laporan praktikum pakan alami (1)

Dosen mata kuliah :
Ir. A. Khaeriyah. M.Pd

LAPORAN PRAKTEK
BUDIDAYA PAKAN ALAMI

FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014

BAB I
1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya (aqua culture) berasal dari kata Aqua “air” dan culture
“budidaya”. Budidaya merupakan usaha pemeliharaan yang dilakukan
didalam air (sistem perairan). Budidaya (aqua culture) adalah suatu
kegiatan produksi, proses, dan pemasaran dari organisme yang bersifat
hidup dari sistem perairan.

Pakan alami adalah bahan pakan yang diambil dari organisme
hidup dalam bentuk dan kondisinya seperti sifat-sifat keadaan dialam.
Organisme pakan alami (life food organism) yaitu organisme hidup yang
dipelihara dan dimanfaatkan / diperuntukkan sebagai pakan didalam
proses budidaya perikanan. Dengan demikian budidaya pakan alami
didefinisikan sebagai suatu kegiatan produksi, prosesing dan pemasaran
organisme pakan hidup dari suatu sistem perairan yang dapat
dimanfaatkan untuk pakan kultivan dalam kegiatan budidaya perikanan.
Sedangkan sebagai batasan aspek pokok bahasan yang dipelajari
didalam budidaya pakan alami ini adalah jenis-jenis dari golongan
fitoplankton, zooplankton, anelida, ikan, dan beberapa larva yang bersifat
planktonik seperti dari larva bivalve.
Budidaya ikan secara komersial dari berbagai jenis species-species
diantaranya bivalve, crustaceae, dan ikan bertulang belakang (finfish)
akan mengalami permasalahan yang serius apabila didalam proses
produksinya tidak tersedia pakan alami yang kontinyu baik kuantitas
maupun kualitasnya. Hal ini dikarenakan masih banyak jenis kultivan
2

budidaya yang masih tergantung input pakan dari pakan organisme hidup,

terutama untuk pemeliharaan kultivan dalam bentuk larva. Dilain pihak,
budidaya pakan alami harus menyesuaikan dengan kebutuhan kultivan
ikan yang dipelihara. Untuk memenuhi kebutuhan kultivan tersebut di
syaratkan sifat fisiologi jenis/species pakan hidup yang dikultur, ukuran,
kecepatan reproduksi, kemampuan tumbuh, dan nilai nutrisi dari setiap
jenis pakan alami. Dengan perkembangan kebutuhan pangan penduduk
dunia saat ini, maka peningkatan budidaya perikanan sangat diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pengembangan budidaya perikanan baik
di perairan tawar, payau maupun laut diberbagai negara merupakan suatu
bentuk revolusi pertumbuhan industri baru. Kenyataan ini selaras dengan
bertambahnya populasi penduduk dunia dari tahun ketahun, permintaan
akan pangan dunia, potensi produksi perikanan yang sudah mencapai
maximum sustainable yield, produksi pertanian yang semakin menurun
akibat pergeseran tata guna lahan untuk keperluan lain dan permintaan
kualitas hidup perkapita meningkat. Dengan demikian permintaan akan
pangan dari sumber hewani juga akan meningkat, lebih-lebih dilihat dari
kandungan protein ikan yang mempuyai kandungan asam amino yang
lebih lengkap dari pada sumber protein hewani lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi dari sumber protein hewani ikan
diperlukan pengembangan budidaya perikanan dan untuk mendukung

produksi sesuai dengan kuantitas maupun kualitas produk ikan, maka
diperlukan ketersediaan pakan alami. Penyediaan pakan alami baik
kuantitas, kualitas dan kontinuitas diperlukan pengetahuan tentang teknik

3

dasar budidaya pakan alami yang baik agar kontunyuitas produksi ikan
hasil budidaya dapat terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.
B. Tujuan dan Kegunaan
Praktek ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dalam satu kegiatan pembenihan maupun budidaya
perikanan,khususnya dalam kegiatan produksi pakan alami (plankton)
yang merupakan kegiatan pendukung baik untuk kegiatan pembenihan
maupun budidaya perikanan seperti ikan, udang dan berbagai komoditas
perikanan lainnya.
Setelah melaksanakan praktek lapang mahasiswa (i) diharapkan
dapat melakukan dan melaksanakan secara langsung di lapangan
prosedur teknis kegiatan produksi pakan alami yang selanjutnya di
harapkan dapat diterapkan dan dikembangkan dalam masyarakat
sehingga bermanfaat bagi pengembangan perikanan secara keseluruhan


