POTENSI MATEMATIKA DI PENDIDIKAN DASAR PADA TRADISI BETUKAH MASYARAKAT SUKU DAYAK DAN MELAYU SELIMBAU

POTENSI MATEMATIKA DI PENDIDIKAN DASAR PADA TRADISI BETUKAH MASYARAKAT SUKU DAYAK DAN MELAYU SELIMBAU

  

Mathematics content on process step in Betukah Tradition are Measurement in

  “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya” (Depdikbud, 2016). Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

  “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu,

  Perencanaan pembelajaran harus mengacu pada Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi empat kompetensi, yaitu sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu

  Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 35 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

  

Keywords: Betukah Tradition, Dayak Tribe, Malay Tribe

PENDAHULUAN

  

scenario of mathematics learning that consist of Betukah Tradition need to

collect literature of Betukah Tradition.

  2 Grade; (3) To construct learning

  Betukah Tradition is Measurement in

  3 Grade. Mathematics content on final step in

  ℎ Grade, and Mathematics Operation of Multiplication and Division in

  7

  3 Grade, Direct Proportion in

  

Maria Margawati, Edy Yusmin, Bistari

Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak

  Email Abstract

  9

  ℎ Grade, and Curved Face of Three Dimensional Objects in

  8

  3 Grade, Circle in

  2 Grade, Identifying Characteristik of Plane in

  Plane in

  3 Grade,

  2 Grade, Measurement in

  2 Grade, Weight Measurement in

  ℎ Grade, Numbers in

  7

  

This research aimed to describe society activity, mathematics content in

Primary Education, and construct learning scenario of Betukah Tradition. The

subject of this re search are three people work as penjaja’ from Dayak Tribe,

three people work as penjaja’ from Malay Tribe, a teacher from Dayak Tribe,

and a teacher from Malay Tribe. The result and data analyze from subjects are

(1) Society activity on Betukah Tradition consist of three steps, there are

preparation step, process step, and final step; (2) Mathematics content on

preparation step in Betukah Tradition are Sets in

  ℎ Grade. Adapun kompetensi pengetahuan yaitu “Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata”. Dan kompetensi keterampilan adalah “Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori” (Depdikbud, 2016). Dan kedua kompetensi ini diharapkan tercapai melalui pembelajaran yang guru berikan langsung di sekolah.

  Berdasarkan hasil tanya jawab yang dilakukan peneliti dengan salah satu wali kelas Sekolah Dasar di Emperiang, bahwa hasil ulangan tengah semester untuk mata pelajaran Matematika siswa Tahun Ajaran 2017/2018 tidak sampai 50% yang mencapai KKM. Pembelajaran di sekolah untuk beberapa materi di Sekolah Dasar seperti operasi penjumlahan atau pengurangan bulat antara bilangan yang benilai positif dengan bilangan yang bernilai negatif sangat susah dipahami siswa. Misalnya guru memberikan soal “tentukan hasil dari 20 + (-12)”. Soal ini akan membuat siswa bingung. Pada soal tersebut terdapat operasi penjumlahan untuk dua bilangan yang bernilai positif dan negatif. Apabila siswa belum memahami konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, sudah pasti siswa tidak bisa menyelesaikannya. Lain halnya apabila siswa tersebut diminta pergi kewarung dan membawa uang sebanyak Rp 20.000,00 diminta untuk membeli gula Maka siswa langsung tahu bahwa uang kembalian yang akan diterimanya sebanyak Rp 8.000,00.

  Hal ini juga terjadi pada Sekolah Menengah Pertama di Benuis. Berdasarkan keterangan dari guru bidang studi matematika, memang matematika merupakan pelajaran yang paling sulit untuk dipahami siswa. Hasil Ulangan Tengah Semester kelas VIII tahun ajaran 2017/2018 hanya sekitar 40% saja nilai siswa yang mencapai KKM. Materi pembelajaran seperti operasi Aljabar dianggap paling sulit bagi siswa.

