Makalah Tentang Kenakalan Remaja Nama (1)

Makalah Tentang Kenakalan Remaja
Nama

: Tobroni

Kelas

: XII IPS 2

Pelajaran

: Pendidikan
Kewarganegaraan

SMA RIMBA MADYA
KOTA BOGOR

Makalah Kenakalan Remaja
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahnya
kepada kita semua sehingga akhirnya tugas ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam

senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia
menemani hingga akhir zaman. Adapun judul karya tulis ini yakni “Kenakalan Remaja”.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu
segala saran dan kritik yang membangun , penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa
mendatang.Harapan penulis semoga penulis tugas ini dapat diambil manfaatnya oleh
pembaca.

DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan....................................................................
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................
1.3 Sumber Data...............................................................................................
1.4 Rumusan Masalah......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kenakalan Remaja.........................................................................
2.2 Landasan Teori............................................................................................
2.3 Masa Remaja..............................................................................................

BAB III KENAKALAN REMAJA
A. Pengertian Kenakalan Remaja.................................................................
B. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja...........................................
BAB IV MASALAH-MASALAH REMAJA
A. Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol..................................................
B. Kehamilan.................................................................................................
C. Masalah Pergaulan Bebas Pria-Wanita....................................................
I. Arti Pergaulan Bebas............................................................................
II. Pacaran................................................................................................
D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja........................................................
E. Pornografi..................................................................................................
F. Mencontek................................................................................................
G. Merokok....................................................................................................
Hal-Hal yang Bisa di Lakukan untuk Mengatasi Kenakalan Remaja............
Gambar-Gambar Kenakalan Remaja yang Tidak Patut di Contoh...............
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.
Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita
ditelevisi maupun radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya tawuran,
pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar, pemakaian narkoba, dan lain-lain.
Kehidupan remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya
menjadi kader-kader penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan
Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Sungguh sangat di sayangkan para remaja saat ini dengan mudah melakukan perubahan
social dan budaya dengan mengadopsi budaya luar tanpa adanya filter. Meningkatnya
kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media informasi yaitu program
siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai
amoralnya. Hal ini disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan
moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program televisi
seperti pada sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak menayangkan tentang
pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk
selalu ditampilkan dilayar kaca. Oleh karena program tersebut banyak diminati publik,
khususnya remaja. Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi pihak stasiun TV

yaitu misalnya berupa banyaknya iklan yang masuk.Berbagai acara yang menayangkan
tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia gemerlap (dugem).
Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian yang
terlalu minim alias kurang bahan / sexy, goyang-goyangan yang sensual para penyanyi
dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar
dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh
tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah
untuk mengikuti perilaku tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian kenakalan remaja
2. Mengetahui penyebab kenakalan remaja dan gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal
yang mengarah pada kenakalan remaja serta untuk memahami hal-hal yang perlu
diperhatikan untuk menanggulangi kenakalan remaja.
1.3 Sumber Data
Tinjauan pustaka tentang kenakalan remaja melalui web internet
1.4 Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
“terjadinya pergeseran kepribadian dan kebudayaan di kalangan remaja”

“Apa saja permasalahan pada dunia pergaulan remaja pada masa sekarang ini dan bagaimana
cara mensiasatinya ?”

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Kenakalan Remaja
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang
tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono
(1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka
menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat,
sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut
“kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa
kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial,
melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja
digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1)
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga
tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat
melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang
berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut

bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1)
kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah
tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti
mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus
seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di
atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah
dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa
perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta
sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas
tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan
demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan
dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada
sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal

yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada
masyarakat.
1. Keberfungsian sosial
Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan
kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas

kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatankegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu
yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya
dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu
melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah
kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam
situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai
dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.
Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan,
serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya, dan
dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif dan adaptif bagi sebuah
keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan
dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

2.2. Landasan Teori
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.Cultural determinism:
Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri (Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski )
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture,

yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
juga segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Sifat hakikat kebudayaan sebagai berikut :
-

Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia

-

Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak
akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan

