PENGERTIAN HAM PERLINDUNGAN HAM and CONT

TUGAS KEWARGANEGARAAN

PENGERTIAN HAM, PERLINDUNGAN HAM & CONTOH
PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:
JERRY TOVA RAMADHAN
1410401059

PROGRAM STUDI S1 AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNTIDAR
2015

A. Hakikat Hak Asasi Manusia (HAM)
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat
yang luhur sebagai makhluk sosial, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri.
Semua manusia sebagai makhluk sosial memiliki martabat derajat yang sama, dan
memiliki hak-hak yang sama pula. Sejak lahir, manusia telah mempunyai hak asasi yang
harus dijunjung tinggi dan diakui semua orang. Hak ini lebih penting dari hak seorang
penguasa atau raja. Derajat manusia yang luhur berasal dari Tuhan yang menciptakannya.

Dengan demikian semua manusia bebas mengembangkan dirinya sesuai dengan budinya
yang sehat. Akan tetapi, terkadang hak asasi sering kali dilanggar manusia untuk
mempertahankan hak pribadinya.
Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, semua manusia memiliki hak-hak yang sama sebagai
manusia. Hak-hak yang sama sebagai manusia inilah yang sering disebut hak asasi
manusia. Hak asasi manusia berarti hak-hak yang melekat pada manusia berdasarkan
kodratnya, maksudnya hak-hak yang dimiliki manusia sebagai manusia. Hak asasi
manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki manusia sebagai manusia yang
berasal dari Tuhan, dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. HAM bersifat
universal, artinya berlaku untuk semua manusia tanpa mebeda-bedakannya berdasarkan
atas ras, agama, suku dan bangsa (etnis).
Dengan mendasarkan pada hakikat HAM di atas, maka HAM memiliki landasan
utama, yaitu:
1. Landasan langsung yang pertama, yaitu kodrat manusia
2. Landasan kedua yang lebih dalam, yaitu Tuhan yang menciptakan manusia.
Jadi HAM pada hakekatnya merupakan hak-hak fundamental yang melekat pada kodrat
manusia sendiri, yaitu hak-hak yang paling dasar dari aspek-aspek kodrat manusia sebagai
manusia.

B. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan pada segisegi tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut. Adapun beberapa definisi Hak
Asasi Manusia (HAM) adalah sebagai berikut:
1. UU No. 39 Tahun 1999
Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang
melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. John Locke
Menurut John Locke, hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan
sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut
kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.

3. David Beetham & Kevin Boyle
Menurut Beetham dan Boyle, HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental adalah
hak-hak individual yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas
manusia.
4. C. de Rover
HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia. Hak-hak
tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun miskin, laki-laki

ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja dilanggar, tetapi tidak pernah
dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak hukum, ini berarti bahwa hak-hak
tersebut merupakan hukum. Hak asasi manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum
nasional di banyak negara di dunia. Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak
pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak
asasi manusia dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang. Hak asasi manusia bersifat universal dan abadi.
5. Austin-Ranney
HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas dalam konstitusi
dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah.
6. A.J.M. Milne
HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala masa dan di
segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.
7. Franz Magnis- Suseno
HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh
masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang berlaku, melainkan berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Manusia memilikinya karena ia manusia.
8. Miriam Budiardjo
Miriam Budiardjo membatasi pengertian hak-hak asasi manusia sebagai hak yang
dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersamaan dengan kelahiran

atau kehadirannya di dalam masyarakat.
9. Oemar Seno Adji
Menurut Oemar Seno Adji yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak
yang melekat pada martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah merupakan
suatu holy area.
B. Ciri Khusus Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak yang
lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut:
1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan atau
diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak
sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah
ada sejak lahir.