  Mengapa hal tersebut bisa terjadi ? salah satu alasan yang dapat dikemukan adalah selama ini walaupun terindikasi matematika sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti berdagang, membangun rumah, bahkan berkebun, tapi belum ada guru yang memasukkan kegiatan tersebut kedalam pembelajaran matematika di sekolah. Guru hanya bisa menggunakan metode pembelajaran seperti yang tertera di dalam buku teks, yang menyebabkan siswa sulit memahami materi yang diberikan.

  Matematika harus diajarkan melalui hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman sehari-hari, sehingga pembelajaran menjadi menarik dan mudah untuk dipahami. Kemudian melihat bahwa matematika itu diciptakan oleh manusia terdahulu, maka ini memberi ilham bagi paradigma pembelajaran yang bersifat konstruktivisme (Sumardyono, 2004: 9). Pembelajaran matematika sangat perlu memberikan muatan serta menjembatani antara matematika dalam dunia sehari-hari dengan matematika sekolah.

  Kajian yang membahas bagaimana matematika yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah etnomatematika. Etnomatematika diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang matematikawan Brasil pada tahun 1985. Etnomatematika menurut D'Ambrosio (dalam Rosa & Orey 2011: 35) adalah:

  “The prefix ethno is today accepted as a socialcultural context and therefore includes language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols

  ”. Artinya

  s ecara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol. Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai: "The

  mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as national-tribe societies, labour groups, children of certain age brackets and professional classes " (D'Ambrosio, 1985:

  45). Artinya: “Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti etnis dalam masyarakat, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional".

  Mengapa etnomatematika menjadi disiplin ilmu dan menjadi perhatian luas akhir-akhir ini? Salah satu alasan yang bisa dikemukakan adalah karena etnomatematika diharapkan menjadi jembatan antara matematika dalam kehidupan sehari-hari dan matematika sekolah. Hal ini tentu saja bertujuan agar matematika mudah dipahami dan tidak memberikan kesan jenuh ketika mempelajarinya.D'Ambrosio (dalam Rosa & Orey 2011: 35) mengungkapkan bahwa “Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan.Akhiran “tics“ berasal dari techne, dan bermakna sama seperti mode, gaya, dan tekn ik”. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan etnomatematika pernah dilakukan oleh Tandililing (2013). Penelitian tersebut dilakukan pada suku Dayak Kanayat’n. Penelitiannya menghasilkan aktivitas masyarakat Dayak

  memandang perlunya peningkatan penelaah secara mendalam masyarakat atau etnis tertentu untuk menjembatani matematika yang dipraktikkan di masyarakat dengan matematika yang dipelajari di sekolah khususnya Sekolah Dasar.

  Penelitian lain yang berkaitan dengan etnomatematika juga dilakukan oleh Septiadi (2017). Penelitian tersebut menghasil tujuh poin dalam adat istiadat Robo-Robo pada Etnis Melayu Mempawah yang dapat diangkat dalam pembelajaran sekolah. Septiadi (2017:11) juga memandang perlu adanya kajian terhadap etnis lain pada adat istiadat Robo-Robo dalam pembelajaran matematika sekolah.

  Tradisi atau adat istiadat lain yang masih dilestarikan sampai saat ini adalah tradisi Betukah yang ada pada suku Dayak dan suku Melayu di Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas hulu. Tradisi Betukah adalah suatu kegiatan masyarakat yang telah turun temurun. Tradisi Betukah (barter) merupakan suatu kebudayaan yang sudah lama dilakukan. Walaupun dapat dikatakan tradisi Betukah merupakan sistem perekonomian yang bersifat primitif, namun didalamnya terdapat banyak muatan matematika yang seharusnya bisa diangkat dalam pembelajaran matematika pendidikan dasar.

  Hammond (2000: 22) mengungkapkan bahwa “setiap budaya tampaknya memiliki penghitungan, penyusunan, dan dasar-dasar matematika lainnya, yang tampaknya menyiratkan sesuatu yang mendasar dan kuat tentang dasar-dasar matematika

  ”. Oleh karena itu “Potensi Matematika di Pendidikan Dasar Pada Tradisi Betukah Masyarakat Suku D ayak dan Suku Melayu Selimbau” layak untuk diteliti.

