PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMODELAN DI SEKOLAH DASAR
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH
YESENIA ZURINDAYU
NIM F32112007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMODELAN DI SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN YESENIA ZURINDAYU NIM F32112007 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Hj. Siti Halidjah, M.Pd. Drs. H. Mastar Asran, M.Pd. NIP 197205282002122002 Mengetahui,
Dekan FKIP, Ketua Jurusan Pendidikan Dasar
Dr. H. Martono, M.Pd. Dr. Tahmid Sabri, M.Pd.PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMODELAN DI SEKOLAH DASAR Yesenia Zurindayu
1 , Siti Halidjah 2 , Mastar Asran 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak 2 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak
Email : [email protected]
Abstract
Common problem in this research is whether by using modeling method can improve
speech skill at third grade student of Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota?. The
general purpose of this study is to describe the use of modeling methods that can
improve the speaking skills of third grade students of State Elementary School 34
Pontianak Kota. This research uses descriptive method with class action research form,
and the nature of research is collaborative. Setting the research took place at the State
Elementary School 34 Pontianak Kota with the subject of the study of students class III
C which amounted to 31 people. Data collection techniques used are interview
techniques, direct observation techniques, measurement techniques with data collection
tool that is the observation sheet. The data collected in the analysis with the average
calculation. This research was conducted 3 cycles. In cycle I the average score of
students is 73,23. While in cycle II the average value of students to 76.45 increased by
3.22. In cycle III the average score of 81.61 students increased by 5.16. With the
implementation of modeling methods in learning Indonesian language can improve
speaking skills, so it can be concluded that the use of modeling methods can be used to
improve the ability of speaking class III students in SD Negeri 34 Pontianak Kota.Keywords: Improvement, Speech Skills, and Modeling Methods PENDAHULUAN
Berbicara merupakan keterampilan berbahasa Indonesia yang berkembang pada kehidupan. Keterampilan berbicara bukanlah suatu jenis keterampilan yang diwariskan secara turun menurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan. Siswa yang memiliki keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran disemua mata pelajaran.
Tidak semua siswa dapat berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi secara lisan. Berbicara sangat erat berhubungan dengan penguasaan kosa kata yang diperoleh siswa. Oleh karena itu pembelajaran keterampilan berbicara menjadi pusat perhatian guru terhadap siswa dalam berkomunikasi sehari-hari di dalam kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan hasil observasi di SDN 34 Pontianak Kota, terlihat bahwa keterampilan berbicara di sekolah dasar tersebut kurang diperhatikan.
Banyak siswa yang berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang belum baik dan benar. Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota kelas III tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 30 orang, siswa yang berkemampuan baik dalam berbicara hanya sekitar 8 orang 27% dan 73% siswa belum dapat berbicara dengan baik dan benar dalam berbicara bahasa Indonesia. Kondisi seperti ini kalau dibiarkan terus pembelajaran berbicara pada siswa, dan ini melatar belakangi adanya upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa SDN 34 Pontianak Kota kelas III.
Beberapa faktor yang melatar belakangi masalah rendahnya keterampilan berbicara pada siswa diantaranya yaitu: (1) siswa kurang berminat dan termotivasi dalam kegiatan berbicara, Setiap pada pembelajaran terkait kemampuan berbicara siswa kurang antusias dan tidak memperhatikannya dengan baik, (2) sikap siswa ketika berbicara dalam kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang rileks. Pada umumnya siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan kelas. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas siswa yang masih kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan yang akan di sampaikan, (3) kurang latihan keterampilan berbicara diterapkan dalam pembelajaran. Keadaan ini mengakibatkan siswa tidak terbiasa terlatih kemampuan berbicara terutama di depan kelas dan ketepatan. Siswa dalam menggunakan bahasa masih kurang, siswa kurang mampu mengorganisasikan perkataannya sehingga pembicaraan masih terbata-bata, (4) saat proses pembelajaran keterampilan berbicara yang di terapkan guru masih menggunakan metode konvensional, sehingga mengurangi minat dan antusias bagi siswa dan biasa guru hanya terpaku kepada buku pelajaran dan mengunakan metode penugasan berbicara secara individu yang menyita banyak waktu.
