54995923 Handout Analisis Kur Mat Sekolahs

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I KONSEP KURIKULUM
BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM
BAB III KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
BAB IV MATEMATIKA SEKOLAH
DAFTAR PUSTAKA

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

BAB I
KONSEP KURIKULUM
A. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya. Menurut pandangan lama, sejak zaman Yunanni Kuno, kurikulum

merupakan kumpulan mata pelajaran-mata pelajaran yang harus disampaikan guru
atau dipelajari siswa. Lebih khusus kurikulum sering diartikan sebagai isi
pelajaran. Pendapat-pendapat yang muncul berikutnya telah beralih dari
penekanan terhadap isi menjadi lebih menekankan pada pengalaman belajar
(Sukmadinata, 2005: 4).
Pandangan lain tentang kurikulum adalah yang menyatakan bahwa
kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan
pertumbuhannya sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Kurikulum
bukan hanya berupa sejumlah mata pelajaran, namun meliputi segala sesuatu yang
dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan sekolah, alat
pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata usaha, gambargambar, halaman sekolah, dan lain-lain.
Curriculum is interpreted to mean all of the organized courses activities,
and experiences which pupils have under the direction of school, whether
in the classroom or not.
Kendatipun pandangan tersebut diterima, namun pada umumnya guru-guru tetap
berpandangan bahwa kegiatan-kegiatan dalam kelas saja yang termasuk
kurikulum, sedangkan kegiatan di luar kelas merupakan nilai edukatif yang
diberikan oleh kurikulum itu.

Menurut Mac Donald (Sukmadinata, 2005:5), sistem persekolahan terbentuk
atas empat subsistem, yaitu mengajar, belajar, pembelajaran, dan kurikulum.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Mengajar (teaching) merupakan kegiatan atau perlakuan profesional yang
diberikan oleh guru. Belajar (learning) merupakan kegiatan atau upaya yang
dilakukan siswa sebagai respon terhadap kegiatan mengajar yang diberikan oleh
guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang memungkinkan dan berkenaan dengan
terjadinya interaksi belajar-mengajar disebut pembelajaran (instruction).
Kurikulum (curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau
pegangan dalam proses kegiatan belajar-mengajar.
Kurikulum sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum
plan) dengan kurikulum yang fungsional (functioning curriculum). Kurikulum
bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang
fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur
lingkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis
merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert curriculum),
sedangkan kurikulum yang dioperasikan di kelas merupakan kurikulum

fungsional (functioning, live or operative curriculum) (Sukmadinata, 2005: 5).
Tabel 1.1 Perbedaan konsep kurikulum menurut beberapa ahli.
Nama Ahli
Robert S. Zais

Tahun
1976

Kurikulum
“... a racecourse of subject matters to be

Caswel & Campbell

1935

mastered”
“... to be composed of all experiences
children have under the guidance of

Ronald C. Doll


1974

teacher”
“The commonly accepted definition of the
curriculum has changed from content of
courses of study and list of subjects and
courses to all experiences which are
offered to learners under the auspices or

Mauritz Johnson

1967

direction of the school.”
“... a structured series of intended learning

Beauchamp

1968


outcomes”
“A curriculum is a written document

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

which may contain many ingredients, but
basically it is a plan for education of
pupils during their enrollment in given
school”.
Menurut Hilda Taba (1962), perbedaan antara kurikulum dan pengajaran
bukan terletak pada implementasinya, tetapi

pada keluasan cakupannya.

Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau
lebih umum, sedangkan yang lebih sempit, lebih khusus menjadi tugas
pengajaran. Menurut Taba keduanya (kurikulum dan pengajaran) membentuk satu

kontinum, kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka
panjang, sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau
tujuan dekat. Batas keduanya sangat relatif, bergantung pada tafsiran guru.
Dari pendapat-pendapat para ahli tentang pengertian kurikulum, selanjutnya
dikenal tiga konsep kurikulum, yakni: kurikulum sebagai substansi, kurikulum
sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi (Sukmadinata, 2005: 27).
1. Konsep pertama, kurikulum sebagai substansi. Suatu kurikulum dipandang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi siswa di sekolah, atau sebagai
suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat berarti
suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengaja, jadwal, dan evaluasi.
2. Konsep kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum. Sistem
kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan.
Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja
bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan
menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya
suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
3. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, yaitu bidang studi
kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli

pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

BAB II
PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning of
learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and
assesment of the extent to wich these changes have taken plece (Audrey Nicholls
& Howard Nichools dalam Hamalik, 2007: 96).
Rumusan ini menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk
membawa siswa ke arah perubahan-perubahan tertentu yang diharapkan.