  METODE

Kanayat’n sebagai sumber belajar matematika. Tandililing (2013: 21)

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2010: 234) metode mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Bentuk penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Arikunto (2013: 24) dalam penelitian studi kasus segala sesuatunya akan sangat tergantung pada kedudukan peneliti yang berkedudukan sebagai instrumen penelitian yang utama, sehingga begitu penting keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap permasalahan serta subjek penelitian sehingga dituntut adanya pengamatan dan wawancara yang mendalam. Penelitian studi kasus menekankan kedalaman analisis pada kasus tertentu yang lebih spesifik.

  Adapun subjek dalam penelitian ini adalah dua orang

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian antara lain: (1) Melakukan observasi terhadap objek penelitian; (2) Melakukan wawancara kepada subjek; (3) Menganalisis dan menyimpulkan hasil; dan (4) Menyusun laporan penelitian.

  dijaja’ yaitu

  barang-barang yang akan

  Penjaja’ suku dayak menyiapkan

  maupun penjaja’ suku melayu.

  penjaja’ Suku Dayak

  Berdasarkan pengumpulan data selama penelitian di Dusun Mungguk Batu, Desa Gudang Hulu Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu diperoleh data mengenai aktivitas- aktivitas masyarakat pada tradisi Betukah. Sebelum melakukan tradisi Betukah diperlukan beberapa persiapan yang harus dilakukan baik

  HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Penelitian

  Tahap Pelaksanaan Penelitian

  penjaja’ dari suku

  UNTAN; (3) Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil validasi; dan (4) Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian.

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan penelitian antara lain: (1) Menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara; (2) Memvalidasi instrumen penelitian oleh

  Tahap Persiapan Penelitian

  tokoh masyarakat untuk menggali secara mendalam terkait potensi matematika pendidikan dasar yang termuat dalam tradisi betukah. Instrumen penelitian divalidasi oleh satu orang dosen Pendidikan Matematika FKIP Untan dengan hasil validasi instrumen yang digunakan adalah valid. Untuk mengolah data digunakan tehnik pengolahan data kualitatif meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan (conclusion). Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu (1) tahap persiapan penelitian; dan (2) tahap pelaksanaan penelitian

  betukah . Wawancara dilakukan kepada

  Melayu, satu orang guru dari sekolah suku Melayu, satu orang guru dari sekolah suku Dayak, dan satu orang tokoh adat suku melayu serta satu orang tokoh adat suku dayak yang dinilai memahami sejarah terjadinya tradisi Betukah yang ada di Kecamatan Selimbau. Untuk mengumpulkan data digunakan tehnik pengamatan langsung yaitu observasi dan tehnik komunikasi langsung yaitu wawancara. Pengamatan dilakukan untuk mencermati secara langsung tradisi

  penjaja’ dari Suku

  Dayak, dua orang

  hasil-hasil pertanian antara lain: (1)Mencari rotan di hutan yang dijadikan sebagai bahan dalam menganyam ragak, tangkin, caping, dan tikar. Rotan-rotan yang telah diambil akan dihitung dan diikat sesuai dengan jumlah yang akan digunakan untuk menganyam setiap anyaman; (2) Menganyam ragak, tangkin, caping, dan tikar. Hasilnya anyamannya adalah berupa ragak dan tangkin yang permukaannya berbentuk lingkaran, caping yang berbentuk kerucut, serta tikar yang berbentuk persegi empat dan persegi panjang; (3) Memanen hasil pertanian seperti ubi kayu, ubi jalar, terong asam, terong ungu, kucai, jagung manis, serta berbagai macam rempah-rempah seperti jahe, kunyit, cekur, serai, dan cabe; (4) Memanen berbagai macam hasil perkebunan tahunan seperti cempedak, durian, pekawai, dan langsat; (5) Mencari berbagai macam sayur hasil hutan seperti umbut, akar bakas, dan rebung; (6) Menimbang ubi kayu, ubi jalar, terong asam, dan terong ungu dengan menggunakan timbangan berukuran 0,5 kg atau 1 kg dan di masukkan kedalam plastik; (7) Menimbang rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan cekur dengan menggunakan timbangan berukuran 2 gram /kantong; (8) Menakar cabe menggunakan canting atau kaleng bekas dengan ukuran satu canting/kantong; (9) Mengiris serta menimbang rebung dan umbut hutan dengan menggunakan timbangan berukuran 2,5 gram/kantong; dan (10) Menghitung serta mengikat jagung dengan banyak masing-masing 5 biji/ikat.

