Paper Pancasila makalah amandemen UUD 19

MAKALAH
AMANDEMEN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pendidikan
Pancasila

Pengampu: I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA

Disusun Oleh :
Nama

:

Husnul Hatimah

NIM

:

1308205019

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
DAFTAR ISI
iii

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
kehendaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Amandemen Undangundang Dasar 1945.
Tugas makalah ini dikerjakan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang dibina oleh Bapak I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA.
Terselesaikannya tugas makalah ini telah melibatkan berbagai pihak. Untuk dukungan
yang telah diberikan, penulis patut menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak I Gusti Bagus Wirya Agung, S.Psi., MBA selaku dosen mata kuliah
Pendidikan Pancasila yang telah membimbing selama proses pembelajaran.
2. Teman-teman jurusan Fisika dan Biologi yang telah berpatisipasi dalam proses
pembelajaran.

3. Semua pihak yang secara langsung atau pun tidak lansung mendukung
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata semoga makalah tentang Amandemen Undang-undang Dasar 1945 ini dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar
1945 dan akibatnya bagi bangsa indonesia. Selain itu, penulis berharap semoga makalah ini
dapat menambah wawasan bagi penulis sendiri dan juga mahasiswa Universitas Udayana,
khususnya mahasiswa Fakultas MIPA.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah

ini jauh dari sempurna, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar makalah ini jauh lebih baik,
penulis sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan yang Maha Esa.

Jimbaran, 07 Januari 2014
Penulis

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

COVER ………………………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ..……………………………………………………………….………… iii
BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakanng ………………………………………………………...

1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………

2

1.3 Tujuan …………...………………………………………………………... 2
1.4 Batasan Permasalahan …………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ……...……………………………………………………… 3
2.1 Landasan Teoritis Persoalan ..…………….……………………………… 3
2.1.1 Tujuan Amandemen UUD 1945 ……………………………………

4


2.1.2 Dampak Amandemen UUD 1945 ……………….....……..……… 5
2.2 Analisa tiga artikel ……………………………….…………… ………….... 10
2.2.1 Artikel Pertama ……………………………………………… …… 10
2.2.2 Artikel Kedua

…………………………………………….……….. 11

2.2.3 Artikel ketiga

……………………………………………………… 12

BAB III KESIMPULAN …………………………………………………………….… 14
3.1 Simpulan …………………………………………………………….…… . 14
3.2 Saran ……………………………………………………….…………….. 14
DAFTAR PUSTAKA

………………………………………………………...………. 15

LAMPIRAN


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau
disingkat UUD

1945 atau UUD

'45,

adalah hukum

dasar

tertulis

(basic


law), konstitusipemerintahan negara Republik Indonesia saat ini. UUD 1945
disahkan sebagai undang-undang dasar

negara oleh PPKI pada tanggal 18

Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi
RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan
secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen),

yang

mengubah

susunan

lembaga-lembaga


dalam

sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
§

Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan
Pertama UUD 1945

§

Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan
Kedua UUD 1945

§


Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan
Ketiga UUD 1945

§

Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan
Keempat UUD 1945

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang
Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri
dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4
pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat,
3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Dalam Risalah Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, sebagai Naskah Perbantuan dan
Kompilasi Tanpa Ada Opini.

1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimana sejarah amandemen UUD 1945 di Indonesia ?

2.

Bagaimana mekanisme dan tata cara perubahan UUD 1945 ?

3.

Bagaiman kedudukan lembaga-lembaga negara pasca amandemen ?

4.

Apa tujuan dari amandemen UUD 1945 ?

5.

Apa saja dampak positif dan negatif dari amandemen UUD 1945 ?


1.3 Tujuan
1.

Mengetahui dan memahami tujuan amandemen UUD 1945.

2.

Mengetahui dan memahami dampak amandemen UUD 1945.

3.

Memberikan sedikit wawasan kepada para pembaca mengenai amandemen UUD
1945.

4.

Mengetahui hasil amandemen terbaru UUD 1945.

5.


Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan pancasila.

