PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PREDIKTABILITAS LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA DENGAN TINGKAT KESEHATAN BANK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PREDIKTABILITAS LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA DENGAN TINGKAT KESEHATAN BANK SEBAGAI VARIABEL MEDIASI DAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERATING

Sri Rahayu Ayshiela.rafa@gmail.com

Universitas Esa Unggul

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari mekanisme corporate governance terhadap prediktabilitas laba perbankan dengan tingkat kesehatan bank sebagai variabel intervening dan gender sebagai variabel moderating. Mekanisme corporate governance diproksikan dengan komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit, sedangkan gender merupakan proporsi perempuan dalam dewan perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda, regresi uji interaksi dan regresi logistik ordinal. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan konvensionla yang sudah “go publik” yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prediktabilitas laba dan tingkat kesehatan bank dengan adanya moderasi gender adalah ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan komite audit. Tingkat kesehatan bank memediasi hubungan mekanisme corporate governance terhadap prediktabilitas laba dan pengaruh ini juga dipengaruhi oleh gender. Temuan penelitian ini adalah pentingnya penerapan mekanisme corporate governance yang baik yang ditujukan agar bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta membuat bank lebih tahan dalam menghadapi krisis dengan mengafirmasi kembali peran dan pengaruh keberadaan perempuan dalam jajaran anggota dewan terhadap tingkat kesehatan bank dan prediktabilitas laba.

Kata Kunci: mekanisme corporate governance, gender, tingkat kesehatan bank, prediktabilitas laba

PENDAHULUAN

Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran, sekaligus sebagai sarana pelaksanaan kebijakan moneter. Keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun sebagai suatu sistem, merupakan suatu prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat, prasyarat bagi kebijakan moneter yang efektif. Profitabilitas perbankan dinilai berada dalam tekanan selama periode 2014 sampai 2015 dan diperkirakan berlanjut pada 2016. Meningkatnya biaya dana (cost of fund) menjadi penyebab utama penurunan pendapatan bunga bersih, ditambah dengan adanya peningkatan kredit bermasalah yang ikut mendorong peningkatan biaya pencadangan CKPN. Sementara, fee based income belum sepenuhnya bisa menutupi biaya operasional sehingga laba bersih menjadi tertekan. Pemutusan hubungan karyawan atau PHK umumnya terjadi di bank-bank yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh investor asing. PT Bank CIMB Niaga Tbk jtelah mengurangi jumlah pegawai hingga 1.426 orang di tahun 2015 lalu. Sedangkan di tiga bulan pertama tahun 2016 ini, CIMB mengurangi 143 karyawan. Bank lain yang juga melakukan PHK adalah Bank Danamon.

Bank perlu meningkatan efektivitas penerapan manajemen risiko dan good corporate governance yang bertujuan agar bank dapat mengidentifikasi permasalahan

lebih dini dan dapat melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis (Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/ 15/ DPNP/ 2013). Semakin kompleksnya risiko bagi kegiatan usaha perbankan akan meningkatkan kebutuhan praktek tata kelola yang baik (good governance) serta fungsi identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko bank (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.18 /POJK.03/2016).

Penambahan gender dalam penelitian ini dilandasi pemikiran bahwa gender merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Perempuan diduga lebih efisien dan efektif dalam memproses informasi saat terjadi kompleksitas tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan pria (Jamilah et al. 2007). Kaum pria dalam pengolahan informasi tersebut biasanya tidak menggunakan seluruh informasi yang tersedia sehingga keputusan yang diambil kurang komprehensif. Lain halnya dengan wanita, mereka dalam mengolah informasi cenderung lebih teliti dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi tersebut dan tidak gampang menyerah (Meyer dan Levy, 1986). Kaum wanita relatif lebih efisien dibandingkan kaum pria selagi mendapat akses informasi. Selain itu, kaum wanita juga memiliki daya ingat yang lebih tajam terhadap suatu informasi baru dibandingkan kaum pria dan demikian halnya kemampuan dalam mengolah informasi yang sedikit menjadi lebih tajam.

KERANGKA TEORITIS

Teori Agensi (Agency Theory) menyatakan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih yang bertindak sebagai prinsipal (yaitu pemegang saham/ shareholder) menunjuk orang lain sebagai agen (yaitu manajer) untuk melakukan jasa bagi kepentingan prinsipal, termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan Teori Agensi (Agency Theory) menyatakan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana satu orang atau lebih yang bertindak sebagai prinsipal (yaitu pemegang saham/ shareholder) menunjuk orang lain sebagai agen (yaitu manajer) untuk melakukan jasa bagi kepentingan prinsipal, termasuk mendelegasikan kekuasaan dalam pengambilan

Teori sinyal menyatakan bagaimana seharusanya perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Perusahaan yang berkualitas baik akan sengaja memberikan sinyal kepada pasar. Berdasarkan signalling theory, manajer memiliki pilihan untuk mengkomunikasikan kualitas perusahaan dengan berbagai cara. Signalling theory mengklasifikasikan sinyal menjadi dua kelompok besar yaitu sinyal secara langsung dan sinyal secara tidak langsung. Sinyal secara langsung tercermin dalam pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Sedangkan sinyal secara tidak langsung diantaranya terkait dengan jumlah ekuitas yang dipertahankan, kualitas audit, struktur modal, kebijakan dividen, pemilihan kebijakan akuntansi, dan publikasi peramalan perusahaan.

Gender adalah perbedaan yang terlihat antara laki-laki dan perempuan berdasarkan nilainya (Marmawi,2009). Nilai disini berkaitan dengan peran yang diaktualisasikan dalam masyarakat. Dari perbedaan ini, munculah karakteristik seorang pemimpin yang dipengaruhi oleh gender, misalnya pemimpin laki-laki dan pemimpin perempuan memiliki sifat kepemimpinan yang berbeda yang dipengaruhi oleh perbedaan gender tersebut. Teori-teori dan ideologis kesetaraan gender bermuara pada teori sosial besar yaitu teori Feminism dimana perjuangan semua aliran femisme ialah mereka berupaya memperjuangkan kemerdekaan dan persamaan status serta peran sosial antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak ada lagi terjadi ketimpangan gender di dalam masyarakat.

