STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI PENDEKATAN SUFISTIK UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH PROPINSI RIAU

STRATEGI PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI PENDEKATAN SUFISTIK UNTUK MADRASAH TSANAWIYAH PROPINSI RIAU

1 Yatimin, 2 Husni Thamrin

1 UIN Sultan Syarif Kasim Riau

2 Pascasarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau

yatiminmuhammad22@gmail.com, husni023@gmail.com

Abstract

The research about the akidah akhlak learning strategy through sufistical approach for madrasah tsanawiyah is the combination research of library research and field research. The analysis method is content analysis which refers to the notion that the study about process and the content of this community as the basis of social science. The subject of the research consists of Akidah Akhlak teachers and VII grade students of Madrasah Tsanawiyah that become the samples in Riau Province. The informants of this research are The head of the madrasah, Akidah Akhlak MGMP members, and other related components. The techniques of data collection are interview, observation, and documentation. The data were validated triangulate of method and source. The data analysis technique is content analysis method which consists of data collection, data reduction, data presentation, and verification. The result of this research indicates that Akidah Akhlak through sufistical approach for Madrasah Tsanawiyah in Riau Province has created three aspects: Civic knowledge, civic disposition, civic skill which correspond with the reality. In the end of the learning, the awareness to regcognation and the other in the life of the students that vary so it is hoped that they become smart and good citizenship in the real context.

Keyword: Learning Strategy Sufistical Approach

PENDAHULUAN

dipengaruhi oleh nilai spritual. Pembelajaran

Akidah Akhlak Strategi pembelajaran Akidah mengantar manusia pada prilaku Akhlak untuk siswa Madrasah dan perbuatan yang berpedoman Tsanawiyah

merupakan

suatu

pada syari’at Allah. Pembelajaran tindakan melatih pikiran siswa Akidah Akhlak bukan sekedar sedemikian rupa sehingga dalam “transfer of knowledge” ataupun sikap

hidup dan

tindakan

“transfer of training”. Tetapi lebih

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

merupakan suatu sistem yang ditata membaca segala yang tersirat di atas pondasi keimanan dan

didalam ciptaan Allah. kesalehan. Pembelajaran Akidah

Pembelajaran Akidah Akhlak Akhlak adalah suatu sistem yang

sangat penting bagi kelangsungan terkait secara langsung dengan

hidup seorang di dunia dan di Allah. Pembelajaran Akidah Akhlak

Juga membuat adalah suatu kegiatan yang

akhirat.

pengatahuan manusia berkembang. mengarahkan

Akidah Akhlak mengajarkan

diartikan sebagai suatu kegiatan seseorang sejalan dengan nilai nilai

perkembangan

yang bertujuan untuk membentuk akhlakul karimah.

agamis dengan Menurut M Arifin, seluruh

manusia

menanamkan keimanan, amaliah rangkaian pembelajaran Akidah

dan akhlak al karimah untuk Akhlak telah diatur sedemikian rupa

menjadi manusia yang bertakwa dalam al qur’an. Allah befirman

kepada Allah swt. dalam Surat Al-Alaq.

Pembelajaran Akidah Akhlak merupakan

sistem untuk

meningkatkan

kualitas hidup

manusia dalam segela aspek

kehidupan. Pembelajaran Akidah Bacalah dengan (menyebut)

Akhlak merupakan proses budaya nama Tuhanmu Yang menciptakan.

untuk meningkatkan harkat dan Dia telah menciptakan manusia dari

manusia yang segumpal darah. Bacalah dan

martabat

sepanjang hayat. Tuhanmulah Yang Paling Pemurah.

berlangsung

Pembelajaran Akidah Akhlak selalu Yang mengajar (manusia) dengan

berkembang, selalu dihadapkan perantaraan

pada perubahan zaman. Untuk itu, mengajarkan kepada manusia

kalam.

Dia

mau tak mau Pembelajaran Akidah apa yang tidak diketahuinya.

Akhlak harus dirancang khusus (QS.Al-Alaq:1-5).

irama perubahan Dalam Pembelajaran Akidah

mengikuti

tersebut. Apabila Pembelajaran Akhlak, membaca adalah kunci

Akidah Akhlak tidak mengikuti irama segala ilmu pengetahuan. Dengan

perubahan, maka jelas ketinggalan membaca, berarti ia telah belajar

dengan lajunya perkembangan dan mendidik diri sendiri. Ayat

sendiri. Menurut tersebut menunjukkan, jika manusia

zaman

itu

siklus perubahan tanpa belajar, niscaya tidak dapat

Asmaran,

pembelajaran Akidah Akhlak dapat mengetahui segela sesuatu yang ia

sebagai berikut; butuhkan

dijelaskan

(1).Pemelajaran dari masyarakat, di hidupnya di dunia dan akhirat.

bagi

kelangsungan

disain mengikuti irama perubahan Pengetahuan

kebutuhan masyarakat. berkembang jika diperoleh melalui

pada peradaban proses belajar mengajar. Diawali

Misalnya;

masyarakat agraris dan kebutuhan dengan

masyarakat pada era tersebut. dengan pena. Membaca dalam arti

kemampuan

menulis

Begitu juga pada peradaban luas, yaitu tidak hanya membaca

masyarakat industrial dan informasi. melalui tulisan, melainkan juga

Pembelajaran Akidah Akhlak didesain mengikuti perubahan dan

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

kebutuhan masyarakat pada era segala sumber hukum Islam. Al- moderen.

Qur’an dan Al-Sunnah merupakan Demikian siklus perkembangan

jalan hidup dan pedoman hidup perubahan Pembelajaran Akidah

bagi umat manusia. Akhlak. Untuk itu perubahanya

pelaksanaannya harus relavan dengan perubahan

Dalam

Pembelajaran Akidah Akhlak harus zaman dan kebutuhan masyarakat

menjiwai nilai-nilai ajaran yang pada era tersebut, baik pada

terdapat dalam al-Qur’an dan al- konsep, materi dan kurikulum. Juga

sunnah. Apapun bentuk dan muatan proses, fungsi dan tujuan lembaga-

Akidah Akhlak lembaga pendidikan.