1.4 Batasan Permasalahan
Proses amandemen UUD 1945 sangat panjang dan banyak hal yang melatarbelakanginya, begitu
juga dengan hasil perubahan nya. Dalam tulisan makalah ini hanya dibatasi pada dua hal saja
yang akan dibahas, yaitu:
1. Tujuan amandemen UUD 1945.
2. Dampak amandemen UUD 1945.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teoritis Persoalan
Secara estimologis, amandemen berasal dari Bahasa Inggris: to amend diartikan sebagai to
make better, to remove the faults. Selanjutnya amandement diartikan sebagai a change for the
better; a correction of error, faults etc.Dalam istilah pengertian ketatanegaraan (US Convention)
amendment adalah an addition to, or a change of a constitution or an organic act which is a
pendent to the document rather than intercalated in the text (Smith and Zurcher 1966:14).
Menurut Sujatmiko, amandemen yang pokok itu tidak serampangan dan merupakan hal yang
serius. Konstitusi itu merupakan aturan tertinggi bernegara. Beliau berpendapat bahwakonstitusi
di negara kita belum sepenuhnya sempurna. Jika ingin menyempurnakan konstitusisatu-satunya
pilihan ialah amandemen.
Dari beberapa referensi di atas amandemen haruslah difahami sebagai penambahan, atau
perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari naskah aslinya
dan diletakkan pada dokumen yang bersangkutan. Pemahaman lebih lanjut adalah amandemen
bukan sekedar menyisipkan kata-kata atau perihal baru dalam teks. Di sisi lain, amandemen
bukan pula penggantian. Mengganti berarti melakukan perubahan total dengan merumuskan
konstitusi baru mencakup hal-hal mendasar seperti mengganti bentuk negara, dasar negara,
maupun bentuk pemerintahan.
Dalam amandemen UUD 1945 kiranya jelas bahwa tidak ada maksud-maksud mengganti
dasar negara Pancasila, bentuk negara kesatuan maupun bentuk pemerintahan presidensiil. Salah
satu bentuk komitmen untuk tidak melakukan perubahan terhadap hal-hal mendasar di atas
adalah kesepakatan untuk tidak melakukan perubahan atas Preambul/Pembukaan UUD 1945.
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa yang harus mendasariAmandemen UUD 1945 adalah
semangat menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan, dan melakukan koreksi
terhadap pasal-pasal yang ada tanpa harus melakukanperubahan terhadap hal-hal yang mendasar
dalam UUD 1945 itu sendiri.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

2.1.1 Tujuan Amandemen UUD 1945
Tujuan amandemen UUD 1945 menurut Husnie Thamrien, wakil ketua MPR dari
F-PP, adalah:
1. Untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara agar dapat lebih
mantap dalam mencapai tujuan nasional serta menyempurnakan aturan dasar
mengenai jaminan dan pelaksanaan kekuatan rakyat.
2. Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham demokrasi.
3. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak agar sesuai
dengan perkembangan HAM dan peradaban umat manusia yang menjadi syarat
negara hukum.
4. Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan
modern melalui pembagian kekuasan secara tegas sistem check and balances yang
lebih ketat dan transparan dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru
untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan jaman.
5. Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban
negara mewujudkan kesejahteraan sosial mencerdaskan kehidupan bangsa,
menegakkan etika dan moral serta solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam
perjuangan mewujudkan negara kesejahteraan.
6. Melengkapi aturan dasar dalam penyelenggaraan negara yang sangat penting bagi
eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi.
7. Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai
dengan perkembangan aspirasi kebutuhan dan kepentingan bangsa dan negara
Indonesia ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang
akan datang.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

2.1.2 Dampak Positif dan Negatif Amandemen UUD 1945
Dampak dari amandemen UUD 1945 pada intinya adalah terjadinya perubahan
kekuasaan pada lembaga-lembaga negara dan perubahan mengenai pengakuan HAM,
berikut ini akan di uraikan mengenai perubahan-perubahan tersebut.
1.

Perubahan Kekuasaan Legislatif
Amandemen UUD 1945 yang menyangkut lembaga MPR (Pasal 1 ayat [2], Pasal
2 ayat[1], Pasal 3 ayat [1 – 3]), maka ada lima perubahan mendasar berkenaan
dengan keparlemen yaitu:
a.

Susunan anggota MPR berubah secara struktural karena dihapuskannya
keberadaan utusan golongan yang mencerminkan prinsip perwakilan
fungsional dari unsur keanggotaan MPR.

b.

Bersamaan dengan perubahan yang bersifat struktural tersebut, fungsi MPR
juga mengalami perubahan mendasar. Majelis ini tidak lagi berfungsi sebagai
supreme body yang memiliki kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol dan
karena itu kewenangannya pun mengalami perubahan mendasar.

c.

Diadopsinya prinsip pemisahan kekuasaan secara tegas antara fungsi legislatif
dan eksekutif dalam perubahan UUD 1945 tidak lagi menganut sistem MPR
berdasarkan prinsip supremasi parlemen dan sistem pembagian kekuasaan
oleh lembaga tertinggi MPR ke lembaga-lembaga negara dibawahnya.

d.

Dengan diadopsinya prinsip pemilihan presiden dan wakil presiden dalam satu
paket secara langsung dalam Pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945,
maka konsep dan sistem pertanggungjawaban Presiden tidak lagi dilakukan
oleh MPR, tetapi langsung oleh rakyat. Kedaulatan rakyat tidak lagi dipegang
oleh MPR melainkan ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut undangundang (Pasal 1 ayat 2) menggambarkan bahwa Indonesia dari sistem MPR
kepada sistem kedaulatan rakyat.

e.