Beberapa faktor penyebab rendahnya keterampilan berbicara akan berdampak pada rendahnya keterampilan berbicara siswa yang akan berkelanjutan di kedepannya. Keadaan tersebut juga menyebabkan siswa kurang terampil saat berbicara terutama di depan kelas maupun diluar kelas, sehingga keadaan tersebut juga mempengaruhi prestasi siswa dan nilai criteria ketuntasan minimal yang telah di terapkan oleh sekolah.
Sebagai salah satu untuk mengatasi hal tersebut peneliti menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Metode dalam pembelajaran memang banyak dan baik tetapi tidak semua metode tepat digunakan dalam pencapain tujuan pembelajaran keterampilan berbicara, salah satu metode yang diterapkan kelas aktif berbicara adalah dengan metode pemodelan.
Beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan metode pemodelan, misalnya Tarmizi (2013:89) menyatakan peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan metode pemodelan dapat meningkatkan motivasi anak sehingga hasil belajar lebih baik, sedangkan menurut Sodikin (2009:55), menyatakan bahwa anak-anak tertarik dalam pembelajaran bila contoh atau model.
Penelitian ini menggunakan metode pemodelan sebagai metode yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas III SDN 34 Pontianak Kota. Dengan metode pemodelan diterapkan untuk mengatasi masalah keterbatasan berbicara pada siswa. Melalui metode pemodelan siswa dapat mengeksplorasi perasaan, sikap, menghilangkan rasa takut, siswa menjadi berani, mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial dan emosional dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Metode pemodelan membuat siswa merasa senang dengan melakukan aktivitas belajar sambil bermain.
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan umum adalah Apakah dengan menggunakan metode pemodelan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota
?” Secara umum tujuan pembelajaran
Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Siswa menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara. (2) Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna, dan fungsi, serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk bermacam- macam tujuan, keperluan dan keadaan. (3) Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan itelektual, sosial, kematangan emosional, dan. (4) diharapkan siswa disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis). (5) Siswa mampu menikmati dan mengembangkan kepribadian, serta memperluas wawasan kehidupan (6) Siswa menghargai, membanggakan sastra sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas,2006:18) bahwa, ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencangkup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia mengarah kepada peningkatan kemampuan berkomunikasi, karena keempat kemampun bahasa tersebut saling berkaitan dan memiliki peranan penting dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. keterampilan sebagai kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial emosional, kognitif dan afektif. Keterampilan merupakan kemampuan melakukan suatu kegiatan sesuai bidang dengan cekat, cepat, tepat dan tidak ragu-ragu dalam menyelesaikan sesuatu. Keterampilan perlu dilatih kepada siswa sejak dini supaya masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi seseorang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas.
Tarigan (2008:15) menyatakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta gagasan dan perasaan menyampaikan pikiran, Sejalan dengan Tarigan, Mulgrave 1954 (dalam Solchan T.W, dkk:11.9) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi kata- kata atau bahasa untuk mengekspresikan pikiran. Berbicara adalah kemampuan manusia dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi, berkomunikasi, atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan maksud (gagasan, pikiran, ide, atau isi hati) kepada orang lain sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Setiap manusia di karuniai kemampuan berbicara. Oleh karena itu, keterampilan berbicara sedini mungkin di berikan kepada siswa.
Kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi/kata-kata untuk mengespresikan, menyatakan serta mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Bahasa lisan sebagai alat komunikasi berupa simbol yang di hasilkan oleh ucap manusia. Dawson, (Tarigan 2008:5) berbicara dengan bantuan alat peraga akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik kepada pihak penyimak. Umumnya, sang anak akan mempergunakan/meniru bahasa yang di dengarnya.