Prediktabilitas laba didefinisikan sebagai ukuran kualitas laba yang didasarkan atas kemampuan laba untuk memprediksi laba itu sendiri. Belkoui (1993) menyimpulkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan atas analisis seri waktu, diketahui bahwa laba yang dilaporkan memiliki sifat dapat meningkatkan isi informasi, yaitu mencakup kemampuan prediksi dan nilai umpan balik. Laba merupakan suatu peralatan prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Informasi laba berfungsi untuk menilai kinerja manajemen, membantu memperkirakan kemampuan laba dalam jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau kredit.

Corporate Governance definisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya. (FCGI, 2003). Mekanisme corporate governance diproksikan dengan komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan keberadaan komite audit

Komposisi dewan komisaris merupakan perbandingan jumlah keanggotaan dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dengan jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris. Komposisi dewan komisaris merupakan salah satu karakteristik dewan yang berhubungan dengan kandungan informasi laba. Melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan dapat mempengaruhi pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Boediono, 2005).

Ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal. Ukuran dewan komisaris juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas tugas pengawasan.

Studi empiris menyimpulkan bahwa sejumlah besar anggota dewan komisaris mungkin akan menyebabkan dewan komisaris yang lebih independen dan menyediakan lebih banyak keahlian, pengalaman, pengetahuan, dan keragaman untuk meningkatkan kapasitas pemantauan dewan dan karenanya, mereka dapat mendelegasikan tanggung jawab lebih dari pada ukuran dewan komisaris yang kecil (Dalton et al, 1998),

Kepemilikan institusional merupakan jumlah kepemilikan saham oleh investor institusi . Kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat. Satu unsur penting dari mekanisme hak hak para pemegang saham adalah peran investor institusional dalam mempengaruhi keputusan manajerial. Ketika kepemilikan institusional meningkat, mereka menjadi lebih aktif terlibat dalam perusahaan yang dimilikinya (Jiang dan Anandarajan, 2009).

Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. kepemilikan wajib bagi dewan dan manajemen dapat secara efektif memotivasi kinerja para manajer, dan menciptakan insentif bagi direktur independen untuk memonitor manajemen, merupakan hal untuk mempercayai bahwa mandatory shareholding diharapkan dapat berhubungan dengan kualitas laba akuntansi (Niu, 2006)

Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good corporate governance ), Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) melalui Kep-339/BEJ/07-2001 mewajibkan perusahaan publik untuk memiliki komite audit. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat professional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris serta mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Al-Abbas 2009).

Tingkat kesehatan bank merupakan kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi kewajiban dengan baik dengan cara-cara yang sesuai peraturan perbankan yang berlaku. Di bawah ini adalah kerangka penelitian berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas:

H8a-H8e H9

H7a-H7e

H1

Model Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

H1 : Komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan komite audit secara simultan berpengaruh terhadap prediktabilitas laba

H2 : Komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap prediktabilitas laba. H3 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap prediktabilitas laba. H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap prediktabilitas laba. H5 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap prediktabilitas laba H6 : Komite audit berpengaruh terhadap prediktabilitas laba.

H7a : Proporsi perempuan dalam dewan perusahaan memoderasi pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap prediktabilitas laba H7b

: Proporsi perempuan dalam dewan perusahaan memoderasi pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap prediktabilitas laba H7c

: Proporsi perempuan dalam dewan perusahaan memoderasi pengaruh kepemilikan institusional terhadap prediktabilitas laba H7d

: Proporsi perempuan dalam dewan perusahaan memoderasi pengaruh kepemilikan manajerial terhadap prediktabilitas laba H7e

: Proporsi perempuan dalam dewan perusahaan memoderasi pengaruh komite audit terhadap prediktabilitas laba H8a

: Komposisi dewan komisaris yang dimoderasi oleh proporsi perempuan dalam dewan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank. H8b

: Ukuran dewan komisaris yang dimoderasi oleh proporsi perempuan dalam dewan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank. H8c

: Kepemilikan institusional yang dimoderasi oleh proporsi perempuan dalam dewan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank H8d

: Kepemilikan manajerial yang dimoderasi oleh proporsi perempuan dalam dewan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank

H8e : Komite audit yang dimoderasi oleh proporsi perempuan dalam dewan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank H9 : Tingkat kesehatan bank berpengaruh terhadap prediktabilitas laba

METODE PENELITIAN

Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Desain penelitian ini merupakan penelitian hypothesis testing study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2011 sampai dengan 2015. Teknik pengambilan

sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative. Penelitian ini menggunakan data sekunder, karena data dikumpulkan dari sumber data yang telah ada (Sekaran, 2000). Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan bank umum konvensional yang sudah “go publik” yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 yang bisa dilihat dalam Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dari Direktori Perbankan Indonesia dari tahun 2011 – 2015, serta dari situs masing-masing perusahaan sampel.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel No

Skala Penelitian

Variabel prediktabilitas laba akuntansi Rasio laba

1. Prediktabilitas

Prediktabilitas

laba didefinisikan diukur dari deviasi standar residual dari sebagai

ukuran formula persistensi laba. Rumus

kualitas laba yang persistensi laba: didasarkan

atas Eit = a + bEit-1 + e

kemampuan laba dengan, untuk

Eit-1=laba akuntansi perusahaan i pada

memprediksi laba

tahun sebelum tahun t

itu sendiri

Eit = laba akuntansi perusahaan i pada

tahun t e = eror Rumus prediktabilitas laba berdasarkan standar deviasi dari persistensi laba:

∑(Xi- X) 2 1. Varian = S 2 =

N Dimana : Xi: Data individual ke- 1,2,…n

X: Rata-rata hitung N: Banyak data (sampel) 2. Standar Deviasi S= √𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠

2. Komposisi Komposisi dewan Persentase jumlah dewan komisaris Rasio Dewan Komisaris komisaris

independen terhadap jumlah total

merupakan

komisaris yang ada dalam susunan

perbandingan

dewan komisaris perusahaan sampel

jumlah keanggotaan

KDK= ∑ Komisaris independen

dewan komisaris yang berasal dari

∑ Dewan komisaris

luar perusahaan dengan

jumlah

keseluruhan anggota

dewan

komisaris

3. Ukuran Dewan Ukuran dewan Total anggota dewan komisaris, baik Interval Komisaris

komisaris

yang berasal dari internal perusahaan merupakan jumlah maupun dari eksternal perusahaan anggota

dewan sampel.

komisaris,

baik

yang berasal dari UDK = ∑ Anggota dewan komisaris internal perusahaan maupun

Besarnya persentase jumlah saham Rasio manajerial

Kepemilikan

manajerial

yang dimiliki oleh pihak manajemen / merupakan jumlah direktur dan dewan komisaris terhadap kepemilikan

total saham yang beredar

saham oleh pihak KM=∑saham

dan dewan

komisaris perusahaan

∑saham yang beredar 5. Kepemilikan

Besarnya persentase jumlah saham Rasio institusional

Kepemilikan

institusional

yang dimilki oleh institusi terhadap

merupakan jumlah total saham yang beredar kepemilikan

KI=∑saham dimiliki institusi

saham

oleh

∑saham yang beredar 6. Komite audit

investor institusi

Komite

audit Jumlah anggota komite audit yang Interval

adalah

komite dimiliki perusahaan.

dewan KA = ∑Anggota komite audit

komisaris dalam

perusahaan

rangka membantu melaksanakan tugas

dan

fungsinya

7. Gender

Proporsi

Proporsi perempuan dalam dewan Rasio perempuan dalam perusahaan dibandingkan

dengan dewan perusahaan jumlah keseluruhan anggota dewan perusahaan, yang merupakan gabungan antara direksi dan komisaris.

Gender=∑ perempuan dalam dewan

∑anggota dewan

8 Tingkat

1. Melakukan pemeringkatan masing- Ordinal Kesehatan Bank

Tingkat Kesehatan

Bank merupakan

masing analisis NPL, LDR, ROA,

hasil penilaian dari

NIM, dan CAR.

kondisi bank yang

dilakukan

a. Risiko Kredit

terhadap

risiko

Bad Debt

dan kinerja bank

Total Loan

menjalankan fungsinya dengan

b. Risiko Likuiditas

baik

Total Loan

LDR = X 100%

Total Deposit

c. Return On Asets (ROA) Laba sebelum pajak ROA = x 100%

Total Aset

d. Net Interest Margin (NIM)

Pend. Bunga Bersih

NIM=

x100%

Total Aktiva Prod

e. Capital Adequacy Ratio

Modal

CAR = X 100%

ATMR

2. Menetapkan peringkat komposit penilaian tingkat kesehatan bank daritahun 2011 hingga tahun 2015. Nilai komposit untuk rasio keuanganmasing-masing komponen

menempati peringkat komposit akanbernilai sebagai berikut:

yang

a. Peringkat 1= dikalikan 5 b. Peringkat 2 = dikalikan 4 a. Peringkat 1= dikalikan 5 b. Peringkat 2 = dikalikan 4

Nilai komposit yang telah diperoleh dari perkalian tersebut di atas kemudian ditentukan bobotnya dengan mempersentasekan. Adapun bobot/persentase untuk menentukan peringkat komposit keseluruhan komponen sebagai berikut:

1.Nilai 86-100 = Sangat Sehat (PK1) 2. Nilai 71-85 = Sehat (PK 2) 3. Nilai 61-70 = Cukup Sehat (PK 3) 4. Nilai 41-60 = Kurang Sehat (PK 4) 5. Nilai <40 = Tidak Sehat (PK 5)

Uji Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh mekanisme corporate governance terhadap prediktabilitas laba dan pengaruh mekanisme corporate governance terhadap prediktabilitas laba dengan gender sebagai variabel moderasi dan tingkat kesehatan bank sebagai variabel intervening . Model yang dibentuk dalam penelitian terdiri dari empat model yaitu:

1. Model Pertama PL = α + ß1KDK +ß2UDK+ ß3KI + ß4KM + ß5KA + e ..............................(H1-H6)

2. Model Kedua PL = α + ß1KDK +ß2UDK+ ß3KI + ß4KM + ß5KA + ß6KDK*GND + ß7UDK*GND + ß8KI*GND + ß9KM*GND + ß10KA*GND + e ..............................................................................................................(H7a-7e)

3. Model Ketiga Ln [P/(1-P)] = α + ß mx1 KDK +ß mx2 UDK+ ß mx3 KI + ß mx4 KM + ß mx5 KA + ß

mx6 KDK*GND + ß mx7 UDK*GND + ß mx8 KI*GND + ß mx9 KM*GND +

ß mx10 KA*GND + e..............................................................................................(H8a-8e)

4. Model Keempat PL = α + ßKDK +ß2UDK+ ß3KI + ß4KM + ß5KA + ß5TKS+ e..............................................................................................................(H9)