-


Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya

-

Kebudayaan mencangkup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakantindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-tindakan
yang diizinkan
Kepribadian dan Kebudayaan
Pengertian masyarakat menunjuk pada sejumlah manusia, sedangkan pengertian
kebudayaan menunjuk pada pola-pola perilaku yang khas dari masyarakat tersebut.
Masyarakat dan kebudayaan sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi perilaku
manusia. Kepribadian menunjukan perilaku manusia. Perilaku manusia dapat dibedakan
dengan kepribadiannya karena kepribadian merupakan latar belakang perilaku yang ada
dalam diri seorang individu. Kekuatan kepribadian bukanlah terletak pada jawaban atau
tanggapan manusia terhadap suatu keadaan, akan tetapi justru pada kesiapannya di dalam
memberikan jawab dan tanggapan.
Menurut Theodore M. Newcomb, yaitu bahwa kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap
(predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
2.3. Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu

tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku,
dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock, 1998). Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social. Memang banyak perubahan pada diri
seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu

tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal
yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan
pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat memahami remaja, maka
perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut
· Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama
pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami
perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki
kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif
dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang
berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:
1. Follicle-Stimulating Hormone (FSH);
2. Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormone tersebut merangsang
pertumbuhan estrogen dan progesterone dua jenis hormone kewanitaan. Pada anak lelaki,

Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon
tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga
perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon
testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan
membawa mereka pada dunia remaja.

· Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola
pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan
mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi

menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
· Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanyamengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalahmasalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi
menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka
selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih
banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama
ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya
“kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya
· Dimensi Psikologis
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi Csikszentmihalyi dan
Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk
berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada
para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau
kegiatan ehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengancepat,
hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Pada usia 16 tahun ke
atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata. Pada saat itu, Remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata
memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun
dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian
menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan
tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para
remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering
dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat
jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati,

lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Dari beberapa dimensi perubahan yang
terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan –
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang
mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja. Perilaku yang mengundang resiko
pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas
social yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan,
selancar udara, dan layang gantung (Kaplan dan Sadock, 1997). Alasan perilaku yang
mengundang resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia
balik ( conterphobic dynamic ), rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan
identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.

BAB III
KENAKALAN REMAJA
A. Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi
masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri,
menganiaya dan sebagainya.
2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan
keonaran dalam masyarakat.
3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
B. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja
Perilaku nakal remaja biasa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun dari luar (eksternal)
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor intern ini
jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan televisi akan
menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang disaksikan pada isi program
televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah pergaulan remaja di zaman sekarang yang
makin berani mengedepankan nilai-nilai budaya luar yang tidak sesuai dengan adat budaya
bangsa. Akhirnya keinginan meniru tersebut dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk
mencari sensasi dalam lingkungan pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan norma
agar dipandang oleh teman-temannya dan masyarakat sebagai remaja yang gaul dan tidak
ketinggalan zaman. Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang gemar menonton
acara televisi tersebut dikarenakan kondisi remaja yang masih dalam tahap pubertas.
Sehingga rasa ingin tahu untuk mencontoh berbagai tayangan tersebutyang dinilai kurang
memberikan nilai moral bagi perkembangan remaja membuat mereka tertarik. Dan keinginan
untuk mencari sensasipun timbul dengan meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari
kurangnya pengontrolan diri yang dikarenakan emosi jiwa remaja yang masih labil.
2. Faktor Ekstern
adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini dapat disebut sebagai faktor
lingkungan yang memberikan contoh atau teladan negatif serta didukung pula oleh
lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh trend media

televisi saat ini yang banyak menampilkan edegan-adegan yang bersifat pornografi,
kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang menyimpang dari nilai moral dan etika bangsa saat
ini. sepertinya media televisi telah memaksa remaja untuk larut dalam cerita-cerita yang
mereka tampilkan seolah-olah memang begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang
telah banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang kurang dapat mereka seleksi mana
yang layak dan yang tidak layak untuk ditiru.
3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan pergaulan
buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah larut dalam hal-hal
negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan teman-temannya. Kurangnya
perhatian orang tua banyak para remaja mencari perhatian didunia luar. Mereka cenderung
melakukan atau mencari kesenangan di lingkungan pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi
dapat membedakan yang mana baik dan buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak
temannya yang melakukan hal keliru tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka
terus melakukannya berulang kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya yang
tak bisa lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan
kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan dampak dari kegiatan
tersebut akan menciptakan orang-orang yang hedonis.

BAB IV
MASALAH-MASALAH REMAJA
Remaja adalah masa ketika identitas dikembangkan lebih besar (Erikson, 1963).
Suatu kelompok anak berumur 11 tahun adalah betul-betul homogen. Bagaimanapun juga, 6
tahun kemudian ada beberapa yang menjadi anak nakal, yang lain menjadi siswa teladan,
beberapa menjadi ahli matematika, ada yang pemain drama, dan yang lain lagi ahli mesin.