Pembelajaran

mengandung nilai-nilai suci agama Strategi pembelajaran Akidah

Islam. Oleh karena itu, tepat sekali Akhlak di era sekarang ini,

bahwa jiwa pembelajaran Akidah dihadapkan

Akhlak adalah akhlakul karimah. kehidupan

pada

tantangan

Untuk dapat mewujudkan Pembelajaran Akidah Akhlak harus

manusia

modern.

al-karimah setiap diarahkan

akhlak

pelaksanaannya, ada dua hal pokok perubahan masyarakat modern.

pada

kebutuhan

ada di setiap Dalam

yang

harus

kegiatannya yaitu; 1). Muatan perubahan,

menghadapi

suatu

Pendidikan Akidah Akhlak itu disain paradigma baru didalam

“diperlukan”

suatu

sendiri; Ibn Miskawaih, seorang menghadapi

tuntunan-tuntanan tokoh filosof dan ulama’ besar yang baru. Apabila tantangan-

mengatakan cita-cita tantangan baru tersebut dihadapi

Islam,

pendidikan Islam adalah untuk dengan menghadapi paradigma

dan membentuk lama, maka segala usaha yang

mewujudkan

pribadi mulia, yang lahir dari dijalankan

perilaku-perilaku luhur (akhlak al- kegagalan.

dapat

mengalami

kariimah). Pembentukan kesadaran Pembelajaran Akidah Akhlak

dan sikap yang baik terhadap sasaranya adalah pembentukan

lakunya yang akan watak, sikap, tingkah-laku bahkan

tingkah

diperbuat dalam kehidupan manusia pendewasaan seluruh aspek-aspek

sehari-hari itu, itulah inti pendidikan kepribadian anak, karena anak

Islam. Karena akhlak adalah sikap lebih banyak waktunya bersama

jiwa seseorang yang mendorongnya orang tua, maka Pembelajaran

untuk melakukan sesuatu perbuatan akhlak juga dilakukan oleh orang

tanpa melalui pertimbangan. 2). tua. Keluarga adalah yang paling

untuk menumbuhkan utama karena adanya pertalian

Memacu

kesadaran berakhlak al-karimah; Ini darah antara orang tua dan anak.

merupakan kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada

Pembelajaran Akidah Akhlak siswa-siswanya.

Apapun ilmu mutlak dilaksanakan bagi umat

dan out put Islam. Islam sendiri bermakna

pengetahuan

pembelajaran yang di bawa seorang pembelajaran bagi manusia, agar guru harus mengandung nilai-nilai hidup selamat, aman dan sentosa. kesadaran untuk berakhlak baik. Ini Pelaksanaan Pembelajaran Akidah

maknanya, bahwa Pembelajaran Akhlak didasarkan pada Al-Qur’an Akidah Akhlak yang dilaksanakan dan Al-Sunnah sebagai sumber dari dalam rangka pendekatan diri pada

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

Allah swt bukan malah orang yang terletak pada 3 hal: Pertama; berilmu dan berperadaban tinggi

Keridhoan Allah swt merupakan malah jauh dari Sang Khalik. Inilah

tujuan hidup muslim. Keridhoan yang akan diwujudkan dalam

Allah swt ini menjadi standar akhlak strategi

yang tinggi dan menjadi jalan bagi Akhlak.

Pembelajaran

Akidah

evolusi akhlak kemanusiaan. Sikap Akhlak

mencari keridhoan Allah swt ajaran Islam adalah salah satu

al-kariimah

dalam

memberikan sangsi akhlak untuk pembelajaran pokok. Akhlak dalam

mencintai dan takut kepada Allah Islam mencakup hubungan manusia

pada gilirannya dengan sesama manusia, manusia

swt

yang

mendorong manusia untuk mentaati dengan

Sang Khaliknya dan hukum Allah tanpa paksaan dari manusia dengan alam sekitarnya.

luar. Dengan dilandasi iman kepada Begitu pentingnya akhlak dalam

Allah swt manusia terdorong untuk ajaran

mengikuti bimbingan akhlak secara Muhammad saw di utus oleh Allah

Islam sehingga

Nabi

sungguh-sungguh dan jujur seraya swt ke bumi ini dengan mengemban

berserah diri dengan ikhlas kepada tugas utama sebagai penyempurna

Allah swt. Kedua; Semua lingkup akhlak manusia.

kehidupan manusia ditegakkan di Pembelajaran Akidah Akhlak

atas akhlak Islami, sehingga akhlak yang

Islami berkuasa penuh atas semua keseluruhan tatanan yang terdiri

dimaksudkan

adalah

urusan kehidupan manusia. Hawa dari komponen yang satu dengan

nafsu dan visted interest picik tidak yang lainnya saling mempengaruhi.

di beri kesempatan menguasai Bekerja dalam satu kesatuan dan

kehidupan manusia. Akhlak Islami keterpaduan

keseimbangan Berorientasi kepada nilai-nilai Islam

dalam semua aspek kehidupan yang

ditekankan pada action manusia individu maupun sosial. system.

Melindunginya sejak anak dalam Akhlakul karimah dijadikan

buaian hingga keliang lahat. Ketiga; kerangka acuan untuk berperilaku

Islam menuntut manusia agar yang diajarkan oleh agama Islam.

melaksanakan sistem kehidupan Wahyu Allah swt diturunkan kepada

yang didasarkan atas norma-norma utusan-Nya

kebajikan dan jauh dari kejahatan. sebagai

Muhammad

saw

Ia memerintahkan perbuatan yang Pembelajaran

uswatun

hasanah.

ma’ruf dan menjauhi kemungkaran. bersifat menyeluruh, bulat, terpadu,

Akidah

Akhlak

Manusia di tuntut menegakkan tidak

keadilan dan menumpas kejahatan bagian-bagian yang satu sama lain

terpecah-pecah

menjadi

dalam segala bentuknya. Kebajikan berdiri

harus dimenangkan dari kejahatan. kebulatan nilai mengandung aspek

sendiri-sendiri.

Suatu

Getaran hati nurani harus dapat normative (kaidah/pedoman) dan

mengalahkan perilaku jahat dan operatif (menjadi landasan amal

nafsu rendah.

perbuatan). Tanpa pendidikan yang tepat Strategi Pembelajaran Akidah

(sesuai dengan ajaran agama) Akhlak tercakup di dalam sistem

manusia akan tidak beradab dan nilai Islami. Menurut al-Maududi

tidak bermoral. Pendidikan yang memiliki ciri-ciri sempurna. Ciri itu

secara umum mengandung fungsi

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

sosiologis dapat memungkinkan ditimbulkan akibat ulah manusia, mengarahkan kehidupan manusia

misalnya: upacara persembahan, menjadi

ruatan dan mengorbankan sesuatu. beradab. Islam sebagai agama

Kedua: Akhlak Pada Sesama yang

Manusia. Secara alamiah, manusia hendak

membangun

peradaban,

sering dikatakan sebagai mahluk perilaku manusia melalui proses

mewujudkan

seluruh

sosial. Artinya manusia tidak dapat pendidikan

hidup dan berkembang dengan baik perilaku yang searah dan sejalan

menjadi

perilaku-

tanpa bantuan dan interaksinya dengan nilai-nilai agama.

pada orang lain. Hubungan manusia Melihat

dengan sesama manusia adalah kecendrungan fitrah manusia dalam

keadaan

dan

rangka memenuhi perkembangan hidupnya

dalam

kebutuhan-kebutuhan hidup muatan pendidikan Akidah Akhlak

maka

manusia yang komplek tersebut. mencakup hal-hal sebagai berikut:

Baik itu kebutuhan-kebutuhan yang Pertama: Ahklak Kepada Allah.

bersifat fisik ( jasmaniyah) maupun Secara naluri, manusia mengakui

kebutuhan-kebutuhan yang bersifat kekuatan dalam kehidupan ini di

( rohaniyah). Subtansi luar dirinya. Hal ini dapat di lihat

psikis

manusia itu pada ketika manusia mengalami kesulitan

hubungan

pokoknya dalam rangka saling kesulitan hidup, musibah, dan

kebutuhan masing- berbagai

memenuhi

masing. Akhlak sebagai aturan mengeluh dan meminta pertolongan

bencana.