UUD 1945 lah yang mentukan bagian-bagian mana dari kedaulatan rakyat
yang diserahkan pelaksanaannya kepada badan/lembaga yang keberadaan,
wewenang, tugas dan fungsinya ditentukan oleh UUD 1945 itu serta bagian
mana yang langsung dilaksanakan oleh rakyat, artinya tidak diserahkan

kepada badan/ lembaga mana pun, melainkan langsung dilaksanakan oleh
rakyat itu sendiri melalui pemilu.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Berdasarkan uraian tersebut, maka secara teoritis berarti terjadi perubahan
fundamentaldalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu sistem yang vertical
hierarkis dengan prinsip supremasi MPR menjadi
Horizontal fungsional dengan prinsip saling mengimbangi dan saling mengawasi
antar lembaga negara (cheks and balance). Perubahan Pasal-pasal UUD 1945 yang
terkait dengan DPR yang salah satu Pasalnya memindahkan titik berat kekuasaan
legislasi nasional yang semula berada ditangan Presiden (Pasal 5) beralih ke tangan DPR
(Pasal 20 ayat1-5).
Pergeseran kewenangan ini merupakan langkah konstitusional untuk meletakkan
secara tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai dengan bidangnya masing-masing,
yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang (lekuasaan legislative) dan
Presiden sebagai lembaga pelaksana undang - undang (kekuasaan eksekutif). Perubahan
ini dimaksudkan untuk memberdayakan DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai
lembaga perwakilan yang dipiliholeh rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dan
kepentingannya bukan lagi sebagai hanya “tukang stempel”.
Perubahan lain yang terkait dengan fungsi dan hak lembaga DPR serta hak anggota
DPR dimaksudkan untuk menjadikan DPR berfungsi secara optimal sebagai lembaga
perwakilan rakyat sekaligus memperkokoh pelaksanaan checks and balance oleh
DPR. Namun, sejumlah ahli hukum tata Negara menilai bahwa perubahan ini justru
telah menggeser executif heavy ke arah legislative heavy sehingga terkesan bukan
keseimbangan yang dituju melalui perubahan UUD 1945, tetapi DPR ingin memusatkan
kekuasaan di tangannya.
2.

Perubahan kekuasaan Eksekutif
Perubahan UUD 1945 terhadap Pasal 7 jabatan Presiden dan Wakil Presiden
dibatasi hanya dua periode. Pembatasan ini untuk mengendalikan penyalahgunaan
kekuasaan. Semakin kuat atau semakin lama memegang kekuasaan maka semakin
kuat pula untuk tidak amanah dan berlaku sewenang- wenang yang mengarah pada
absolutisme dan otoriterisme. Perubahan Pasal 13 dalam hal Presiden mengangkat
duta dengan pertimbangan DPR dalam rangka menjaga objektifitas terhadap
kemampuan dan kecakapan seseorang pada jabatan tersebut. Selama ini terkesan
duta merupakan pos akomodasi orang-orang tertentu yang berjasa pada pemerintah
atau sebagai pembuangan bagi orang-orang yang kurang loyal pada pemerintah.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Perubahan Pasal 14 yang berkenaan Presiden dalam memberi grasi dan rehabilitasi
dengan mempertimbangkan Makamah Agung dan dalam pemberian amnesti dan
abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Alasan Presiden harus
memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung dalam pemberian grasi dan
rehabilitasi, karena:
a. Grasi dan rehabilitasi adalah proses yudisial dan biasanya diberikan kepada
orang sudah mengalami proses, sedang amnesty dan abolisi lebih bersifat
proses politik.
b. Grasi dan rehabilitasi lebih banyak bersifat perseorangan, sedang amnesty
dan abolisi biasanya bersifat massal.
Perubahan Pasal 13 dan 14 tersebut sebagai pengurangan atas kekuasaan
Presiden yang selama ini dipandang sebagai hak priogratif. Perubahan yang
menyangkut mekanisme pemilihanPresiden dan Wakil Presiden (Pasal 6A ayat
1,2,3 dan 4) dimaksudkan agar rakyat dapat berpartisipasi secara langsung
menentukan pilihannya sehingga tidak terulang lagi kekecewaan yang pernah
terjadi pada pemilu 1999.
Presiden dan Wakil presiden dapat memiliki otoritas dan legitimasi yang kuat
karena dipilih langsung oleh rakyat dan rakyat tidak mudah menjatuhkan Presiden.
Presiden bisa diberhentikan, jika melakukan pelanggaran hukum seperti
pengkhianatan negara, korupsi dan tindak pidana yang berat lainnya. Proses
pemberhentiannya melibatkan DPR, Mahkamah Konstitusi dan finalnya pada
sidang MPR.
Mencermati perubahan terhadap Pasal-Pasal UUD 1945 yang menyangkut
kekuasaan eksekutif selalu diimbangi oleh kekuasaanDPR bahkan DPR lebih
mendominasi dan lebih kuat kedudukannya sehingga Presiden dalam salah satu
Pasalnya tidak bisa menjatuhkan atau membubarkan DPR. Nampak dalam
perubahan pasal kekuasaan eksekutif diarahkan untuk menempatkan kedudukan
antar lembaga negara sederajat sehingga tidak dapat saling menjatuhkan atau
membubarkan.
3.