Manfaat dari keterampilan berbicara adalah untuk memperlancar komunikasi antar sesama manusia, pemberitahuan berbagai informasi, sehingga pesan itu dapat diterima secara utuh, serta meningkatkan kepercayaan diri dan kewibawaan diri.
Puji Santoso, dkk (2008:7.19-7.24) mengemukakan bahwa ada tiga jenis tes yang dapat digunakan untuk menilai atau mengukur kemampuan berbicara, yaitu tes respons terbatas, tes terpandu dan tes wawancara. Keterampilan berbicara adalah cara berinteraksi/berkomunikasi dengan orang- orang disekitar. Dengan metode pemodelan siswa dapat berkomunikasi menemukan pengalaman, meningkatkan pengetahuan, serta dapat mengembangkan bahasanya sehingga keterampilan berbicara siswa dapat meningkat.
Supriyadi (2005:178) menyatakan bahwa apabila anak seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, fakta-fakta pengetahuan, menjelaskan, mendeskripsikan.
Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain diterima oleh lawan bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan berbicara antara pembicara dengan pendengar membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.
Puji Santosa, dkk (2008:6.35) bahwa jenis berbicara berdasarkan situasinya sebagai berikut: (1) berbicara berdasarkan tujuannya, (2) berbicara berdasarkan situasi, (3) berbicara berdasarkan penyampaian, dan (4) berbicara berdasarkan jumlah pendengar.
Willem (Syukur Gazali, 2010:142) berpendapat bahwa para pembelajar harus bisa menggunakan strategi-strategi dalam komunikasi dengan tepat agar bisa menjadi kesenjangan antara kemampuan yang sudah ia dapatkan didalam kelas dengan tuntutan dari situasi komunikasi nyata, untuk mencapai ketrampilan berbicara tergantung dari strategi individu dan cara yang harus dilakukan. Baik itu berupa latihan mendengar, menyimak, atau membaca membantu untuk berkomunikasi dengan lancar dan tepat.
Nurhadi (2010:49) Pemodelan dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan membahaskan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demontrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.
Metode pemodelan harus diikuti dengan kesiapan guru, dalam hal ini guru harus merencanakan metode pemodelan yang efektif.
Burhan Nurgiyantoro (2010:37), Penilaian hasil pembelajaran merupakan kurikulum dari pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan. Maka, pengembangan sistem evaluasi hasil pembelajaran haruslah di rancang bersamaan dengan pengembangan suatu kurikulum sehingga terjadi keselarasan dengan komponen yang lain. Lewat penilaian itu diperoleh informasi tentang seberapa baik keberhasilan peserta didik dan sekaligus sebagai umpan balik, oleh karena itu penilaian harus mendapatkan perhatian secukupnya dalam proses pembelajaran.
METODE
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Puji Santosa, dkk (2008:6.34) Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial karena berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologist, dan linguistik secara luas.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut (Igak Wardhani, dkk ,2007:1.4) penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Penelitian ini bersifat kolaboratif yaitu antara peniliti dengan guru. Menurut Sukardi (2015:19) Prinsip bekerja secara kolaboratif dalam penelitian tindakan kelas, sesuai dengan teori dasar undulasi yang memandang bahwa kebenaran dari suatu objek atau subjek yang ingin diteliti dapat diperoleh melalui kemampuan peneliti, di mana penelitian ini lebih baik dilakukan dua orang atau lebih. Maksud pendapat para ahli diatas adalah peneliti dan guru berkerja sama mencari suatu penyebab permasalahan kurang antusiasnya siswa di saat pembelajaran, dan melakukan tindakan perbaikkan untuk meningkatkan keterampilan peserta didiknya dengan metode tertentu.
