Pembahasan makalah Filsafat Immanuel Kan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung atau zaman
modern
yang
di
Inggris
dikenal
dengan
Enlightenment.
Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia
mencari
cahaya
baru
dalam
rasionya.
Immanuel
mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan
Kant
Aufklarung,
dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak baligh
(dalam bahasa Jerman disebut Unmundigkeit), yang dengannya
ia sendiri bersalah. ”Apa sebabnya manusia itu sendiri yang
bersalah?
Karena
manusia
itu
sendiri
tidak
menggunakan
kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio. Oleh karenanya
semboyan Aufklarung menjadi Sapere Aude! “Hendaklah anda
berani berfkir sendiri!” Dengan demikian zaman pencerahan
merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat
yang sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi.
Di Inggris pada zaman itu muncul Deisme, yaitu suatu
pendirian pemikir-pemikir yang sungguh menerima adanya Allah,
akan tetapi beranggapan bahwa Allah tidak menghiraukan
penyelenggaraan dunia. Tokoh zaman pencerahan disini antara
lain Hume.
Di Prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokohtokoh seperti, Voltaire (1641-1778), Charles De Montesque
(1689-1775) dan Jean Jaqcues Rousseau (1712-1778) yang
amat terkenal dengan teori kontrak sosialnya.
Di Jerman seorang filusuf besar yang melebihi zaman
Aufklarung telah lahir, yaitu Immanuel Kant.
1|Filsafat Immanuel Kant
Salah satu filsuf yang mempengaruhi Kant adalah David
Hume, seorang filsuf dari Skotlandia. Filsafat David Hume ini
merupakan filsafat yang menitik beratkan pengetahuan manusia
pada
penyerapan
inderawinya
atau
empirisme,
sebuah
penjelasan tentang hakikat substansi dan suatu sebab. Dengan
kata lain filsafat Hume ini membatasi pengetahuan manusia
hanya mencapai pada apa yang ada di dunia nyata, yaitu bendabenda yang terlihat dan terserap. Kant tentu tidak setuju dengan
filsafat yang menurutnya salah dalam menjelaskan pengetahuan
manusia ini, oleh karena itu maka David Hume bisa disebut
sebagai
filsuf
yang
membangkitkan
gairah
berpikirnya
Immanuel Kant.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan Immanuel Kant pada zaman
modern?
2. Apa
sajakah
yang
menjadi
pokok
dalam
pemikiran
Immanuel Kant?
3. Bagaimana pemikiran kritisisme Immanuel Kant?
4. Apa tujuan filsafat Immanuel Kant?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kehidupan Immanuel Kant pada
zaman modern,
2. Untuk mengetahui pokok pemikiran Immanuel Kant,
3. Untuk mengetahui pemikiran kritisisme Immanuel Kant,
4. Untuk mengetahui tujuan filsafat Immanuel Kant.
2|Filsafat Immanuel Kant
D.
Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis memakai metode
penulisan Study Literature, yaitu dengan cara mengumpulkan
referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan judul
makalah yang penulis angkat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Immanuel Kant
Dilihat dari riwayat hidupnya, Immanuel
Kant adalah
seseorang yang sederhana. Selama hidupnya Kant menetap di
Prusia dan mengalami masa peperangan tujuh tahun sewaktu
Rusia menaklukkan Prusia Timur. Ia juga hidup dalam masa
revolusi
Perancis
dan
masa
kejayaan
Napoleon.
Selama
hidupnya jarang sekali ia bepergian lebih dari 70 km dari tempat
tinggalnya.
Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di
Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga
pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan
menunggang
kuda.
Neneknya
merupakan
imigran
dari
Skotlandia tetapi pada penelitian yang diadakan kemudian orang
menyangsikan
betulkah
neneknya
berasal
dari
Skotlandia.
Semula namanya ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya
3|Filsafat Immanuel Kant
perubahan ejaan yang menentukan bahwa huruf C juga dibaca
seperti S, maka untuk tidak membuat meragukan orang yang
mengenalnya, nama itu ditulis seperti yang dikenal orang
sekarang. Perubahan itu telah terjadi pada zaman neneknya.
Perhatian bagi hal-hal kecil semacam itu antara lain yang
mempengaruhi sikap hidup Kant yang serba teliti lebih-lebih
dalam hal pembagian waktu, sampai ia terkenal sebagai seorang
profesor yang bekerja menurut waktu yang telah ditentukannya.
Dari ibunya Kant mendapat pengaruh agama yang beraliran
Pietisme, ialah suatu aliran dalam agama yang menghendaki
suatu
ketaatan yang mendalam dari para pemeluknya. Itulah
sebabnya Kant besar kepercayaannya kepada Tuhan hanya
kehadirannya di gereja sangat terbatas pada hari-hari besar
agama saja. Akan tetapi ia hidup dalam zaman scepticsim serta
membaca karangan-karangan voltaire dan Hume. Akibat dari
itu semua ialah bahwa ia memiliki problem: what can we know?
(apa yang dapat kita ketahui?), what is nature and what are the
the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah
batas-batas pengetahuan manusia itu?) Sebagian besar hidup
nya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of
thought (proses penalaran logis), the external world (dunia
eksternal) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).
Kehidupannya sebagai filsuf di bagi dalam dua periode:
zaman pra-kritis dan zama kritis. Pada zaman pra-kritis ia
menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolft.
Tetapi karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume
itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada
zaman kritisnya, Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.
4|Filsafat Immanuel Kant
Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya
dengan dogmatisme.
Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya,
ialah kritik der Reinen Vernunft Resion dan Qritique of Pure
Reason yang membicarakan Reason dan knowing process yang
ditulisnya selama 15 tahun. Buku kedua adalah kritik der
practischen vernunft (1781) atau bisa disebut Criticue of
Practical Reason alias kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau
Critique of Judgment alias kritik atas daya pertimbangan.
Riwayat Pendidikan Immanuel Kant
Pada masa kecilnya Kant mula-mula memasuki Collegium
Friedericianum di Koenigsberg dari tahun 1732 sampai tahun
1740. Pada sekolah itu Kant tidak mendapat banyak ilmu
pengetahuan alam dan filsafat yang baginya sangat menarik.
Kemudian ia pindah ke Universitas di Koenigsberg, mula-mula
belajar teologi, tetapi setelah belajar selama enam tahun ia
pindah mempelajari filsafat. Pada saat itu ia mulai mendapat
pengaruh dari Martin Knutzen, seorang profesor dalam mata
kuliah logika dan metafisika dan yang merupakan salah seorang
penganut filsafat
Wollf. Karena dekatnya
dengan
Martin
Knutzen, Kant diizinkan mempergunakan buku-buku milik
Martin Knutzen, sehingga pengaruh itu makin mendalam dan
karenanya terangsanglah ia untuk mulai mempelajari ilmu
pengetahuan Newton.