Ia akan

hubungan memberikan batasan- kepada sesuatu Yang Serba Maha,

tentang perbuatan- yang dapat membebaskannya dari

batasan

perbuatan yang harus diperbuat dan keadaan itu. Ini dialami setiap

perbuatan-perbuatan yang harus manusia ( tidak membedakan warna

ditinggalkan untuk keharmonisan kulit, bangsa, tempat tinggal dan

interaksi. Islam adalah agama yang bahkan agama sekalipun), dalam

sesuai dengan fitrah manusia, keadaan ini manusia terjepit dan

mengatur moral atau akhlak antara tidak berdaya. Naluriah ini yang

sesama manusia yang harus membawa kepada akhlak manusia

dipatuhi. Akhlak terhadap sesama dan Sang Khaliknya. Pada manusia

manusia adalah mutlak dilakukan primitif, kondisi ini menimbulkan

oleh seseorang tanpa terbatas oleh kepercayaan

waktu, kondisi, tempat, agama dan dinamisme. Adapun perbuatan-

animisme

dan

budaya. Berakhlak dan bermoral perbuatan bentuk penghormatan

adalah fitrah manusia sebagai pada Tuhannya dapat berupa: a).

yang paling tinggi Sesajian-sesajian

makhluk

derajatnya dibandingkan dengan pohon besar, batu, gunung, sungai

pada pohon-

makhluk lainnya. Ketinggian derajat sungai, laut dan benda alam

dan martabat manusia karena moral lainnya. b). Pantangan-pantangan

dan akhlak yang akan membentuk ( tabu) yaitu perbuatan-perbuatan

peradaban luhur manusia. Kalau atau ucapan ucapan yang dianggap

ada manusia yang tidak bermoral, dapat

ia mengingkari ( kemarahan) kepada kekuatan yang

fitrahnya sehingga orang yang dianggap maha itu. c). Menjaga dan

hidupnya demikian tidak akan menghormati

kemurkaan

yang

pernah menemukan kebahagiaan

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

dan ketentraman yang abadi dalam saat ini adalah adanya beberapa hidupnya. Inilah yang harus menjadi

komponen pembelajaran yang di bahan

anggap kurang memadai, seperti menanamkan moral pada anak.

perenungan

dalam

kurikulum yang out-of-date dan Bentuk moral pada manusia ini

kontekstual, tenaga meliputi: akhlak pada diri sendiri

tidak

kependidikan yang kurang qualified, dan manusia di sekitarnya. Ketiga:

sarana dan prasana yang kurang Akhlak Pada Lingkungan.

mendukung dan lemahnya political Sejak manusia ada di muka

bargaining dalam menentukan nasib bumi,

lembaga pendidikan islam sehingga menggantungkan

mereka

hidup

setiap pengambilan Mula-mula manusia hidup secara

tentang legislasi berpindah-pindah

keputusan

pembelajaran Akidah Akhlak relatif mencari

(nomaden)

di nomorduakan. menyediakan hidup dan makan.

tempat-tempat

yang

tersebut pada Mereka lalu berpindah-pindah dari

Evaluasi

merupakan bentuk suatu tempat ketempat lain setelah

dasarnya

terhadap realitas bahan makanan habis dan tidak di

introspeksi

pembelajaran Akidah Akhlak yang dapat. Selanjutnya semakin lama

masih ada ketimpangan sangat semakin maju kehidupan manusia,

tajam antara das sein dengan das sehingga ada yang bercocok tanam,

sollen, antara is dan ought-to. berdagang, pegawai dan berbagai

Akidah Akhlak macam profesi. Namun seiring

Pembelajaran

mampu mencetak dengan

diharapkan

pribadi muslim yang optimal secara manusia

kemajuan

kehidupan

fisik, ruhani, intelektual dan sosial ketergantungan dan kebutuhannya

bukan

berarti

ternyata masih jauh panggang dari terhadap alam semakin berkurang.

api.

Mereka tetap membutuhkan alam

persoalan jauh sekitarnya bagi kemakmuran dan

Disamping

dari api, adanya kesejahteraan hidupnya. Untuk itu

panggang

dualisme sistem manusia harus bisa menjaga

fenomena

pembelajaran Akidah Akhlak juga keharmonisan

merupakan persoalan yang rumit. dengan

hubungannya

Adanya fenomena dualisme sistem sekitarnya, yaitu dengan cara

pembelajaran Akidah Akhlak juga bermoral dan berakhlak yang baik

merupakan persoalan akut yang kepadanya.

terjadi hampir di semua dunia islam. Probelem dualisme sebenarnya

Ketiga materi

pokok

menifestasi cara Pembelajaran Akidah Akhlak di atas pandang terhadap ilmu yang masih adalah untuk berakhlakul karimah

merupakan

dikotomik, dimana ada ilmu agama pada Allah swt, sesama manusia, di satu sisi dan ilmu umum di sisi manusia dengan mahluk-mahluk lain. Ada ilmu agama yang dipilih- lainnya dan kepada lingkungan

dianggap dapat alam sekitar. Pada dasarnya segala “menghantarkan manusia menuju muatan dan isi pendidikan, ruh atau surga” dan ada ilmu umum yang di jiwanya adalah akhlak al-kariimah.

pilih,

anggap dapat ‘menghambat orang Persoalan yang di hadapi

meraih surga’.

dalam membangun Akidah Akhlak

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

lebih banyak sebenarnya sudah ada sejak

Kondisi yang

“memproduksi pahala”. peradaban islam mengalami era

Kondisi ini menjadikan umat kemunduran secara politik dan

menjalankan agama pada bentuk intelektual yang di tandai dengan

fikihnya saja. Padahal prilaku adanaya

terbentuk dari hasil pemahaman dikalangan umat Islam. Selain itu,

stagnasi

berpikir

terhadap nilai Akidah Akhlak, proses

keyakinan terhadap “sesuatu” yang pembelajaran pembelajaran Akidah

transformasi

dalam

serba “Maha”. Saat seorang ayah Akhlak pada lembaga formal, lebih

bangga terhadap anaknya yang mengedepankan nuansa fiqhiyah

hafal dan lancar baca doa makan (figh oriented) atau (fign minded)

hanya dalam bentuk formal bacaan. yang berorientasi pada benar-salah,

Anak tidak diberikan pemahaman pahala-dosa. Demikian juga pada

pada siapa pemberi rezeki makanan pembelajaran

yang sedang disantapnya. informal. Para mubaligh lebih

yang

bersifat

orang tua bangga menekankan metode “menakut-

Saat

anaknya hafal doa tidur, tanpa nakuti” jama’ah dengan berbagai

pemahaman sikap dimensi siksa kubur dan pedihnya

dibarengi

kepasrahan terhadap kekuasaan adzab api neraka.