  Demikian pula dengan

  penjaja’ Suku

  Melayu juga menyiapkan hasil-hasil perikanan antara lain: (1) Mencari ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk menggunakan jala, pukat, atau pancing; (2) Menakar ikan bauk menggunakan canting dengan ukuran 1 canting/kantong; (3) Membuat salai ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk dengan cara mengasapi ikan selama 4 jam sampai ikan menjadi kering; (4) Menjemur ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk selama untuk membuat ikan asin. Biasanya diperlukan waktu dua hari untuk menjemur sampai ikan menjadi kering; (5) Membuat kerupuk basah dengan bahan dasar ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk. Sebelum membuat bahan-bahan untuk membuat kerupuk basah akan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan resep; (6) Membuat kerupuk ikan kering dengan bahan dasar baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk. Diperlukan waktu selama tiga hari untuk menjemur sampai kerupuk ikan menjadi kering; dan cara mengawetkan ikan menggunakan garam dan nasi. Pekasam ikan akan siap dikonsumsi setelah dua hari.

  Dapat disimpulkan dari kegiatan tahap persiapan tradisi betukah yang memuat matematika Pendidikan Dasar adalah sebagai berikut: (1) Materi

  Pengukuran Kelas II termuat ketika Menimbang ubi kayu, ubi jalar, terong asam, dan terong ungu; Menimbang rempah-rempah; Menimbang bahan-bahan untuk membuat kerupuk basah; Menjemur kerupuk ikan kering selama dua hari; mengasapi ikan selama 4 jam; menjemur ikan asin selama dua hari; dan Waktu yang diperlukan dalam membuat pekasam ikan selama dua hari; (2) Materi Bilangan Cacah Kelas

  II termuat ketika Menghitung banyaknya rotan yang akan digunakan untuk membuat masing-masing anyaman; dan Menghitung serta mengikat jagung; (3) Materi Bangun Datar Kelas II termuat dalam tikar yang berbentuk persegi empat dan persegi panjang; (4) Materi Pengukuran Kelas III termuat ketika Menimbang ubi kayu menggunakan timbangan; Menimbang rempah-rempah menggunakan timbangan; Menakar cabe menggunakan canting; Menimbang rebung menggunakan timbangan; dan Menakar ikan bauk menggunakan canting; (5) Materi Mengenal Sifat Bangun Datar Sederhana Kelas III termuat dalam tikar yang berbentuk persegi empat dan persegi panjang; (6) Materi Himpunan Kelas VII termuat pada berbagai macam rempah- rempah; berbagai macam hasil perkebunan tahunan; dan berbagai macam sayur hasil hutan; (7) Materi Lingkaran Kelas VIII termuat dalam ragak dan tangkin yang permukaannya berbentuk lingkaran; dan (8) Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX termuat pada caping yang berbentuk kerucut.

  Tahapan selanjutnya pada tradisi

  betukah adalah tahap proses. Adapun

  langkah-langkah dalam tradisi betukah adalah sebagai berikut: (1) Menimbang menggunakan timbangan, atau menggunakan canting sebagai takaran; dan (2) Barang yang telah ditimbang kemudian dihitung harganya, biasanya

  penjaja’ menggunakan kalkulator untuk menghitung. Barang-barang yang ditukah antara lain adalah: (1)

  penjaja’ Suku Dayak

  menjaja’kannya dirumah

  Tahapan terakhir pada tradisi betukah adalah tahap penutup. Tahap penutup ini terjadi sekitar jam 11 pagi, yaitu ketika