HASIL PENELITIAN

Descriptive Statistics

Minimum

Maximum

Mean Std. Deviation

0,13 0,11 TKS_BANK

29100,54 47154,29 Valid N

Sumber: Output Data SPSS 20

Variabel komposisi dewan komisaris mempunyai nilai terendah 0,25 yaitu Bank Pan Indonesia dan yang tertinggi 1 yaitu Bank MNC Internasional, mean 0,58 dan standar deviasi 0,11. Nilai mean 0,58 ini berarti rata-rata perusahaan perbankan Indonesia memiliki komposisi dewan komisaris yang merupakan komposisi komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris seluruhnya dalam satu perusahaan adalah sebesar 58 persen. Variabel ukuran dewan komisaris merupakan jumlah total dewan komisaris yang dimiliki perusahaan. Rata-rata ukuran dewan komisaris yaitu sebesar 5,19 dengan standar deviasi sebesar 1,77, dan jumlah personel dewan komisaris maksimum yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebanyak 9 anggota yaitu pada Bank Permata dan paling sedikit 2 anggota pada Bank MNC Internasional. Nilai minimum untuk kepemilikan institusional sebesar 0,11 sedangkan untuk nilai maksimal diperoleh nilai sebesar 0,99 dimana hal ini perusahaan tersebut memiliki jumlah saham institusi dalam jumlah yang besar dari jumlah saham beredar. Nilai rata-rata untuk variabel ini diperoleh nilai sebesar 0,77 atau sebesar 77 persen dengan standar deviasi sebesar 0,23. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh pihak institusional yang besar dapat mempercepat manajemen perusahaan untuk menyajikan pengungkapan secara sukarela, karena investor institusional dianggap sebagai sophisticated investors sehingga dapat melakukan fungsi monitoring secara lebih efektif dan tidak mudah percaya dengan tindakan manipulasi oleh manajemen seperti tindakan manajemen laba.

Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0,00 terdapat pada 13 bank yang diobservasi dalam penelitian ini dan nilai maksimum sebesar 0,28. Rata-rata kepemilikan manajerial menunjukkan jumlah kepemilikan saham oleh manajer perusahaan perbankan di Indonesia yang tidak terlalu besar yaitu rata-rata sebesar 0,012 dengan standar deviasi 0,04. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan perbankan di Indonesia tidaklah signifikan terhadap jumlah saham yang ada. Nilai minimum komite audit sebesar 2 menunjukkan jumlah anggota komite yang ada yaitu 2 personel di Bank Windu Kentjana Internasional dan nilai maksimum sebesar 8 yang menunjukkan terdapat delapan personel anggota komite audit yang dimiliki oleh tujuh bank dalam perusahaan perbankan yang diobservasi dalam penelitian ini. Rata-rata jumlah anggota komite audit perbankan di Indonesia memiliki nilai sebesar 3,99 dengan Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai minimum sebesar 0,00 terdapat pada 13 bank yang diobservasi dalam penelitian ini dan nilai maksimum sebesar 0,28. Rata-rata kepemilikan manajerial menunjukkan jumlah kepemilikan saham oleh manajer perusahaan perbankan di Indonesia yang tidak terlalu besar yaitu rata-rata sebesar 0,012 dengan standar deviasi 0,04. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial pada perusahaan perbankan di Indonesia tidaklah signifikan terhadap jumlah saham yang ada. Nilai minimum komite audit sebesar 2 menunjukkan jumlah anggota komite yang ada yaitu 2 personel di Bank Windu Kentjana Internasional dan nilai maksimum sebesar 8 yang menunjukkan terdapat delapan personel anggota komite audit yang dimiliki oleh tujuh bank dalam perusahaan perbankan yang diobservasi dalam penelitian ini. Rata-rata jumlah anggota komite audit perbankan di Indonesia memiliki nilai sebesar 3,99 dengan

Variabel gender dalam hal ini proporsi perempuan dalam dewan perusahaan baik dewan komisaris maupun direksi menunjukkan nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,44 dengan nilai rata-rata sebesar 0,13 dan standar deviasi sebesar 0,11. Hal ini menunjukkan bahwa ada emiten yang tidak memposisikan perempuan dalam dewan perusahaan. Sementara nilai mean 0,13 dan standar deviasi sebesar 0,11 dimana artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai mean dengan nilai standar deviasi dan sebaran data untuk variable gender cenderung ke rata –rata, yang berarti menunjukan perusahaan sampel memiliki komposisi perempuan dalam dewan yang tidak jauh berbeda atau hampir sama. Variabel tingkat kesehatan bank yang merupakan kondisi dimana bank dapat beroperasional dengan baik memiliki nilai minimum sebesar 1 dan maksimum sebesar 4. Rata-rata perbankan di Indonesia memiliki nilai sebesar 1,67 dengan standar deviasi sebesar 0,74 dimana dari seluruh periode penelitian (2011-2015) mengindikasikan bahwa rata-rata kondisi kesehatan bank adalah memiliki peringkat komposit 2 dengan kategori sehat. Kondisi kesehatan bank diharapkan mampu memberikan sinyal yang baik kepada investor.

Variabel prediktabilitas laba menunjukkan nilai minimum sebesar 95,71 terjadi pada Bank BNI dan nilai maksimum sebesar 245792,50 terjadi pada Bank BRI. Nilai rata- rata prediktabilitas bank umum konvensional yang sudah go public sebesar 29100,54 dengan standar deviasi sebesar 47154,29. Hal ini menunjukkan bahwa nilai deviasi standar yang besar menunjukkan kualitas laba yang rendah dan kemampuan prediktabilitas laba bank selama waktu observasi mengalami penurunan sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang penuh dengan ketidakpastian.

I. Hasil Analisis Data Dan Pembahasan a. Uji Normalitas Residual

Pengujian normalitas residual data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one samplekolmogrovsmirnov test , yang mana jika nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05, maka distribusi residual dikatakan normal. Setelah dilakukan pengolahan data, hasil uji normalitas menunjukkan level signifikansi lebih besar dari α (α =0.05) yaitu 0,87 > 0,05 yang berarti bahwa data terdistribusi dengan normaldidapat hasil yang menyatakan bahwa data terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara yang satu dengan yang lainnya, maka salah satu variabel bebas tersebut dieliminasi. Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Tolerance < 0.10 dan Variance Inflantion Factor (VIF) >

10. Hasil perhitungan VIF dan tolerance. Masing-masing variabel bebas memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel bebas.

c. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Model yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas digunakan uji Glejser.Apabila nilai sig > 0,05 maka data tersebut bebas dari heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas dari masing-masing variabel menunjukkan level signifikansi > 0,05 sehingga penelitian ini bebas dari gejala heterokedastisitas dan layak untuk diteliti.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada tahun periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson adalah 2,083 untuk model pertama, 2,100 untuk model kedua dan 2,088 untuk model ketiga. Nilai DW tersebut di atas berada di antara du dan 4-du, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi pada model, sehingga model regresi layak dipakai untuk analisis selanjutnya .

e. Pengujian Model Penelitian

1. Hasil Pengujian Model 1

Pengujian Variabel Independen

Signifikansi

Keterangan Hipotesis

Uji F KDK,UDK,KI,KM,KA

H1 Diterima Uji T

P<0,05

H2 Ditolak Uji T

H3 Diterima Uji T

H4 Ditolak Uji T

H5 Ditolak Uji T

H6 Diterima Dependent Variable: PL

Sumber: Output Data SPSS 20

Melalui hasil regresi model 1 dapat diketahui bahwa ukuran dewan komisaris (UDK) dan komite audit (KA) berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap prediktabilitas laba (PL) dengan nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0.05 maka bisa ditarik kesimpulan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap prediktabilitas laba perusahaan, sehingga hipotesis 3 dan hipotesis 6 diterima. Sedangkan untuk variabel komposisi dewan komisaris, kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi yang jauh lebih besar dari 0.05 sehingga hipotesis 2, 4 dan 5 ditolak. N ilai F-hitung sebesar 13,870 dengan probabilitas 0,000. Karena angka probabilitas ini jauh lebih kecil dari 0,05 atau 5%, maka dapat disimpulkan bahwa model fit (model regresi dapat digunakan untuk memprediksi prediktabilitas laba) atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa komposisi dewan komisaris (KDK), ukuran dewan komisaris (UDK), kepemilikan institusional (KI), kepemilikan manajerial (KM), dan komite audit (KA) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap prediktabilitas laba (PL).

2. Hasil Pengujian Model 2

B Std.

Inter_KDKGND

Inter_UDKGND

1,986 ,049* Inter_KIGND

1,867 ,064** Inter_KMGND

1,541 ,126 Inter_KAGND

Dependent Variable: PL

* = Signifikansi 5% **= Signifikan 10% Sumber: Output Data SPSS 20

Berdasarkan hasil regresi model 2 dapat diketahui bahwa moderasi gender pada variabel yang berpengaruh terhadap prediktabilitas laba adalah ukuran dewan komisaris (UDK), kepemilikan institusional (KI), dan komite audit (KA) dengan signifikansi lebih kecil dari 0.05 dan 0.1, sedangkan variabel yang lain seperti komposisi dewan komisaris dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh dengan signifikansi yang jauh lebih besar dari 0.05. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 7b, 7c dan 7e diterima dan hipotesis 7a, 7d ditolak. Peran mekanisme corporate governance dapat lebih dilaksanakan melalui ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional dan komite audit dengan diperkuat oleh banyaknya perempuan dalam dewan untuk dapat meningkatkan prediktabilitas laba perusahaan.

3. Hasil Pengujian Model 3

Estimate

Std. Error

Wald

df Sig.

95% Confidence Interval Lower

Upper Bound

Bound [TKS_BANK = 1]

1 ,651 -3,428 2,144 Threshold

[TKS_BANK = 2]

1 ,134 -,657 4,943 [TKS_BANK = 3]

1 ,207 -6,622 1,437 UDK

1 ,000 -1,231 -,376 KI

1 ,000 -2,576 8,548 KM

1 ,522 -30,623 15,545 KA

1 ,006 -,640 ,106 Location Inter_KDKGND

1 ,186 -6,232 32,013 Inter_UDKGND

1 ,002 1,700 7,427 Inter_KIGND

1 ,001 10,931 40,002 Inter_KMGND

1 ,425 -126,731 300,585 Inter_KAGND

1 ,004 2,202 11,230 Link function: Logit.

Dependent Variable: TKS_BANK

Sumber: Output Data SPSS 20

Berdasarkan hasil regresi model 3 dapat disimpulkan bahwa moderasi gender pada variabel yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank adalah ukuran dewan komisaris (UDK), kepemilikan institusional (KI), dan komite audit (KA) dengan signifikansi lebih kecil dari 0.05, sedangkan variabel yang lain seperti komposisi dewan komisaris dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh dengan signifikansi yang jauh lebih besar dari 0.05. Berdasarkan hal ini maka hipotesis 8b, 8c dan 8e diterima dan hipotesis 8a, 8d ditolak.

4. Hasil Pengujian Model 4

Standardized Variabel

B Std. Error

Beta

Sig.

Inter_KDKGND

1,986 ,049* Inter_KIGND

Inter_UDKGND

1,867 ,064** Inter_KMGND

1,541 ,126 Inter_KAGND

Dependent Variable: PL

* = Signifikansi 5% Sumber: Output Data SPSS 20

Melalui hasil regresi model 4 dapat diketahui bahwa ukuran dewan komisaris (UDK) dan komite audit (KA) berpengaruh langsung secara signifikan dengan arah positif terhadap prediktabilitas laba (PL) dengan nilai signifikansi yang jauh lebih kecil dari 0.05 maka bisa ditarik kesimpulan bahwa semakin besar ukuran dewan komisaris dan komite audit dapat berpengaruh langsung terhadap prediktabilitas laba perusahaan. Sedangkan untuk variabel komposisi dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan tingkat kesehatan bank tidak berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi yang jauh lebih besar dari 0.05.