yang dapat Setelah itu umat “di manjakan”

Allah

SWT

dan mencabut dengan “iming-iming” pahala yang

menghidupkan

nyawa kita setiap saat. Saat besar, dengan segala hitungan dan

anaknya disuruh bersedekah hanya kelipatannya. Proses pembelajaran

difahamkan bahwa pahala yang Akidah Akhlak berusaha untuk

didapatkan akan berlipat ganda, “mendramatisir” kelipatan pahala

bukan pada pemahaman bahwa ibadah-ibadah ritual; seperti pahala

sesungguhnya uang yang kita bulan ramadhan, berumrah pada

punya pada hakikatnya bukan milik bulan ramadhan, kelipatan pahala

kita. Akumulasi dari sistem ini orang

generasi yang berzakat.

yang bersedekah dan

terciptalah

metarialistik, angkuh dan sombong. dipengaruhi paradigma pahalaisme

Sehingga,

siswa

sesungguhnya sikap dan kekuatan yang semu.

Sebab

dermawan, tidak sombong hanya Pembelajaran Akidah Akhlak

ditanamkan dengan mestinya memiliki visi pencerahan

bisa

pemahaman yang utuh terhadap (enlighment) membebaskan umat

ketauhidan bahwa hanya Allahlah dari keterbelengguan (kejumudan)

Yang Maha kaya dan berkuasa atas berfikir

luas, optimisme

dan

sesuatu.

paradigma etos kerja. Namun Kondisi dan sikap peserta didik, kebanyakan guru mengajar dengan

oleh fakta yang gaya

di dukung

cenderung kepada krisis akhlak; paradigma reward dan punishment

berceramah

dengan

terjadinya tawuran antar sekolah, tanpa mengambil makna ibadah

geng-geng motor, yang

membentuk

hubungan seks diluar nikah, dan Paradigma

sesungguhnya

(hakiki).

seterusnya. Hal ini disebabkan oleh pahala dan sejenisnya, pahala

fighiyah,

kelipatan

pembelajaran Akidah sholat mana yang lebih besar atau

strategi

Akhlak yang tidak menunjukkan

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

pada penanaman rasa cinta dan hidup ini, tetapi dengan bertasawuf kasih sayang.

orang lebih memiliki akhlak yang Strategi pembelajaran Akidah

baik kepada sesama, memiliki Akhlak melalui pendekatan sufistik

kepedulian dan perhatian kepada untuk madrasah tsanawiyah di

orang-orang yang tidak mampu. Provinsi Riau diharapkan dapat

Strategi pembelajaran Akidah pembentukan

Akhlak mengutamakan pendekatan keagamaan dan memiliki peran

sikap

realitas

dengan tidak yang sangat signifikan. Oleh karena

sufistik,

menggabungkan ilmu fikih. itu, sebagai proses sosial, maka

Alasannya, tidak jarang terjadi Strategi

perselisihan. Karena perbedaan Akhlak melelalui pendekatan sufistik

pembelajaran

Akidah

pendapat, selalu datang dari fikih. untuk madrasah tsanawiyah di

nabi adalah Provinsi Riau merupakan wahana

Misi

penting

penegakkan akhlak mulia. Bahkan bagi pembelajaran Akidah Akhlak

hadits, yang untuk

banyak

mentransmisikan ajaran- menghubungkan antara iman, ajaran Islam. Dengan konsep dasar

akhlak. Hal ini sebagai proses alih nilai (transfer of

islam,

dan

menegaskan bahwa ukuran orang value) dan alih pengetahuan

beriman adalah akhlaknya. (transfer of knowledge), maka

Adapun beberapa faktor pembelajaran

dari strategi berperan penting bagi usaha

pembelajaran Akidah Akhlak melalui menanamkan

pendekatan sufistik untuk madrasah kepada pemeluknya.

nilai-nilai

islam

tsanawiyah secara positif adalah: Nilai-nilai dan pengetahuan ini,

1. Situasi lembaga sekolah kemudian

berpadu

dan

yang baik dan bermutu; terejawantah dalam pembentukan

2. Pengajar atau tenaga sikap dan prilaku keagamaan pendidik berkwalitas baik, seseorang. Jika dalam proses sarjana yang berkompeten, pembelajaran Akidah Akhlak di berkwalifikasi baik sesuai ajarkan sebagai sesuatu yang berstandar nasional; doktriner dan eksklusif, maka

belajar yang output-nya

3. Teman

cenderung bersikap mendukung

untuk kaku dan eksklusif pula. Sebaliknya, berkompetisi secara sehat, jika

Akidah Akhlak

diajarkan

menyenangkan dan selalu sebagai sesuatu yang terbuka,

bersahabat; dengan sisi-sisi akhlakul karimah,

4. Program pembelajaran maka hasilnya adalah manusia yang diberikan bermutu dengan segala keunikan dan dan berkwalifikasi baik, keberadaannya.

yang diperoleh Strategi pembelajaran Akidah menjadi baik. Akhlak lebih menitikberatkan pada

hasil

dimensi akhlak dan prilaku sufistik

utama strategi dalam mendekatkan diri kepada

Konsep

pembelajaran Akidah Akhlak melalui Allah,

pendekatan sufistik untuk madrasah bertasawuf bukan berarti membuat

bukan fiqih.

Karena

tsanawiyah adalah: orang islam semakin hanyut dalam

kepasrahan dalam menghadapi

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

sedangkan pada individu;

a. Penghargaan

terhadap

informan,

penggunaan pedoman wawancara

b. Pertanggung

mempersiapkan individu; dan

sebelum interaksi

c. Kesempatan

informan. Pedoman untuk berhasil.

bersama

dengan

wawancara disusun berpijak pada Dalam strategi pembelajaran

penelitian yang Akidah Akhlak melalui pendekatan

permasalahan

sudah ditentukan peneliti. sufistik untuk madrasah tsanawiyah

berperan pasif , dapat memacu peserta didik untuk

Observasi

dalam penelitian disertasi ini berusaha mempelajari materi dan

adalah untuk mengamati proses saling memacu belajar mereka

pembelajaran yang untuk bersaing agar berhasil.

kegiatan

dilakukan guru Akidah akhlak. Peneliti akan mengamati secara

METODE PENELITIAN

langsung

sejauh mana civic knowledge, civic disposition, dan

Penelitian ini menggunakan civic skill terimplementasi dalam metode

penelitian

kualitatif

pembelajaran Akidah deskriptif dengan desain embaded Akhlak. Objek yang diamati adalah: case study. Subjek penelitian terdiri (1) kegiatan guru dan peserta didik Guru Akidah Akhlak dan siswa kelas

kegiatan

proses kegiatan VII

selama

Madrasah Tsanawiyah

di

(2) materi Propinsi Riau. Sedangkan informan pembelajaran yang dikembangkan penelitian

pembelajaran,

terdiri dari

Kepala

guru, (3) metode dan media yang Sekolah, anggota MGMP Akidah

selama proses Akhlak. Tehnik pengumpulan data

dipergunakan

(4) evaluasi dengan wawancara, observasi dan pembelajaran, (5) sarana dan dokumentasi.