Perubahan kekuasaan Yudikatif
Perubahan-perubahan terhadap UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan
Yudikatif dengan adanya lembaga baru Mahkamah Konstitusi dan Komisi

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Yudisial, pada intinya untuk menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum.
Prinsip ini semula diatur dalam penjelasanUUD 1945 yang menyatakan bahwa
Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas kekuasaan belaka. Prinsip
lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi tidak
bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa ada pembagian
kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip tersebut, maka
salah satu prinsip dari negara hukum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
Mahkamah Konstitusi. Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan kehakiman
Indonesia dimaksudkan agar warga masyarakat di luar struktur resmi lembaga
parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja dan
kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh dikatakan keberadaan Komisi
Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim, disamping
berfungsi untuk merekrut hakim agung. Perubahan-perubahan terhadap UUD 1945
yang menyangkut kekuasaan Yudikatif dengan adanya lembaga baru Mahkamah
Konstitusi dan Komisi Yudisial, pada intinya untuk menegaskan bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Prinsip ini semula diatur dalam penjelasanUUD 1945 yang
menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum tidak berdasar atas
kekuasaan belaka. Prinsip lain yang memperkuat bahwa pemerintahan berdasar atas
sistem konstitusi tidak bersifat absolutisme. Prinsip ini mengandung makna bahwa
ada pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan. Penegasan prinsip
tersebut, maka salah satu prinsip dari negara hukum adalah jaminan
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang merdeka, bebas dari pengaruh
kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara, dan oleh Mahkamah Konstitusi. Komisi Yudisial dalam struktur kekuasaan

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

kehakiman Indonesia dimaksudkan agar warga masyarakat di luar struktur resmi
lembaga parlemen dapat dilibatkan dalam proses pengangkatan, penilaian kinerja
dan kemungkinan pemberhentian hakim atau boleh dikatakan keberadaan Komisi
Yudisial ini sebagai pengontrol atau pengawasan terhadaphakim, disamping
berfungsi untuk merekrut hakim agung.
4. Perubahan Hak Asasi Manusia
Intisari dari perubahan UUD 1945 (Pasal 28A– 28I) yang berkenaan dengan
hak asasi manusia adalah untuk mempertegas identitas negara Indonesia sebagai
negara hukum, yang salah satu unsur terpentingnya adalah adanya pengakuan dan
jaminan

perlindungan

hak-hak asasi

manusia.

Perlindungan,

pemajuan,

penegakkan, dan pemenuhan hak asasi manusia tersebut adalah menjadi tanggung
jawab negara terutama pemerintah yang diatur, dituangkan dalam peraturan
perundang-undangan(Konstitusi). Dengan adanya Undang-Undang

Dasar

(konstitusi) yang mengatur HAM akan memberikan jaminan konstitusional
terhadap asas kebebasan dan persamaan. Hal ini, akan mendukung dan
memperkuat pada perubahan UUD 1945 yang menyangkut kekuasaan legislative,
eksekutif dan Yudikatif yang pada prinsipnya mempertegasadanya pembagian
kekuasaan, dalam rangka untuk menghindari penumpukkan kekuasaan dalam satu
tangan yang sangat cenderung terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, yang
akhirnya berakibat pada pemerkosaan terhadap asas kebebasan dan persamaan
yang menjadi ciri khas dari negara demokrasi.
Bertitik tolak dari perubahan-perubahan UUD 1945 baik yang menyangkut
kekuasaan Legislative, kekuasaan Eksekutif, kekuasaan Yudikatif maupun hak
asasi manusia tersebut diatas maka dalam amandemen UUD 1945 Negara
Indonesia yang dilakukan di era reformasi secara makro walaupun banyak kritikan
dari kalangan ahli tata negara, tetapi paling tidak (untuk tidak mengatakan
“jauh dari sempurna”) hasil amandemen UUD 1945 terjadi perubahan
paradigma:
a.

Kedaulatan rakyat dengan prinsip demokrasi yang tidak semata-mata
representatif, tetapi juga partisipatif, menggantikan paradigma lama
yang cenderung dikontaminasi oleh faham integralistik, sehingga
menimbulkan dominasi atau hegemoni negara yang berlebihan.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

b.

Perubahan paradigma negara hukum dengan prinsip supremasi hukum
yang adil dan responsif menggantikan paradigma negara kekuasaan dengan
typology hukumnya yang represif.

c.