Pengalaman di rumah dan di sekolah sebelum remaja, berperan penting dalam menentukan
remaja sebagai individu. Demikian juga pengalaman di SMP dan SMA berperan penting
dalam membantu siswa-siswa melalui masa-masa sulit untuk sebagian besar mereka.
Hampir sebagian besar anak remaja mengalami suatu konflik emosi (Blos, 1989).
Untuk sebagian besar remaja, kekacauan emosi dapat ditangani dengan sukses, tetapi untuk
beberapa remaja lari pada obat bius atau bunuh diri.
Kenakalan Remaja
Satu dari masalah yang paling serius dari remaja adalah remaja nakal atau
delinquent, dan kebanyakan laki-laki. Remaja nakal biasanya berprestasi rendah. Biasanya
mereka didukung oleh kelompoknya. Sebab-sebab terjadinya anak nakal atau juvenile
delinquency pada umumnya adalah sebab yang kompleks, yang berarti suatu sebab dapat
menimbulkan sebab yang lain. Para peneliti melihat banyak kemungkinan penyebab
kenakalan remaja. Sedangkan para ahli sosiologi berpendapat bahwa kenakalan remaja
adalah suatu penyesuaian diri, yaitu respons yang dipelajari terhadap situasi lingkungan yang
tidak cocok atau lingkungan yang memusuhinya. Hasil penelitian Robbin (1986)
berpendapat, kenakalan remaja akibat adanya masalah

neurobiological, sehingga

menimbulkan genetik yang tidak normal. Ahli lain berpendapat kenakalan remaja merupakan
produk dari konstitusi defektif mental dan emosi-emosi mental. Mental dan emosi anak
remaja belum matang, masih labil, dan rusak akibat proses condition sering lingkungan yang
buruk.
A. Penyalahgunaan Obat Bius dan Alkohol
Penyalahgunaan obat bius dan alkohol bertambah secara dramatis akhir-akhir tahun ini.
Beberapa dari siswa-siswa SMA, terutama di kota-kota besar, menggunakan mariyuana dan
minum-minuman keras (bahkan sudah merambat ke desa-desa). Obat bius yang juga disebut
sebagai drugs. Drugs terdiri dari hard drugs dan soft drugs. Obat keras (hard drugs) bisa
mempengaruhi saraf dan jiwa si penderita secara cepat.
Waktu ketagihannya berlangsung relatif pendek. Jika si penderita tidak segera
mendapat jatah obat tersebut, dia bisa meninggal. Sedangkan soft drugs bisa mempengaruhi
saraf dan jiwa penderita, tetapi tidak terlalu keras. Waktu ketagihannya agak panjang dan
tidak mematikan. Gejala siswa yang menggunakan narkoba antara lain: badan tidak terurus
dan semakin lemah, tidak suka makan, matanya sayu dan merah, pembohong, malas, daya
tangkap otaknya melemah, mudah tersinggung dan mudah marah.

Banyak remaja yang memakai narkoba karena mula-mula iseng, rasa ingin tahu, atau
sekadar ikut-ikutan teman. Ada juga remaja yang menggunakan narkoba karena didorong
oleh nafsu mendapatkan status sosial yang tinggi, ingin pengakuan atas egonya, serta untuk
menjaga gengsi. Beberapa kelompok anak remaja lain menggunakan narkoba karena ingin
lari dan kesulitan hidup dan konflik-konflik batin. Anak remaja merasa menjadi “orang
super” jika bisa merokok dan diberi ganja dan diselingi minuman keras atau minum Wie
Seng, semacam arak keras yang berkadar alkohol yang sangat tinggi. Segala kesulitan hidup,
kesulitan di sekolah, di rumah bisa hilang lenyap diganti dengan rasa nikmat (teler) walaupun
sesaat.
Usaha sekolah atau guru untuk menolong remaja yang terlibat dalam narkoba ini adalah
mula-mula mencari sumber penyebab remaja menggunakan narkoba, sehingga guru dapat
menanggulangi dan sumber tersebut. Usaha lain adalah melakukan tindakan preventif yang
lebih praktis dan segera dapat dilakukan. Langkah-langkah yang dapat diambil misalnya
melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
B. Kehamilan
Kehamilan dan melahirkan anak bertambah di antara beberapa kelompok gadis remaja,
terutama pada masyarakat yang kurang mampu. Jika laki-laki remaja sering bertingkah laku
sebagai anak nakal untuk mencoba membuktikan kemandirian mereka dan kontrol orang
dewasa, demikian juga bagi gadis remaja. Mereka membuktikannya dalam bentuk seks dan di
banyak kasus dengan mempunyai anak, sehingga memaksa dunia melihat mereka sebagai
orang dewasa. Sejak melahirkan anak, gadis remaja menjadi sulit untuk melanjutkan sekolah
atau mencari pekerjaan. Oleh karena itu, peranan sekolah dalam membantu gadis yang
mengalami “kecelakaan” sangat dibutuhkan. Sebaiknya, sekolah tidak mengeluarkan remaja
yang hamil di luar nikah. Biarlah mereka tetap diperbolehkan meneruskan sekolah mereka
sampai lulus sehingga memudahkan dia mencari pekerjaan.
C. Masalah Pergaulan Bebas Pria-Wanita
I. Arti pergaulan bebas
Bila kita meninjau kembali sejarah di negeri kita sendiri dan sejarah dunia pada umumnya,
maka akan terlihat adanya banyak persoalan yang sama, peristiwa yang sama intinya
walaupun berbeda waktunya. Dalam cerita roman Romeo dan Juliet yang termasyhur itu,
yang mengisahkan suatu kisah cinta pada zaman yang lampau, jelas bahwa pada masa itu di
Eropa tidak terdapat pergaulan yang bebas. Juga dari otobiografi mengenai ratu-ratu dan
anggota-anggota keluarga kerajaan, seorang puteri belum saling mengenal dengan
pangerannya ketika ia dilamar.