prasarana penunjang, (6) kondisi dengan tehnik trianggulasi metode dan lingkungan sekolah. dan sumber. Tehnik analisis data

dokumen adalah menggunakan

data-data tertulis interaktif

pembelajaran Akidah Akhlak. Data- analysis)

meliputi perangkat pengumpulan data, reduksi data, pembelajaran, catatan insidental penyajian data, dan verifikasi.

data

itu

pembelajaran Wawancara mendalam dipilih berlangsung, jurnal mengajar guru, karena sifat wawancara dalam dan data evaluasi pembelajaran. penelitian kualitatif lentur dan Analisis diarahkan pada muatan terbuka, tidak berstruktur secara perangkat silabus, RPP, sintak atau ketat, serta tidak pada suasana skenario pembelajaran, evaluasi formal.

dan catatan-catatan insidental guru mendalam

peneliti

dapat

Akidah Akhlak. Melalui analisis mengonstruksi informasi, kejadian, dokumen ini untuk mengetahui kegiatan,

perasaan,

motivasi,

implementasi civic knowledge, civic kepedulian,

dan

harapan.

disposition, dan civic skill dalam Wawancara informal mengandalkan satu proses kegiatan pembelajaran. pertanyaan spontan yang muncul

pada saat interaksi

dengan

KERANGKA TEORI

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

a. Langkah Pendekatam Sufistik

berilmu pengetahuan luas dan memiliki kedalaman spiritual. Yaitu

Proses pembelajaran akidah lahirnya seorang

yang pandai akhlak merupakan suatu upaya menggunakan akalnya dan seorang yang

terstruktur

untuk

yang benar menggunakan hatinya, membentuk manusia

yang

hal ini merupakan harapan besar berkarakter

sesuai

dengan

dari terselenggarakannya suatu konsekuensinya sebagai seorang

pendidikan. Karena apabila hanya muslim. Berdasarkan

pada apa

pandai, maka yang disebutkan dalam Undang- kepandaian yang dimiliki akan dapat Undang sistem pendidikan nasional

menyandang

dikendalikan oleh nafsunya. Apabila tentang

pendidikan,

yang

dia hanya menyandang benar, mengatakan bahwa Pendidikan maka kebenarannya tersebut tidak adalah usaha sadar dan terencana

dapat menembus dunia rasional untuk mewujudkan suasana belajar

Maka sangat dan proses pembelajaran agar diharapkan antara pandai dan benar peserta

ini dapat berjalan berdampingan mengembangkan potensi dirinya untuk menuju insan kamil yang untuk memiliki kekuatan spiritual dicita-citakan dalam pendidikan. keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak

b. Pengertian Pendekatan Sufistik

mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, Istilah “pendekatan” secara bangsa, dan negara. Maka tujuan

morfologis berasal dari kata “dekat”. pendidikan yang mendasar adalah

Istilah tersebut secara leksikal mengembangkan

berarti jarak dekat dan akrab. peserta didik, baik kognitif, afektif,

potensi

diri

Secara etimologi (bahasa) berarti maupun

proses, perbuatan atau cara bahasa yang lain, pada diri manusia

psikomotorik.

Dengan

mendekati. Dalam perspektif terdapat 3 kecerdasan; intelektual,

istilah pendekatan emosional, dan spiritual yang harus

terminologi,

berarti paradigma yang terdapat dikembangkan

melalui langkah dalam suatu disiplin ilmu tertentu pendidikan.

yang selanjutnya dipergunakan Hakekat pembelajaran akidah

untuk memahami suatu masalah akhlak sebenarnya adalah proses

tertentu.

yang selalu terkait dengan nilai-nilai Sufistik berasal dari transendensi vertikal (ketauhidan).

berarti bersih, Karena itu, pemaknaan pendidikan

kata shafa yang

sehingga kata shufi memiliki makna merupakan

orang yang hatinya tulus dan bersih keunggulan

perpaduan

antara

spirituan dengan dihadapan Rabb-nya. Ada pendapat kultural.

lain yang mengatakan berasal dari memaksimalkan

Sebagai

upaya

kata shuffah yang berarti serambi pembelajaran

proses

masjid Nabawi di Madinah yang dilakukan proses pembelajaran

akidah

akhlak

ditempati oleh para sahabat Nabi dengan pendekatan sufistik.

sederhana dari Tujuan

yang

hidup

golongan Muhajirin. Mereka itu pembelajaran akidah akhlak adalah

dari

proses

disebut dengan ahlu as-suffah. Ada munculnya

orang-orang

yang

juga pendapat yang mengatakan

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

mendekatkan diri dengan bahasa Yunani shopos yang berarti

bahwa kata shufi berasal

dari

realitas mutlak, maka ia hikmah.

akan dapat berkomunikasi Kata sufistik sepadan dengan

berada sedekat kata tasawuf. Kata tasawuf secara

dan

mungkin dihadirat-Nya terminologis

akan merasakan subjektifitas masing-masing sufi,

kelezatan spiritual yang maka

didambakan. mengklasifikasikan sufistik menjadi

Ibrahim

Basyuni

Harun Nasution mendefinisikan

sebagai ilmu yang elemen-elemen, yakni:

3 macam yang menunjukkan

tasawuf

mempelajari

cara dan jalan

1. Al-bidayah sebagai bagaimana orang Islam dapat pengalaman ahli sufi tahap

sedekat mungkin dengan Allah SWT pemula, yang mengandung

agar dapat memperoleh hubungan arti

dengan-Nya, artinya secara fitrahnya sadar dan

bagaimana diri seseorang dapat mengakui bahwa semua

betul-betul berada di kehadirat-Nya. yang ada ini tidak dapat

sufistik adalah menguasai dirinya sendiri

Intisari

dari

kesadaran adanya komunikasi dan karena dibalik yang ada

dialog antara ruh manusia dengan terdapat realitas mutlak,

realitas mutlak (Allah) yang dapat dan elemen ini dapat

diperoleh dengan melalui beberapa disebut

sebagai

tahap

usaha tertentu.