Kant baru menyelesaikan studinya pada tahun 1755, karena
ia terpaksa bekerja sebagai guru privat di beberapa keluarga
bangsawan
demi
kelangsungan
studinya,
selama
kira-kira
sembilan tahun. Dalam tahun 1756 ia mencalonkan diri untuk
menggantikan Martin Knutzen yang meninggal, tetapi ia tidak
5|Filsafat Immanuel Kant
berhasil karena Knutzen dipandang sebagai seorang profesor
yang luar biasa, sehingga diambil keputusan kursi Knutzen
dibiarkan kosong. Sejak tahun 1764 Kant ditawari menjadi
pemegang mata kuliah puisi, tetapi ia menolaknya penawaran
semacam itu datang pula dari Universitas Jena, pada tahun 1769,
dan ia pun mengambil keputusan yang sama. Selama lima belas
tahun sejak ia lulus, ia menjadi dosen luar biasa pada Universitas
di Koenigsberg. Di samping itu sejak tahun 1766 ia menjadi
asisten perpustakaan, sehingga dari pendapatannya itu ia
teringankan dalam hal biaya hidupnya. Jabatan di perpustakaan
pada tahun 1772 diserahkan kembali karena ia merasa tidak
sesuai dengan bidangnya, apalagi karena sejak tahun 1770 ia
diangkat menjadi profesor dalam logika dan metafisika, dan
jabatan itu dipegangnya sampai ia meninggal. Mata kuliah itu
dibinanyan lebih dari 40 tahun, bahkan di samping mata kuliah
itu ia pun memberikan mata kuliah lain, diantaranya geografi,
antropologi, teologi, dan filsafat moral.
B. Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman
memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih
dahulu, dikarenakan pemikirannya begitu original dan terlihat
berbeda
dari
pemikiran
para
filsuf
sebelumnya
terutama
berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume, berikut ini
pokok pemikirannya:
1. Panca indera, akal budi dan rasio. Kita sudah tahu
tentang
arti
empirisme
yang
mementingkan
pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan
dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan
rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio
6|Filsafat Immanuel Kant
yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis,
namun Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant
istilah “rasioâ€/ rasio memiliki arti yang baru, bukan
lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai
sesuatu
yang
ada
“di
belakang”
akal
budi
dan
pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada
tiga unsur: akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan
pengalaman inderawi.
2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan
antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk
membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh
tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua
unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi.
Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan
yang datang lebih dulu sebelum dialami, seperti
misalnya pengetahuan akan bahaya, sedangkan aposteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti
misalnya dalam menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah
satunya saja yang dipakai misalnya hanya empirisme
saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang
diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan.
Filsafat
Kant
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
3. Dari
sini
timbullah
bahwa
Kant
adalah
seorang
Kopernikan dalam bidang filsafat. Sebelum Kant, filsafat
hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang
mengamati objek, tertuju pada objek, penelitian objek
dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama
sekali
baru,
sebelumnya
merupakan
yaitu
bahwa
kebalikan
objeklah
dari
yang
filsafat
harus
7|Filsafat Immanuel Kant
mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan
sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah
pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek
yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu
yaitu si pengamat objek (subjek).
Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu
membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan
merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis,
dan berpengaruh.
C. Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant
Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang
diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme adalah filsafat yang
memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki
kemampuan
dan
Perkembangan
batas-batas
ilmu
rasio
Immanuel
(Khuza’i,
Kant
2007:25).
mencoba
untuk
menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori
dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan
yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari
filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah
penting,
karena
ia
bisa
menghindari
kemungkinan
ilmu
pengetahuan menjadi sebuah dogma.
Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batasbatas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat
modern
secara
sebelumnya
mutlak.
Isi
yang
utama
mempercayai
dari
kemampuan
kritisisme
adalah
rasio
gagasan
Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika.
Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan
mendasar
yang
timbul
pada
pemikiran
Immanuel
Kant.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
8|Filsafat Immanuel Kant
1. Apakah yang dapat kita ketahui?
2. Apakah yang boleh kita lakukan?
3. Sampai di manakah pengharapan kita?
4. Apakah manusia itu?
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat
pada subjek dan bukan pada objek.
2. Menegaskan
keterbatasan
kemampuan
rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu;
rasio
hanyalah
mampu
menjangkau
gejalanya atau fenomenanya saja.
3. Menjelaskan
bahwa
pengenalan
manusia
atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan
unsur anaximanes apriori yang berasal dari rasio
serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang
berupa materi.
Kritik atas rasio murni :
Kritisisme
Immanuel
Kant
merupakan
usaha
untuk
mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme
mementingkan unsur apriori dalam pengenalan, berarti unsurunsur yang terlepas dari segala pengalaman (seperti “ide-ide
bawaan” ala Descrates). Empirisme menekankan unsur-unsur
aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman
(seperti Locke yang menganggap rasio sebagai “lembaran
putih” –as a white paper-). Menurut Kant, rasionalisme maupun
empirisme kedua-duanya berat sebelah.
9|Filsafat Immanuel Kant
Kant berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia
merupakan
paduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan
unsur-unsur aposteriori.
Walaupun
Kant
sangat
mengagumi
empirisme
Hume,
empirisme yang bersifat radikal dan konsekuen, maupun ia tidak
menyetujui
skeptisisme
yang
dianut
Hume
dengan
kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan kita tidak
mampu mencapai kepastian. Pada waktu Kant hidup sudah
menjadi jelas bahwa ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan
oleh newton memperoleh sukses besar. Hukum-hukum ilmu
pengetahuan berlaku selalu dan dimana-mana, misalnya air
mendidih dalam 100 C, selalu begitu dan begitu dan begitulah di
mana-mana. Yang menjadi soal adalah, bagaimana hal itu
mungkin terjadi? Syarat-syarat manakah yang harus terpenuhi
untuk menjadikan ilmu pengetahuan alam dapat menghasilkan
pengetahuan yang begitu mutlak dan perlu pasti? Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Kant mengadakan revolusi
Filsafat. Ia berkata bahwa ia mau mengusahakan suatu “Revolusi
Kopernikan”, berarti suatu revolusi yang dapat dibandingkan
dengan perubahan revolusioner yang dijadikan covernicus dalam
bidang astronomi. Dahulu para filsuf telah mencoba memahami
pengenalan
dengan
mengandaikan
bahwa
si
subjek
mengarahkan diri kepada objek. Kant mengerti pengenalan
dengan berpangkal dari anggapan bahwa objek mengarahkan
diri kepada subjek. Sebagaimana
copernicus menetapkan
bahwa bumi berputar sekitar matahari dan bukan sebaliknya,
demikian pula Kant memperlihatkan bahwa pengenalan berpusat
pada subjek bukan objek. Kant membedakan tiga taraf atau
tingkat pengenalan pada taraf indera, akal dan rasio.
Taraf indera
10 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Di
atas
sudah
dikatakan
bahwa
pengenalan
merupakan sintesa antara unsur apriori dengan unsur
aposteriori. Unsur apriori memainkan peranan bentuk,
dan
unsur
aposteriori
memainkan
peranan
materi.