Mereka baru berkenalan sesudah lamaran diterima. Belum dipersoalkan pihak manakah
yang melamar, pihak pangerankah atau pihak puterikah. Pernikahan merupakan suatu hasil
perundingan antara negara dan keluarga raja yang bersangkutan.
Hal yang sama juga terlihat di benua belahan Timur. Contoh-contoh yang tak terhingga
banyaknya dapat kita ambil dari sejarah negeri kita sendiri. Bahkan bila ingatan orangtua
masih dapat meraih jauh ke riwayat nenek moyang mereka, pastilah hal yang sama akan
ditemukan pula, yakni pria dan wanita belum saling mengenal sebelum pernikahan atau
persetujuan keluarga tercapai dan mereka memasuki hidup pernikahan.
Memang, dari macam-macam contoh dan perbandingan zaman tadi dapatlah dikatakan
bahwa “lain dulu lain sekarang”. Karena perbedaan yang terdapat antara zaman ke zaman,
maka persoalan yang dihadapi juga lain.
Dahulu tidak ada psikolog di sekolah, yang harus menyelesaikan persoalan pribadi muridmurid sekolah rendah, menengah dan atas atau di Perguruan Tinggi. Bahkan sekolah-sekolah
hanya menerima murid pria. Kesempatan bersekolah bagi anak wanita belum banyak
dinikmati di beberapa negara di Asia.
Syukurlah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang telah menjadi pelopor agar
kesempatan memperoleh pendidikan dan kepandaian di sekolah terbuka bagi anak wanita dan
anak pria.
Berkat tokoh emansipasi wanita R.A. Kartini dan para ibu lainnya yang telah
memperjuangkan nasib wanita, pria dan wanita memperoleh kesempatan pendidikan yang
sama. Dengan diperolehnya hak atas kesempatan pendidikan dan bersekolah yang sama
antara pria dan wanita, tentunya mudah terjalin pergaulan bebas antara pria dan wanita. Kaum
wanita tidak lagi dipingit, tidak lagi memperoleh pelajaran dan pengajaran yang terbatas di
rumah sendiri. Kaum wanita tua dan muda dapat meninggalkan rumali untuk menuntut ilmu
di sekolali dilain kota bahkan di luar negeri tanpa pengawasan langsung orangtua yang
bersangkutan.
Dengan adanya kesempatan bersekolah yang sama, maka pria dan wanita dapat bertemu
muka dengan bebas. Mereka dapat berdiskusi, membicarakan persoalan-persoalan yang
berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Persoalan-persoalan yang dibicarakan tentunya
tidak selalu hanya berkisar mengenai pelajaran dan pendidikan di sekolah. Hidup seseorang
juga meliputi segi-segi lain di samping pendidikan. Segi-segi kellidupan lainnya sering Pula
menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan yang lalu dibicarakan bersama.
Sejak pendidikan di Taman Kanak-Kanak, sudah terlihat bahwa ada beberapa anak tertentu
sering mengelompok. Mereka merasa diri cocok dan sesuai, sehingga setiap saat bila diberi