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Chaetoceros. sp
Diatom merupakan organisme/ganggang bersel tunggal yang
tergolong dalam divisi Bacillariophyta, ganggang jenis ini memiliki dua
ordo yakni centrales dan pennales. Kedua ordo ini dapat dibedakan
berdasarkan bentuk fisik tubuh dan habitanya. Diatom dari ordo centrales
memiliki ciri bentuk tubuh silinder dan hidup di air laut sedangkan ordo
pennales memiliki bentuk tubuh lonjong dan hidup di air tawar.
Chaetoceros sp. merupakan diatom dari ordo centrales (Bachtiar, 2003).
Chaetoceros sp. ada yang memiliki bentuk tubuh bulat dengan
ukuran tubuh yang sangat kecil yakni berkisar antara 4 – 6 mikron dan
ada yang berbentuk segi empat dengan ukuran 8-12 x 7-18 mikron. Sama
seperti diatom pada umumnya, Chaetoceros sp. memiliki dinding sel yang
dibentuk dari silika (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Lebih lanjut


ditambahkan oleh Sumeru dan Anna (2005), bahwa pada setiap sel
Chaetoceros sp. dipenuhi oleh cytoplasma.
Menurut Sujiharno (2002), diatom memiliki beberapa pigmen
warna yakni chlorophyl a, chlorophyl c, karoten diatomin dan fukosantin.
Pigmen chlorophyl memiliki peran sebagai katalisator dalam proses
fotosintesis

sedangkan

adanya

pigmen

karoten

dan

diatomin


menyebabkan dinding sel dari Chaetoceros sp. berwarna cokelat
keemasan.

5

B. Nannochloropsis sp.
Nannochloropsis sp. adalah alga bersel satu yang termasuk ke
dalam kelas Eustigmatophyceae, yang biasa di kenal sebagai marine
chlorella. Nannochloropsis sp. dapat dimanfaatkan untuk mengadsorpsi
ion-ion logam. Kemampuan adsorpsinya cukup tinggi karena di dalam
alga Nannochloropsis sp. terdapat gugus fungsi amina, amida, dan
karboksilat yang dapat berikatan dengan ion logam. Nannochloropsis sp.
mempunyai peranan penting dalam suatu kegiatan pembenihan karena
kandungan nutrisinya yang tinggi dan memiliki kemampuan memproduksi
bahan-bahan yang sangat penting seperti pigmen (zeaxanthin dan
astaxanthin) dan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA). Pembenihan
membutuhkan Nannochloropsis sp. dengan kuantitas serta kualitas yang
baik, dalam hal ini adalah kepadatan sel serta kandungan protein yang
tinggi ( Wisnu, 2006 ).
Nannochloropsis sp. mempunyai peranan penting dalam suatu

kegiatan pembenihan karena kandungan nutrisinya yang tinggi dan
memiliki kemampuan memproduksi bahan-bahan yang sangat penting
seperti pigmen (zeaxanthin dan astaxanthin) dan Poly Unsaturated Fatty
Acid (PUFA). Namun pemanfaatan secara langsung dalam bentuk
biomassa

(sel

mati),

sangat

rentan

terhadap

degradasi

oleh


mikroorganisme, sehingga perlu dilakukan immobilisasi(Anonim, 2008).

6

BAB IV
METODE PRAKTEK
A. Waktu dan Tempat
Praktek lapang ini dilaksanakan pada hari Jum’at 07 Januari 2014,
Pukul 11.45 di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros (BRPBAP
Maros).
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktek Lapang ini
adalah beberapa perlengkapan alat tulis dan baju lab.
C. Prosedur Kerja
Dalam melaksanakan Praktek Lapang, metode yang di gunakan
antara lain :
a. Koasistensi
Koasistensi yaitu metode yang dilakukan dengan mengikuti secara
keseluruhan kegiatan produksi pakan alami (plankton).
b. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung berbagai kegiatan yang di
lakukan pada pembuatan pakan alami
c. Wawancara
Melakukan tanya jawab secara langsung dengan staf dan pekerja
yang berada dalam lingkungan praktek.

7

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Chaetoceros sp.
Dari praktek yang dilaksanakan di BRPBAP maros terdapat
beberapa organism pakan alami yang di budidayakan dalam skala
laboratorium, dalam praktek lapang ini hanya di fokuskan pada dua
organisme saja yaitu : Chaetoceros sp dan Nannochloropsis sp. Dimana
Chaetoceros sp. Termasuk dalam Phytoplankton berwarna coklat
sedangkan

Nannochloropsis


sp.

Termasuk

dalam

phytoplankton

berwarnan hijau.
Chaetoceros sp merupakan salah satu diatom dengan klasifikasi
sebagai berikut :
Bougis

(1979)

dalam

Sudjiharno


Chaetoceros sp. sebagai berikut :
Divisi : Bacillariophyta
Classis : Bacillariophyceae
Ordo : Centrales
Sub Ordo : Biddulphiinae
Famili : Chaetoceraceae
Genus : Chaetoceros
Species : Chaetoceros sp.