Menurut Kant, unsur apriori itu sudah terdapat pada
indera. Ia berpendapat bahwa pengetahuan indrawi selalu
ada dua bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Jadi, ruang
tidak merupakan ruang kosong, di mana benda-benda
diletakan; ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya”
(ruangan sincli). Dan waktu bukan merupakan suatu arus
tetap,
dimana
diciptakan.
penginderaan-penginderaan
Keduanya
merupakan
bisa
bentuk
apriori
sensibilitas. Atau dengan kata lain perkataan, keduaduanya berakar dalam satu struktur subjek sendiri.
Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai
implikasi yang penting. Memang ada suatu realitas,
terlepas dari subjek, Kant berkata: memang ada das Ding
an Sich selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita
hanya
mengenal
gejala-gejala
(Erschenungen),
yang
selalu merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari
luar dengan bentuk ruang dan waktu itulah yang disebut
gejala atau penampakan (fenomenon). Hanyalah gejala
yang dikenal, sedangkan benda dalam dirinya sendiri
tinggal suatu x, tetapi tidak dikenal (numena).
Taraf Akal budi
Kant
membedakan
akal
budi
Vesrtand
dengan
Vernunft. Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara
data-data inderawi. Dengan perkataan lain, akal budi
menciptakan putusan-putusan. Suatu putusan terdiri dari
subjek dan predikat (bentuk sintesis), misalnya meja itu
11 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
indah yang terdiri dari bentuk dan materi. Materi adalah
data-data inderawi dan bentuk adalah apriori, yang
terdapat
pada
akal
budi.
Bentuk-bentuk
apriori
ini
dinamakan Kant dengan istilah “kategori”.
Menurut Kant ada 12 kategori, tetapi yang terpenting
dapat disebut di sini hanya dua kategori saja, yaitu
substansi
dan
kausalitas.
Jika
kita
umpamakan
membentuk putusan bahwa A menyebabkan B, maka
sahnya
putusan
itu
tidak
berlangsung
berasal
dari
realitas, melainkan kita harus memikirkan hubungan
antara data A dan data B berdasarkan ketegori kausalitas
(sebab-akibat). Maksud Kant kiranya dapat diterangkan
sedikit
dengan
perumpamaan
berikut:
jika
seorang
tertentu memakai kacamata yang kacanya berwarna
merah, maka ia melihat segala benda berwarna merah.
Tentu itu tidak berarti bahwa benda-benda itu sendiri
berwarna merah. Keadaan tersebut disebabkan karena
jalan
melalui
pengalaman
mana
yang
pengalaman
ditempuh),
dilakukan
memuat
suatu
(jalan
faktor
(kacamata berwarna merah) yang karenanya (karena
faktor itu) ia terpaksa hanya bisa melihat hal-hal yang
berwarna merah. Demikian hanyalah dengan akal budi
kita. Akal budi mempunyai struktur sedemikian rupa,
sehingga terpaksa mesti memikirkan data-data inderawi
sebagai substansi atau menurut ikatan sebab akibat atau
menurut kategori lainnya. Dengan demikian, Kant sudah
menjelaskan shahihnya ilmu pengetahuan alam. Sekarang
kita mengerti juga bahwa Kant betul-betul mengadakan
suatu revolusi kopernikan.
Taraf Rasio
12 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Tugas
rasio
adalah
keputusan-keputusan.
menarik
Dengan
kesimpulan
kata
lain,
dari
rasio
mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi
menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan
putusan-putusan,
demikian
putusan-putusan.
membentuk
Kant
rasio
menggabungkan
memperlihatkan
bahwa
argumentasi-argumentasi
itu
rasio
dengan
dipimpin oleh tiga ide: jiwa, dunia dan Allah. Apa yang
dimaksud dengan ide menurut Kant ialah suatu cita-cita
yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang gejalagejala
psikis
(jiwa),
dalam
bidang
kejadian-kejadian
jasmani (dunia) dan dalam bidang segala-galanya yang
ada
(Allah).
Ketiga
argumentasi-argumentasi
ide-ide
tersebut
kita
tentang
mengatur
pengalaman,
tetapi ketika ide sendiri tidak termasuk pengalaman kita.
Karena
kategori
akal
budi
hanya
berlaku
untuk
pengalaman, kategori-kategori itu tidak dapat diterapkan
pada ide-ide. Tetapi justru itulah yang diusahakan oleh
metafisika. Misalnya, metafisika membuktikan bahwa
Allah adalah penyebab pertama alam semesta. Tetapi
dengan
itu
metafisika
melewati
batas-batas
yang
ditentukan untuk pengenalan manusia. Adanya Allah dan
immortalitas
metafisika
metafisika
jiwa
tidak
senantiasa
itu
sia-sia.
dapat
dibuktikan,
berusaha
Uraian
sekalipun
demikian.
yang
panjang
Usaha
lebar
dikemukakan oleh Kant untuk memperlihatkan kepada
kita bahwa bukti-bukti untuk adanya Allah yang diberikan
dalam filsafat bersifat kontradiktoris.
Perlu dicatat bahwa bagian terpenting dari buku
Kant,
Critique on pure Reason
adalah filsafat Kant
13 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
tentang
Trancendental
Trancendental
Aeshethic
Philosophy,
di
yang
sini
merupakan
artinya
apriori.
Trancendental aesthethic ini membicarakan ruang dan
waktu. Bagian kedua dari trancendental aesthethic ini
adalah bagian trancendental analytic (tahli liy) dan
trancendental dialectic (jadaliy). Yang terpenting dapat
membuktikan keterbatasan kemampuan rasio manusia
ialah
trancendental
logic
bagian
kedua,
yaitu
trancendental dialectic yang dinamakan antinomy of pure
reason yang berjumlah empat dan terdiri dari masingmasing tesis dan antitesis yang dalam bahasa arab di
pakai istilah tana qudat al-aql al-kha lish.
Kritik atas rasio praktis
Rasio dapat menjalankan ilmu pengetahuan, sehingga rasio
disebut rasio teoritis atau menurut istilah Kant sendiri rasio
murni. Akan tetapi, di samping rasio murni terdapat apa yang
disebut rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang
harus kita lakukan; atau dengan kata lain, rasio yang memberi
perintah kepada kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa
rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yamg disebutnya
sebagai imperatif kategori. Misalnya, bila kita meminjam barang
kepunyaan orang lain, maka kita harus mengembalikan kepada
pemiliknya. Atau bisa juga berupa pernyataan negatif berupa
larangan, seperti jangan membunuh orang yang tak bersalah.
Kant kemudian bertanya, “Bagaimana ‘keharusan’ itu mungkin?
Apakah yang memungkinkan keharusan itu?” prinsip pokok
untuk menjawab pertanyaan ini ialah, kalau kita harus, maka kita
bisa juga. Seluruh tingkah laku manusia menjadi mustahil, jika
kita wajib membuat apa yang tidak bisa dilakukan. Kant
14 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaikbaiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah
sebabnya Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis.