kesadaran tasawuf. Terkait dengan tujuan dari

2. Al-mujahadah sebagai sufistik adalah sebagai bentuk pengamalan praktis ahli

pengabdian seseorang terhadap sufi yang merupakan tahap

Rabb-nya dalam melaksanakan perjuangan keras, karena

salah satu tugasnya yaitu sebagai jarak

seorang ‘Abdun (hamba), disamping dengan realitas mutlak

antar

manusia

ia juga sebagai seorang khalifah yang mengatasi semua

(pemimpin). Dalam sufistik tidak yang ada bukan jarak fisik

ada tingkatan yang lebih tinggi yang berupa rintangan dan

dibanding tingkatan kehambaan hambatan, maka dari itu

( a’bdiyyat) dan tidak ada kebenaran diperlukan

yang lebih tinggi diluar Syariah. dan perjuangan yang keras untuk

c. Inti Ajaran

Sufistik dalam

menempuh jarak tersebut

Pembelajaran Akidah Akhlak

dengan cara menciptakan Ada tiga pendekatan pokok kondisi tertentu untuk dapat

yang dapat mendekatkan diri dengan

ajaran sufistik

dikembangkan dalam pembelajaran realitas mutlak.

akidah akhlak, antara lain adalah:

3. Al- Madzaqat sebagai pengalaman

dari

segi

1. Tasawuf Akhlaqi

Dalam pandangan kaum sufi, seseorang

manusia cenderung mengikuti hawa melewati hambatan dan

telah

lulus

daripada manusia rintangan

nafsunya,

untuk

mengendalikan hawa nafsunya.

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

Keinginan untuk menguasai dunia melenyapkan dorongan atau berusaha agar berkuasa di

hawa nafsu jahat. dunia sangatlah besar. Cara hidup

b). Tahalli, yakni mensucikan seperti ini menurut Al-Ghazali, akan

dengan sifat-sifat membawa

diri

terpuji, dengan ta’at lahir kehancuran akhlak.

manusia

kejurang

dan taat batin. Tahalli Dalam hal ini rehabilitas kondisi

menghiasi diri mental yang tidak baik adalah bila

berarti

dengan jalan membiasakan terapinya hanya didasar pada aspek

diri dengan sifat dan sikap lahiriyah saja. Itu sebabnya pada

serta perbuatan yang baik. tahap awal kehidupan sufistik

Berusaha agar dalam diharuskan melakukan amalan-

setiap gerak perilaku selalu amalan atau latihan-latihan rohani

berjalan di atas ketentuan- yang cukup. Tujuanya adalah untuk

Yang dimaksud membersihkan jiwa dari nafsu yang

Nya.

dengan

tidak baik untuk menuju kehadirat ketaaatan lahir (luar) dalam Illahi. i

hal ini adalah kewajiban Adapun bentuk dari latihan-

yang bersifat formal seperti latihan

jiwa (riyadloh) yang salat, puasa, zakat, haji dilakukan ahli tasawuf dalam

sebagainya. menuju kehadirat Illahi dilakukan

dan

Sedangkan yang dimaksud dengan melalui tiga level (tingkatan)

dengan

yakni: takhalli, tahalli, dan Tajalli. ketaatan batin (dalam) adalah seperti iman, sabar,

a). Takhalli, berarti tawadlu’, wara’, ikhlas dan membersihkan diri dari lain sebagainya. sifat- sifat tercela, dari c). Tajalli, berarti maksiat lahir dan maksiat terungkapnya nur batin. Di antara sifat-sifat ghaib (cahaya gaib) untuk tercela yang mengotori jiwa hati. Tajalli ialah lenyap (hati)

manusia

adalah

atau hilangnya hijab dari hasad (dengki), hiqd (rasa sifat-sifat

kebasyariahan mendongkol), su’u

al-

(kemanusiaan). Usaha ini zann (buruk

sangka),

dimaksudkan untuk takkabur (sombong), pemantapan

dan ‘ ujub (membanggakan pendalaman materi yang diri), riya’ (pamer), bukhl (ki telah dilalui pada fase kir), dan ghadab(pemarah). tahalli, maka rangkaian Takhalli

juga

berarti

pendidikan mental itu mengosongkan diri dari

disempurnakan pada fase sikap

ketergantungan

tajalli.

terhadap kelezatan hidup duniawi. Hal ini akan dapat

Langkah untuk melestarikan dicapai

dan memperdalam rasa ketuhanan, menjauhkan

dengan

jalan

ada beberapa cara yang diajarkan kemaksiatan dalam segala

diri

dari

kaum sufi, antara lain adalah: bentuknya dan berusaha

a). Munajat, artinya melaporkan diri kehadirat

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

Allah atas segala aktifitas melalui aspek lahir dan batin, yang yang dilakukan.

mana kedua aspek tersebut dalam b). Muraqabah

agama dibagi menjadi 4 (empat) Muhasabah,

dan

bagian, yaitu:

muraqabah adalah

a. Syari’at, adalah undang- senantiasa

undang atau garis-garis dengan hati kepada Allah

memandang

yang telah ditentukan dan selalu memperhatikan

termasuk di apa yang diciptakan-Nya

yang

dalamnya hukum-hukum dan tentang hukum-hukum-

halal dan haram, yang Nya.

diperintah dan yang Sedangkan muhasabah ada

dilarang, yang sunnah, lah selalu memikirkan dan

makruh, mubah, dan lain memperhatikan apa yang

sebagaonya. Dengan kata telah diperbuat dan yang

ini merupakan akan diperbuat; dan ini

lain

peraturan. muncul dari iman terhadap

b. Thoriqot, adalah tata cara hari

kiamat). melaksanakan syari’at ya c). Memperbanyak wirid dan

ng telah digariskan dalam dzikir.

agama dan dilakukan d). Mengingat mati.

karena e). Tafakkur, adalah

hanya

penghambaan diri kepada memikirkan, merenungkan

berfikir,

Allah. Dengan kata lain ini atau meditasi atas ayat-

merupakan pelaksanaan. ayat

c. Hakekat, adalah aspek fenomena alam.

dari syari’ah yang bersifat lahiriyah, yaitu

2. Tasawuf Amali

aspek bathiniyah. Dapat juga diartikan sebagai

Pada dasarnya tasawuf amali rahasia yang paling dalam adalah kelanjutan dari tasawuf dalam dari segala amal akhlaki, karena seseorang tidak atau inti syari’ah. Dengan dapat hidup disisi-Nya dengan kata lain ini merupakan hanya mengandalkan amalan yang keadaan

yang dikerjakan

sebelum

ia

sebenarnya atau membersihkan dirinya. kebenaran sejati. Jiwa yang bersih merupakan

d. Ma’rifat, adalah syarat utama untuk bisa kembali pengetahuan

mengenai kepada Allah, karena Dia adalah

melalui Maha Bersih dan Maha Suci dan hati (qalb).Dengan

Tuhan

kata hanya

menginginkan

atau

ini merupakan menerima orang-orang yang bersih. pengenalan Tuhan dari Manusia diharapkan mampu dekat. mengisi

Untuk berada dekat pada Allah dibersihkan dari sifat-sifat tercela)

seorang sufi harus dengan cara memahami dan menempuh jalan panjang yang mengamalkan

berisi station-station yang disebut

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

dengan maqamat. Beberapa keilmuan, spritualitas, kejiwaan, urutan maqamat yang

ekonomi sosial. Tingkat kecerdasan oleh Harun Nasution adalah; taubat,

disebutkan

ini, juga tidak selalu dilambangkan zuhud, sabar, tawakal, dan rida’. Di

kualitas pemahaman kita atas atas maqamat ini

sesuatu hal, menentukan tingkat lagi; mahabbah,

ada

kecerdasan kita pada hal tersebut baqa’, serta ittihad.

ma’rifat,

fana’

dengan kejeniusan otak atau istilah maqamat, ada

Selain

kemampuan menganalisa sesuatu, istilah ahwal yang

juga

karena ia melibatkan kedalaman kondisi mental. Dalam hal ini ada

merupakan

hati (deep insight), pemahaman, beberapa tingkah yang sudah

dan kearifan.

mashur, yaitu; khauf, raja’, syauq,

dari penciptaan uns, dan yaqin.