5. Model Analisis Jalur Model analisis jalur digunakan untuk menguji pengaruh tidak langsung

mekanisme corporate governance terhadap prediktabilitas laba yang dimediasi oleh tingkat kesehatan bank dan apakah pengaruh mediasi ini ditentukan juga oleh gender yang dalam hal ini merupakan proporsi perempuan dalam dewan perusahaan. Pengaruh tidak langsung pada analisis jalur pertama merupakan perkalian antara nilai wald hasil regresi model ketiga yang merupakan nilai jalur P mxi dengan nilai standardize coeficients beta variabel tingkat kesehatan bank yang merupakan nilai jalur P ym . Hasil analisis jalur dalam penelitian ini:

1. Pengaruh langsung variabel komposisi dewan komisaris (KDK) ke prediktabilitas laba (PL) sebesar 0,020, sedangkan pengaruh tidak langsung variabel komposisi dewan komisaris yang dimoderasi oleh gender ke 1. Pengaruh langsung variabel komposisi dewan komisaris (KDK) ke prediktabilitas laba (PL) sebesar 0,020, sedangkan pengaruh tidak langsung variabel komposisi dewan komisaris yang dimoderasi oleh gender ke

2. Pengaruh langsung variabel ukuran dewan komisaris (UDK) ke prediktabilitas laba (PL) sebesar 0,418, sedangkan pengaruh tidak langsung variabel ukuran dewan komisaris yang dimoderasi oleh gender ke prediktabilitas laba sebesar

(23,334) x (0,075) = 1,750. Total pengaruh ukuran dewan komisaris ke prediktabilitas laba yaitu sebesar 0,418 + 1,750 = 2,168.

3. Pengaruh langsung variabel kepemilikan institusional (KI) ke prediktabilitas laba (PL) sebesar 0,036, sedangkan pengaruh tidak langsung variabel kepemilikan institusional yang dimoderasi oleh gender ke prediktabilitas laba

sebesar (25,117) x (0,075) = 1,884. Total pengaruh kepemilikan institusional ke prediktabilitas laba yaitu sebesar 0,036 + 1,884 = 1,920.

4. Pengaruh langsung variabel kepemilikan manajerial (KM) ke prediktabilitas laba (PL) sebesar -0,066 sedangkan pengaruh tidak langsung variabel kepemilikan manajerial yang dimoderasi oleh gender ke prediktabilitas laba

sebesar (1,046) x (0,075) = 0,078. Total pengaruh kepemilikan manajerial ke prediktabilitas laba yaitu sebesar -0,066 + 0,078 =0,012.

5. Pengaruh langsung variabel komite audit (KA) ke prediktabilitas laba (PL) sebesar 0,200, sedangkan pengaruh tidak langsung variabel komite audit yang dimoderasi oleh gender ke prediktabilitas laba sebesar (15,975) x (0,075) =

1,198. Total pengaruh komite audit ke prediktabilitas laba yaitu sebesar 0,200 + 1,198 = 1,398.

f. Pembahasan

Komposisi dewan komisaris dan kepemilikan manajerial yang dimoderasi oleh gender tidak berpengaruh terhadap prediktabilitas laba dan tingkat kesehatan bank, sedangkan ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional dan komite audit yang dimoderasi oleh gender berpengaruh terhadap prediktabilitas laba dan tingkat kesehatan bank. Hal ini terdapat kemungkinan penempatan atau penambahan anggota dewan dari luar perusahaan dilakukan sekedar untuk memenuhi ketentuan formal, sementara pemegang saham mayoritas / pengendali (founders) masih memegang peranan penting sehingga kinerja dewan tidak meningkat, bahkan bisa menurun. Hasil penelitian ini juga berlawanan dengan temuan Beasley, 1996; Peasnell et. Al., 2000; Klein, 2002; dan Xie et al., 2003, sebagaimana dikutip oleh Niu (2006). Beasley dalam Niu (2006) menyatakan bahwa kehadiran komisaris independen akan mengurangi kemungkinan penipuan dalam penyajian laporan keuangan. Namun, konsisten dengan beberapa hasil penelitian lain di Indonesia, diantaranya: Veronica dan Bachtiar (2004), Veronica dan Utama (2006), serta Boediono (2005). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin besar komposisi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan, kemungkinan dapat menyebabkan semakin menurunnya kemampuan dewan dalam melakukan pengawasan karena timbulnya masalah dalam koordinasi, komunikasi, dan pembuatan keputusan.

Rata-rata kepemilikan manajerial yang relatif rendah sekitar 1.2% yang kemungkinan menyebabkan adanya kepemilikan manajerial belum mampu secara signifikan memotivasi para manajer untuk mencapai efisiensi yang dikehendaki shareholders . Kepemilikan saham belum menjadi instrumen utama insentif manajemen.

Dengan kata lain kepemilikan saham belum menjadi pemicu utama dalam meningkatkan prediktabilitas laba perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Khafid (2015) dimana kepemilikan saham oleh manajemen yang lebih tinggi akan meningkatkan kualitas laba yang dilaporkan. Dewan komisaris dan direksi yang memiliki sedikit modal saham di perusahaan tidak dapat secara efektif memonitor dan mendisiplinkan para manajer. Bahkan, banyak perusahaan yang meminta direksi untuk meningkatkan saham di perusahaan mereka (Hambrick dan Jackson, 2000 dalam Niu 2006).

Ukuran dewan komisaris dan komite audit yang dimoderasi oleh gender mewakili unsur penting dalam corporate governance yaitu akuntabilitas (accountability) dan pertanggungjawaban (responsibility) dimana kejelasan peran, tanggung jawab dan kepastian pemenuhan peraturan serta ketentuan yang berlaku untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham dapat diawasi dengan baik oleh dewan komisaris dan komite audit. Kepemilikan institusional yang dimoderasi oleh gender mewakili unsur penting dalam corporate governance yaitu keadilan (fairness) dimana pengawasan yang dilakukan diharapkan dapat menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham.