8

(2002)

mengklasifikasikan

b. Nannochloropsis sp.
Menurut Anonim (2006), klasifikasi dari Nannochloropsis sp. adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Chromista
Filum : Heterokonta
Kelas : Eustigmatophyceae
Sub-kelas : Bacillariophycideae
Genus : Nannochloropsis
Species : Nannochloropsis sp
B. Pembahasan
a. Chaetoceros sp
Kultur Chaetoceros sp. skala laboraturium dilakukan dengan
beberapa tahapan yakni tahap isolasi, kultur di media agar dan kultur di
media cair. Kultur Chaetoceros sp. di media cair dilakukan secara
bertahap atau dilakukan dengan kultur bertingkat dimulai dari kultur dalam
tabung reaksi volume 10 ml (test tube) sampai kultur pada wadah yang
lebih besar mulai dari 100 ml – 5 liter.
Berikut adalah gambar dari kultur Chaetoceros sp :

Gambar 3 : Kultur Chaetoceros sp pada media Erlemeyer.

9

a) Kultur Pada Wadah Erlenmeyer 1000 ml (1 liter)
Erlenmeyer berisi air laut steril sebanyak 700 ml yang sudah di
autoclave dan diberi pupuk dengan pupuk laboratorium (formula Guillard)
dengan dosis 1 ml / 1 liter. Setelah pupuk larut dan merata, berikan starter
sebanyak 70 – 150 ml kemudian diinkubasi pada rak kultur dalam ruang
ber AC yang di lengkapi dengan lampu TL selama 2 – 3 hari untuk
plankton cokelat sampai blooming. Starter siap dikultur pada tingkat
selanjutnya.
b) Kultur Pada stoples 1 – 2 liter
Air laut yang sudah disterilkan dan dinetralkan di masukkan ke
dalam stoples dan diberi pupuk yaitu : Vitamin, NP, Tracemetal dan Silikat
masing-masing dengan dosis 1 ml / 1 lite. Selanjutnya diaerasi. Setelah
pupuk larut dan merata, diberikan starter sebanyak 100 – 200 ml. Wadah
kultur di letakkan pada rak kultur dalam ruang ber-AC yang di lengkapi
lampu TL dan diinkubasikan selama 2 – 3 hari, setelah blooming starter
siap dilanjutkan ketingkat selanjutnya dengan metode yang sama yang di
lakukan pada kultur 1 – 2 liter.
b. Nannochloropsis sp
Berikut adalah gambar dari kultur Nannochloropsis sp.

Gambar 4 : Kultur Nannochloropsis sp pada media Erlemeyer.

10

Gambar 5 : Kultur Nannochloropsis sp pada media 200-500 L.
1. Kultur Nannochloropsis sp Pada Media Air Laut
Air laut di tampung dalam bak fiber dengan kapasitas 5 ton,
selanjutnya di beri kaporit dosis 30 ppm / ton dan di diamkan selama 24
jam sambil diaerasi. Air kemudian melewati instalasi UV (Ultra Violet /
untuk membunuh kuman) dan selanjutnya ditransfer ke dalam wadah
volume 50 liter dengan menggunakan pompa celup yang dilengkapi
dengan saringan kapas.

Air kemudian dinetralkan menggunakan

thiosulfat sebanyak 0,5 gram sambil diaerasikan. Setelah netral, air laut
siap di gunakan untuk kultur. Kultur murni di lakukan pada beberapa
tingkatan volume air yaitu : 100 ml, 500 ml, 1 liter dan 10 liter.

.

Menyiapkan wadah kultur seperti :
a. Kultur pada wadah erlemeyer 1000 ml
Erlemeyer berisi air sebanyak 700 ml yang sudah diautoclave
kemudian diberi pupuk walne masing – masing sebanyak 1 ml. Ambil
starter ( bibit) Chlorella sp yang dari wadah erlemeyer 500 ml sebanyak
150 ml kemudian diinkubasikan pada rak kultur diruang ber AC yang
dilengkapi lampu neon selama 4 - 5 hari. Starter (bibit) siap di kultur pada
tingkat selanjutnya.

11

b. Kultur pada wadah volume 1 sampai 2 liter.
Ambil air laut yang sudah netral sebanyak 700 ml masukkan
kedalam stoples kemudian dipupuk dengan pupuk cair yaitu : vitamin, NP,
tracemetal dan silikat sebanyak 1 ml / liter. Diaerasikan 5 menit agar
pupuk tercampur secara merata lalu kita tambahkan bibit Chlorella sp
sebanyak 100 – 200 ml (20% dari total volume). Selanjutnya diinkubasi
pada rak kultur dan dilakukan pemanenan/transfer setelah 2 hari atau
terjadi blooming.