Tujuan

manusia oleh Allah swt, adalah sebagai ‘abd

(hamba) dan

3. Tasawuf Falsafi

sekaligus khalifah (pemimpin) di Adalah tasawuf yang ajaran-

muka bumi, yang di dalamnya ajarannya memadukan antara visi

terdapat berbagai persoalan hidup mistis dengan visi rasional. Hal ini

yang harus dihadapi. Akan tetapi berbeda dengan tasawuf akhlaki

berbagai permasalah kehidupan dan amali, yang masih berada pada

akan dapat dengan mudah diatasi ruang lingkup tasawuf suni seperti

apabila ada kedekatan seseorang tasawufnya al-Ghazali, tasawuf ini

Dalam hal ini, menggunakan terminologi falsafi

dengan-Nya.

pengembangan kepribadian dapat dalam pengungkapan ajarannya.

dalam proses Ciri umum tasawuf falsafi

dilakukan

pencapaian qalbun salim, karena adalah

kesamaran-kesamaran Allah swt. hanya dapat dekat ajarannya

dengan hati yang jernih. Dalam banyaknya

yang

diakibatkan

pencapaian qalbun peristilahan khusus yang hanya

salim inilah, diperlukan pendidikan bisa dipahami oleh mereka yang

responsif terhadap memahami ajaran tasawuf jenis ini. ii pengembangan hati nurani. Maka

yang

Kemudian tasawuf ini tidak dapat pendekatan sufistiklah yang mampu dipandang sebagai filsafat, karena

memerankan sebagai pendidikan ajaran dan metodenya didasarkan

memperhatikan terhadap pada

yang

rasa (dzauq). Beberapa

aspek ruhani.

paham tipe ini

Dalam buku “Pendidikan Islam adalah; fana’ dan baqa’,

antara

lain

dari Paradigma Klasik hingga hulul, wahdah al-wujud, dan isyraq.

ittihad,

Kontemporer” yang mengambil dari buku “psikologi sufi” menyebutkan

d. Peran Teori Sufistik Dalam

bahwa

perspektif para sufi

Pembelajaran Akidah Akhlak

mengatakan hakikat realitas adalah Tingkat pemahaman sesorang

spiritual karena segala sesuatu tentang Ahhal swt, juga menentukan

berasal dari sang pencipta. Dalam tingkat kecerdasan secara spritual

hal ini, ada hubungan paralel yang terhadap Allah. Dalam diri manusia

dapat dijelaskan lebih spesifik itu sendiri ada berbagai kecerdasan

antara realitas makrokosmos dan yang menyangkut hal-hal seperti

mikrokosmos, yaitu; dalam dunia makrokosmos terdapat tingkatan-

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

tingkatan realitas (alam materi, alam kelas guru mengajarkan siswa agar nasut,

menghargai perbedaan, alam jabarut, dan

alam malakut,

saling

menerima kehadiran kelompok, Sedangkan

alam lahut).

suku lain, pemahaman terhadap mikrokosmos (diir manusia) juga

dalam

dunia

perbedaan, latar belakang sosial terdapat lapisan-lapisan (lapisan

teman-temannya yang lain. fisikal, nafs, qalb, ruh, kesadaran

Bentuk/model strategi pembelajaran batin,

Akidah Akhlak untuk madrasah terdalam).

dan kesadaran

batin

tsanawiyah melalui pendekatan tersebut harus dilalui oleh jiwa

Beberapa

lapisan

sufistik di Provinsi Riau dalam manusia

realitas kegiatan pembelajaran, kesempurnaan (kedekatan dengan

untuk

mencapai

sangat dominan dalam Allah swt.).

guru

proses belajar Sedangkan

keseluruhan

mengajar. Dominasi guru dalam pengetahuan modern memandang

dalam

ilmu

belajar mengajar hakikat realitas adalah material.

kegiatan

lemahnya Teori modern mengatakan bahwa

menunjukkan

penggunaan metode atau model dunia yang dapat dikaji adalah

Pada dasarnya, dunia yang secara valid hanyalah

pembelajaran.

penggunaan metode atau model realitas objektif (alam materi/ lapis

yang akan fisikal atau yang memiliki sifat

pembelajaran

peserta didik kebendaan). Dalam hal ini, dapat

mendorong

berpartisipasi lebih aktif dalam dikatakan dengan sudut pandang

kegiatan pembelajaran dan dampak yang sangat dangkal, karena pada

pengiringnya akan terinternalisasi hakikatnya bahwa realitas itu

nilai-nilai dan teori-teori Akidah memiliki multi aspek, baik aspek

Akhlak melalui pendekatan sufistik. indrawi

Implementasi indrawi. Dengan demikian, perlu

Bentuk/model strategi pembelajaran adanya keseimbangan antara aspek

Akhlak telah ada material yang sangat rasional

Akidah

pengintegrasian materi pendidikan, dengan

pada kajian teori sangat bermanfaat irasional, dengan tujuan akhir maju

aspek

spiritual yang

untuk membangun harmoni sosial. dalam ilmu pengetahuan modern

Dalam pemahaman teori sosial dengan tetap membawa tanggung

kritis bahwa; setiap individu memiliki jawab sebagai hamba Allah swt.

kemandirian dalam menentukan pilihan,

sikap dan perbuatan

KESIMPULAN

dengan tetap mempertimbangkan kebersamaan dalam komunitas. Di

itu tumbuhnya pembelajaran Akidah Akhlak untuk

Pertama, Bentuk/model strategi

samping

penghargaan terhadap kreativitas madrasah

dan partisipasi individu sebagai pendekatan sufistik secara konsep

tsanawiyah

melalui

bagian dari upaya aktualisasi diri. dan

Bahwa pembelajaran Akidah Akhlak pembelajaran. Dalam pembelajaran,

dalam

pelaksanaan

melalui pendekatan sufistik telah guru

menanamkan tiga aspek penting akhlak dalam pembelajaran Akidah

mengeksplorasi

nilia-nilai

civic knowledge, civic Akhlak.