Suharsimi Arikunto (2010:137) bahwa dalam Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Subjek penelitian ini adalah guru sebagai peneliti dan seluruh siswa kelas III C Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota. Berjumlah 31 orang, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
Kolaborator ialah orang yang membantu dalam proses penelitian, pada penelitian ini yang menjadi kolaborator adalah Ibu Yenny, S.Pd., yang mengajar di kelas III C selaku guru kelas. Menurut Sugiyono (2016: 308) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah Lembaran pengamatan berupa IPKG 1 dan IPKG 2 yang sudah dimodifikasi mengamati kemampuan guru merancang, melaksanakan pembelajaran.
Tabel 1
Kemampuan Guru Merancang Pembelajaran Menggunakan Metode Pemodelan
No Aspek yang Diamati SiklusSkor Total 14,70 15,73 17,83 Skor Rata-Rata 2,94 3,15 3,56 Kategori Sedang Baik Baik Sekali
5 Penilaian hasil belajar 3,00 3,30 3,83
4 Skenario/kegiatan pembelajaran 3,03 3,43 3,83
3 Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran 3,00 3,00 3,50
2 Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar 2,67 3,00 3,17
1 Perumusan tujuan pembelajaran 3,00 3,00 3,50
III
II Siklus
I Siklus
Rekapitulasi hasil penelitian terhadap kemampuan guru merancang pembelajaran (RPP) berbicara menggunakan metode pemodelan adalah sebagai berikut.
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembaran pengamatan dan lembaran pencermatan dokumen.
Proses pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengadakan 3 siklus pada saat pembelajaran berbicara menggunakan metode pemodelan. Berikut pembahasan sesuai dengan sub masalah yang sudah ditentukan.
Pembahasan
kelas III C Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota dengan jumlah siswa 31 orang yang terdiri atas 14 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus. Untuk melihat perbandingan peningkatan hasil pelaksanaan penelitian pada tiap siklus, berikut akan dipaparkan hasil penelitian pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode pemodelan di kelas III Sekolah Dasar Negeri 34 Pontianak Kota sebagai berikut. pada siklus I nilai rata-rata siswa 73,23. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 76,45 meningkat sebesar 3,22. Pada siklus III nilai rata-rata siswa 81,61 meningkat sebesar 5,16.
action research ) ini dilaksanakan pada siswa
Penelitian tindakan kelas (classroom
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
................................................... (1) Keterangan : ̅ = nilai rata-rata (mean) ∑ x = jumlah nilai seluruh siswa N = jumlah siswa
∑
̅ =
Untuk menganalisis kemampuan guru merancang, melakukan, serta meningkatkan keterampilan berbicara siswa peneliti menggunakan, rumus untuk mencari rata-rata menurut Burhan Nurgiantoro (2010: 219) yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan analisi tabel di atas hasil penilaian kemampuan guru merancang pembelajaran pada siklus I sebesar 2,94 dengan kategori “sedang”. Hal ini dikarekan memperoleh nilai sebesar 3, khususnya aspek pemilihan dan pengorganisasian materi ajar hanya memperoleh nilai 2,67, sedangkan pada siklus II sebesar 3,15 dengan kategori pembelajaran ada peningkatan menjadi 3,43 karena ada perbaikan berdasarkan saran yang diberikan kolaborator untuk memperbaiki. Pada siklus III sebesar 3,56 dengan kategori “baik sekali”, hal ini menunjukkan adanya perbaikan dalam beberapa aspek, khususnya aspek penilaian hasil belajar yang meningkat menjadi 3,83.
Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Metode Pemodelan
No. Aspek yang Diamati SiklusI Siklus
II Siklus
III
1 Prapembelajaran peninggatan keterampilan berbicara menggunakan metode pemodelan 3,00 3,25 3,50
2 Membuka Pembelajaran peninggatan keterampilan berbicara menggunakan metode pemodelan
3,00 3,25 3,50
3 Kegiatan Inti Pembelajaran peninggatan keterampilan berbicara menggunakan metode pemodelan
2,96 3,15 3,33
4 Penutup 3,00 3,50 3,67
Skor Total 11,96 13,15 14,00 Skor Rata-Rata 2,99 3,29 3,50 Kategori Sedang Baik Baik Sekali
Berdasarkan hasil analisi tabel di atas pada siklus I kegiatan penutup hanya memperoleh nilai 3 ini dikarenakan saat penelitian berlangsung guru lupa menyampaikan refleksi pembelajaran, pada aspek kegiatan inti hanya memperoleh skor 2,96. Kemudian pada siklus II meningkat menjadi 3,29 hal ini dikarenakan masukan dari kolaborator untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang sudah dibuat, sehingga ada perbaikan pada aspek refleksi pembelajaran dan memperoleh skor
3,50. Pada siklus III aspek refleksi pembelajaran melibatkan siswa meningkat menjadi 3,67. Sedangkan kemampuan guru melaksankan pembelajaran pada siklus I sebesar 2,99 de ngan kategori “sedang”, kemudian pada siklus II sebesar 3,29 dengan kategori “baik”, pada siklus III sebesar 3,50 dengan kategori “baik sekali”.
Hasil analisis keterampilan siswa berbicara menggunakan metode pemodelan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Tabel 3
Keterampilan Berbicara Siswa
No Nama Siklus I Siklus II Siklus III Total skor Nilai teks Total skor Nilai teks Total skor Nilai teks
13
75
75
14
70
13
65
12
4 AL
80
17
75
16
14
70
3 AT
90
19
85
18
80
17
2 AR
1 AA
15
75
14
80
No Nama Siklus I Siklus II Siklus III Total skor Nilai teks Total skor Nilai teks Total skor Nilai teks
6 AP
65
24 RA
15
75
16
75
17
80
25 RW
13
13
18
70
14
75
26 RR
18
80
18
80
19
85
17
80
18
15
75
16
80
21 NO
18
80
18
80
85
27 RO
22 PF
14
70
15
70
15
80
23 PZ
15
80
85
13
14
17.06 Nilai Teks Rata-rata
31 SR
15
80
16
80
18
85 Jumlah Skor Keseluruhan
14.87
15.84
73.23
17
76.45
81.61 Jumlah Siswa yang Tuntas
16
23
28 Jumlah Keseluruhan Siswa
31
31
31 Ketuntasan Belajar Klasikal 51.61% 74.19% 90.32%
Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, keterampilan siswa berbicara mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 73,23 sedangkan ketuntasan klasikal kelas 51,61%, dari 31 siswa yang tuntas sebanyak 16 orang. Pada siklus ini nilai siswa masih belum mencapai target nilai yang diharapkan yaitu 75. Hal ini disebabkan karena saat pembelajaran berlangsung ada beberapa siswa yang kurang
75
70
65
18
14
70
15
75
28 RF
15
75
17
75
80
15
29 RA
15
75
16
75
18
80
30 SF
14
70
70
20 MR
13
17
80
10 CS
17
80
18
85
19
90
11 CP
75
70
18
85
19
90
12 DA
15
75
17
80
17
14
85
80
65
15
75
17
80
7 AA
16
80
17
18
65
80
8 CO
14
70
15
75
17
80
9 CG
14
18
13 FT
80
17
80
17 KR
17
80
18
85
19
90
18 KA
80
70
18
80
19
85
19 MA
13
70
15
75
17
16
14
12
70
65
13
70
15
75
14 FS
14
65
14
14
70
75
15 IA
17
80
17
85
18
85
16 IS
14
Siswa 461 491 529 2530 Skor Rata-rata
8
merespon ketika guru sedang menjelaskan, penyusunan strategi pembelajaran khususnya selain itu guru juga masih belum mampu dalam pembelajaran menulis. menguasai kelas secara menyeluruh. Pada Dalam setiap pembelajaran, guru siklus II nilai rata-rata siswa 76,45 sedangkan hendaklah memberikan penguatan yang ketuntasan klasikal kelas 74,19%, Dari 31 bervariasi dan lebih memotivasi siswa, orang siswa, 23 siswa tuntas. Pada siklus III sehingga siswa tidak mudah jenuh di dalam nilai rata-rata siswa 81,61 dengan ketuntasan kelas pada saat pembelajaran berlangsung. klasikal kelas sebesar 90,32%, dari 31 orang yang tuntas 28 orang. Hal ini menunjukkan DAFTAR RUJUKAN bahwa setiap siklusnya ada peningkatan baik BNSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan dalam aspek nilai rata-rata siswa maupun Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta: dalam aspek ketuntasan klasikal kelas. Departemen Pendidikan Sekolah Dasar.