Ketiga postulat dimaksud itu ialah:
1. Kebebasan kehendak,
2. Immoralitas jiwa,
3. Adanya Allah.
Jadi, apa yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis
harus diandaikan atas dasar rasio praktis. Tetapi tentang
kebebasan kehendak, immoralitas jiwa dan adanya Allah kita
semua tidak mempunyai pengetahuan teoritis. Menerima ketiga
postulat
tersebut
dinamakan
Kant
sebagai
glaube
alias
kepercayaan. Maka dari sinilah kita bisa melihat Kant sebagai
filsuf yang mengulik filsafat untuk memperteguh keimanannya;
keimanan kristianinya. Coba bandingkan dengan filsuf islam
seperti ibn Rusyd yang berupaya menjadikan filsafat sebagai
alat penguat keimanan sebagaimana yang tampak dalam
kitabnya Fasl al-Maqa’l Fii masyarakat bayn al-Hikmat wa alShari’at min al-ittisal!.
Kritik atas daya pertimbangan
Pada bagian ini kita bisa menganalisis “kritik ketiga” dari
Kant. Dalam kesempatan ini
kiranya
cukuplah
disebutkan
problem-problem yang dibentangkan dalam karyanya, Critique of
Judgement. Sebagai konsekuensi dari “Kritik atas rasio umum”
dan “kritik atas rasio praktis” adalah munculnya dua lapangan
tersendiri, yaitu: lapangan keperluan mutlak di bidang alam dan
lapangan kebebasan di bidang tingkah laku manusia. Maksud
kritik der Urteilskraft ialah mengerti kedua persesuaian kedua
lapangan ini. Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep
finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subektif dan objektif.
15 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Kalau finalitas bisa bersifat subjektif, manusia mengarahkan
objek pada diri manusia itu sendiri. Inilah yang terjadi di dalam
pengalaman estetis (seni). Pengalaman estetis itu diselidiki
dalam bagian pertama bukunya, yaitu berjudul
Kritik der
Astheischen Urteilskraft. Dengan finalitas yang bersifat objektif
dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian kedua, yaitu
kritik der Theologischen Unteilskraft.
D. Tujuan Filsafat Immanuel Kant
Melalui
objektivitas
filsafatnya
dunia
Kant
ilmu
bermaksud
pengetahuan.
memugar
Agar
maksud
sifat
itu
terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sifat sepihak emfirisme. Rasionalisme mengira
telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri
subjeknya, lepas dari pengalaman. Adapun empirisme mengira
telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata
bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni
tentang pengalaman, tetapi melalui idealisme subjektif bermuara
pada
suatu
skeptisisme
yang
radikal.
Kant
bermaksud
mengadakan penelitiaan yang kritis terhadap rasio murni.
Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenarankebenaran rasio murni dengan realitas dalam dirinya sendiri.
Menurut Kant, syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan
adalah:
a. Bersifat umum dan mutlak,
b. Memberi pengetahuan yang baru.
16 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung atau zaman
modern
yang
di
Inggris
dikenal
dengan
Enlightenment.
Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia
mencari cahaya baru dalam rasionya. Dan tokoh filosof dari
Jerman yang terkenal pada saat itu adalah Immanuel Kant.
Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di
Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga
pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan
menunggang kuda.
Dari
ibunya
Kant
mendapat
pengaruh
agama
yang
beraliran Pietisme, ialah suatu aliran dalam agama yang
menghendaki
suatu
ketaatan
yang
mendalam
dari
para
pemeluknya.
17 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Akan tetapi ia hidup dalam zaman scepticsim serta
membaca karangan-karangan voltaire dan Hume. Akibat dari
itu semua ialah bahwa ia memiliki problem: what can we know?
(apa yang dapat kita ketahui?), what is nature and what are the
the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah
batas-batas pengetahuan manusia itu?)
Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam dua periode:
zaman pra-kritis dan zama kritis. Pada zaman pra-kritis ia
menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolft.
Tetapi karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme.
Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya,
ialah kritik der Reinen Vernunft Resion dan Qritique of Pure
Reason yang membicarakan Reason dan knowing process. Buku
kedua adalah kritik der practischen vernunft (1781) atau bisa
disebut Criticue of Practical Reason alias kritik atas rasio praktis
yang menjelaskan filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der
Arteilskraft (1790) atau Critique of Judgment alias kritik atas
daya pertimbangan.
Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant:
1. Kritik pada taraf: Panca indera, akal budi dan rasio,
2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan
antara rasionalisme dan empirisme,
3. Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang Kopernikan
dalam bidang filsafat.
Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant
18 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya
dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas
rasio (Khuza’i, 2007:25).
Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan
Rasionalisme
dan
Empirisisme,
teori
dalam
aliran
filsafat
Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha
untuk
mempersatukan
kedua
macam
unsur
dari
filsafat
Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah penting,
karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan
menjadi sebuah dogma.
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat
pada subjek dan bukan pada objek.
2. Menegaskan
keterbatasan
kemampuan
rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu;
rasio
hanyalah
mampu
menjangkau
gejalanya atau fenomenanya saja.
3. Menjelaskan
bahwa
pengenalan
manusia
atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan
unsur anaximanes apriori yang berasal dari rasio
serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang
berupa materi.
Kritisime Immanuel Kant meliputi:
Kritik atas rasio murni:
Taraf indera,
Taraf akal budi,
Taraf rasio.
Kritik atas rasio praktis,
Kritik atas daya pertimbangan.
19 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Tujuan Filsafat Immanuel Kant
Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas
dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang
harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan
sifat sepihak emfirisme.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari sejarah Filsafat 2. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
20 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Khuza’i, Rodliyah. 2007. Dialog Epistimologi Mohammad Iqbal
dan Charles S. Peirce. Bandung: PT. Refika Aditama.
S. Praja, Juhaya. 2008. Aliran-aliran flsafat dan Etika. Cetakan
ketiga. Jakarta; Prenada Media.
21 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung atau zaman
modern
yang
di
Inggris
dikenal
dengan
Enlightenment.
Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia
mencari
cahaya
baru
dalam
rasionya.
Immanuel
mendefinisikan zaman itu dengan mengatakan
Kant
Aufklarung,
dimaksudkan bahwa manusia keluar dari keadaan tidak baligh
(dalam bahasa Jerman disebut Unmundigkeit), yang dengannya
ia sendiri bersalah. ”Apa sebabnya manusia itu sendiri yang
bersalah?
Karena
manusia
itu
sendiri
tidak
menggunakan
kemungkinan yang ada padanya, yaitu rasio. Oleh karenanya
semboyan Aufklarung menjadi Sapere Aude! “Hendaklah anda
berani berfkir sendiri!” Dengan demikian zaman pencerahan
merupakan tahap baru dalam proses emansipasi manusia Barat
yang sudah dimulai sejak Renaissance dan Reformasi.
Di Inggris pada zaman itu muncul Deisme, yaitu suatu
pendirian pemikir-pemikir yang sungguh menerima adanya Allah,
akan tetapi beranggapan bahwa Allah tidak menghiraukan
penyelenggaraan dunia. Tokoh zaman pencerahan disini antara
lain Hume.
Di Prancis muncul para ensiklopedis, materialis serta tokohtokoh seperti, Voltaire (1641-1778), Charles De Montesque
(1689-1775) dan Jean Jaqcues Rousseau (1712-1778) yang
amat terkenal dengan teori kontrak sosialnya.