4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang
status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya. Persamaan adalah salah satu dari
ide-ide hak asasi manusia yang mendasar.
C. Macam-macam Hak Asasi Manusia (HAM)

Anda telah memahami bahwa hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapa pun. Ada bermacam-macam hak asasi manusia. Secara garis besar, hak-hak
asasi manusia dapat digolongkan menjadi enam macam sebagai berikut:
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak
asasi pribadi ini sebagai berikut.
 Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
 Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
 Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
 Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan
kepercayaan yang diyakini masing-masing.
2. Hak Asasi Politik (Political Rights)
Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik. Contoh hak-hak asasi politik
ini sebagai berikut.
 Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
 Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
 Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya.
 Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)

Hak kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan
dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum sebagai
berikut.
 Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
 Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
 Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)
Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi
ekonomi ini sebagai berikut.
 Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli.
 Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
 Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
 Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
 Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak asasi
peradilan ini sebagai berikut.
 Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
 Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan

penyelidikan di muka hukum.
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)
Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial
budaya ini sebagai berikut.
 Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
 Hak mendapatkan pengajaran.
 Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat.
D. Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)
Upaya perlindungan HAM penekanannya pada berbagai tindakan pencegahan
terhadap terjadinya pelanggaran HAM. Perlindungan HAM terutama melalui
pembentukan instrumen hukum dan kelembagaan HAM. Juga dapat melalui berbagai
faktor yang berkaitan dengan upaya pencegahan HAM yang dilakukan individu maupun
masyarakat dan negara. Negaralah yang memiliki tugas utama untuk melindungi warga
negaranya termasuk hak- hak asasinya.
Meskipun di Indonesia telah ada jaminan secara konstitusional maupun telah dibentuk
lembaga untuk penegakannya, tetapi belum menjamin bahwa hak asasi manusia
dilaksanakan dalam kenyataan kehidupan sehari–hari atau dalam pelaksanaan
pembangunan. Lukman Soetrisno seorang sosiolog, mengajukan indikator bahwa suatu
pembangunan telah melaksanakan hak–hak asasi manusia apabila telah menunjukkan
adanya indikator-indikator, sebagai berikut:

 dalam bidang politik berupa kemauan pemerintah dan masyarakat untuk
mengakui pluralisme pendapat dan kepentingan dalam masyarakat;
 dalam bidang sosial berupa perlakuan yang sama oleh hukum antara wong cilik
dan priyayi dan toleransi dalam masyarakat terhadap perbedaan atau latar
belakang agama dan ras warga negara Indonesia, dan
 dalam bidang ekonomi dalam bentuk tidak adanya monopoli dalam sistem
ekonomi yang berlaku.
Ketiga indikator tersebut jika dipakai untuk melihat pelaksanaan pembangunan di
Indonesia dewasa ini di bidang politik, sosial dan ekonomi masih jauh dari yang
diharapkan. Kehidupan politik masih cenderung didominasi konflik antar elit politik
sering berimbas pada konflik dalam masyarakat (konfl ik horizontal) dan elit politik lebih
memperhatikan kepentingan diri/kelompoknya, sementara kepentingan masyarakat
sebagai konstiuennya diabaikan. Ingat berkecamuknya konfl ik di Ambon, Poso, konflik
prokontra pemekaran provinsi di Papua, dan konfl ik antar simpatisan partai politik
(akhir Oktober 2003) di Bali.

Di bidang hukum masih terlihat lemahnya penegakan hukum, banyak pejabat yang
melakukan pelanggaran hukum sulit dijamah oleh hukum, sementara ketika pelanggaran
itu dilakukan oleh wong cilik hukum tampak begitu kuat cengkeramannya. Dalam
masyarakat juga masih tampak kurang adanya toleransi terhadap perbedaan agama, ras