  penjaja’ Suku Melayu tidak mendatangi

  Pasar Mungguk Batu lagi. Jadi apabila barang dagangan

  penjaja’ Suku Dayak

  masih bersisa, maka mereka akan

  menjaja’kan dagangannya kerumah-

  rumah di Kecamatan Selimbau sampai barang dagangannya habis. Lain halnya dengan

  penjaja’ Suku Melayu, apabila

  barang dagangannya tidak habis maka mereka akan

  masing-masing. Salah satu kelebihan dari tradisi betukah adalah baik

  ditukah dengan menggunakan timbangan;

  penjaja’ suku

  Melayu maupun

  penjaja’ suku Dayak bisa

  mendapatkan barang yang dibutuhkan walaupun tidak memiliki uang. Namun kelemahannya adalah dengan tradisi

  betukah

  waktu dirasakan kurang efisien, karena laku atau tidaknya barang yang

  dijaja’ tergantung pada banyak atau

  tidaknya

  penjaja’ suku Melayu yang

  (2) Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah Kelas III termuat ketika Menghitung harga barang; (3) Materi Perbandingan Senilai Kelas VII termuat pada harga 1 kg ikan asin toman sama dengan harga 18 kg ubi kayu, harga 1 kg kerupuk ikan kering sama dengan 6 kg ubi jalar, harga 20 kg ubi sama dengan harga 1 kg ikan asin, harga 2 buah caping sama dengan harga 1,4 kg salai ikan bauk, harga 50 kg ubi sama dengan harga 4,2 kg kerupuk ikan kering, dan harga 20 kg terong asam sama dengan harga 1,5 kg ikan salai lais.

  Dapat disimpulkan dari kegiatan tahap persiapan tradisi betukah yang memuat matematika Pendidikan Dasar adalah sebagai berikut: (1) Materi Pengukuran Kelas III termuat ketika Menimbang berat barang yang akan

  membutuhkan 1 kg ikan asin toman (Rp 45.000,00/kg) dan

  membutuhkan ubi 20 kg. Sebelum ditukar maka ubi akan ditimbang terlebih dahulu dan dihitung harganya, sehingga harga ubi adalah 20 x Rp2.500,00 = Rp50.000,00. Apabila penjaja

  penjaja’ suku Melayu

  membutuhkan ubi kayu. Sebelum

  betukah , penjaja’ Suku Dayak akan

  menimbang ubi kayu sebanyak 18 kg seharga Rp 45.000,00. Jadi harga 1 kg ikan asin toman sama dengan harga 18 kg ubi kayu; (2)

  Penjaja’ Suku Melayu

  menukarkan 1 kg kerupuk ikan kering (Rp 30.000,00/kg) dengan ubi jalar (Rp 5.000,00/kg). Sebelum betukah

  penjaja’

  akan menimbang ubi jalar sebanyak 6 kg seharga Rp 30.000,00. Jadi harga 1 kg kerupuk ikan kering sama dengan 6 kg ubi jalar; (3)

  Penjaja’ Suku Melayu

  ’ Suku Dayak menginginkan ikan asin maka akan berikan ikan asin yang sesuai dengan harga ubi tersebut, yang berarti penjaja

  mendapatkan kerupuk kering sebanyak Rp 125.000,00 : Rp 30.000,00 = 4,2 kg, dan 80.000,00 = 1,5 kg. Sehingga harga 50 kg ubi sama dengan harga 4,2 kg kerupuk ikan kering, dan harga 20 kg terong asam sama dengan harga 1,5 kg ikan salai lais.

  ’ Suku Dayak mendapatkan 1 kg ikan asin toman. Sehingga harga 20 kg ubi sama dengan harga 1 kg ikan asin; (4)

  Penjaja’

  Suku Melayu menukarkan 2 buah caping dengan salai ikan bauk (Rp 30.000,00/kg). Maka

  penjaja’ Suku Dayak akan

  mendapatkan 1,4 kg salai ikan bauk. Jadi harga 2 buah caping sama dengan harga 1,4 kg salai ikan bauk; dan (5)

  Penjaja’

  Suku Melayu Selimbau membutuhkan ubi sebanyak 50 kg (Rp 125.000,00), dan terong asam sebanyak 20 kg (Rp 120.000,00). P

  enjaja’ Suku Dayak ingin

  menukarkan ubi kayu dengan kerupuk ikan kering, dan terong asam dengan salai lais. Maka

  penjaja’ Suku Dayak akan

  datang ke pasar Mungguk Batu. Dapat tradisi betukah yang memuat matematika Pendidikan Dasar adalah Materi Pengukuran Kelas II yang termuat ketika penunjukkan waktu Tahap penutup ini terjadi sekitar jam 11 pagi.