kesempatan bermain mereka akan berkumpul dan bergaul dengan teman-teman yang selalu
sama. Sewaktu mereka masih kecil tidak terlihat perbedaan yang jelas antara anak pria dan
wanita. Mereka berkumpul dengan teman yang cocok tanpa mempedulikan jenis, pria atau
wanita.
Pada suatu saat terlihat selanjutnya bahwa pengelompokkan lebih banyak terjadi antar
anak-anak sejenis. Anak wanita lebih senang bergaul dan menceritakan isi hatinya pada
teman wanita, dan sebayanya anak pria mulai kesal bermain dengan anak wanita, karena
mereka lebih senang bermain yang kasar. Mereka tidak senang kelembutan dan kehalusan
anak wanita. Apalagi anak wanita sulit membendung mengalirnya air mata sehingga sering
dicemooh oleh teman pria.
Meskipun saat itu pergaulan antar pria dan wanita diperbolehkan akan tetapi mereka
sendiri membatasi teman-teman sepergaulannya dengan yang sejenis saja. Pergaulan dengan
jenis yang berlawanan menimbulkan perasaan tidak senang, tidak tenteram dan canggung.
Sebaliknya teman-teman sejenis mem-berikan rasa senang yang justru dicarinya dan hanya
dapat di-peroleh dari teman-teman yang sama, pria atau wanita.
Baru pada masa berikutnya timbul keinginan bergaul secara lebih bebas, bergaul dengan
teman-teman pria maupun teman wanita. Rasa ingin tahu muda-mudi juga terarah pada rasa
ingin tahu akan teman-teman dari jenis yang lain. Ingin tahu ini tertampung dalam pergaulan
bebas. Dalam pergaulan bebas, kaum muda-mudi dapat saling cari tahu mengenai sifat dan
kepribadian teman-temannya. Dari keanekaan teman yang diperolehnya melalui pergaulan
bebas ia mendapatkan pengetahuan yang luas mengenai sifat-sifat khusus wanita dan pria
maupun ciri-ciri khas maing-masing. Apakah pergaulan yang bebas dapat diartikan pergaulan
yang bebas dari segala-galanya. Pergaulan yang bebas tanpa memperhatikan nilai-nilai moral
dan sosial ? Manusia adalah makhluk sosial yang bertanggung jawab. Manusia sebagai
makhluk sosial yang bertanggung jawab tidak mungkin hidup bebas dari segala-galanya.
Manusia memang bisa hidup bebas dari belenggu penindasan, bebas dari ketakutan, bebas
dari pengejaran, bebas dari penderitaan fisik maupun psikis. Akan tetapi manusia tidak bisa
hidup terlepas dari hubungannya, baik langsung maupun tidak langsung, dari individuindividu lainnya. Manusia tidak bisa hidup wajar tanpa tanggung jawab.
Manusia dapat bergaul bebas akan tetapi dalam suatu ke-terikatan sosial. Manusia hidup
dalam keterikatan tanggung-jawab atas kesejahteraan sosial. Juga pemuda-pemudi dapat
bergaul dengan bebas, tetapi tidak boleh mengabaikan tanggungjawab sosial.
Dalam pergaulan bebas, bergaul dengan siapa saja, di mana saja dan kapan saja, selalu
perlu diingat :

1) Tanggung jawab atas kesejahteraan sesama manusia.
2) Menghormati hak-hak dan harga diri wanita dan pria.
3) Berpegang teguh pada norma sosial, nilai-nilai moral dan tata susila, dan norma hukum.
Pergaulan bebas antara pria dan wanita dapat menjadi pergaulan yang tidak bebas lagi.
Pada suatu saat pergaulannya menyempit dan hanya meliputi dua orang saja, seorang pemuda
dan seorang pemudi. Pergaulan bebas berarti pergaulan yang luas antara banyak pemuda dan
pemudi. Tidak terlalu menekankan pengelompokkan yang kompak antara dua orang saja,
akan tetapi antara banyak muda-mudi. Pergaulan yang sudah terbatas antara dua muda-mudi
akan berarti adanya suatu kekhususan, sehingga orang mengatakan bahwa kedua muda mudi
ini berpacaran.

Mengenali Gejolak Remaja.
Menasihati remaja tidak semudah menasihati anak-anak. Mereka bukan lagi anak TK atau SD
yang bisa duduk manis ketika orang tua berbicara. Usia remaja, yang dimulai sekitar 14
tahun, adalah usia di mana manusia mengalami begitu banvak perubahan baik pada organ
tubuhnva maupun pada aspek psikologisnya. Mereka yang awalnva anak-anak, kemudian
masuk periode puber, disusul ke periode sclanjutnya, di mana hormon sangat memengaruhi
fisik dan psikisnya, cenderung mengalami beragam gejolak temperamen.
Kenakalan Remaja
Ada yang saat anak-anak pendiam, mendadak menjadi cerewet dan pandai bergaul ketika
remaja. Atau kebalikannya, berubah jadi pendiam dan pemalu, padahal waktu anak-anak dulu
is sangat pandai bergaul. Kenapa bisa begitu? Sebab memang scjak usia puber, seorang anak
akan terus mengalami perubahan karakter. Kondisi ini memhuat orang tua agak kehingungan
menghadapinva sebab sifat mereka berubah-ubah sesuai mood.
Mencoba menasihati mereka artinya mesti pandai-pandai membaca “medan perang”,
mengatur strategi agar tidak terjadi kesalahpahaman. Sebab, kalau sudah salah paham,
bukannva komunikasi yang baik yang terjalin melainkan pertengkaran. Lebih baik kita
tnengenali dulu seperti apa perilaku anak remaja yang berusia serba nanggung ini: dibilang
anak-anak, sudah tidak pantas, dibilang dewasa pun belum.
Remaja awal ini biasanya akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Rangsangan nafsu menguat