Sedangkan yang dimaksud dengan kesempatan belajar (learning opportunity)
adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru,
bahan, peralatan, dan lingkungan tempat siswa belajar yang diinginkan diharapkan
terjadi.
Dalam pengertian di atas, sesungguhnya pengembangan kurikulum
adalah proses siklus, yang tidak pernah berakhir. Proses tersebut terdiri dari
empat unsur yakni (Hamalik, 2007: 96-97):
a. Tujuan: mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbagngan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan
mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh.
b. Metode dan material: menggembangkan dan mencoba menggunakan metodemetode dan material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan tadi yang serasi
menurut pertimbangan guru.
c.

Penilaian

(assesment):

dikembangkan


itu

menilai

dalam

keberhasilan

hubungannya

pekerjaan

dengan

tujuan,

yang
dan

telah

bila

mengembangkan tujuan-tujuan baru.
d. Balikan (feedback): umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh
yang pada gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Pengembangan

kurikulum

merupakan

inti

dalam


penyelenggaraan

pendidikan, dan oleh karenanya pengembangan dan pelaksanaannya harus
berdasarkan pada asas-asas pembangunan secara makro. Sistem pengembangan
kurikulum harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut (Hamalik, 2007: 15):
1) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas
demokrasi pancasila.
3) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan
diarahkan pada asas keadilan dan pemerataan pendidikan.
4) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas keseimbangan, keserasian, dan keterpaduan.
5) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas hukum yang berlaku.
6) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
7) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan asas nilai-nilai kejuangan bangsa.
8) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan
berdasarkan

asas

pemanfaatan,

pengembangan,

penciptaan

ilmu

pengetahuan, dan teknologi.
B. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum
Kebijakan umum dalam pembangunan kurikulum harus sejalan dengan visi, misi,
dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam kebijakan
peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efisieinsi pendidikan.
Kebijakan umum dalam pembangunan kurikulum nasional mencakup prinsipprinsip (Hamalik, 2007: 3-4):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestika.
Kesamaan memperoleh kesempatan.
Memperkuat identitas nasional.
Menghadapi abad pengetahuan.
Menyongsong tantangan teknologi informasi dan komunikasi.
Mengembangkan keterampilan hidup.
Mengintegrasikan unsur-unsur penting ke dalam kurikulum.
Pendidikan alterantif.

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

9. Berpusat pada anak sebagai pembangun pengetahuan.
10. Pendidikan multikultur.
11. Penilaian berkelanjutan.
12. Pendidikan sepanjang hayat.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 150-155) mengemukakan bahwa
secara garis besar terdapat dua prinsip pengembangan kurikulum, yaitu prinsip
umum dan prinsip khusus.
1. Prinsip Umum
a. Prinsip relevansi
Kurikulum harus memiliki relevansi keluar dan di dalam kurikulum itu sendiri.
Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup
dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat. Kurikulum menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan
bekerja dalam masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam
yaitu ada kesesuaian atau konsistensi

antara komponen-komponen

kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian.
Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
b. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum
mempersiapkan anak untuk hidup dalam kehidupan pada masa kini dan masa
yang akan datang, di berbagai tempat dengan latar belakang dan kemampuan
yang berbeda-beda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi
hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuan berdasarkan kondisi daerah, waktu, maupun
kemampuan, dan latar belakang anak.
c. Prinsip kontinuitas
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan,
tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman yang disediakan
kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan
kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan
lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

d. Prinsip kepraktisan/efisiensi
Kurikulum mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
memerlukan biaya murah. Kurikulum yang terlalu menuntut keahlian-keahlian
dan peralatan yang sangat khusus serta biaya yang mahal merupakan
kurikulum yang tidak praktis dan sukar dilaksanakan.
e. Prinsip efektivitas
Walaupun

prinsip

kurikulum

itu

mudah,

sederhana,

dan

murah,

keberhasilannya harus diperhatikan secara kuantitas dan kualitas karena
pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran
dari perencanaan pendidikan.
2. Prinsip Khusus
a. Berkenaan dengan tujuan pendidikan
Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau
berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (khusus).
b. Berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang
telah ditentukan para perencana kurikulum perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pembelajaran ke dalam bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana.
2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c. Berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar-mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan
hal-hal sebagai berikut.
1) Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk
mengajarkan bahan pelajaran?
2) Apakah metode/teknik-teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi
sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa?
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

3) Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat?
4) Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegitan untuk mencapai
tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.
5) Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, guru, atau keduaduanya?
6) Apakah metode/teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan
baru?
7) Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di
sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di
rumah dan masyarakat.
8) Untuk menguasai keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan ”learning by doing” selain ”learning by seeing and knowing”.
d. Berkenaan dengan pemilihan media dan alat pembelajaran
Proses belajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat
bantu pembelajaran yang tepat.
e. Berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Penilaian merupakan bagian integral pengajaran, perlu diperhatikan:
1) Penyusunan alat penilaian (test)
2) Perencanaan suatu penilaian
3) Pengolahan hasil penilian.
C. Orientasi Pengembangan Kurikulum
Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus. Seller
memandang bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan
orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan
pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan
tentang keberhasilan implementasi kurikulum, dan lain sebagainya. Berdasarkan
orientasi

itu

selanjutnya

dikembangkan

kurikulum

menjadi

pedoman

pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan dievaluasi.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan orientasi,
begitu seterusnya hingga membentuk siklus.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut 6 aspek,
yaitu :
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan: artinya hendak
dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak: apakah anak dipandang sebagai organisme yang aktif
atau pasif.
3. Pandangan tentang proses pembelajaran: apakah proses pembelajaran itu
dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah
perilaku anak.
4. Pandangan tentang lingkungan : apakah lingkungan belajar harus dikelola
secara formal atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peranan guru : apakah guru harus berperan sebagai instruktur
yang bersifat otoriter atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi
bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
6. Evaluasi belajar : apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau
non tes.
D. Model Pengembangan Kurikulum
Model adalah konstruksi yang bersifat teroretis dari konsep. Menurut Roberts S.
Zain dalam bukunya: Curriculum Principles and Foundation (Dakir, 2004: 9599), berbagai model dalam pengembangan kurikulum secara garis besar
diutarakan sebagai berikut :
1. Model Administratif (Garis Staff atau Top Down)
Pengembangannya dilaksanakan sebagai berikut.
a. Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang
berwenang(pengawas pendidikan, Kepsek, dan pengajar inti)
b. Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang
diikuti.
c. Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para spesialis
kurikulum dan staf pengajar.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

d. Hasil kerja direvisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil try out.
e. Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa Kepsek, dan telah direvisi
sebelumnya, baru kurikulum tersebut diimplementasikan.
2. Model dari Bawah (Grass-Roats)
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a.
b.

Inisiatif pengembangan datang dari bawah (Para pengajar)
Tim pengajar dari beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua

c.
d.

siswa atau masyarakat luas yang relevan.
Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan
Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintis diadakan loka

karya agar diperoleh input yang diperlukan.
3. Model Demonstrasi
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a.

Staf pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan

ternyata hasilnya dinilai baik.
b. Kemudian hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.
4. Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964) dengan langkahlangkah sebagai berikut.
a.

Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas,
diperluas di sekolah, disebarkan di sekolah-sekolah di daerah tertentu baik

b.

berskala regional maupun nasional yang disebut arena.
Menunjuk tim pengembang yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf

c.

pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumber lain.
Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar
mengajar. Untuk tugas tersebut dibentuk dewan kurikulum sebagai
koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum,
memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih
kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis keseluruhan kurikulum yang

akan dikembangkan.
d. Melaksanakan kurikulum di sekolah
e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku
5. Model Terbalik Hilda Taba
Model ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang disebut
model terbalik karena langkah-langkahnya diawali dengan pencarian data dari
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

lapangan dengan cara mengadakan percobaan, kemudian disusun teorinya lalu
diadakan pelaksanaan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Mendiagnosis

kebutuhan,

merumuskan

tujuan,

menentukan

materi,

menemukan penilaian, memperhatikan keluasan dan kedalaman bahan,
b.
c.
d.
e.
6.

kemudian menyusun suatu unit kurikulum.
Mengadakan try out.
Mengadakan revisi berdasarkan try out.
Menyusun kerangka kerja teori
Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.
Model Hubungan Interpersonal dari Rogers

Kurikulum yang dikembangkan hendaknya dapat mengembangkan individu
secara fleksibel terhadap perubahan-perubahan dengan cara melatih diri
berkomunikasi secara interpersonal.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Dibentuk kelompok untuk memperoleh hubungan interpersonal di tempat yang
tidak sibuk.
b. Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar
pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas dalam
suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna,
yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan siswa, siswa dengan
siswa dalam suasana yang akrab.
d. Selanjutnya pertemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih
luas lagi, yaitu para pegawai adminstrasi dan orang tua siswa. Dalam situasi
yang demikian diharapkan masing-masing personakan akan saling menghayati
dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem sekolah.
e. Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan penyusunan kurikulum akan
lebih realistis karena didasari oleh kenyataan-kenyataan yang diharapkan.
7. Model Action Research yang Sistematis
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum yaitu
adanya hubungan antarmanusia, keadaan organisasi sekolah, situasi masyarakat,
dan otoritas ilmu pengetahuan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