konflik. Berbagai konflik dalam masyarakat paling tidak dipermukaan masih sering
terdapat nuansa SARA. Sedangkan di bidang ekonomi masih tampak dikuasai oleh
segelintir orang (konglomerat) yang menunjukkan belum adanya kesempatan yang sama
untuk berusaha.
Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor mengapa Indonesia begitu sulit untuk
keluar dari krisis politik, ekonomi dan sosial. Ini berarti harus diakui bahwa dalam
pelaksanaan hak asasi manusia masih banyak terjadi pelanggaran dalam berbagai bidang
kehidupan. Pelanggaran baik dilakukan oleh penguasa maupun masyarakat, namun ada
kecenderungan pihak penguasa lebih dominan, karena sebagai pemegang kekuasaan
dapat secara leluasa untuk memenuhi kepentingan yang seringkali dilakukan dengan
cara–cara manipulasi\sehingga mengorbankan hak – hak pihak lain. Seperti kebijakan
pemerintah mengenai impor beras, dirasakan sangat merugikan para petani. Dalam
bentuk kegiatan seperti apa menghargai upaya perlindungan HAM? Menghargai upaya
perlindungan HAM dapat diwujudkan dalam berbagai kegiatan untuk mencegah
terjadinya pelanggaran HAM. Berbagai kegiatan yang dapat dimasukan dalam upaya
perlindungan HAM antara lain:
 Kegiatan belajar bersama, berdiskusi untuk memahami pengertian HAM.
 Mempelajari peraturan perundang – undangan mengenai HAM maupun peraturan
hukum pada umumnya, karena peraturan hukum yang umum pada dasarnya juga
telah memuat jaminan perlindungan HAM.

 Mempelajari tentang peran lembaga–lembaga perlindungan HAM, seperti
Komnas HAM, Komisi Nasional Perlindungan Anak (KNPA), LSM, dan
seterusnya.
 Memasyarakatkan tentang pentingnya memahami dan melaksanakan HAM, agar
kehidupan bersama menjadi tertib, damai dan sejahtera kepada lingkungan
masing– masing.
 Menghormati hak orang lain, baik dalam keluarga, kelas, sekolah, pergaulan,
maupun masyrakat.
 Bertindak dengan mematuhi peraturan yang berlaku di keluarga, kelas, sekolah,
OSIS, masyarakat, dan kehidupan bernegara.
 Berbagai kegiatan untuk mendorong agar negara mencegah berbagai tindakan anti
pluralisme (kemajemukan etnis, budaya, daerah, dan agama).
 Berbagai kegiatan untuk mendorong aparat penegak hukum bertindak adil.
 Berbagai kegiatan yang mendorong agar negara mencegah kegiatan yang dapat
menimbulkan kesengsaraan rakyat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti,
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
E. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Di Indonesia

Pelanggaran HAM adalah pelanggaran atau kelalaian terhadap kewajiban asasi yang
dilakukan seseorang terhadap orang lain. Namun tidak semua pelanggaran yang

berkenaan dengan hak merupakan pelanggaran HAM. Yang termasuk dalam pelanggaran
HAM diantaranya pelecehan dan pembunuhan. Pelanggaran HAM diatur dalam UU No.
39 tahun 1999 bahwa :
"Pelanggaran HAM adalah segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang termasuk aparat negara baik disegaja maupun tidak disengaja yang
dapat mengurangi, membatasi, mencabut, atau menghilangkan hak asasi orang lain
yang dilindungi oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak
mendapatkan penyelesaian hukum yang benar dan adil sesuai mekanisme hukum yang
berlaku."
Bentuk-bentuk pelanggaran HAM yang sering dijumpai dalam masyarakat antara lain
adalah sebagai berikut:
 Deskriminasi adalah pembatasan, pelecehan, dan pengucilan yang dilakukan
langsung atau tidak lengsung yang didasarkan perbedaan manusia atas Suku, ras,
etnis, dan Agama.
 Penyiksaan adalah perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik
jasmani maupun rohani.
Sedangkan pelanggaran dalam HAM menurut sifatnya terbagi menjadi dua yaitu:
 Pelanggaran HAM berat yaitu pelanggaran HAM yang mengancam nyawa
manusia.
 Pelanggaran HAM ringan yaitu pelanggaran HAM yang tidak menancam jiwa
manusia.
Berikut merupakan beberapa contoh kasus pelanggaran HAM di Indonesia di
antaranya adalah:
1. Pembantaiaan Rawagede
Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa penembakan beserta
pembunuhan terhadap penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari,
Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9
Desember 1947 diringi dengan dilakukannya Agresi Militer Belanda I. Puluhan
warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan
yang jelas. Pada 14 September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan bahwa
pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab. Pemerintah Belanda
harus membayar ganti rugi kepada para keluarga korban pembantaian Rawagede.
2. Penembakan Misterius (Petrus)
Diantara tahun 1982-1985, peristiwa ini mulai terjadi. Penembakan misterius
atau sering disingkat Petrus alias operasi clurit adalah operasi rahasia yang digelar
mantan Presiden Soeharto dengan dalih mengatasi tingkat kejahatan yang begitu
tinggi. Petrus adalah sebuah peristiwa penculikan, penganiayaan dan penembakan
terhadap para preman yang sering menganggu ketertiban masyarakat. Pelakunya
tidak diketahui siapa, namun kemungkinan pelakunya adalah aparat kepolisian