Di Jerman seorang filusuf besar yang melebihi zaman
Aufklarung telah lahir, yaitu Immanuel Kant.
1|Filsafat Immanuel Kant
Salah satu filsuf yang mempengaruhi Kant adalah David
Hume, seorang filsuf dari Skotlandia. Filsafat David Hume ini
merupakan filsafat yang menitik beratkan pengetahuan manusia
pada
penyerapan
inderawinya
atau
empirisme,
sebuah
penjelasan tentang hakikat substansi dan suatu sebab. Dengan
kata lain filsafat Hume ini membatasi pengetahuan manusia
hanya mencapai pada apa yang ada di dunia nyata, yaitu bendabenda yang terlihat dan terserap. Kant tentu tidak setuju dengan
filsafat yang menurutnya salah dalam menjelaskan pengetahuan
manusia ini, oleh karena itu maka David Hume bisa disebut
sebagai
filsuf
yang
membangkitkan
gairah
berpikirnya
Immanuel Kant.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah pada makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana kehidupan Immanuel Kant pada zaman
modern?
2. Apa
sajakah
yang
menjadi
pokok
dalam
pemikiran
Immanuel Kant?
3. Bagaimana pemikiran kritisisme Immanuel Kant?
4. Apa tujuan filsafat Immanuel Kant?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kehidupan Immanuel Kant pada
zaman modern,
2. Untuk mengetahui pokok pemikiran Immanuel Kant,
3. Untuk mengetahui pemikiran kritisisme Immanuel Kant,
4. Untuk mengetahui tujuan filsafat Immanuel Kant.
2|Filsafat Immanuel Kant
D.
Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis memakai metode
penulisan Study Literature, yaitu dengan cara mengumpulkan
referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan judul
makalah yang penulis angkat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan Immanuel Kant
Dilihat dari riwayat hidupnya, Immanuel
Kant adalah
seseorang yang sederhana. Selama hidupnya Kant menetap di
Prusia dan mengalami masa peperangan tujuh tahun sewaktu
Rusia menaklukkan Prusia Timur. Ia juga hidup dalam masa
revolusi
Perancis
dan
masa
kejayaan
Napoleon.
Selama
hidupnya jarang sekali ia bepergian lebih dari 70 km dari tempat
tinggalnya.
Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di
Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga
pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan
menunggang
kuda.
Neneknya
merupakan
imigran
dari
Skotlandia tetapi pada penelitian yang diadakan kemudian orang
menyangsikan
betulkah
neneknya
berasal
dari
Skotlandia.
Semula namanya ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya
3|Filsafat Immanuel Kant
perubahan ejaan yang menentukan bahwa huruf C juga dibaca
seperti S, maka untuk tidak membuat meragukan orang yang
mengenalnya, nama itu ditulis seperti yang dikenal orang
sekarang. Perubahan itu telah terjadi pada zaman neneknya.
Perhatian bagi hal-hal kecil semacam itu antara lain yang
mempengaruhi sikap hidup Kant yang serba teliti lebih-lebih
dalam hal pembagian waktu, sampai ia terkenal sebagai seorang
profesor yang bekerja menurut waktu yang telah ditentukannya.
Dari ibunya Kant mendapat pengaruh agama yang beraliran
Pietisme, ialah suatu aliran dalam agama yang menghendaki
suatu
ketaatan yang mendalam dari para pemeluknya. Itulah
sebabnya Kant besar kepercayaannya kepada Tuhan hanya
kehadirannya di gereja sangat terbatas pada hari-hari besar
agama saja. Akan tetapi ia hidup dalam zaman scepticsim serta
membaca karangan-karangan voltaire dan Hume. Akibat dari
itu semua ialah bahwa ia memiliki problem: what can we know?
(apa yang dapat kita ketahui?), what is nature and what are the
the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah
batas-batas pengetahuan manusia itu?) Sebagian besar hidup
nya telah ia pergunakan untuk mempelajari logical process of
thought (proses penalaran logis), the external world (dunia
eksternal) dan the reality of things (realitas segala yang wujud).
Kehidupannya sebagai filsuf di bagi dalam dua periode:
zaman pra-kritis dan zama kritis. Pada zaman pra-kritis ia
menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolft.
Tetapi karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume
itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada
zaman kritisnya, Kant merubah wajah filsafatnya secara radikal.
4|Filsafat Immanuel Kant
Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya
dengan dogmatisme.
Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya,
ialah kritik der Reinen Vernunft Resion dan Qritique of Pure
Reason yang membicarakan Reason dan knowing process yang
ditulisnya selama 15 tahun. Buku kedua adalah kritik der
practischen vernunft (1781) atau bisa disebut Criticue of
Practical Reason alias kritik atas rasio praktis yang menjelaskan
filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der Arteilskraft (1790) atau
Critique of Judgment alias kritik atas daya pertimbangan.
Riwayat Pendidikan Immanuel Kant
Pada masa kecilnya Kant mula-mula memasuki Collegium
Friedericianum di Koenigsberg dari tahun 1732 sampai tahun
1740. Pada sekolah itu Kant tidak mendapat banyak ilmu
pengetahuan alam dan filsafat yang baginya sangat menarik.
Kemudian ia pindah ke Universitas di Koenigsberg, mula-mula
belajar teologi, tetapi setelah belajar selama enam tahun ia
pindah mempelajari filsafat. Pada saat itu ia mulai mendapat
pengaruh dari Martin Knutzen, seorang profesor dalam mata
kuliah logika dan metafisika dan yang merupakan salah seorang
penganut filsafat
Wollf. Karena dekatnya
dengan
Martin
Knutzen, Kant diizinkan mempergunakan buku-buku milik
Martin Knutzen, sehingga pengaruh itu makin mendalam dan
karenanya terangsanglah ia untuk mulai mempelajari ilmu
pengetahuan Newton.
Kant baru menyelesaikan studinya pada tahun 1755, karena
ia terpaksa bekerja sebagai guru privat di beberapa keluarga
bangsawan
demi
kelangsungan
studinya,
selama
kira-kira
sembilan tahun. Dalam tahun 1756 ia mencalonkan diri untuk
menggantikan Martin Knutzen yang meninggal, tetapi ia tidak
5|Filsafat Immanuel Kant
berhasil karena Knutzen dipandang sebagai seorang profesor
yang luar biasa, sehingga diambil keputusan kursi Knutzen
dibiarkan kosong. Sejak tahun 1764 Kant ditawari menjadi
pemegang mata kuliah puisi, tetapi ia menolaknya penawaran
semacam itu datang pula dari Universitas Jena, pada tahun 1769,
dan ia pun mengambil keputusan yang sama. Selama lima belas
tahun sejak ia lulus, ia menjadi dosen luar biasa pada Universitas
di Koenigsberg. Di samping itu sejak tahun 1766 ia menjadi
asisten perpustakaan, sehingga dari pendapatannya itu ia
teringankan dalam hal biaya hidupnya. Jabatan di perpustakaan
pada tahun 1772 diserahkan kembali karena ia merasa tidak
sesuai dengan bidangnya, apalagi karena sejak tahun 1770 ia
diangkat menjadi profesor dalam logika dan metafisika, dan
jabatan itu dipegangnya sampai ia meninggal. Mata kuliah itu
dibinanyan lebih dari 40 tahun, bahkan di samping mata kuliah
itu ia pun memberikan mata kuliah lain, diantaranya geografi,
antropologi, teologi, dan filsafat moral.
B. Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman
memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih
dahulu, dikarenakan pemikirannya begitu original dan terlihat
berbeda
dari
pemikiran
para
filsuf
sebelumnya
terutama
berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume, berikut ini
pokok pemikirannya:
1. Panca indera, akal budi dan rasio. Kita sudah tahu
tentang
arti
empirisme
yang
mementingkan
pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan
dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan
rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio
6|Filsafat Immanuel Kant
yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis,
namun Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant
istilah “rasioâ€/ rasio memiliki arti yang baru, bukan
lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai
sesuatu
yang
ada
“di
belakang”
akal
budi
dan
pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada
tiga unsur: akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan
pengalaman inderawi.
2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan
antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk
membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh
tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua
unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi.
Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan
yang datang lebih dulu sebelum dialami, seperti
misalnya pengetahuan akan bahaya, sedangkan aposteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti
misalnya dalam menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah
satunya saja yang dipakai misalnya hanya empirisme
saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang
diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan.
Filsafat
Kant
menyebutkan
bahwa
pengetahuan
merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
3. Dari
sini
timbullah
bahwa
Kant
adalah
seorang
Kopernikan dalam bidang filsafat. Sebelum Kant, filsafat
hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang
mengamati objek, tertuju pada objek, penelitian objek
dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama
sekali
baru,
sebelumnya
merupakan
yaitu
bahwa
kebalikan
objeklah
dari
yang
filsafat
harus
7|Filsafat Immanuel Kant
mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan
sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah
pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek
yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu
yaitu si pengamat objek (subjek).
Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu
membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan
merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis,
dan berpengaruh.
C. Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant
Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang
diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme adalah filsafat yang
memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki
kemampuan
dan
Perkembangan
batas-batas
ilmu
rasio
Immanuel
(Khuza’i,
Kant
2007:25).
mencoba
untuk
menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori
dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan
yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari
filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah
penting,
karena
ia
bisa
menghindari
kemungkinan
ilmu
pengetahuan menjadi sebuah dogma.
Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batasbatas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia.
Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat
modern
secara
sebelumnya
mutlak.
Isi
yang
utama
mempercayai
dari
kemampuan
kritisisme
adalah
rasio
gagasan
Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika.
Gagasan ini muncul karena adanya pertanyaan-pertanyaan
mendasar
yang
timbul
pada
pemikiran
Immanuel
Kant.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
8|Filsafat Immanuel Kant
1. Apakah yang dapat kita ketahui?
2. Apakah yang boleh kita lakukan?
3. Sampai di manakah pengharapan kita?
4. Apakah manusia itu?
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat
pada subjek dan bukan pada objek.
2. Menegaskan
keterbatasan
kemampuan
rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu;
rasio
hanyalah
mampu
menjangkau
gejalanya atau fenomenanya saja.
3. Menjelaskan
bahwa
pengenalan
manusia
atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan
unsur anaximanes apriori yang berasal dari rasio
serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang
berupa materi.
Kritik atas rasio murni :
Kritisisme
Immanuel
Kant
merupakan
usaha
untuk
mendamaikan rasionalisme dengan empirisme. Rasionalisme
mementingkan unsur apriori dalam pengenalan, berarti unsurunsur yang terlepas dari segala pengalaman (seperti “ide-ide
bawaan” ala Descrates). Empirisme menekankan unsur-unsur
aposteriori, berarti unsur-unsur yang berasal dari pengalaman
(seperti Locke yang menganggap rasio sebagai “lembaran
putih” –as a white paper-). Menurut Kant, rasionalisme maupun
empirisme kedua-duanya berat sebelah.
9|Filsafat Immanuel Kant
Kant berusaha menjelaskan bahwa pengalaman manusia
merupakan
paduan antara sintesa unsur-unsur apriori dengan
unsur-unsur aposteriori.
Walaupun
Kant
sangat
mengagumi
empirisme
Hume,
empirisme yang bersifat radikal dan konsekuen, maupun ia tidak
menyetujui
skeptisisme
yang
dianut
Hume
dengan
kesimpulannya bahwa dalam ilmu pengetahuan kita tidak
mampu mencapai kepastian. Pada waktu Kant hidup sudah
menjadi jelas bahwa ilmu pengetahuan alam yang dirumuskan
oleh newton memperoleh sukses besar. Hukum-hukum ilmu
pengetahuan berlaku selalu dan dimana-mana, misalnya air
mendidih dalam 100 C, selalu begitu dan begitu dan begitulah di
mana-mana. Yang menjadi soal adalah, bagaimana hal itu
mungkin terjadi? Syarat-syarat manakah yang harus terpenuhi
untuk menjadikan ilmu pengetahuan alam dapat menghasilkan
pengetahuan yang begitu mutlak dan perlu pasti? Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Kant mengadakan revolusi
Filsafat. Ia berkata bahwa ia mau mengusahakan suatu “Revolusi
Kopernikan”, berarti suatu revolusi yang dapat dibandingkan
dengan perubahan revolusioner yang dijadikan covernicus dalam
bidang astronomi. Dahulu para filsuf telah mencoba memahami
pengenalan
dengan
mengandaikan
bahwa
si
subjek
mengarahkan diri kepada objek. Kant mengerti pengenalan
dengan berpangkal dari anggapan bahwa objek mengarahkan
diri kepada subjek. Sebagaimana
copernicus menetapkan
bahwa bumi berputar sekitar matahari dan bukan sebaliknya,
demikian pula Kant memperlihatkan bahwa pengenalan berpusat
pada subjek bukan objek. Kant membedakan tiga taraf atau
tingkat pengenalan pada taraf indera, akal dan rasio.
Taraf indera
10 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Di
atas
sudah
dikatakan
bahwa
pengenalan
merupakan sintesa antara unsur apriori dengan unsur
aposteriori. Unsur apriori memainkan peranan bentuk,
dan
unsur
aposteriori
memainkan
peranan
materi.
Menurut Kant, unsur apriori itu sudah terdapat pada
indera. Ia berpendapat bahwa pengetahuan indrawi selalu
ada dua bentuk apriori, yaitu ruang dan waktu. Jadi, ruang
tidak merupakan ruang kosong, di mana benda-benda
diletakan; ruang tidak merupakan “ruang dalam dirinya”
(ruangan sincli). Dan waktu bukan merupakan suatu arus
tetap,
dimana
diciptakan.
penginderaan-penginderaan
Keduanya
merupakan
bisa
bentuk
apriori
sensibilitas. Atau dengan kata lain perkataan, keduaduanya berakar dalam satu struktur subjek sendiri.