Adanya perempuan dalam dewan memiliki pengaruh terhadap tingkat kesehatan bank dan prediktabilitas laba dikarenakan sifat dasar yang dimiliki oleh perempuan dimana perempuan lebih dipercaya dapat mengontrol suatu keadaan, independen, fleksibel dan kooperatif dalam kelompok. Hal ini sejalan dengan teori feminism yang memperjuangkan persamaan status serta peran antara laki-laki dan perempuan dimana semua laki-laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi yang menghendaki perempuan agar dapat diintegrasikan secara total dalam semua peran. Byoun et al. (2011) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan dewan perusahaan yang beragam berkecenderungan untuk membayarkan dividen lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang dewan perusahaannya tidak beragam. Temuan mereka juga konsisten dengan argumen bahwa dewan perusahaan yang beragam meningkatkan fungsi pengawasan direksi serta kebebasan direksi, yang pada akhirnya akan memberi manfaat para pemegang saham. Keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi menandakan bahwa perusahaan memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang tanpa ada diskriminasi sehingga keberadaan anggota dewan wanita dalam satu kelompok dewan direksi, dewan komisaris, dan dewan komite audit akan mengurangi resiko restatement laporan keuangan. Wanita dinilai memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari resiko, dan lebih teliti dibandingkan dengan pria sehingga akan mengungkapkan informasi lebih banyak kepada pemegang saham (Wagland dan Taylor, 2009).

Pengalaman dari krisis keuangan global telah mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan manajemen risiko dan good corporate governance. Tujuannya adalah agar bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta menerapkan good corporate governance dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga bank lebih tahan dalam menghadapi krisis.

KESIMPULAN DAN SARAN

Corporate Governance yaitu : komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit secara Corporate Governance yaitu : komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan komite audit secara

Konsep gender yang dikaji dalam penelitian ini hanya melihat isu gender terkait sifat feminism yang ada dalam perusahaan tanpa melihat perbedaan gender terkait sifat maskulin dan feminim yang dibentuk oleh faktor-faktor sosial maupun budaya dalam berbagai bidang sosial, ekonomi dan budaya. Penggunaan proxy corporate governance yang tidak menangkap mekanisme corporate governance sebagai satu kesatuan, karena corporate governance tidak diukur melalui indeks tertentu, melainkan melalui variabel- variabel yang terpisah. Proxy kepemilikan institusional dalam penelitian ini mencakup seluruh investor yang bersifat institusi, tidak memisahkan antara kepemilikan institusi pemerintah, swasta, asing, maupun institusi keuangan. Hal tersebut karena terbatasnya pengungkapan data detail mengenai kepemilikan perusahaan dan belum mengungkap perilaku dari para pemilik institusional.

Untuk penelitian selanjutnya dapat mencoba mempersepsikan isu gender dalam bentuk pendekatan dimensi feminim sesuai dengan teori culture yang diungkapkan oleh Geert Hofstede dengan industri atau perusahaan yang berbeda selain yang bergerak di bidang jasa pelayanan. Hasil penelitian akan lebih bisa merepresentasikan pengaruh mekanisme corporate governance terhadap tingkat kesehatan bank maupun kualitas laba, jika mekanisme tersebut diukur sebagai suatu kesatuan melalui indeks tertentu, sehingga perlu untuk dikembangkan suatu instrumen pengukuran guna menghitung indeks corporate governance perusahaan publik di Indonesia.

Perlu untuk dipertimbangkan bagi perusahaan perbankan konvensional di Indonesia untuk menjadikan kepemilikan saham oleh manajemen sebagai bagian insentif manajemen dengan menambah jumlah saham yang dapat dimiliki dan melihat isu gender dalam perlakuan manusia dengan sikap feminism sehingga sistem insentif dapat memotivasi manajemen meningkatkan kinerja dan menyelaraskan potensi perbedaaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham lainnya. Perusahaan perbankan juga dapat melihat isu gender dalam perlakuan manusia dengan sikap feminism pada karakteristik lain dari dewan komisaris sehingga penunjukkan komisaris independen didasarkan pada kompetensi dan profesionalisme yang dimiliki oleh seseorang tanpa membedakan perbedaan gender dengan sifat feminisme maupun sifat maskulin.

REFERENSI:

Al- Abbas, M. A. 2009. “Corporate Governance and Earnings Management: an Empirical Study of The Saudi Market”. The Journal of American Academy of Business. Vol.

15. No. 1. Pp. 301 – 310.

Al-Farooque, Omar. (2015). Earnings Predictability, Ownership and Governance Structure : Emerging Trends in Australia. Conference Paper. Retrieved from http://www.researchgate.net/profile/Omar_Farooque/publications

Anderson, K. L., Gillan, S., & Deli, D. N. (2003). Boards of directors, audit committees, and

the information content of earnings (Weinberg Center for Corporate Governance Working Paper No. 2003-04). Retrieved from http://ssrn.com/ abstract= 444241

Bank Indonesia. 2011. Lampiran I Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum untuk Matriks Parameter/Indikator Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Diunggah pada Situs www.bi.go.id

Beasley, M. S., 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: 443-465

Belkoui, A R., 1993. Accounting Theory, Cambridge: UI Press.

Berger, A., Kick, T., & Schaeck, K. (2014) Executive board composition and bank risk taking. Journal of Corporate Finance, forthcoming.

Boediono, Gideon SB., 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Artikel yang Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal

15 - 16 September 2005

Byoun S, Chang K, Kim YS 2011. Does Corporate Board Diversity Affect Corporate Payout Policy? Working paper.

Carter DA, Simkins BJ, Simpson WG. 2003. Corporate Governance, Board Diversity, and Firm Value. Financial Review. 38: 33 –53.

Coles, J., Daniel, N., and Naveen, L. (2008). Boards: Does One Size Fit All? Journal of Financial Economics, Vol. 87: 329 –356.

Cornett, M. M., McNutt, J. J. and Tehranian, H. (2009). Corporate governance and earnings management at large U.S. bank holding companies. Journal of Corporate Finance , 15, 412-430.

Darmawati, D. (2003). Corporate Governance dan Manajemen Laba: Suatu Studi Empiris, Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 5, (1).

Dalton, D., Daily, C., Ellstrand, A., and Johnson, J. (1998). Meta-Analytic Reviews of Board

Composition, Leadership Structure, and Financial Performance. Strategic Management Journal , Vol. 19: 269-290.