Perubahan

paradigma

pembatasan

kekuasaan

konstitusionalisme dengan prinsip chek

and

sebagai

cermin

balances

untuk

menggantikan paradigma sentralisasi kekuasaan/otoritarian.
d.

Perubahan paradigma konstitusi yang berbasis hak asasi manusia (HAM)
sebagai perwujudan kontrak sosial menggantikan paradigma bahwa hakhak rakyat atau warga negara adalah merupakan pemberian negara atau
penguasa negara.

2.2 Analisa tiga artikel yang terkait pokok bahasan memakai teori yang ada.
2.2.1 Artikel Pertama : Amandemen UUD 1945 Harus Melalui Referendum !
Dalam artikel ini membahas mengenai dampak negatif dari amandemen
UUD 1945 sehingga perlu di referendum.Dalam kurun waktu tiga tahun
UUD 1945 telah mengalami 4 kali amandemen. Sekonyong-konyong
perubahan itu membongkar pula beberapa landasan dasar mengenai sistim
politik dan ekonomi Indonesia. Amandemen itu juga merombak batang
tubuh dan menghapus penjelasan UUD 1945.
Sejalan dengan proses amandemen itu, sistem politik Indonesia pun
semakin mengarah pada model demokrasi liberal. Gedung parlemen kita hari
ini dipenuhi dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi,
hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan
rakyat.
Itu lah salah satu kutipan dari artikel tersebut yang menjelaskan bahwa
amandemen UUD 1945 telah merubah banyak hal bahkan sistem politik
Indonesia pun semakin mengarah pada demokrasi liberal, tentu saja hal ini
sudak keluar jalur dari demokrasi yang kita anut hingga sekarang. Dalam
waktu singkat yaitu tiga tahun, UUD 1945 telah diamandemen sebanyak
empat kali, tentu saja tujuannya hanya satu yaitu untuk menciptakan
peraturan yang sempurna dan sesuai dengan rakyat Indonesia. Namun,
sampai sekarang hasil dari amandemen tersebut sama sekali belum bisa

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

merubah kehidupan rakyat Indonesia yang masih banyak membutuhkan
bantuan. Banyak pasal yang diubah dalam amandemen UUD 1945 salah
satunya pasal 33. Pasal 33 UUD 1945 hasil amandemen dibuat permisif
terhadap kepemilikan swasta dan dominasi modal asing. Padahal, filosofi
pasal 33 UUD 1945 sangatlah memerangi liberalisme dan anti-kapitalisme.
Seakan-akan amandemen UUD 1945 ini hanya untuk kepentingan
imperialisme.
Dalam artikel tersebut pun menyebutkan bahwa gedung parlemen kita
hari ini dipenuhi dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan
tetapi, hampir semua perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan
rakyat. Hal ini sama saja mengulang kembali peristiwa Dekrit Presiden 5
Juli

1959,

perdebatan

yang

tidak

ada

hasilnya

bahkan

hanya

memperdebatkan peraturan yang baru bukan kehidupan rakyat. Selain itu,
sejak dihapusnya Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 yang mengatakan
bahwa “bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus
minta pendapat rakyat melalui referendum” pada tahun 1998, amandemen
UUD 1945 tidak memerlukan lagi persetujuan dari rakyat sebagai pemilik
kedaulatan. Selain itu hal ini pun telah melenceng dari tujuan awal
amandemen UUD 1945 yang rata-rata bertujuan untuk mensejahterakan
kehidupan bangsa dan negara. Namun, pada kenyataannya dari amandemen
UUD 1945 keempat yaitu tahun 2002 sampai tahun 2014 ini, kehidupan
rakyat Indonesia tidak terlalu mengalami kemajuan bahkan korupsi, kolusi
dan nepotisme di Indonesia semakin marajalela.
2.2.2 Artikel kedua : Amandemen UUD 1945 Disosialisasikan
Pada artikel ini membahas mengenai rencana Mantan Ketua MPR RI yaitu
Hidayat Nur Wahid untuk mensosialisasikan amandemen UUD 1945 pada
rakyat Indonesia. Menurut beliau banyak dari rakyat Indonesia yang masih
kurang paham dengan amandemen UUD 1945, padahal peran rakyat sangat
lah penting karena sesuai dengan tujuan amandemen UUD 1945 yang ke 2
yaitu “Memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan paham
demokrasi”. Jadi, dapat dikatakan rakyat memiliki peran vital dalam menegakkan
demokrasi di negara Indonesia.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Selain itu, dalam perubahannya nanti isi undang-undang tersebut akan
mempertegas sistem presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dipilih
melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasaan legislatif. Meski demikian, ia
tak menampik pro-kontra pasti, sehingga masukan dari masyarakat akan
sangat membantu, serta mendukung sosialisasi amandemen UUD 1945.
Ucap bapak Hidayat dalam artikel tersebut.
Amandemen UUD 1945 memang telah banyak membawa perubahan
pada negara ini, salah satunya mengenai kekuasaan eksekutif dan legislatif
(sesuai yang telah dijelaskan pada landasan teoritis persoalan). Dalam hal ini
tidak mengherankan bila amandemen UUD 1945 menghasilkan dampak
positif dan negatif di waktu yang bersamaan.
2.2.3 Artikel ketiga : Amandemen UUD 1945 Harus Dikaji Ulang
Dalam artikel ini membahas mengenai amandemen UUD 1945 yang
harus dikaji kembali karena menurut beberapa sumber amandemen UUD
1945 telah berdampak pada kekacauan di bidang tata negara dan melahirkan
produk turunan berupa undang-undang yang eksesif selain itu ketidakjelasan
sistem pemerintahan saat ini, presidensial namun berbau parlementer adalah
akibat amandemen UUD 1945 yang dinilai parsial.
Menurut beberapa narasumber penyebab awal terjadinya penyimpangan
terhadap amandemen UUD 1945 ini karena dicabutnya Ketetapan MPR
nomor IV/MPR/1983 mengenai referendum.
Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 yang mengatakan bahwa “bila
MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta
pendapat rakyat melalui referendum” ketetapan ini dihapus pada tahun 1998,
setahun sebelum amandemen UUD 1945 yang pertama. Dalam hal ini tentu
saja timbul kejanggalan karena bagaimana pun rakyat memiliki peran yang
sangat vital dalam hal ini karena rakyak adalah pemegang tertinggi
demokrasi di negara ini, sesuai dengan kalimat dari rakyat,oleh rakyat dan
untuk rakyat. Namun kenyataannya hal ini sama sekali tidak dilakukan
padahal hal ini jelas telah melanggar tujuan dari amandemen UUD 1945.
Selain itu, menurut salah satu narasumber perubahan di bidang ekonomi
lebih parah lagi. Misalnya, undang-undang investasi Indonesia jauh lebih