Akibat gejolak hormon, mereka semakin merasakan rangsangan nafsu seks. Ada dua jenis
respon, yaitu menjadi sangat reaktif, atau justru malu, dan menyembunyikannya. Baru
mendengar cerita sedikit menyerempet ke arah seks saja, sudah heboh dan penasaran sekali.
Sebagian remaja justru sudah sangat male sekali ketika bertatapan dengan lawan jenis.Tiap
anak memiliki respon berbeda-beda, juga berubah-ubah. Di usia ini, libido mereka juga
bergejolak, mudah terangsang oleh sedikit saja hal-hal berbau seks. Inilah mengapa orang tua
perk memberi dasar moral, etika, dan agama, sebab tanpa dasar itu anak cenderung mudah
tergoda. Orientasi seks mulai terbentuk. Jika tak diarahkan dengan benar oleh orang tua,
dapat terjadi kasus di mana anak menjadi gay atau lesbian, bahkan biseks.
Mempermasalahkan penampilan
Akibat perubahan fisik itu, remaja belia ini jadi posing dengan penampilannya. Ada yang
berusaha menutupi perubahan-perubahan tadi, ada juga yang justru ingin me-nonjolkannya
karena bangga dan merasa berbeda dengan teman lain yang belum mengalami. Maka jangan
heran kalau mereka jadi sangat peduli pada penampilan, berlama-lama di depan cermin,
mengunci diri di kamar, rajin ke salon, dan berbelanja baju-baju modis.
II. Pacaran
Bila kita melihat pertumbuhan fisik muda-mudi, maka kita mendapat kesan bahwa mereka
mengalami pertumbuhan tinggi badan yang hebat. Muda-mudi, tidak hanya menyamai tinggi
badan orangtua mereka, bahkan melebihinya. Kaum remaja secara badani sudah kelihatan
dewasa dan ingin menyamai per-buatan-perbuatan orang dewasa. Juga pengaruh bacaan,
maja-lah, buku roman dan film menyebabkan muda-mudi meniru cara-cara tingkah laku dan
komunikasi yang dapat mereka tiru dengan mudah. Yang paling mudah ditiru justru
“permainan cinta” yang banyak di ambil sebagai inti daripada film. Puncak peniruan ini
terlihat dalam pergaulan antar muda-mudi yakni pacaran.
Sering timbul pertanyaan, bail: pada orangtua maupun pada putera-puterinya, apakah
pacaran itu dapat dibenarkan atau tidak. Pertanyaan ini memang sulit dijawab. Dalam
menjawab pertanyaan ini selalu harus dipertimbangkan beberapa faktor :
a) Umur Para muda-mudi yang terlibat dalam pacaran.
b) Sifat pacaran.
c) Tingkat derajat pacaran.
a. Umur
Faktor umur penting sekali. Makin lanjut usia pemuda-pemudi, diharapkan mereka juga
lebih memperlihatkan kematangan. Taraf kematangan ini perlu supaya mereka dapat

mempertimbangkan dengan baik sifat dan tingkat pacaran dalam hubungannya dengan batasbatas kesopanan. Makin muda usianya, makin sulit mempertimbangkan batas-batas
kesopanan dan pembagian waktu. Sering terlihat murid-murid S.M.P. sudah mulai bergaul
terlalu rapat dengan seorang kawan lain jenis. Ia juga bergaul terlalu dekat dengan teman
sejenis. Pergaulan yang terlalu dekat dengan lawan jenisnya dan pertemuan yang terlalu
sering dengan teman sejenisnya, mengobrol dan bermain musik tanpa batas waktu, akhirnya
menye-babkan prestasi di sekolah menurun. Rapor dengan angka-angka merah menyebabkan
“pergaulan anak” atau “pacaran” yang disalahkan.
Dari contoh ini jelaslah bahwa umur. yang terlalu muda menyebabkan para muda-mudi
kurang mampu dalam membatasi kesenangan diri, kurang dapat membatasi diri dalam
pembagian waktu belajar dan rekreasi. Mereka lebih mengutamakan rekreasi dan berkumpul
dengan kawan-kawannya, akhirnya tugas belajar terdesak dan kurang mendapat perhatian.
Pemuda-pemudi yang sudah lebih dewasa dan masih belum belajar membatasi diri dengan
pembagian waktu yang ketat akan mengalami kegagalan di sekolah. Dengan demikian umur
yang memberi kematangan untuk bisa mempertimbangkan sesuatu, harus disertai
pendisiplinan diri dalam hal waktu belajar, bekerja dan rekreasi serta dalam pembagian yang
tepat antara tugas dan pergaulan.