a. Dirasakan adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu
diteliti.
b. Mencari sebab-sebab terjadinya problem dan sekaligus dicari pemecahannya.
Kemudian menentukan keputusan apa yang perlu diambil sehubungan dengan
masalah yang timbul tersebut.
c. Melaksankan keputusan yang telah diambil.
Selanjutnya, menurut Sukmadinata (2005: 81-100), terdapat beberapa model
konsep kurikulum, yaitu 1) Kurikulum Subjek Akademis, 2) Kurikulum
Humanistik, 3) Kurikulum Rekonstruksi Sosial, dan 4) Kurikulum Teknologis.
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi masa lalu. Kurikulum ini dikembangkan
berdasarkan pandangan bahwa fungsi pendidikan adalah memelihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan berupa disiplin ilmu yang telah dikembangkan secara logis, sistematis,
dan solid oleh para ahli. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyakbanyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai
seluruh atau sebgaian besar isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh
guru. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan yang sangat
penting. Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum.
Guru adalah yang ”digugu dan ditiru” (diikuti dan dicontoh).
Pendidikan berdasarkan kurikulum ini lebih bersifat intelektual. Namun,
demikian, dalam perkembangannya sekarang kurikulum ini secara berangsurangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa.
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi.
a. Tujuan kurikulum subjek adademis adalah pemberian pengetahuan yang solid
serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”.
b. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri.
Ide-ide (konsep utama) disusun secara sistematis dan diberi ilustrasi secara
jelas, untuk selanjutnya dikaji dan dikuasai siswa. Para siswa menemukan
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

bahwa kemampuan berpikir dan mengamati digunakan dalam ilmu kealaman,
logika digunakan dalam matematika, bentuk dan perasaan digunakan dalam
seni, serta koherensi dalam sejarah.
c. Pola organisasi isi kurikulum berupa correlated curriculum, unified
(concentrated curriculum), integrated curriculum, dan problem solving
curriculum.
d. Evaluasi pelaksanaan kurikulum ini menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
2. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi(personalized education) yaitu John
Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau(Romantic Education). Aliran
ini bertolak dari asumsi bahwa siswa adalah yang pertama dan uatama dalam
pendidikan. Merekan percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya
kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga
berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh bukan
saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap,
perasaan, nilai-nilai, dan lain-lain).
Kurikulum humanistik memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang
diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang
sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
b. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode yang menciptakan
hubungan emosional yang baik antara guru dan siswa, memperlancar proses
belajar, dan memberikan dorongan kepada siswa atas dasar saling percaya,
tanpa ada paksaan.
c. Kurikulum menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang
bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Selain itu, kurikulum
ini juga menekankan pada pemberian pengalaman yang menyeluruh, bukan
terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang mengutamakan sekuens karena kan
mengakibatkan siswa kurang mempunyai kesempatan untuk memperluas dan
memeperdalam aspek-aspek perkembangannya.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

d. Evaluasi dilaksanakan lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kegiatan
belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman kepada siswa untuk
memperluas kesadaran dirinya dan mengembangkan potensinya secara
optimal. Dalam kurikulum ini tidak digunakan kriteria pencapaian. Peniaian
bersifat subjektif baik dari guru maupun para siswa.
3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat dan bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan
kegiatan bersama, inetraksi, atau kerja sama antara siswa dengan guru, siswa
dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan dengan
sumber belajar lainnya.
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki karakteristik sebagai berikut.
a.

Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa
pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan, atau gangguan-gangguan
yang dihadapi manusia. Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang
garapan studi sosial yang bersifat universal bisa didekati dari berbagai

b.

disiplin ilmu dan dapat dikaji dalam kurikulum.
Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha
mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengann tujuan siswa.
Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan
kebutuhannya. Pembelajaran diciptakan berupa kerja sama antarsiswa,
antarkelompok, dan antara siswa dengan nara sumber dari masyarakat.
Dengan demikian terbentuk juga saling kebergantungan, saling pengertian,
dan konsesnsus. Sejak sekolah dasar, siswa sudah diharuskan turut serta
dalam survey kemasyarakatan serta kegiatan sosial lainnya. Adapun kelaskelas tinggi dihadapkan kepada situasi nyata dan diperkenalkan dengan
situasi-situasi ideal. Dengan begitu diharapkan siswa dapat menciptakan

c.