KESIMPULAN DAN SARAN Burhan Nurgiyanto. (2010). Penilaian Kesimpulan Pembelajaran Bahasa.Yogyakarta: Kemampuan guru merancang RPP dari BPFE-Yogyakarta.
siklus I yaitu 2,94 meningkat pada siklus II menjadi 3,15 dengan peningkatan 0,21, Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara kemudian pada siklus III meningkat lagi Sebagai Suatu Keterampilan menjadi 3,56 dengan peningkatan 0,41 Berbahasa. Bandung: Angkasa. dengan kategori baik sekali.
Kemampuan guru melaksanakan Henry Guntur Tarigan. (2009) Pengajaran pembelajaran pada siklus I sebesar 2,99 Kompetensi Bahasa. Bandung: mengalami peningkatan di siklus II menjadi Angkasa. 3,29 dengan peningkatan 0,30. Pada siklus III meningkat lagi menjadi 3,50 dengan selisih Henry Guntur Tarigan. (2009). Strategi 0,21 dengan kategori baik sekali. Pengajaran Dan Pembelajaran Bahasa.
Keterampilan siswa berbicara Bandung: Angkasa. mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 73,23. Igak Wardhani. (2007). Penelitian Tindakan Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata siswa Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. menjadi 76,45 meningkat sebesar 3,22. Pada siklus III nilai rata-rata siswa 81,61 Puji Santosa. (2008). Materi dan meningkat sebesar 5,16. Hal ini menunjukkan Pembelajaran Bahasa indonesia SD. bahwa metode pemodelan sudah baik Jakarta: Universitas Terbuka digunakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas III Sekolah Dasar Sodikin. (2009). Peningkatan Kemampuan Negeri 34 Pontianak Kota. Bercerita melalui Pemodelan dalam
Video Compact Disk pada Siswa Kelas Saran
VII MTs Misbahul Falah Pati. Skripsi: Guru sekolah dasar dapat memilih Universitas Negeri Semarang.
metode yang sesuai dengan karakter siswa, dalam hal ini yaitu menggunakan metode Solchan T.W. (2008). Pendidikan Bahasa pemodelan untuk meningkatkan keterampilan Indonesia di SD. Jakarta: Universitas berbicara pada siswa. Terbuka.
Guru pengampu mata pelajaran hendaklah lebih meningkatkan kompetensi, Suharsimi Arikunto. (2010). Penelitian baik kompetensi peningkatan mutu Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media. pembelajaran maupun kompetensi dalam
9
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Syukur Ghazali. (2010). Pembelajaran
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Keterampilan Berbahasa Dengan
Bandung: Alfabeta. Pendekatan Komunikatif-Interaktif: Guru besar universitas Malang. Sukardi. (2015). Metode Penelitian
Pendidikan Tindakan Kelas Tarmizi. (2013). Peningkatan Kemampuan Implementasi dan Pengembangan. Menulis Puisi Siswa dengan Teknik
Jakarta: Bumi Aksara Pemodelan di Kelas VIIID SMP Negeri
19 Kota Bengkulu. Tesis: Universitas Bengkulu.