yang menyamar (tidak memakai seragam). Operasi ini secara umum meliputi
operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap
mengganggu keamanan dan ketentraman masyarakat, khususnya di Jakarta dan
Jawa Tengah. Pelakunya tak jelas, tak pernah tertangkap, dan tak pernah diadili.
Hasil dari operasi clurit ini, sebanyak 532 orang tewas pada tahun 1983. Dari
jumlah itu, 367 orang di antaranya tewas akibat luka tembakan. Kemudian pada
tahun 1984, tercatat 107 orang tewas, di antaranya 15 orang tewas ditembak.
Setahun kemudian, pada 1985, tercatat 74 orang tewas, 28 di antaranya tewas
ditembak.Kasus ini termasuk pelanggaran HAM, karena banyaknya korban Petrus
yang meninggal karena ditembak. Kebanyakan korban Petrus ditemukan
meninggal dengan keadaan tangan dan lehernya diikat dan dibuang di kebun,
hutan dan lain-lain. Terhitung, ratusan orang yang menjadi korban Petrus,
kebanyakan tewas karena ditembak.
3. Penculikan Aktivis Pro-demokrasi
Kasus penculikan dan penghilangan secara paksa para aktivis pro-demokrasi,
sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik. Kebanyakan aktivis yang diculik disiksa
dan menghilang, meskipun ada satu yang terbunuh. 9 aktivis dilepaskan dan 13
aktivis lainnya masih belum diketahui keberadaannya sampai kini. Banyak orang
berpendapat bahwa mereka diculik dan disiksa oleh para anggota militer.
4. Kasus Pembunuhan Munir
Munir Said Thalib adalah aktifis HAM paling vokal di Indonesia yang pernah
menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Jabatan terakhirnya adalah Direktur
Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Saat
menjabat Dewan Kontras (Komite Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak
Kekerasan), namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang
hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktivis yang
menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Komando Pasukan Khusus Tentara
Nasional Indonesia. Setelah Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan
pencopotan Danjen Kopassus Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim
Mawar. Munir lahir di Malang, tanggal 8 Desember 1965.
Munir meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda
Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda
dalam umur 38 tahun. Spekulasi mulai bermunculan, banyak berita yang
mengabarkan bahwa Munir meninggal di pesawat karena dibunuh, serangan
jantung bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir meninggal
karena diracuni dengan Arsenikum di makanan atau minumannya saat di dalam
pesawat. Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik jelas, bahkan kasus ini
telah diajukan ke Amnesty Internasional dan tengah diproses. Pada tahun 2005,
Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot Garuda Indonesia dijatuhi hukuman 14
tahun penjara karena terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus

pembunuhan Munir, karena dengan sengaja ia menaruh Arsenik di makanan
Munir dan meninggal di pesawat. Namun banyak pihak yang meyakini, Polly
bukan otak pembunuhan. Belum juga selesai pengungkapan kasusnya, Polly
malah dibebaskan bersyarat.
5. Wamena Berdarah Pada Tahun 2003
Tragedi itu terjadi pada 4 April 2003 pukul 01.00 Waktu Indonesia Timur.
Sekelompok massa tak dikenal membobol gudang senjata Markas Kodim
1702/Wamena. Penyerangan ini menewaskankan dua anggota Kodim, yaitu Lettu
TNI AD Napitupulu dan Prajurit Ruben Kana (penjaga gudang senjata).
Kelompok penyerang diduga membawa lari sejumlah pucuk senjata dan
amunisi.Dalam rangka pengejaran terhadap pelaku, aparat TNI-Polri diduga telah
melakukan penyisiran, penangkapan, penyiksaan, perampasan secara paksa,
sehingga menimbukan korban jiwa dan pengungsian penduduk secara paksa.
Pada pemindahan paksa ini, tercatat 42 orang meninggal dunia karena
kelaparan, serta 15 orang jadi korban perampasan. Komnas juga menemukan
pemaksaan penanda tanganan surat pernyataan, serta perusakan fasilitas
umum.Proses hukum atas kasus tersebut hingga saat ini buntu. Terjadi tarik ulur
antar Komnas HAM dan Kejaksaan Agung.Sementara para tersangka terus
menikmati hidupnya, mendapat kehormatan sebagai pahlawan, menerima
kenaikan pangkat dan promosi jabatan tanpa tersentuh hukum.
6. Pembunuhan Marsinah
Marsinah merupakan salah satu aktivis buruh wanita yang bekerja di PT. Catur
Putra Surya (CPS) yang terletak di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Masalah
muncul ketika Marsinah bersama dengan teman-teman sesama buruh dari PT. CPS
menggelar unjuk rasa, mereka menuntut untuk menaikkan upah buruh pada
tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Dia aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Masalah
memuncak ketika Marsinah menghilang dan tidak diketahui oleh rekannya, dan
sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1993 Marsinah ditemukan meninggal dunia.
Mayatnya ditemukan di sebuah hutan di Dusun Jegong, Kecamatan Wilangan,
Nganjuk, Jawa Timur dengan tanda-tanda bekas penyiksaan. Menurut hasil otopsi,
diketahui bahwa Marsinah meninggal karena penganiayaan berat.
7. Tragedi PKI 1965-1966
Sejumlah jenderal dibunuh dalam peristiwa 30 September 1965. Pemerintahan
orde baru kemudian menuding Partai Komunis Indonesia sebagai biang keroknya.
Lalu pemerintahan saat itu membubarkan organisasi tersebut, dan melakukan razia
terhadap simpatisannya. Razia itu dikenal dengan operasi pembersihan PKI.
Komnas HAM memperkirakan 500.000 hingga 3 juta warga tewas dibunuh saat
itu. Ribuan lainnya diasingkan, dan jutaan orang lainnya harus hidup dibawah
bayang-bayang ‘cap PKI’ selama bertahun-tahun. Dalam peristiwa ini, Komnas
HAM balik menuding Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan semua

