Analisis Data Survei Lahan Tebu
Analisis Data Survei Lahan Tebu
Kesesuaian Lahan
Budidaya Tebu:
Beberapa jenis tanah yang cocok untuk ditanami Tebu:
Tanah Endapan atau Tanah Alluvial
Adalah tanah yang terbentuk akibat pengendapan batuan induk dan telah mengalami
proses pelarutan air, jenis tanah ini subur dan cocok ditanami palawija, tembakau, tebu,
sayuran, padi, kelapa, dan buah-buahan. Tanah ini terdapat di wilayah Sumatera bagian
Timur, Jawa bagian Utara. Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Papua Utara dan
Papua Selatan.
Tanah Grumusol
Adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna
kelabu hitam dan bersifat subur. Tanah ini tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah grumusol
adalah padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati.
Analisis Lahan
Teknik Budidaya
Secara garis besar budidaya tebu dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu reynoso dan tebu
lahan kering. Sistem reynoso digunakan pada lahan sawah yang pelaksanaannya sebagian
besar secara manual. Sedangkan tebu lahan kering teknik budidaya dilakukan secara
mekanisasi dan pengairannya sangat tergantung dari curah hujan atau suplisi air hanya di
saat periode kritis.
Persiapan lahan dan pengolahan tanah
Pada sistem reynoso lahan dibuka dengan satuan 1 hektar sebagai luasan pokok.
Kemudian dibuat bukaan dengan membuat saluran membujur (got malang) dan saluran
melintang (got malang). Luasan satu hektar dibagi menjadi 10 petak (bak) yang dibatasi
oleh got malang dan got mujur. Pembuatan got ini secara total dilakukan secara manual.
Budidaya Tebu Sawah
Pada umumnya budidaya tebu sawah dilaksanakan dengan sistem reynoso, yaitu suatu
sistem budidaya tebu yang dirancang untuk lahan basah, sehingga diperlukan suatu
saluran (got) untuk mengatur muka air tanah.
Pembuatan lubang tanam (juringan)
Pada sistem reynoso juringan dibuat secara manual dengan ukuran panjang 10 m dan
lebar pusat ke pusat (pkp) 1,10 m, sehingga dalam satu hektar diperoleh 1.400 lubang
tanam. Namun jika tanah semakin subur jumlah juringan dibuat lebih sedikit dari 1.400
juring. Juringan dibuat sedalam 40 cm agar nantinya perakaran dapat berkembang dengan
baik. Mutu juringan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selanjutnya.
Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit rayungan.
Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian tumbuh. Dalam satu
meter juringan ditanam 5 – 6 stek bibit. Waktu tanam yang ideal untuk tebu sawah adalah
bulan Mei – Juni, sehingga pada saat panen bulan Juli – September tanaman sudah cukup
masak dan memiliki bobot tebu yang tinggi.
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping. Apabila mata bibit
menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada permukaan tanah daripada
mata bibit yang menghadap kebawah. Keadaan tersebut disebabkan oleh waktu yang
dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama,
secara perhitungan jaraknya saja sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah
sehingga mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu.
Sumber:
Jenis-Jenis
Tanah,
Ciri-ciri
Tanah
subur
dan
tidak
subur,
manfaat
tanah.http://dyahayumutiara.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-tanah-ciri-ciri-tanahsubur.html
http://binaukm.com/2010/06/teknik-budidaya-tebu-budidaya-tebu-sawah/
Tanah dan Kesesuaian Lahan
Kesesuaian Lahan
Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu didaerah Patoh menunjukkan
bahwa hanya terdapat dua kelas yaitu kelas S3 (sesuai marjinal) dengan luas 5100 ha
(29,4%) sesuai dengan luas 12.225 ha (70,6 % dari luas wilayah survey) dan kelas N
(tidak sesuai) dengan luas 12.225 ha (12
Sepertipada sub kelas sebelumnya bahaya pirit terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih
dari permukaan tanah dan agar pirit ini tidak berbahaya bagi tanaman tebu maka
diusahakan bagian tanah yang mengandung tetap dalam keadaan tereduksi.jika pirit ini
teroksidasi akan menimbulkan kemasaman tanah sangat tinggi yang membahayakan
tanaman.pada lain pihak lahan sub kelas mempunyai faktor pembatas ketersediaan
oksigen kurang memadai pada wilayah perakaran akibat drainase tanah jelek.