model-model kasar dari situasi yang akan datang.
Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti
sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang
menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan, dan lain-lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini
merupakan jari-jari. Semuakegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu
d.

kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Evaluasi diarahkan bukan hanya pada apa yang telah dikuasai siswa, tetapi
juga pada sejauh mana pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
Penilaian dilaksanakan dengan melibatkan siswa terutama dalam memilih,
menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Sebelum diujikan, soalsoal dinilai terlebih dahulu ketepatannya, keluasan isinya, dan keampuhannya
menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya

kualitatif.
4. Kurikulum Teknologis.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan
berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan
pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum yang tidak diarahkan pada
pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi.
Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih
sempit/khusus dan akhirnya menjadi prilaku-prilaku yang dapat diamati atau
diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak(software) dan perangkat
keras(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal
sebagai teknologi alat(tool technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat
lunak disebut teknologi sistem(system technologi).
Kurikulum teknologis memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
a. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku.
b. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi
respon yang diharapkan maka respon tersebut diperkuat.

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

c. Bahan ajar atau isi kurikulum (organisasi bahan ajar) banyak diambil dari
disiplin ilmu tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung
penguasaan suatu kompetensi.
d. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu
unit ataupun semester.
E. Tahapan Pengembangan Kurikulum
Konsep pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai:
1. Perekeyasaan (engineering), meliputi empat tahap, yakni:
a. Menentukan pondasi atau dasar-dasar yang diperlukan

untuk

mengembangkan kurikulum;
b. Konstrukei ialah mengembangkan model kurikulm yang diharapkan
berdasarkan fondasi tersebut.
c. Impelementasi, yaitu pelaksanaan kurikulum;
d. Evaluasi, yaitu menilai kurikulum secara komprehensif dan sistemik.
2. Konstruksi, yaitu proses pengembangan secara mikro, yang pada garis
besarnya melalui proses 4 kegiatan, yakni merancang tujuan, merumuskan
materi, menetapkan metode, dan merancang evaluasi. (Hamalik, 2007: 133)
Pengembangan kurikulum berlandaskan manajemen, berarti melaksanakan
kegiatan pengembangan kurikulum erdasarkan pola pikir manajemen, atau
berdasarkan proses manajemen sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen, yang
terdiri dari (Hamalik, 2007: 133-134):
Pertama, Perencanaan

kurikulum

yang

dirancang

berdasarkan

analisis

kebutuhan, menggunakan model tertentu dan mengacu pada suatu
Kedua,

desain kurikulum yang efektif.
Pengorganisasian kurikulum yang ditata baik secara struktural

maupun secara fungsional.
Ketiga,
Impelementasi yakni pelaksanaan kurikulum di lapangan
Keempat, Ketenagaan dalam pengembangan kurikulum.
Kelima, Kontrol kurikulum yang mencakup evaluasi kurikulum.
Keenam, Mekanisme pengembangan kurikulum secara menyeluruh.
Mekanisme Pengembangan Kurikulum
Tahap 1 : Studi kelayakan dan kebutuhan
Tahap 2 : Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Tahap 3 : Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
Tahap 4 : Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan
Tahap 5 : Pelaksanaan kurikulum
Tahap 6 : Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum
Tahap 7 : Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian
(Hamalik, 2007: 142-143)
Tahap 1 : Studi kelayakan dan kebutuhan
Pengembang kurikulum melakukan kegiatan analisis kebutuhan program dan
merumuskan dasar-dasar pertimbangan bagi pengembangan kurikulum tersebut.
Untuk itu si pengembang perlu melakukan studi dokumentasi dan/atau studi
lapangan.
Tahap 2 : Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
Konsep awal ini dirumuskan berdasarkan rumusan kemampuan, selanjutnya
merumuskan tujuan, isi, strategi pembelajaran sesuai dengan pola kurikulum
sistemik.
Tahap 3 : Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
Penyusunan rencana ini mencakup penyusunan silabus, pengembangan bahan
pelajaran dan sumber-sumber material lainnya.
Tahap 4 : Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan
Pengujian kurikulum di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
keandalannya, kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilannya, hambatan dan
masalah-masalah yang timbul dan faktor-faktor pendukung yang tersedia, dan
lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum.
Tahap 5 : Pelaksanaan kurikulum
Ada 2 kegiatan yang perlu dilakukan, ialah :
1) Kegiatan desiminasi, yakni pelaksanaan kurikulum dalam lingkup sampel
yang lebih luas.
2) Pelaksanaan kurikulum secara menyeluruh yang mencakup semua satuan
pendidikan pada jenjang yang sama.
Tahap 6 : Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Selama pelaksanaan kurikulum perlu dilakukan penialaian dan pemantauan yang
berkenaan dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta
dampaknya.
Tahap 7 : Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian
Berdasarkan penilaian dan pemantauan kurikulum diperoleh data dan informasi
yang akurat, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan
pada kurikulum tersebut bila diperlukan, atau melakukan penyesuaian kurikulum
dengan keadaan. Perbaikan dilakukan terhadap beberapa aspek dalam kurikulum
tersebut (Hamalik, 2007: 142-143).
Sedangkan Soetopo dan Soemanto (1986:60-61) mengemukakan tahapan
atau langkah-langkah pengembangan kurikulum makrokospis sebagai berikut.
1. Pengaruh faktor-faktor yang mendorong pembaharuan kurikulum.
a. Tujuan (objectives) tertentu, yang permulaannya didorong oleh pengaruh
b.
c.