Dechow, P., and Skinner, D. (2000). Earnings Management: Reconciling the Views of Accounting Academics, Practitioners, and Regulators. Accounting Horizons, Vol.

14, No. 2: 235.

Demiralp, I., D’Mello, R., Schlingemann, F.P., and Subramaniam, V. 2011. “Are There Monitoring Benefits to Institutional Ownership? Evidence from Seasoned Equity

Offerings”. Journal of Corporate Finance. Vol. 17. Pp. 1340 – 1359.

Dimitropoulos, P. E., & Asteriou, D. (2010). The effect of board composition on the informativeness and quality of annual earnings: Empirical evidence from Greece. Research in International Business and Finance , 24(2), 190 –205.

Eisenberg, T., Sundgren, S., Wells, M.T., 1998. Larger Board Size and Decreasing Firm Value in Small Firms. Journal of Financial Economics 48, 35-54.

Fama, E.F., dan M.C. Jensen, 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics

Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2001 . Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Seri Tata Kelola Perusahaan, Jilid II. http://www.fcgi.org.id

Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2003. Indonesian Company Law. Available on-line at www.fcgi.org.id

Financial Accounting Standards Board. 2010. “Conceptual Framework for Financial Reporting”. Statement of Financial Accounting Concepts No. 8.

Francis, J., Olsson, P., and Schipper, K. . 2006. “Earnings Quality”. Foundation and Trends in Accounting . Vol. 1. No. 4. Pp. 259 – 340.

Fuentes-Medina ML, Morini-Marrero S, Verona-Martel MC. 2013. The Women’s Role in Corporate Reputation: A Study of the Most Reputable Spanish Firms. Advanced Research in Scientific Areas. December, 2. -6.

Hastuti, Yenny Widya and Achmad, Tarmizi (2011) . “Pengaruh mekanisme Corporate Governance secara Internal dan Eksternal terhadap kinerja keuagan : studi kasus di Bank yang terdaftar di BEI 2006-2009 ”, Undergraduate thesis, Universitas Diponegoro.

Healy, P. and Wahlen, J. (1999). A Review of the Earnings Management Literature and its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, Vol. 13 (4), 365-384.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

[IFC] International Finance Corporation. 2013. IFC Mendukung Perempuan di Jajaran Direksi Perusahaan di Indonesia [Internet]. [diunduh 2013 Okt 5]. Tersedia pada: http://www.worldbank.org/in/news/feature/2013/07/31/ifc-championing- women-on-corporate-boards-in-indonesia.

Informasi Kondisi Perbankan Pasca Krisis Global 2008. Diperoleh dari http://www.republika.co.id dan htpp://www.pemeriksaanpajak.com

Jamilah S, Fanani Z, Chandrarin G. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli 2007. Makassar (ID): Unhas.

Jensen, M. C. (1986). Agency cost of free cash flow, corporate finance, and takeovers. American Economic Review , 76, 323-329.

Jensen, M.C., 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of Internal Control Systems. The Journal of Finance Vol. 48, No3, 831-880.

Jiang, W., and Anandarajan, A. 2009. “Shareholder Rights, Corporate Governance and Earnings Quality: The Influence of Institutional Investors”. Managerial Auditing Journal . Vol. 24. No. 8. Pp. 767 – 791.

Kanagaretnam, K, Lobo, G. J., and Lim, C. Y. (2014). Effects of international institutional factors on earnings quality of banks. Journal of Banking and Finance, Vol. 39:

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi. Cetakan ke-11. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khafid, M. (2015). Peran Moderasi Kepemilikan Institusional Terhadap Determinan Prediktabilitas Laba. Konferensi Regional Akuntansi II jawa Timur

Klein, April., 2002. Audit Committee, Board of Director Characteristics, and Earning

Management. Journal of Accounting and Economics, Vol. 33, 375-400.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - FUNGSI DAN KEWENANGAN LEMBAGA MANAJEMEN KOLEKTIF SEBAGAI LEMBAGA YANG MENGHIMPUN DAN MENDISTRIBUSIKAN ROYALTI DALAM SUDUT PANDANG UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN - PERLINDUNGAN HUKUM ATAS PEMEGANG HAK MEREK TERHADAP PELANGGARAN MEREK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG MEREK NO 15 TAHUN 2001

0 0 9

EFEKTIVITAS FUNGSI DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) MENUJU SISTEM PARLEMEN BIKAMERAL DI INDONESIA

0 0 267

BAB I PENDAHULUAN - KAJIAN HUKUM TERHADAP ISTILAH DALAM HUKUM KONTRAK EKSPOR MINERAL STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN No. 48/PDT/2014/PT.DKI

0 0 19

KEWENANGAN MAHKAMAH SYAR’IYAH DI ACEH TERHADAP HUKUM JINAYAH (KETERKAITAN HUKUM MATERIIL DAN HUKUM FORMIL)

0 0 13

PERLINDUNGAN HUKUM MENURUT UNDANG - UNDANG NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP PEKERJA KARENA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SEBAGAI AKIBAT PENJUALAN SAHAM (AKUISISI) PERUSAHAAN PT. BIMA MITRA FARMA TANGERANG

0 0 11

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DOSEN AKUNTANSI, PROFESIONALISME DOSEN AKUNTANSI DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI TENTANG PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DI UNIVERSITAS PAMULANG TAHUN AKADEMIK 2015/2016)

0 0 27

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK DOSEN AKUNTANSI, PROFESIONALISME DOSEN AKUNTANSI DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI TENTANG PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DI UNIVERSITAS PAMULANG

0 1 9

RANCANG ULANG TATA LETAK CV. SUMBER VULKANISIR SUPER MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN CRAFT

2 5 9

PENGARUH DEBT EQUITY RATIO (DER), RETURN ON ASSET (ROA) DAN EARNING PER SHARE (EPS) TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN INTERVENING ECONOMY VALUE ADDED (EVA) (Studi pada Perusahaan Indeks LQ-45 dan Perusahaan Manufaktur Periode 2011-2015)

0 0 16