  Pembahasan Penelitian

  Dari data yang telah diperoleh dilakukan reduksi untuk memperoleh aktivitas masyarakat dan muatan matematika pendidikan dasar, serta membuat instrumen proses pembelajaran Matematika Pendidikan Dasar yang memuat tradisi Betukah. Hal ini sejalan dengan apa yang telah disampaikan oleh Hammond (2000:22) bahwa “setiap budaya tampaknya memiliki penghitungan, penyusunan, dan dasar- dasar matematika lainnya, yang tampaknya menyiratkan sesuatu yang mendasar dan kuat tentang dasar-dasar matematika”. Berikut adalah potensi matematika pendidikan dasar yang termuat pada tradisi betukah.

  Pada tahap Persiapan yang dilakukan dalam tradisi betukah adalah mempersiapkan barang-barang yang akan

  dijaja’kan oleh masing-masing suku, yaitu Suku Dayak dan suku Melayu.

  Barang-barang yang disiapkan antara lain adalah: (1) Mencari rotan di hutan yang dijadikan sebagai bahan dalam menganyam ragak, tangkin, caping, dan tikar. Pada kegiatan ini memuat materi Bilangan Cacah kelas II, yaitu ketika menghitung banyaknya rotan yang diperlukan untuk membuat masing- masing barang. Hal ini berdasarkan KD

  3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah dan KD 4.1 Menyelesaikan masalah yang melibatkan penggunaan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah; (2) Menganyam ragak, tangkin, caping, dan tikar. Permukaan anyaman ragak yang berbentuk lingkaran termuat materi Lingkaran kelas VIII, kemudian anyaman caping termuat materi Bangun Ruang Sisi Lengkung kelas IX, serta pada anyaman tikar termuat materi Mengenal Sifat Bangun Datar Sederhana kelas III. Hal ini berdasarkan KD 3.9 Menjelaskan bangun datar dan bangun ruang berdasarkan ciri cirinya dan KD 4.9 Mengklasifikasi bangun datar dan bangun ruang berdasarkan ciri-ciriny; berdasarkan

  KD 3.7 Menjelaskan sudut pusat, sudut keliling, panjang busur, dan luas juring lingkaran, serta hubungannya dan KD 4.7 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sudut pusat, sudut keliling, panjang busur, dan luas juring lingkaran, serta hubungannya; dan berdasarkan pada KD 3.7 Membuat generalisasi luas permukaan dan volume berbagai bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola) dan KD 4.7 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume bangun ruang sisi lengkung (tabung, kerucut, dan bola), serta gabungan beberapa bangun ruang sisi lengkung;

  Gambar 1. Tikar Gambar 2. Ragak Gambar 3. Caping

  (3) Memanen hasil pertanian seperti ubi kayu, ubi jalar, terong asam, terong ungu, kucai, jagung manis, serta berbagai macam rempah-rempah seperti jahe, kunyit, cekur, serai, dan cabe. Rempah- rempah yang dipanen oleh Penjaja’ Suku Dayak termasuk pada materi Himpunan Kelas VII, yaitu himpunan suku dayak serta himpunan rempah-rempah. Hal ini berdasarkan pada KD 3.4 Menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan himpunan, dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan masalah kontekstual dan

  4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan dan operasi biner pada himpunan; (4) Memanen hasil perkebunan tahunan seperti cempedak, durian, pekawai, dan langsat. Hasil perkebunan tahunan termasuk pada materi Himpunan Kelas VII, yaitu Himpunan hasil perkebunan tahunan. Hal ini berdasarkan pada KD 3.4 Menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan, dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan masalah kontekstual dan