panglima militer daerah yang menjabat saat itu sebagai pihak yang paling
bertanggung-jawab. Saat ini, kasus ini masih ditangani oleh Kejaksaan Agung.
Namun penanganannya lamban. Tahun 2013 lalu, Kejaksaan mengembalikan
berkas ke Komnas HAM, dengan alasan data kurang lengkap.
8. Peristiwa Abepura
Peristiwa ini terjadi di Abepura, Papua pada tahun 2003. Terjadi akibat
penyisiran yang membabi buta terhadap pelaku yang diduga menyerang Mapolsek
Abepura. Komnas HAM menyimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di
peristiwa Abepura.
9. Tragedi Semanggi–Trisakti & kerusuhan Mei 1998
Pada 13-15 Mei 1998, terjadi kerusuhan massif yang terjadi hampir di seluruh
sudut tanah air. Puncaknya di Ibu Kota Jakarta. Kasus penembakan mahasiswa
Trisakti merupakan salah satu kasus penembakan kepada para mahasiswa Trisakti
yang sedang berdemonstrasi oleh para anggota polisi dan militer. Bermula ketika
mahasiswa-mahasiswa Universitas Trisakti sedang melakukan demonstrasi setelah
Indonesia mengalami Krisis Finansial Asia pada tahun 1998 menuntut Presiden
Soeharto mundur dari jabatannya, serta dipicu oleh tewasnya empat mahasiswa
Universitas Trisakti yang tertembak dalam demonstrasi pada 12 Mei 1998.
Peristiwa ini dikenal dengan Tragedi Trisakti. Dikabarkan puluhan mahasiswa
mengalami luka-luka, dan sebagian meninggal dunia, yang kebanyakan meninggal
karena ditembak dengan menggunakan peluru tajam oleh anggota polisi dan
militer.
Dalam proses hukumnya, Kejaksaan Agung mengatakan, kasus ini bisa
ditindaklanjuti jika ada rekomendasi dari DPR ke Presiden. Karena belum ada
rekomendasi, maka Kejaksaan Agung mengembalikan berkas penyelidikan ke
Komnas HAM.Namun belakangan, Kejaksaan Agung beralasan kasus ini tidak
dapat ditindaklanjuti karena DPR sudah memutuskan, bahwa tidak ditemukan
pelanggaran HAM berat. Dalih lainnya, Kejaksaan Agung menganggap kasus
penembakan Trisakti sudah diputus oleh Pengadilan Militer pada 1999, sehingga
tidak dapat diadili untuk kedua kalinya.
10. Pertikaian Bulukumba
Kasus Bulukumba merupakan kasus yang terjadi pada tahun 2003.
Dilatarbelakangi oleh PT. London Sumatra (Lonsum) yang melakukan perluasan
area perkebunan. Namun upaya ini ditolak oleh Warga Kajang, yaitu warga desa
sekitar di wilayah Bulukumba, Sulawesi Selatan. Karena terjadi pertikaian
tersebut, polisi menembak beberapa warga desa di wilayah Bulukumba tersebut.
Anggota Brigade Mobil Kepolisian Resor Bulukumba dilaporkan menembak
seorang warga Desa Bonto Biraeng, Kecamatan Kajang, Bulukumba pada hari
Senin, tanggal 3 Oktober 2011 sekitar pukul 17.00 WITA. Ansu, warga yang

tertembak tersebut, ditembak di bagian punggung. Warga Kajang sejak lama
menuntut PT Lonsum mengembalikan tanah mereka.
11. Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
Kasus ini terjadi pada tahun 1976-1989, yang berakibat memakan banyak
ribuan korban jiwa. Peristiwa tersebut terjadi semenjak dideklarasikan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM) oleh Hasan Di Tiro, sehingga Aceh selalu menjadi daerah
operasi militer dengan itensitas kekerasan yang tinggi.
12. Peristiwa Tanjung Priok
Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung
Priok, Jakarta Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan yang
mengakibatkan bentrok antara warga dengan kepolisian dan anggota TNI yang
mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka. Peristiwa ini terjadi pada
tanggal 12 September 1984. Sejumlah orang yang terlibat dalam kerusuhan diadili
dengan tuduhan melakukan tindakan subversif, begitu pula dengan aparat militer,
mereka diadili atas tuduhan melakukan pelanggaran hak asasi manusia. Peristiwa
ini dilatar belakangi masa Orde Baru.
13. Pembantaian Santa Cruz
Kasus ini masuk dalam catatan kasus pelanggaran HAM di Indonesia, yaitu
pembantaian yang dilakukan oleh militer atau anggota TNI dengan menembak
warga sipil di Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12
November 1991. Kebanyakan warga sipil yang sedang menghadiri pemakaman
rekannya di Pemakaman Santa Cruz ditembak oleh anggota militer Indonesia.
Puluhan demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil mengalami
luka-luka dan bahkan ada yang meninggal. Banyak orang menilai bahwa kasus ini
murni pembunuhan yang dilakukan oleh anggota TNI dengan melakukan agresi ke
Dili, dan merupakan aksi untuk menyatakan Timor-Timur ingin keluar dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan membentuk negara sendiri.
14. Kasus Timor-Timur Pasca Referendum Hingga Jejak Pendapat
Perisiwa ini terjadi pada tahun 1974-1999 dimana memakan ratusan ribu
korban jiwa, puluhan warga sipil meninggal dunia dan sebagian luka-luka.
Peristiwa yang dimulai dari Agresi Militer oleh TNI (Operasi Seroja) terhadap
pemerintahan Fretelin yang sah di Timor-Timur. Sejak saat itu Timor-Timur selalu
menjadi daerah operasi militer rutin yang rawan terhadap tindak kekerasan.
15. Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1966, sebagai akibat Operasi instensif yang
dilakukan TNI untuk menghadapi Organisasi Papua Merdeka (OPM). Sebagian
lagi berkaitan dengan masalah penguasaan sumber daya alam antar perusahaan
tambang internasional, aparat pemerintah menghadapi warga sipil. Akibat kasus
pelanggaran HAM ini ratusan korban banyak berjatuhan.