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

liberal dibanding Amerika Serikat sekalipun dan keberadaan konstitusi yang
terlalu bernafaskan neoliberalisme tidak boleh didiamkan.
Pengaplikasian Amandemen UUD 1945 sama sekali tidak sesuai dengan
jati diri bangsa Indonesia. Bila seperti ini terus, bangsa Indonesia belum
dapat dikatakan sudah reformasi karena pada kenyataannya bangsa
Indonesia malah mengalami deformasi.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
a. Tujuan dari amandemen UUD 1945 ialah untuk menyempurnakan UUD yang sudah ada
agar tetap sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun amandemen yang dilakukan
bertujuan untuk membawa bangsa ini menuju perubahan yang lebih baik di berbagai bidang
dengan senantiasa selalu memperhatikan kepentingan rakyat.
b. Dampak dari amandemen UUD 1945 adalah terjadinya perubahan kekuasaan dari lembaga lembaga negara, perubahan tersebut antara lain adalah:
1. MPR bukan lagi lembaga tertinggi negara tetapi menjadi lembaga tinggi negara.
2. Semua lembaga negara (MPR, DPR, Pemerintah, MK dan KY) kini kedudukannya
menjadi sederajat yaitu lembaga tinggi negara.
3. Masa jabatan presiden dibatasi menjadi 2 periode saja. Dampak lainya dari amandemen
UUD 1945 adalah lebih ditegakkan dan diakuinya HAM.
c. Banyak anggapan bahwa amandemen UUD 1945 telah melenceng dan lebih kearah model
demokrasi liberal dan sistem pemerintahan semakin kearah parlementer.
d. Rakyat tidak diikutsertakan dalam amandemen UUD 1945 dari yang pertama sampai yang
keempat.
3.2 Saran
Menurut saya, masih banyak hal-hal di Indonesia yang perlu diperbaiki demi
terciptanya negara republik Indonesia yang di cita-citakan. Bidang-bidang dasar
seperti politik, ekonomi, sosial & budaya, serta hukum harus banyak mengalami
perubahan mengarah kepada yang lebih baik. Amandemen UUD 1945 sangat lah
penting karena itu kita perlu memahami amandemen UUD 1945 dengan baik dan
menanamkan pengamalan nilai-nilai Pancasila demi terciptanya Indonesia yang
lebih maju namun tetap mempertahankan ciri ke-Indonesiaannya. Saya yakin
meskipun secanggih-canggihnya perubahan zaman nanti, apabila kita tetap
berpegang teguh terhadap kedua pedoman tersebut dan dapat mengaplikasikannya
dengan benar, maka kehidupan negara ini akan menjadi semakin baik kedepannya.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