c. Tingkat pacaran
Bila selanjutnya perasaan yang mulai timbul dengan pacaran diumpamakan dengan
muatan listrik, maka jarak antara kedua individu yang sedang mengalaminya akan
menentukan tingkat pacaran itu. Makin dekat, makin besar kemungkinan persentuhan yang
dapat menimbulkan “kortsluiting” ataupun aliran listrik yang memberi percikan bunga-api
cinta.
Sama halnya dengan “kortsluiting” pada listrik, maka aliran tersebut bisa bermanfaat
dan memberi daya kekuatan akan tetapi dapat juga membawa bahaya kebakaran yang
merusak, bila tidak dipersiapkan dan disalurkan dengan baik.
Dengan demikian muda-mudi, kaum dewasa muda yang masih jauh daripada
kesanggupan membentuk keluarga, sebaiknya sangat berhati-hati dengan “main api cinta”.
Perlu selalu mengingat jarak yang harus dipertahankan demi “keamanan” kedua pihak. Lebih
baik waspada terus demi ketenteraman hati. Sering-kali mereka yang membanggakan
kekuatan hati nurani, akhirnya “terbakar” dan jatuh karena kelengahan sesaat. Dalam suasana

pacaran kewaspadaan harus diperketat dan iman harus diperkuat demi menjauhkan diri dari
godaan dan gangguan yang mudah timbul dan demi tercapainya cita-cita yang mulia.

D. Kecanduan Narkotika Pada Remaja
Bukan sebuah rahasia jika kecanduan narkotika adalah penyakit yang mengerikan,
apalagi ketika remaja telah kecanduan narkotika, maka ini merupakan hal yang lebih serius.
Narkotika mempengaruhi tubuh remaja dengan cara yang berbeda-beda. Jika remaja telah
kecanduan narkotika, maka akan lebih susah untuk mempertahankan gaya hidup bersih dan
sadar saat mereka bertambah tua.
Anak-anak telah tersentuh narkotika dalam usia yang semakin dini. Penelitian
menunjukkan bahwa saat anak-anak memasuki kelas 8, hampir 35 persen telah mencoba
narkotika. Jumlah para remaja yang kecanduan narkotika adalah 20 persen dan itu adalah
jumlah yang terlalu besar !
Para remaja lebih rentan kecanduan narkotika karena kondisi hidup mereka. Banyak
remaja kewalahan menghadapi masalah hidupnya sehari-hari. Banyak remaja memiliki rasa
percaya diri yang rendah, merasa cemas, ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan,
dan kurang dapat mengendalikan hidup mereka. Semua hal itu sangat berkonstribusi terhadap
penggunaan narkotika dan akhirnya membuat mereka kecanduan narkotika.
Narkotika membunuh rasa sakit kehidupan duniawi. Narkotika menghilangkan sakit
fisik dan emosional dengan merubah persepsi pecandu terhadap kenyataan. Narkotika
membuat pecandu kebal terhadap rasa sakit, keputus-asaan atau kesepian yang mereka
rasakan di kehidupan.
Berikut ini adalah tanda-tanda umum remaja anda kecanduan narkotika:
·

Perubahan dramatis terhadap sikap dan perilaku

·

Muram, mata berkaca-kaca

·

Sering merasa kelelahan

·

Kegagalan di sekolah

·

Berbohong atau mencuri

·

Mengisolasi diri atau kehilangan minat untuk beraktivitas
Apa yang anda lakukan saat anda mencurigai remaja anda terlibat dengan

ketergantungan narkotika ? Pertama, percayai insting anda. Jika anda merasa ada masalah,
maka mungkin memang ada. Cari waktu yang tepat untuk bicara dengan anak remaja anda