Pendirian tentang pengenalan inderawi ini mempunyai
implikasi yang penting. Memang ada suatu realitas,
terlepas dari subjek, Kant berkata: memang ada das Ding
an Sich selalu tinggal suatu X yang tidak dikenal. Kita
hanya
mengenal
gejala-gejala
(Erschenungen),
yang
selalu merupakan sintesa antara hal-hal yang datang dari
luar dengan bentuk ruang dan waktu itulah yang disebut
gejala atau penampakan (fenomenon). Hanyalah gejala
yang dikenal, sedangkan benda dalam dirinya sendiri
tinggal suatu x, tetapi tidak dikenal (numena).
Taraf Akal budi
Kant
membedakan
akal
budi
Vesrtand
dengan
Vernunft. Tugas akal budi ialah menciptakan orde antara
data-data inderawi. Dengan perkataan lain, akal budi
menciptakan putusan-putusan. Suatu putusan terdiri dari
subjek dan predikat (bentuk sintesis), misalnya meja itu
11 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
indah yang terdiri dari bentuk dan materi. Materi adalah
data-data inderawi dan bentuk adalah apriori, yang
terdapat
pada
akal
budi.
Bentuk-bentuk
apriori
ini
dinamakan Kant dengan istilah “kategori”.
Menurut Kant ada 12 kategori, tetapi yang terpenting
dapat disebut di sini hanya dua kategori saja, yaitu
substansi
dan
kausalitas.
Jika
kita
umpamakan
membentuk putusan bahwa A menyebabkan B, maka
sahnya
putusan
itu
tidak
berlangsung
berasal
dari
realitas, melainkan kita harus memikirkan hubungan
antara data A dan data B berdasarkan ketegori kausalitas
(sebab-akibat). Maksud Kant kiranya dapat diterangkan
sedikit
dengan
perumpamaan
berikut:
jika
seorang
tertentu memakai kacamata yang kacanya berwarna
merah, maka ia melihat segala benda berwarna merah.
Tentu itu tidak berarti bahwa benda-benda itu sendiri
berwarna merah. Keadaan tersebut disebabkan karena
jalan
melalui
pengalaman
mana
yang
pengalaman
ditempuh),
dilakukan
memuat
suatu
(jalan
faktor
(kacamata berwarna merah) yang karenanya (karena
faktor itu) ia terpaksa hanya bisa melihat hal-hal yang
berwarna merah. Demikian hanyalah dengan akal budi
kita. Akal budi mempunyai struktur sedemikian rupa,
sehingga terpaksa mesti memikirkan data-data inderawi
sebagai substansi atau menurut ikatan sebab akibat atau
menurut kategori lainnya. Dengan demikian, Kant sudah
menjelaskan shahihnya ilmu pengetahuan alam. Sekarang
kita mengerti juga bahwa Kant betul-betul mengadakan
suatu revolusi kopernikan.
Taraf Rasio
12 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Tugas
rasio
adalah
keputusan-keputusan.
menarik
Dengan
kesimpulan
kata
lain,
dari
rasio
mengadakan argumentasi-argumentasi. Seperti akal budi
menggabungkan data-data inderawi dengan mengadakan
putusan-putusan,
demikian
putusan-putusan.
membentuk
Kant
rasio
menggabungkan
memperlihatkan
bahwa
argumentasi-argumentasi
itu
rasio
dengan
dipimpin oleh tiga ide: jiwa, dunia dan Allah. Apa yang
dimaksud dengan ide menurut Kant ialah suatu cita-cita
yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang gejalagejala
psikis
(jiwa),
dalam
bidang
kejadian-kejadian
jasmani (dunia) dan dalam bidang segala-galanya yang
ada
(Allah).
Ketiga
argumentasi-argumentasi
ide-ide
tersebut
kita
tentang
mengatur
pengalaman,
tetapi ketika ide sendiri tidak termasuk pengalaman kita.
Karena
kategori
akal
budi
hanya
berlaku
untuk
pengalaman, kategori-kategori itu tidak dapat diterapkan
pada ide-ide. Tetapi justru itulah yang diusahakan oleh
metafisika. Misalnya, metafisika membuktikan bahwa
Allah adalah penyebab pertama alam semesta. Tetapi
dengan
itu
metafisika
melewati
batas-batas
yang
ditentukan untuk pengenalan manusia. Adanya Allah dan
immortalitas
metafisika
metafisika
jiwa
tidak
senantiasa
itu
sia-sia.
dapat
dibuktikan,
berusaha
Uraian
sekalipun
demikian.
yang
panjang
Usaha
lebar
dikemukakan oleh Kant untuk memperlihatkan kepada
kita bahwa bukti-bukti untuk adanya Allah yang diberikan
dalam filsafat bersifat kontradiktoris.
Perlu dicatat bahwa bagian terpenting dari buku
Kant,
Critique on pure Reason
adalah filsafat Kant
13 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
tentang
Trancendental
Trancendental
Aeshethic
Philosophy,
di
yang
sini
merupakan
artinya
apriori.
Trancendental aesthethic ini membicarakan ruang dan
waktu. Bagian kedua dari trancendental aesthethic ini
adalah bagian trancendental analytic (tahli liy) dan
trancendental dialectic (jadaliy). Yang terpenting dapat
membuktikan keterbatasan kemampuan rasio manusia
ialah
trancendental
logic
bagian
kedua,
yaitu
trancendental dialectic yang dinamakan antinomy of pure
reason yang berjumlah empat dan terdiri dari masingmasing tesis dan antitesis yang dalam bahasa arab di
pakai istilah tana qudat al-aql al-kha lish.
Kritik atas rasio praktis
Rasio dapat menjalankan ilmu pengetahuan, sehingga rasio
disebut rasio teoritis atau menurut istilah Kant sendiri rasio
murni. Akan tetapi, di samping rasio murni terdapat apa yang
disebut rasio praktis, yaitu rasio yang mengatakan apa yang
harus kita lakukan; atau dengan kata lain, rasio yang memberi
perintah kepada kehendak kita. Kant memperlihatkan bahwa
rasio praktis memberikan perintah yang mutlak yamg disebutnya
sebagai imperatif kategori. Misalnya, bila kita meminjam barang
kepunyaan orang lain, maka kita harus mengembalikan kepada
pemiliknya. Atau bisa juga berupa pernyataan negatif berupa
larangan, seperti jangan membunuh orang yang tak bersalah.
Kant kemudian bertanya, “Bagaimana ‘keharusan’ itu mungkin?
Apakah yang memungkinkan keharusan itu?” prinsip pokok
untuk menjawab pertanyaan ini ialah, kalau kita harus, maka kita
bisa juga. Seluruh tingkah laku manusia menjadi mustahil, jika
kita wajib membuat apa yang tidak bisa dilakukan. Kant
14 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
beranggapan bahwa ada tiga hal yang harus disadari sebaikbaiknya bahwa ketiga hal itu dibuktikan, hanya dituntut. Itulah
sebabnya Kant menyebutnya ketiga postulat dari rasio praktis.