DAFTAR PUSTAKA
Harun, 2008, Amandemen UUD 1945 Dalam Pandangan Hukum Islam,Universitas
Muhammadiyah Malang.
Ash-Shiddiqie, Jimly, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta; FHUI.
Dahlan, Thoib, 2011,Ketatanegaraan Indonesia pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta;
pintuonline.
http://www.berdikarionline.com/editorial/20111109/amandemen-uud-1945-harusmelalui-referendum.html (Diakses tanggal 07 Januari 2014)
http://news.liputan6.com/read/347566/amandemen-uud-1945-disosialisasikan
(Diakses tanggal 07 Januari 2014)
http://www.antaranews.com/print/177387/ (Diakses tanggal 07 Januari 2014)
http://www.scribd.com/doc/93213915/Amandemen-UUD1945-makalah
(Diakses tanggal 07 Januari 2014)

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

LAMPIRAN
1. Artikel pertama:
Amandemen UUD 1945 Harus Melalui Referendum!
Rabu, 9 November 2011 | 1:03 WIB
Hanya dalam kurun waktu tiga tahun, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sudah
mengalami empat kali perubahan (amandemen). Sekonyong-konyong perubahan itu
membongkar pula beberapa landasan dasar mengenai sistim politik dan ekonomi
Indonesia. Amandemen itu juga merombak batang tubuh dan menghapus penjelasan
UUD 1945. Sejalan dengan proses amandemen itu, sistem politik Indonesia pun
semakin mengarah pada model demokrasi liberal. Gedung parlemen itu kita hari
dipenuhi dengan riuh-gaduh perdebatan anggota parlemen. Akan tetapi, hampir semua
perdebatan itu tidak pernah berkaitan dengan persoalan rakyat.
Di bidang ekonomi, amandemen UUD 1945 telah membuka jalan untuk
membongkar filisofi mendasar pasal 33 UUD 1945 yang mengatur sistim ekonomi
Indonesia. Pasal 33 UUD 1945 hasil amandemen dibuat permisif terhadap kepemilikan
swasta dan dominasi modal asing. Padahal, filosofi pasal 33 UUD 1945 sangatlah
memerangi liberalisme dan anti-kapitalisme. Boleh dikatakan, empat kali amandemen
UUD 1945 merupakan bagian dari proyek mengubah desain sistem ekonomi dan politik
Indonesia, agar sejalan dengan tuntutan dan kepentingan imperialisme. Tidak salah
kemudian jika Gus Dur, mantan Presiden RI, menyatakan penolakan keras terhadap
UUD hasil perubahan. “perubahan UUD itu telah diselundupkan oleh lembaga-lembaga
asing melalui para anggota MPR yang waktu itu dipimpin oleh Prof. Dr. Amin Rais,”
kata almarhum Gus Dur.
Lebih parah lagi, empat kali proses amandemen itu tidak satupun yang meminta
pendapat atau konsultasi dengan rakyat Indonesia. Padahal, di banyak negara, setiap
perubahan terhadap satu pasal dala konstitusi mesti dilakukan melalui referendum. Juga
dalam Ketetapan MPR nomor IV/MPR/1983 dikatakan: “bila MPR berkehendak
mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus minta pendapat rakyat melalui
referendum.” Lalu, sekarang muncul lagi keinginan kuat dari sejumlah anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) untuk mendorong amandemen ke-V. Bahkan, demi

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

mendapatkan kewenangan atas lembaganya, anggota DPD seperti ngotot memaksakan
amandemen terhadap UUD 1945 tanpa konsultasi dengan rakyat. Bung Karno memang
mengatakan, “UUD ini bersifat sementara dan nanti kalau kita bernegara didalam
suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan kembali Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang dapat membuat UUD yang lebih lengkap dan lebih
sempurna.” Sekalipun begitu, bukan berarti bahwa amandemen terhadap UUD 1945
bisa dilakukan dengan serampangan dan seenaknya. Setiap proses amandemen mesti
dikonsultasikan dengan rakyat Indonesia melalui referendum. Referendum itu tidak
hanya menanyakan apakah rakyat setuju atau tidak terhadap amandemen, tetapi sampai
pada memperdebatkan usulan perubahan.
Karena, menurut kami, UUD 1945 boleh saja mengalami perubahan, tetapi ada
beberapa filosofi atau bangunan dasar yang tidak boleh berubah: anti-kolonialisme, antiliberalisme, dan selalu menomor-satukan kepentingan rakyat banyak. Perubahan UUD
1945 tidak boleh bertolak belakang dengan cita-cita revolusi agustus 1945. Itulah
mengapa, bagi kami, empat kali amandemen UUD 1945 sebelumnya dan rencana
amandemen oleh DPD sangat bertolak-belakang dengan semangat anti-kolonalisme,
anti-liberalisme, dan kepentingan rakyat banyak itu. Amandemen itu hanya merupakan
upaya lebih lanjut untuk merestrukturisasi sistim politik dan ekonomi Indonesia agar
semakin gampang menampung kepentingan asing.