yaitu;

disposition, dan civic skill. Peserta pembelajaran Akidah Akhlak dalam

Bentuk/model

strategi

didik mempunyai Civic knowledge

Yatimin ; Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak Melalui Pendekatan Sufistik Untuk Madrasah Tsanawiyah Propinsi Riau

mengacu pada standar dengan

(pengetahuan) yang berhubungan

dan

kewarganegaraan, penilaian yang dilakukan meliputi memahami konsep-konsep tentang

penilaian proses dan penilaian kehidupan

mengetahui hal bernegara.

tersebut paling tidak ada dua cara mempunyai civic disposition (sikap)

Peserta

didik

penilaian, yaitu tes dan non tes. perilaku dan perbuatan sebagai

Bentuk tes, peserta didik diberikan warga negara yang bertanggung

soal dalam bentuk terstruktur yang jawab. Mempunyai sikap yang

terukur. Di samping itu penilaian terpuji, sikap dalam melakukan

non tes diperoleh melalui observasi perbuatan yang bermanfaat dan

di luar kelas terhadap perilaku atau dalam pergaulan sosial, bahwa

perbuatan siswa untuk memenuhi peserta didik mampu membawakan

hidden curriculum. Di mana hasil diri di tengah realitas sosial yang

evaluasi terhadap pembelajaran berbeda di antara mereka. Peserta

Akidah Akhlak menunjukkan baik, didik mempunyai civic skill- yaitu

sedang dan kurang. Ada faktor- keahlian sebagai warga negara

faktor penghambat yang dijumpai yang baik, yang tercermin dalam

dalam strategi pembelajaran Akidah keterampilan diri membawakan diri

Akhlak untuk madrasah Tsanawiyah dalam

melalui pendekatan sufistik di seperti kemampuan memimpin,

kehidupan

masyarakat,

Provinsi Riau. Hambatan pertama; kemampuan mengakui perbedaan,

karena keterbatasan waktu atau kemampuan dan kemandirian sikap.

jumlah jam waktu mengajar bagi Pada

para guru yaitu hanya 2 jam diharapkan tumbuh peserta didik

akhir

pembelajaran

pelajaran setiap minggu. Beban menjadi smart and good citizenship

pembelajaran (standar dalam konteks Indonesia yang

tujuan

kompetensi dan kompetensi dasar) multikultural.

yang harus dicapai begitu berat, harmonin sosial masyarakat mampu

Untuk

mencapai

sehingga berakibat peserta didik memahami

memungkinkan bisa perbedaan, sehingga peserta didik

mengelaborasikan materi mempunyai kemandirian dalam

pembelajaran secara optimal dalam sikap, kreatifitas dan partisipasi.

kehidupan sehari-hari. Solusi yang Arahnya peserta didik mempunyai

ditempuh para guru memasukkan civic knowledge tidak secara

siswa dalam kegiatan ekstra doktrinal, tetapi melalui upaya

kurikuler yang bisa menambah penyadaran, sehingga mempunyai

penguatan civic knowledge, civic local wisdom, dan betul-betul

skill, civic desposition. Hambatan diimplementasikan

kedua; keterbatasan sarana dan kehidupan sosial yang lebih luas.

dalam

prasarana, seperti kesempatan Implementasi

sumber-sumber pembelajaran

hubungan

mengakases

belajar di luar kelas belum bisa. dengan pendekatan sufistik untuk

Akidah

Akhlak

mengakses sumber- madrasah

Misalnya

sumber belajar dari budaya lain. Evaluasi

Tsanawiyah

tentang

yaitu; Prosedur dan Hambatan ketiga; kebiasaan guru instrumen penilaian proses dan

proses kegiatan hasil belajar disesuaikan dengan

mendominasi

Akidah Akhlak. indikator pencapaian kompetensi

pembelajaran

Peserta didik dipandang belum

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 16, No. 1, Janu ari – Juni, 2017 (152 – 175 )

memahami materi pembelajaran Dalam proses pembelajaran, Akidah Akhlak secara menyeluruh,

dijadikan sebagai strategi untuk sehingga manejemen pembelajaran

mempercepat belum mencapai tujuan secara

membantu

menemukan kondisi akhir terbaik optimal. Pemahaman para guru

bagi peserta didik. Yakni sebuah tentang

yang menghasilkan Akidah Akhlak untuk madrasah

satrategi pembelajaran

profesi

dan keuntungan Tsanawiyah melalui pendekatan

kemanfaatan

hubungannya dengan sufistik masih kurang. Terutama

dalam

kehidupan bermasyarakat, melalui mengenai

pendekatan sufistik yang ada multikulturalisme dalam perspektif

nilai-nilai

hubungannya dengan kecerdasan sosial budaya, sosial ekonomi dan

spiritual. Namun dalam penerapan sosial politik. Guru Akidah Akhak

pembelajaran Akidah belum

strategi

Akhlak untuk medrasah tsanawiyah menghubungkan nilai-nilai tersebut

terbiasa

untuk

melalui pendekatan sufistik di dengan

indikator-indikator propvinsi Riau ditemukan bahwa; 8 pembelajaran yang dipilih.

kecerdasan tersebut adalah suatu strategi yang digunakan dalam

IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

strategi

pembelajaran dengan menggunakan whole brain (cara

a). Implikasi Teoritis

kerja otak) sebagai penggalian potensi peserta didik yang menjadi

Penelitian ini secara teoritis

akhir terbaiknya. berimplikasi

utamanya adalah pembelajaran Akidah Akhlak untuk kecerdasan spiritual. madrasah

Cerdas spiritual sebagai tujuan pendekatan sufistik di propvinsi utama dibuktikan dengan; waktu Riau,

menyangkut

perubahan

pembelajaran pukul 06.45 – 17.30 paradigma dari teori kecerdasan

rutin untuk “Multiple Intelligences”, sebuah teori pengembangan spiritual quotient psikologi yang digagas oleh Howard diawali dengan mengaji al-Qur’an. Gardner, psikolog dari Harvard Adanya mata pelajaran akidah University tahun 1983, dengan akhlak sebagai kurikulum nasional. delapan macam kecerdasan, yakni Memproses pembelajaran dengan (1) kecerdasan verbal/ linguistik, (2)

WIB

secara

kecerdasan logika matematik, (3) visual/spasial, tertinggi masing-masing peserta (4)

memperhatikan

music/rhythmic,

didik. Harus berkaitan dengan bodi/kinestetik, (6) interpersonal, (7) penyadaran fungsi manusia sebagai intrapersonal, dan (8) naturalistic. hamba Allah yang peduli dengan Dalam strategi pembelajaran Akidah sosial dan lingkungan sekitar. Harus Akhlak untuk madrasah tsanawiyah memberi penilaian kepada peserta melalui pendekatan sufistik di didik dan guruakidah akhlak dengan

propvinsi Riau, 8 kecerdasan

otentik yang tersebut telah dijadikan alat tes

penilaian

aspek afektif Multiple Intelligences Research perubahan perilaku positif. (MIR)

Kecerdasan spiritual kecerdasan tertinggi dan gaya