Semua perlakuan tadi dengan cara yang sama

dilakukan kultur kedalam wadah 10 liter tunggu sampai 4 - 5 hari
kemudian Chlorella sp pada stoples 10 liter dipanen dan dikultur pada
tahap selanjutnya.
Adapun Parameter kualitas air laut yang diukur dapat dilihat pada
tabel 3
Tabel 3. Parameter Kualitas Air
No
1

PARAMETER
Suhu

KISARAN NILAI
20 - 32º C

2

Salinitas

20 – 35 ppt

3

pH

7,5 – 9

4

NH 3

0,01 ppm

5

Intensitas cahaya

1000 – 10.000 lux

6

Lama

penyinaran Minumum 8 : 16 jam

gelap ; terang

Maksimal 20 : 4 jam

2. Pertumbuhan Chaetoceros sp dan Nannochloropsis sp.

12

Pertumbuhan phytoplankton selama kultur dapat di tandai dengan
bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel.
Ada 4 fase pertumbuhan phytoplankton yaitu :
a. Fase Adaptasi
Disebut juga lag fase yakni pada fase ini sel melakukan adaptasi
terhadap lingkungannya dan mulai melakukan metabolisme namun belum
terjadi pertambahan sel.
b. Fase Logaritmik/eksponensial
Fase ini merupakan fase dimana pertumbuhan fitoplankton terjadi
dengan cepat sehingga terjadi pertambahan jumlah sel yang sangat
signifikan.
c. Fase Stasioner
Fase stasioner atau yang sering disebut fase pertumbuhan tetap
ialah fase dimana laju reproduksi seimbang dengan laju kematian. Fase
ini merupakan puncak pertumbuhan populasi fitoplankton.
d. Fase Kematian
Fase kematian ialah fase dimana laju pertumbuhan lebih kecil
dari pada laju kematian, karena disebabkan oleh penurunan kemampuan
metabolisme dari fitoplankton.
5. Pemanenan
Hasil kultur murni skala laboratorium dengan volume 10 liter
selanjutnya digunakan sebagai starter pada tingkatan lanjutan dengan
volume yang lebih besar yaitu untuk kultur skala massal yang mencakup
skala intermediate (500 liter – 1 ton), semi massal (2 – 5 ton) dan massal

13

(10 – 20 ton). Hasil panen pada kultur massal selanjutnya yang akan
digunakan sebagai pakan alami untuk kegiatan pembenihan dengan
dengan kepadatan dan kuantitas yang tinggi.
6. Pasca Panen
Phytoplankton yang telah di panen dapat langsung di manfaatkan
sebagai makanan alami bagi larva atau disimpan dalam bentuk kering
atau basah dalam freezer. Phytoplankton dalam bentuk kering dihasilkan
dari penjemuran phytoplankton yang dilakukan dalam kotak penjemuran
pada udara panas dengan suhu sekitar 70 °C. Selanjutnya phytoplankton
yang sudah kering dapat disimpan dalam botol atau tempat penyimpanan
yang tertutup rapat. Pengeringan juga dapat di lakukan dengan
menggunakan oven. Phytoplankton freezer (phytoplankton beku) di
peroleh dari hasil penyimpanan phytoplankton yang telah di padatkan di
dalam freezer.

BAB VI

14

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Lapang di Balai Riset Perikanan
Budidaya Air Payau Maros (BRPBAP Maros) kesimpulan yang diambil
selama mengikuti kegiatan tersebut adalah :
1. Untuk mendapatkan produksi plankton berkualitas baik dan
bermutu di perlukan inokulum yang baik artinya bebas dari bakteri
dan kontaminan, menggunakan peralatan dan bahan-bahan yang
steril, ruangan steril. Mulai dari kegiatan kultur murni sampai
kegiatan pasca panen.
2. Untuk menunjang keberhasilan produksi plankton dalam kuantitas
yang besar dan kualitas yang bermutu tinggi diperlukan sarana /
prasarana penunjang yang memadai.
B. Saran
Saran yang penulis dapat berikan setelah melaksanakan kegiatan
Praktek Lapang bahwa untuk menghasilkan plankton yang lebih
berkualitas dan dalam kuantitas yang lebih besar lagi perlu dilakukan uji
coba dan penelitian yang lebih mendalam agar pakan alami (plankton)
tidak

menjadi

faktor

pembatas

bagi

kegiatan

pembenihan

membutuhkan plankton sebagai pakan awal (pakan alami).

15

yang

16