  4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan dan operasi biner pada himpunan; (5) Mencari umbut, akar bakas, dan rebung di hutan. Hasil yang diperoleh dari hutan termasuk pada materi Himpunan Kelas VII, yaitu himpunan barang yang diperoleh dari hasil hutan. Hal ini berdasarkan pada KD 3.4 Menjelaskan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan, dan melakukan operasi biner pada himpunan menggunakan masalah kontekstual dan

  4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan himpunan, himpunan bagian, himpunan semesta, himpunan kosong, komplemen himpunan dan operasi biner pada himpunan; (6) Menimbang ubi kayu, ubi jalar, terong asam, dan terong ungu dengan ukuran 0,5 kg atau 1 kg dan di masukkan kedalam plastik. Kegiatan tersebut memuat materi benda dan materi Pengukuran kelas III, yaitu alat ukur berat. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6

  Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (7) Menimbang rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan cekur dengan ukuran 2 gram /kantong. Kegiatan tersebut memuat materi Pengukuran kelas II, yaitu mengukur berat benda dan materi Pengukuran kelas

  III, yaitu alat ukur berat. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (8) Menakar cabe menggunakan canting atau kaleng bekas dengan ukuran satu canting/kantong. Kegiatan tersebut memuat materi Pengukuran kelas III, yaitu alat ukur berat. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (9) Mengiris serta menimbang rebung dan umbut hutan dengan ukuran 2,5 gram/kantong. Kegiatan tersebut memuat materi Pengukuran kelas III, yaitu alat ukur berat. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan jagung dengan banyak masing-masing 5 biji/ikat. Kegiatan tersebut masuk pada materi Bilangan Cacah kelas II. Hal ini berdasarkan KD 3.1 Menjelaskan makna bilangan cacah dan menentukan lambangnya berdasarkan nilai tempat dengan menggunakan model konkret serta cara membacanya dan KD 4.1 Membaca dan menyajikan bilangan cacah dan lambangnya berdasarkan nilai tempat dengan menggunakan model konkret; (11) Menakar ikan bauk menggunakan canting dengan ukuran

  1 canting/kantong. Kegiatan tersebut pada Materi Pengukuran Kelas III. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (12) Membuat salai ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk dengan cara mengasapi ikan sampai kering. Kegiatan tersebut pada Materi Pengukuran Kelas III. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (13) Menjemur ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk untuk membuat ikan asin. Kegiatan tersebut pada Materi Pengukuran Kelas III. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (14) Membuat kerupuk basah dengan bahan dasar ikan baung, toman, patin, mpisang, lais, dan Pengukuran Kelas II. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang

  (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; (15) Membuat kerupuk ikan kering dengan bahan dasar baung, toman, patin, mpisang, lais, dan bauk. Kegiatan tersebut pada Materi Pengukuran Kelas II. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari; dan (16) Membuat pekasam ikan bauk dengan cara mengawetkan ikan menggunakan garam dan nasi. Kegiatan tersebut pada Materi Pengukuran Kelas II. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

  Setelah barang-barang yang akan

  dijaja’kan siap, maka penjaja’ suku

  Dayak maupun

  penjaja’ Suku Melayu

  melakukan tradisi betukah . Adapun aktivitas di dalam proses betukah yang memuatan matematika pendidikan dasar adalah sebagai berikut: (1) Menimbang berat barang yang akan ditukah dengan menggunakan timbangan termasuk dalam materi Pengukuran kelas III. Hal ini berdasarkan KD 3.7 Mendeskripsikan dan menentukan hubungan antar satuan baku untuk panjang, berat, dan waktu yang umumnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan KD 4.7 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan hubungan dan waktu yang umumnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari; (2) Materi Perbandingan Senilai kelas VII termuat ketika penjaja

  