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

2. Artikel kedua:
Amandemen UUD 1945 Disosialisasikan UUD 1945 |
Oleh Syaiful Halim Posted: 06/08/2011 17:51
Liputan6.com, Klaten: Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP)
Hidayat Nur Wahid mulai menyosialisasikan amandemen Undang-undang Dasar 1945.
"Sosialisasi mengenai perubahan UUD 1945 dimaksudkan untuk memberi kejelasan
kepada masyarakat mengenai pentingnya amandemen, sekaligus menyerap masukan
dari mereka," katanya di Universitas Widya Dharma Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (6/8).
Mantan Ketua MPR RI itu menyampaikan beberapa poin penting dalam rencana
perubahan UUD 1945. "Sama sekali tak ada perubahan dalam bagian pembukaan,
karena pada dasarnya tujuan mengamandemen adalah untuk tetap mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tambahnya. Selain itu, kata Hidayat,
dalam perubahannya nanti isi undang-undang tersebut akan mempertegas sistem
presidensial, di mana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
kekuasaan legislatif. Meski demikian, ia tak menampik pro-kontra pasti, sehingga
masukan dari masyarakat akan sangat membantu, serta mendukung sosialisasi
amandemen UUD 1945. Hidayat juga menegaskan bahwa kegiatan sosialisasi
amandemen UUD 1945 bukanlah sebagai bentuk doktrin atau dogma yang harus
disetujui oleh masyarakat, tanpa menyerap aspirasi mereka terlebih dahulu. Selain itu,
pemahaman masyarakat mengenai perubahan Undang-undang Dasar 1945 juga masih
rendah, padahal mereka memiliki peran vital dalam menegakkan demokrasi di negara
ini. "Misalnya saja, masyarakat bisa mengajukan perubahan undang-undang tentang
kepala daerah melalui Mahkamah Konstitusi. Tetapi yang terjadi saat ini, banyak
masyarakat yang tak paham akan hak mereka itu," ujar Hidayat.
Karena itu, Hidayat bertekad mengubah sepak terjang proses amandemen UUD
1945 dengan memaksimalkan sosialisasi kepada warga negara, karena bagian itu
merupakan hal penting. "Pemilik undang-undang tersebut adalah masyarakat
Indonesia," tegasnya.(Ant/SHA).

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

3. Artikel Ketiga:
Amandemen UUD 1945 Harus Dikaji Ulang
Kamis, 11 Maret 2010 20:21 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Amandemen Undang Undang Dasar 1945 harus dikaji
ulang karena telah berdampak pada kekacauan di bidang tata negara dan melahirkan
produk turunan berupa undang-undang yang eksesif. Demikian dikemukakan Ketua
Umum Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Jusuf Rizal, Ketua Umum Iluni Jakarta Ekki
Agustyoso, Ketua PKB Kalibata Hermawi F Taslim, dan Ketua Tim Multi Partai untuk
Pengembalian Aset Negara Bagus Satriyanto di Jakarta, Kamis. "Amandemen UUD
1945 harus dikritisi karena kebablasan, produk turunannya justru kontraproduktif bagi
bangsa ini, baik di bidang ekonomi maupun politik," katanya. Hal senada dikemukakan
Hermawi. Ketua Forum Komunikasi Alumni PMKRI itu menyatakan ketidakjelasan
sistem pemerintahan saat ini, presidensial namun berbau parlementer, adalah akibat
amandemen UUD 1945 yang dinilainya parsial. "Di bidang ekonomi lebih parah lagi.
Misalnya, undang-undang investasi kita jauh lebih liberal dibanding Amerika Serikat
sekalipun," katanya.
Sementara itu Ekki Agustyoso menyatakan, pihaknya sangat memahami bahwa
wacana untuk mengkaji ulang amandemen UUD 1945 tidaklah populer, namun
keberadaan konstitusi yang terlalu bernafaskan neoliberalisme tidak boleh didiamkan.
"Sebagai insan akademis kami lebih memilih kebenaran daripada popularitas semata,"
katanya. Menurut mereka, biang keladi dari pelaksanaan amandemen adalah pencabutan
Ketetapan MPR tentang Referendum Tahun 1983 oleh MPR pada 1998, sehingga
perubahan UUD tidak memerlukan lagi persetujuan seluruh rakyat Indonesia sebagai
pemilik kedaulatan.
"Sejak pencabutan TAP MPR inilah sesungguhnya reformasi 98 telah berbalik
arah menjadi deformasi 98," kata Ekki. Jusuf Rizal menambahkan, pihaknya kini
sedang mengkaji kemungkinan tindakan pencabutan Ketetapan MPR tentang
Referendum itu bisa dianggap sebagai sebuah kejahatan politik. Dalam kesempatan itu
mereka juga mengumumkan berdirinya Forum Renovasi Indonesia yang salah satu butir
manifestonya adalah mengembalikan jiwa dan semangat UUD 1945.(S024/R009).

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)