faktor sejarah, sosiologis, filsafah, psikologis, dan ilmu pengetahuan.
Hasil-hasil penemuan riset dalam interaksi belajar mengajar.
Tekanan-tekanan, baik yang berasal dari kelompok penekanan maupun

dari pengujian-pengujian eksternal.
2. Inisiasi Pengembangan.
Proses pengambilan keputusan baik di dalam maupun di luar sistem
pendidikan mengenai suatu pengembangan atau innovasi kurikulum hendak
dilaksanakan.
3. Inovasi Kurikulum Baru
Kurikulum baru dikembangkan melalui proyek-proyek pengembangan
kurikulum yang harus mengikuti fase-fase:
a.
b.

Penentuan tujuan-tujuan (objectives) kurikulum.
Produksi ‘materials’ (seperti buku, alat visual, perangkat) dan penciptaan

metode-metode pembelajaran yang sesuai.
c. Pelaksanaan percobaan-percobaan terbatas pada sekolah-sekolah.
d. Evaluasi dan revisi ’material’ dan metode.
e. Penyebaran yang tak terbatas ’material’ dan metode yang sudah direvisi.
4. Difusi (penyebaran) Pengetahuan dan Pengertian tentang Pengembangan
Kurikulum di luar Lembaga-lembaga Pengembangan Kurikulum.

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Hasil-hasil percobaan kurikulum disebarluaskan di sekolah-sekolah dan
masyarakat umum melalui penanaman pengertian, sehingga mereka akan
responsif terhadap pembaharuan yang hendak dilaksanakan.
5. Implementasi Kurikulum yang telah dikembangkan di sekolah-sekolah
6. Evaluasi Kurikulum
Para pengembang kurikulum mengadakan penilaian tehadap kurikulum yang
telah dilaksanakan, dengan mendapatkan umpan balik dari para guru, murid,
adminisrtrator sekolah, orang tua siswa, Komite Sekolah, dan sebagainya.
Kegiatan pengembangan kurikulum dapat dilaksanakan pada berbagai kondisi
atau setting, mulai dari tingkat kelas sampai dengan tingkat nasional. Kondisikondisi itu menurut Hamalik (2007: 104) adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Pengembangan kurikulum oleh guru kelas.
Pengembangan kurikulum oleh sekelompok guru dalam suatu sekolah.
Pengembangan kurikulum melalui pusat guru (teacher’s centre’s)
Pengembangan kurikulum pada tingkat daerah
Pengembangan kurikulum dalam/melalui proyek nasional.