16. Peristiwa 27 Juli 1996
Peristiwa ini disebabkan oleh para pendukung Megawati Soekarno Putri yang
menyerbu dan mengambil alih kantor DPP PDI di Jakarta Pusat pada tanggal 27
Juli 1996. Massa mulai melempari dengan batu dan bentrok, ditambah lagi
kepolisian dan anggota TNI dan ABRI datang berserta Pansernya. Kerusuhan
meluas sampai ke jalan-jalan, massa mulai merusak bangunan dan rambu-rambu
lalu-lintas. Dikabarkan lima orang meninggal dunia, puluhan orang (sipil maupun
aparat) mengalami luka-luka dan sebagian ditahan. Menurut Komnas Hak Asasi
Manusia, dalam peristiwa ini telah terbukti terjadinya pelanggaran HAM.
17. Nasib Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia
Ada beberapa kasus pelanggaran HAM yang menimpa beberapa TKW yang
bekerja di luar negeri. Telah terjadi banyak penganiayaan, seperti dipukul,
disetrika, diestrum listrik, pelecehan seksual, pemerkosaan, bahkan pembunuhan
terhadap para tenaga kerja wanita Indonesia, meskipun sudah ada Undang-Undang
dari Pemerintah yang mengatur tentang perlindungan atas TKI yang bekerja di
luar negeri.
18. Kasus Dukun Santet Banyuwangi
Peristiwa beserta pembunuhan ini terjadi pada tahun 1998. Pada saat itu di
Banyuwangi lagi hangat-hangatnya terjadi praktek dukun santet di desa-desa
mereka. Warga sekitar yang berjumlah banyak mulai melakukan kerusuhan berupa
penangkapan dan pembunuhan terhadap orang yang dituduh sebagai dukun santet.
Sejumlah orang yang dituduh dukun santet dibunuh, ada yang dipancung, dibacok
bahkan dibakar hidup-hidup. Tentu saja polisi bersama anggota TNI dan ABRI
tidak tinggal diam, mereka menyelamatkan orang yang dituduh dukun santet yang
masih selamat dari amukan warga.

SUMBER MATERI:
http://1.bp.blogspot.com/-1j2mdKiqBY/UW3iFHaSrBI/AAAAAAAAAEQ/NX_z8qwOEbE/s1600/6.jpg
http://1.bp.blogspot.com/NyA1oSeeqQU/UW3nrJ7tDnI/AAAAAAAAAFc/0hTcbRRgWMo/s1600/tki.jpg
http://2.bp.blogspot.com/oXS2xTl7AUc/UW3iE9z6VqI/AAAAAAAAAEI/2N9d3dlOUDw/s1600/5.jpg
http://3.bp.blogspot.com/1qgV3HVDw5A/UW3iFkfH59I/AAAAAAAAAEY/Jjn4bUw4-98/s1600/8.jpg
http://4.bp.blogspot.com/VWL16JYvWJU/UW3iFgPdf9I/AAAAAAAAAEU/da6lXjgKEIc/s1600/7.gif
http://arifashkaf.wordpress.com/2015/03/15/pengertian-hak-asasi-manusia-dan-beberapakasusnya-tugas-softskill/
http://www.apapengertianahli.com/2014/11/pengertian-ham-menurut-para-ahli.html#_
http://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/77617-lima-kasus-besarpelanggaran-ham-di-indonesia
http://www.smansax1-edu.com/2014/10/contoh-kasus-pelanggaran-ham-di.html
http://www.zonasiswa.com/2014/07/pengertian-hak-asasi-manusia-ham.html

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22

LEGALITAS UNDIAN BERHADIAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PESERTA UNDIAN SIGERMAS (Studi pada PT. Bank Lampung)

8 70 31