Ketiga postulat dimaksud itu ialah:
1. Kebebasan kehendak,
2. Immoralitas jiwa,
3. Adanya Allah.
Jadi, apa yang tidak dapat ditemui atas dasar rasio teoritis
harus diandaikan atas dasar rasio praktis. Tetapi tentang
kebebasan kehendak, immoralitas jiwa dan adanya Allah kita
semua tidak mempunyai pengetahuan teoritis. Menerima ketiga
postulat
tersebut
dinamakan
Kant
sebagai
glaube
alias
kepercayaan. Maka dari sinilah kita bisa melihat Kant sebagai
filsuf yang mengulik filsafat untuk memperteguh keimanannya;
keimanan kristianinya. Coba bandingkan dengan filsuf islam
seperti ibn Rusyd yang berupaya menjadikan filsafat sebagai
alat penguat keimanan sebagaimana yang tampak dalam
kitabnya Fasl al-Maqa’l Fii masyarakat bayn al-Hikmat wa alShari’at min al-ittisal!.
Kritik atas daya pertimbangan
Pada bagian ini kita bisa menganalisis “kritik ketiga” dari
Kant. Dalam kesempatan ini
kiranya
cukuplah
disebutkan
problem-problem yang dibentangkan dalam karyanya, Critique of
Judgement. Sebagai konsekuensi dari “Kritik atas rasio umum”
dan “kritik atas rasio praktis” adalah munculnya dua lapangan
tersendiri, yaitu: lapangan keperluan mutlak di bidang alam dan
lapangan kebebasan di bidang tingkah laku manusia. Maksud
kritik der Urteilskraft ialah mengerti kedua persesuaian kedua
lapangan ini. Hal ini terjadi dengan menggunakan konsep
finalitas (tujuan). Finalitas bisa bersifat subektif dan objektif.
15 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Kalau finalitas bisa bersifat subjektif, manusia mengarahkan
objek pada diri manusia itu sendiri. Inilah yang terjadi di dalam
pengalaman estetis (seni). Pengalaman estetis itu diselidiki
dalam bagian pertama bukunya, yaitu berjudul
Kritik der
Astheischen Urteilskraft. Dengan finalitas yang bersifat objektif
dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda alam.
Finalitas dalam alam itu diselidiki dalam bagian kedua, yaitu
kritik der Theologischen Unteilskraft.
D. Tujuan Filsafat Immanuel Kant
Melalui
objektivitas
filsafatnya
dunia
Kant
ilmu
bermaksud
pengetahuan.
memugar
Agar
maksud
sifat
itu
terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan sifat sepihak emfirisme. Rasionalisme mengira
telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri
subjeknya, lepas dari pengalaman. Adapun empirisme mengira
telah memperoleh pengetahuan dari pengalaman saja. Ternyata
bahwa empirisme, sekalipun dimulai dengan ajaran yang murni
tentang pengalaman, tetapi melalui idealisme subjektif bermuara
pada
suatu
skeptisisme
yang
radikal.
Kant
bermaksud
mengadakan penelitiaan yang kritis terhadap rasio murni.
Menurut Hume, ada jurang yang lebar antara kebenarankebenaran rasio murni dengan realitas dalam dirinya sendiri.
Menurut Kant, syarat dasar bagi segala ilmu pengetahuan
adalah:
a. Bersifat umum dan mutlak,
b. Memberi pengetahuan yang baru.
16 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Abad ke-18 di Jerman biasa disebut Aufklarung atau zaman
modern
yang
di
Inggris
dikenal
dengan
Enlightenment.
Pemberian nama ini dikarenakan pada zaman itu manusia
mencari cahaya baru dalam rasionya. Dan tokoh filosof dari
Jerman yang terkenal pada saat itu adalah Immanuel Kant.
Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di
Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga
pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan
menunggang kuda.
Dari
ibunya
Kant
mendapat
pengaruh
agama
yang
beraliran Pietisme, ialah suatu aliran dalam agama yang
menghendaki
suatu
ketaatan
yang
mendalam
dari
para
pemeluknya.
17 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Akan tetapi ia hidup dalam zaman scepticsim serta
membaca karangan-karangan voltaire dan Hume. Akibat dari
itu semua ialah bahwa ia memiliki problem: what can we know?
(apa yang dapat kita ketahui?), what is nature and what are the
the limits of human knowledge? (apakah alam ini dan apakah
batas-batas pengetahuan manusia itu?)
Kehidupannya sebagai filsuf dibagi dalam dua periode:
zaman pra-kritis dan zama kritis. Pada zaman pra-kritis ia
menganut pendirian rasionalis yang dilancarkan oleh Wolft.
Tetapi karena terpengaruh oleh Hume, berangsur-angsur Kant
meninggalkan rasionalisme.
Karyanya yang terkenal dan menampakkan kritisismenya,
ialah kritik der Reinen Vernunft Resion dan Qritique of Pure
Reason yang membicarakan Reason dan knowing process. Buku
kedua adalah kritik der practischen vernunft (1781) atau bisa
disebut Criticue of Practical Reason alias kritik atas rasio praktis
yang menjelaskan filsafat moralnya. Ketiga, buku Kritik der
Arteilskraft (1790) atau Critique of Judgment alias kritik atas
daya pertimbangan.
Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant:
1. Kritik pada taraf: Panca indera, akal budi dan rasio,
2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan
antara rasionalisme dan empirisme,
3. Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang Kopernikan
dalam bidang filsafat.
Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant
18 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya
dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas
rasio (Khuza’i, 2007:25).
Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan
Rasionalisme
dan
Empirisisme,
teori
dalam
aliran
filsafat
Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha
untuk
mempersatukan
kedua
macam
unsur
dari
filsafat
Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah penting,
karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan
menjadi sebuah dogma.
Ciri-ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal:
1. Menganggap bahwa objek pengenalan itu berpusat
pada subjek dan bukan pada objek.
2. Menegaskan
keterbatasan
kemampuan
rasio
manusia untuk mengetahui realitas atau hakikat
sesuatu;
rasio
hanyalah
mampu
menjangkau
gejalanya atau fenomenanya saja.
3. Menjelaskan
bahwa
pengenalan
manusia
atas
sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara peranan
unsur anaximanes apriori yang berasal dari rasio
serta berupa ruang dan waktu dan peranan unsur
aposteriori yang berasal dari pengalaman yang
berupa materi.
Kritisime Immanuel Kant meliputi:
Kritik atas rasio murni:
Taraf indera,
Taraf akal budi,
Taraf rasio.
Kritik atas rasio praktis,
Kritik atas daya pertimbangan.
19 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Tujuan Filsafat Immanuel Kant
Melalui filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas
dunia ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang
harus menghindarkan diri dari sifat sepihak rasionalisme dan
sifat sepihak emfirisme.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari sejarah Filsafat 2. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
20 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t
Khuza’i, Rodliyah. 2007. Dialog Epistimologi Mohammad Iqbal
dan Charles S. Peirce. Bandung: PT. Refika Aditama.
S. Praja, Juhaya. 2008. Aliran-aliran flsafat dan Etika. Cetakan
ketiga. Jakarta; Prenada Media.
21 | F i l s a f a t I m m a n u e l K a n t