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

BAB III
KURIKULUM MATEMATIKA SEKOLAH DI INDONESIA
A. SEKILAS

TENTANG

PERKEMBANGAN

KURIKULUM

MATEMATIKA SEKOLAH DI INDONESIA
Suka atau tidak suka seseorang terhadap matematika, namun tidak dapat dihindari
bahwa hidupnya akan senantiasa bertemu dengan matematika, entah itu dalam
pembelajaran formal, non formal maupun dalam kehidupan praktis sehari-hari.
Matematika merupakan alat bantu kehidupan dan pelayan bagi ilmu-ilmu yang
lain, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi maupun
matematika sendiri.
Mungkin diantara kita banyak yang bertanya bukankah saat ini sudah ada
kalkulator dan komputer sehingga matematika sebagai alat bantu kehidupan
menjadi berkurang? Memang benar, dengan kehadiran kedua alat tersebut banyak
persoalan kehidupan yang awalnya mudah menjadi sulit, dan dapat diselesaikan
dalam waktu yang relatif singkat. Namun perlu diketahui bahwa alat-alat tersebut
pun juga menggunakan prinsip matematika. Tanpa adanya prinsip-prinsip dan
konsep matematika kedua alat tersebut yaitu kalkulator dan komputer tidak
mungkin ada. Begitu pentingnya matematika dalam kehidupan maka tidak aneh
jika pembelajaran matematika mengalami perkembangan dan disesuaikan dengan
kebutuhan zaman. Bagaimanakah perkembangan pembelajaran matematika di
dalam negeri?
a. Matematika tradisional (Ilmu Pasti)
Setelah Indonesia terlepas dari penjajahan kolonial, pemerintah berbenah
diri menyusun program pendidikan. Matematika diletakkan sebagai salah satu
mata pelajaran wajib. Saat itu pembelajaran matematika lebih ditekankan pada
ilmu hitung dan cara berhitung. Urutan-urutan materi seolah-olah telah menjadi
konsensus masyarakat. Karena seolah-olah sudah menjadi konsensus maka ketika
urutan dirubah sedikit saja protes dan penentangan dari masyarakat begitu kuat.
Untuk pertama kali yang diperkenalkan kepada siswa adalah bilangan asli dan
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

membilang, kemudian penjumlahan dengan jumlah kurang dari sepuluh,
pengurangan yang selisihnya positif dan lain sebagainya.
Kekhasan lain dari pembelajaran matematika tradisional adalah bahwa
pembelajaran lebih menekankan hafalan dari pada pengertian, menekankan
bagaimana sesuatu itu dihitung bukan mengapa sesuatu itu dihitungnya demikian,
lebih mengutamakan kepada melatih otak bukan kegunaan, bahasa/istilah dan
simbol yang digunakan tidak jelas, urutan operasi harus diterima tanpa alasan, dan
seterusnya.
Urutan operasi hitung pada era pembelajaran matematika tradisional
adalah kali, bagi, tambah dan kurang. Maksudnya bila ada soal dengan
menggunakan operasi hitung maka perkalian harus didahulukan dimanapun
letaknya baru kemudian pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Urutan
operasi ini mulai tahun 1974 sudah tidak dipandang kuat lagi banyak kasus yang
dapat digunakan untuk menunjukkan kelemahan urutan tersebut.
Contoh
12 : 3 jawabanya adalah 4, dengan tanpa memberi tanda kurung, soal di atas
ekuivalen dengan 9 + 3 : 3, berdasar urutan operasi yaitu bagi dulu baru jumlah
dan hasilnya adalah 10. Perbedaan hasil inilah yang menjadi alasan bahwa urutan
tersebut kurang kuat.
Sementara itu cabang matematka yang diberikan di sekolah menengah
pertama adalah aljabar dan Ilmu ukur (geometri) bidang. Geometri ini diajarkan
secara terpisah dengan geometri ruang selama tiga tahun. Sedangkan yang
diberikan di sekolah menengah atas adalah aljabar, geometri ruang, goneometri,
geometri lukis, dan sedikit geometri analitik bidang. Geometri ruang tidak
diajarkan serempak dengan geometri ruang, geomerti lukis adalah ilmu yang
kurang banyak diperlukan dalam kehidupan sehingga menjadi abstrak dikalangan
siswa.
b. Pembelajaran Matematika Modern
Pengajaran matematika modern resminya dimulai setelah adanya
kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

adanya kemajuan teknologi. Di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan
orang-orang yang mampu menangani senjata, rudal dan roket sangat sedikit,
mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu
penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P
Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin
memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan
belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan teori Gestalt yang
muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau
yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun
diterapkan setelah tertanam pengertian pada siswa.
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran
matematika di Indonesia. Berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran
kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang
merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi
masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah
merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan
tersebut. Muncullah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempunyai
karakteristik sebagai berikut ;
1) Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul
adalah himpunan, statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno,
penulisan lambang bilangan non desimal.
2) Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran bermakna dan berpengertian
dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.
3) Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih kontinyu.
4) Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur.
5) Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya
hetrogen.
6) Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7) Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8) Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan
masalah dan teknik diskusi.
9) Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

c. Kurikulum Matematika 1984
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan gerakan revolusi
matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat pada revolusi matematika pertama
atau matematika modern. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara maju
yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang saat itu, seperti Jerman barat,
Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika ditandai oleh beberapa hal
yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap
matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching
kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan
kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan
pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara
program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan
dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak
didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat
erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika
sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti
komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah
bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri
yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil
adalah melakukan hal-hal sebagai berikut;
1) Guru supaya meningkatkan profesinalisme
2) Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan kalkulator
dan computer
3) Sinkronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan sekolah
lanjutan
4) Pengevaluasian hasil pembelajaran
5) Prinsip CBSA di pelihara terus
d. Kurikulum Tahun 1994