Faktor pembatas lain pada sub kelas ini adalah adanya retensi hara yang disebabkan oleh
pH masam (
Kesesuaian Lahan
Budidaya Tebu:
Beberapa jenis tanah yang cocok untuk ditanami Tebu:
Tanah Endapan atau Tanah Alluvial
Adalah tanah yang terbentuk akibat pengendapan batuan induk dan telah mengalami
proses pelarutan air, jenis tanah ini subur dan cocok ditanami palawija, tembakau, tebu,
sayuran, padi, kelapa, dan buah-buahan. Tanah ini terdapat di wilayah Sumatera bagian
Timur, Jawa bagian Utara. Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Papua Utara dan
Papua Selatan.
Tanah Grumusol
Adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna
kelabu hitam dan bersifat subur. Tanah ini tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
Nusa Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah grumusol
adalah padi, jagung, kedelai, tebu, tembakau, dan jati.
Analisis Lahan
Teknik Budidaya
Secara garis besar budidaya tebu dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu reynoso dan tebu
lahan kering. Sistem reynoso digunakan pada lahan sawah yang pelaksanaannya sebagian
besar secara manual. Sedangkan tebu lahan kering teknik budidaya dilakukan secara
mekanisasi dan pengairannya sangat tergantung dari curah hujan atau suplisi air hanya di
saat periode kritis.
Persiapan lahan dan pengolahan tanah
Pada sistem reynoso lahan dibuka dengan satuan 1 hektar sebagai luasan pokok.
Kemudian dibuat bukaan dengan membuat saluran membujur (got malang) dan saluran
melintang (got malang). Luasan satu hektar dibagi menjadi 10 petak (bak) yang dibatasi
oleh got malang dan got mujur. Pembuatan got ini secara total dilakukan secara manual.
Budidaya Tebu Sawah
Pada umumnya budidaya tebu sawah dilaksanakan dengan sistem reynoso, yaitu suatu
sistem budidaya tebu yang dirancang untuk lahan basah, sehingga diperlukan suatu
saluran (got) untuk mengatur muka air tanah.
Pembuatan lubang tanam (juringan)
Pada sistem reynoso juringan dibuat secara manual dengan ukuran panjang 10 m dan
lebar pusat ke pusat (pkp) 1,10 m, sehingga dalam satu hektar diperoleh 1.400 lubang
tanam. Namun jika tanah semakin subur jumlah juringan dibuat lebih sedikit dari 1.400
juring. Juringan dibuat sedalam 40 cm agar nantinya perakaran dapat berkembang dengan
baik. Mutu juringan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman selanjutnya.
Penanaman
Bibit yang digunakan di lahan sawah dapat berupa bibit bagal atau bibit rayungan.
Umumnya digunkaan bibit dengan 2 mata untuk menjaga kepastian tumbuh. Dalam satu
meter juringan ditanam 5 – 6 stek bibit. Waktu tanam yang ideal untuk tebu sawah adalah
bulan Mei – Juni, sehingga pada saat panen bulan Juli – September tanaman sudah cukup
masak dan memiliki bobot tebu yang tinggi.
Penanaman bibit diusahakan agar mata bibit menghadap ke samping. Apabila mata bibit
menghadap keatas maka tunas akan muncul lebih dulu pada permukaan tanah daripada
mata bibit yang menghadap kebawah. Keadaan tersebut disebabkan oleh waktu yang
dibutuhkan oleh tunas untuk mencapai permukaan tanah menjadi dua kali lebih lama,
secara perhitungan jaraknya saja sudah jelas lebih jauh untuk mencapai permukaan tanah
sehingga mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam dan pertumbuhan tunas terganggu.
Sumber:
Jenis-Jenis
Tanah,
Ciri-ciri
Tanah
subur
dan
tidak
subur,
manfaat
tanah.http://dyahayumutiara.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-tanah-ciri-ciri-tanahsubur.html
http://binaukm.com/2010/06/teknik-budidaya-tebu-budidaya-tebu-sawah/
Tanah dan Kesesuaian Lahan
Kesesuaian Lahan
Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu didaerah Patoh menunjukkan
bahwa hanya terdapat dua kelas yaitu kelas S3 (sesuai marjinal) dengan luas 5100 ha
(29,4%) sesuai dengan luas 12.225 ha (70,6 % dari luas wilayah survey) dan kelas N
(tidak sesuai) dengan luas 12.225 ha (12
Sepertipada sub kelas sebelumnya bahaya pirit terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih
dari permukaan tanah dan agar pirit ini tidak berbahaya bagi tanaman tebu maka
diusahakan bagian tanah yang mengandung tetap dalam keadaan tereduksi.jika pirit ini
teroksidasi akan menimbulkan kemasaman tanah sangat tinggi yang membahayakan
tanaman.pada lain pihak lahan sub kelas mempunyai faktor pembatas ketersediaan
oksigen kurang memadai pada wilayah perakaran akibat drainase tanah jelek.
Faktor pembatas lain pada sub kelas ini adalah adanya retensi hara yang disebabkan oleh
pH masam (