dan katakan terus terang tentang kekhawatiran anda. Coba berpikiran terbuka tentang apa
yang mereka katakan pada anda dan bersimpati terhadap pendapat mereka tentang
masalahnya.
Katakan pada remaja anda tentang apa yang anda rasakan tentang ketergantungan obat
mereka. Anda mungkin khawatir, takut, dan menjadi takut tentang apa yang bakal terjadi
pada mereka. Cobalah untuk tidak menghakimi dan marah: karena hal ini akan membuat
mereka menutup diri. Anda juga bisa berbicara tentang pengamatan atau pengalaman yang
anda miliki tentang narkotika. Saat anda mungkin merasa ragu melakukan hal ini, ini akan
membuat anda lebih manusiawi di mata remaja anda.
Seringkali orang-orang terdekat dengan anak remaja anda (dalam hal ini adalah anda)
lebih mudah mengingkari bahwa anak remaja mereka mempunyai masalah dengan narkotika.
Namun ketika hal ini menyangkut tentang ketergantungan narkotika pada anak remaja, anda
tidak dapat melakukan ini. Sangatlah penting untuk menolong mereka secepat mungkin.
Jangan menyerah dan berkecil hati jika usaha awal anda gagal. Pada akhirnya anda akan
dapat melaluinya dan kemudian anda dan anak remaja anda bisa berusaha memulai untuk
melawan ketergantungan obat bersama-sama.
E. PORNOGRAFI
Rasa ingin tahu ditambah besarnya gairah syahwat pada masa remaja membuat banyak
remaja (terutama laki-laki) terperosok ke maksiat satu ini. Banyak media yang memuat
pornografi. Mulai dari poster, majalah, buku, sampai VCD. Bahkan majalah Playboy yang
udah masyhur kepornoannya pun udah masuk ke Indonesia setelah majalah porno lainnya
eksis di negeri ini.
Menahan pandangan dari lawan jenis termasuk juga nggak liat hal-hal yang porno
semacam ini. Pornografi juga memancing kejahatan seperti pelecehan seksual dan
pemerkosaan. Berapa banyak kasus perkosaan berawal dari nonton VCD porno.
Alhamdulillah, nilai-nilai syariat Islam udah mulai ditegakkan di negeri kita. Setelah
Undang-Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi disahkan, kita nggak aman dari tuntutan
hukum dunia dalam masalah ini. Kalo ketauan liat atau bawa barang-barang berbau porno,
kamu bisa dipenjara atau kena denda. Selain itu, kamu masih harus menghadapi tuntutan
hukum akherat kalo nggak tobat.

F. MENCONTEK
Dosa yang ini biasa terjadi di sekolah, terutama saat ulangan atau ujian. Mencontek
dilakukan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hakikatnya, mencontek adalah menipu, baik
diri sendiri maupun guru.

Hasil yang kamu peroleh mungkin memang seperti yang kamu harapkan. Tapi betulkah
demikian kemampuanmu? Ingatlah, pertanggungjawaban nggak cuma didepan guru saja. Di
akherat nanti, penipuan yang kamu lakukan tersebut juga harus kamu pertanggungjawabkan.

G.

MEROKOK
“Nggak jantan kalo nggak merokok!” Remaja pria kalo udah diberi cap seperti ini
biasanya keder juga. Lalu, ikut-ikutan lah ia merokok. Padahal, yang jantan adalah yang
nggak merokok; sendirian tanpa rokok aja udah berani menghadapi masalah hidup.
Kenyataannya, rokok memang bisa menjadi pelarian orang-orang pengecut yang nggak
berani menghadapi hidup.
Rokok seluruhnya mengandung racun. Bisa jadi ia malah lebih berbahaya daripada
khamr. Alloh melarang kita membinasakan diri kita sendiri. Kalo begitu, menghisap rokok
juga diharamkan.
Rokok juga merupakan pintu untuk merasakan hal-hal haram lainnya. Pecandu rokok
bisa-bisa tertarik untuk mencampurkan ganja di rokoknya. Ganja mempunyai efek
memabukkan, jadi tentu saja ganja adalah barang haram. Kalo udah kenal rokok-dan ganjanggak lama kemudian para remaja akan mencoba obat-obat penenang. Nggak ketinggalan
juga miras. Seringkali pecandu semua itu berawal dari merokok.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
1. Kegagalan yang mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladana.
2. Adanya motifasi dari keluarga , guru , teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis , komunikatif , dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua member arahan
dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau
komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari normanorma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang disekitarnya.
b. Kenakalan remaja pada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa factor. Perilaku nakal
remaja disebabkan oleh factor remaja itu sendiri (internal) maupun factor dari luar
(eksternal).
c. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah
melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
d. Adanya motivasi dari keluarga , guru , teman sebaya merupakan hal-hal yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kenakalan remaja.
e. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya anak tersebut menyendiri. Anak yang
demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.

B. SARAN
a. Perlu adanya tindakan-tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
b. Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diri seorang remaja.

DAFTAR PUSTAKA
http://helda.info/2009/06/kenakalan-remaja/
http://pusatremaja.com/2008/01/15/kenakalan-remaja/
http://yoyooh.com/original-post/yo-ori-remaja/90-kenakalan-remaja.html
http://www.scribd.com/doc/12007831/KENAKALAN-REMAJA
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?
option=com_content&view=article&id=60:pkni4209-kriminologi-dan-kenakalanremaja&catid=30:fkip&Itemid=75
http://zonaclassic.blogspot.com/2008/04/dampak-siaran-tv-terhadap-kenakalan.html
http://psikonseling.blogspot.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASHa7c5.dir/doc.pdf
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=12915
http://subandowo.blogspot.com/2008/08/kenakalan-remaja.html
http://www.anneahira.com/narkoba/index.htm