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

Kegiatan matematika internasional begitu marak di tahun 90-an.
walaupun hal itu bukan hal yang baru sebab tahun tahun sebelumnya kegiatan
internasional seperti olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Sampai
tahun 1977 saja sudah 19 kali diselenggarakan olimpiade matematika
internasional. Saat itu Yugoslavia menjadi tuan rumah pelaksanaan olimpiade, dan
yang berhasil mendulang medali adalah Amerika, Rusia, Inggris, Hongaria, dan
Belanda.
Indonesia tidak ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun
jarang mendulang medali. (tahun 2004 dalam olimpiade matematika di Athena,
lewat perwakilan siswa SMU 1 Surakarta atas nama Nolang Hanani merebut
medali). Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang kurang
siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam menyelsaikan
problem-probelmke hidupan dan lain sebagainya. Dengan dasar inilah pemerintah
berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu membekali siswa
berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah kurikulum tahun 1994.
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika mempunyai
karakter yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi
perkembangan anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, modelmodel pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok
bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan tekstual
materi namun tidak melupakan hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi.
Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan
dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan
yang dihadapi sehari-hari.
e. Kurikulum tahun 2004
Setelah beberapa dekade dan secara khusus sepuluh tahun berjalan dengan
kurikulum 1994, pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru
memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan latihan, murid
mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya kegiatan rutin saja disekolah,

Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

sementara bagaimana keragaman pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam
mengungkapkan gagasannya kurang menjadi perhatian.
Para

siswa

umumnya

belajar

tanpa

ada

kesempatan

untuk

mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreatifitasnya. Jawaban soal
seolah membatasi kreatifitas dari siswa karena jawaban benar seolah-lah hanya
otoritas dari seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya hanya
menghasilkan

lulusan

yang

kurang

terampil

secara

matematis

dalam

menyelesaikan persoalah-persoalan seharai-hari. Bahkan pembelajaran model di
atas semakin memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang sulit
dan tidak menarik.
Tahun 2004 pemerintah melaunching kurikulum baru dengan nama
kurikulum berbasis kompetesi. Secara khusus model pembelajaran matematika
dalam kurikulum tersebut mempunyai tujuan antara lain;
1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui

kegiatan

penyelidikan,

eksplorasi,

eksperimen,

menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
2) Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
Mengembangkan
kewmapuan
menyampaikan

informasi

atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
B. KOMPETENSI
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi informasi, yang
berjalan cepat dan semakin cepat dalam dua dasawarsa ini merupakan salah satu
tanda globalisasi. Kemajuan tersebut telah mempengaruhi peradaban manusia
sedemikian luas melebihi abad-abad sebelumnya. Pengaruh tersebut dapat dilihat
pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi, dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran, serta cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks lokal dan global. Pada masa sekarang, hanya negara yang
mempunyai pemahaman dan kearifan tentang proses dan ancaman globalisasi
Analisis Kurikulum Matematika Sekolah
Mohammad Mukhlisin
Pendidikan Matematika UAD

yang akan mempunyai kesempatan untuk dapat bertahan hidup, produktif,
sejahtera, damai, dan aman dalam masyarakatnya dan masyarakat dunia (Ella
Yulaelawati, 2004: 17)
Kehidupan damai, sejahtera, dan diperhitungkan dalam masyarakat dunia
tidak dapat lagi hanya dimaknai dan dikaitkan dengan banyaknya sumber daya
alam. Tetapi harus diartikan dengan tingginya daya saing, daya suai, dan
kompetensi suatu bangsa. Dengan ketiga hal tersebut, maka akan lebih mudah
bagi suatu bangsa untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang
telah jauh lebih maju. Tingginya daya saing memerlukan kompetensi yang tinggi
pula karena pada abad pengetahuan ini dinamika politik sebuah negara di kancah
global sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat dipengaruhi oleh kompetensi sumber
daya manusianya.
Pada abad pengetahuan ini diperlukan masyarakat berpengetahuan yang
belajar sepanjang hayat sehingga tidak seorang pun dibolehkan untuk tidak
memperoleh pengetahuan dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai oleh masyarakat sangat beragam dan
berkualitas. Untuk itu diperlukan kurikulum yang mampu menjadi wahana
pencapaian pengetahuan dan keterampilan tersebut. Kurikulum yang demikian
sering disebut dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Berdasarkan teori, secara umum kompetensi dapat didefinisikan sebagai
sekumpulan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai sebagai kinerja yang
berpengaruh terh

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63