  Suku Dayak membutuhkan 1 kg ikan asin toman (Rp 45.000,00/kg) dan

  penjaja’ suku Melayu membutuhkan ubi kayu. Sebelum

  betukah , penjaja’ Suku Dayak akan

  dijaja’kan. Kemudian pada tahap proses

  berjaja’ di

  apabila barangan dagangannya tidak habis, mereka akan pulang dan

  penjaja’ Suku Melayu yang

  Selimbau dari rumah kerumah. Berbeda

  menjaja’kannya dengan cara berkeliling

  bersisa, maka mereka akan

  penjaja’ suku Dayak masih

  kemudian dihitung harganya, sehingga barang yang ditukahkan memiliki harga yang senilai. Tahap terakhir adalah penutup. Pada tahap ini apabila barang dagangan

  ditukahkan ditimbang terlebih dahulu,

  kebutuhan masing-masing. Namun sebelum betukah, barang yang akan

  penjaja’ betukah sesuai dengan

  kedua

  dayak mempersiapkan barang yang akan

  menimbang ubi kayu sebanyak 18 kg seharga Rp 45.000,00 yang berarti harga 1 kg ikan toman sebanding dengan 18 kg ubi kayu. Kemudian

  penjaja’ yaitu suku Melayu dan Suku

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Aktivitas masyarakat pada tradisi betukah memuat tiga tahap yaitu tahap persiapan, proses, dan penutup. Pada tahap persiapan kedua

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  mengenai tradisi betukah . Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya atau tradisi dalam masyarakat pada peserta didik. Selain itu juga untuk memberikan gagasan baru dalam dunia pendidikan khususnya di Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu bahwa pembelajaran matematika termuat di dalam tradisi betukah. Karena walaupun tradisi Betukah telah dilakukan sejak jaman dulu, tetapi belum pernah termuat dalam pembelajaran matematika.

  Betukah sangat membutuhkan wacana

  Dalam membuat skenario pembelajaran yang memuat tradisi

  (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

  Pada tahap penutup tradisi betukah termuat matematika Materi Pengukuran Kelas II yaitu ketika penunjukkan waktu pagi. Hal ini berdasarkan KD 3.6 Menjelaskan dan menentukan panjang (termasuk jarak), berat, dan waktu dalam satuan baku, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan KD 4.6 Melakukan pengukuran panjang

  4.8 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perbandingan senilai dan berbalik nilai; (3) Materi Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Bilangan Cacah kelas III termuat ketika menghitung harga barang. Hal ini berdasarkan KD 3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah dan KD 4.1 Menyelesaikan masalah yang melibatkan penggunaan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah; dan (4) Materi operasi hitung campuran perkalian dan pembagian kelas III termuat pada cara mendapatkan 4,2 kg kerupuk ikan kering ketika menukahkan ubi sebanyak 50 kg, dan 1,5 kg salai ikan lais ketika menukahkan 20 kg terong asam. Hal ini berdasarkan KD 3.3 Menyatakan suatu bilangan sebagai jumlah, selisih, hasil kali, atau hasil bagi dua bilangan cacah dan KD 4.3 Menilai apakah suatu bilangan dapat dinyatakan sebagai jumlah, selisih, hasil kali, atau hasil bagi dua bilangan cacah.

  jalar sebanyak 6 kg seharga Rp 30.000,00 yang berarti harga 1 kg kerupuk ikan kering sebanding dengan 6 kg ubi jalar. Hal ini berdasarkan KD 3.8 Membedakan perbandingan senilai dan berbalik nilai dengan menggunakan tabel data, grafik, dan persamaan dan KD

  betukahpenjaja’ akan menimbang ubi

  Melayu menukarkan 1 kg kerupuk ikan kering (Rp 30.000,00/kg) dengan ubi jalar (Rp 5.000,00/kg). Sebelum

  Penjaja’ Suku

  rumahnya masing-masing; (2) Muatan matematika pada tradisi betukah pada tahap persiapan memuat materi Himpunan Kelas VII, materi Bilangan Kelas II, materi Mengukur Berat Kelas II, materi Pengukuran Kelas III, materi Bangun Datar Kelas II, materi Mengenal Sifat Bangun Datar Kelas III, materi Lingkaran Kelas VIII, dan materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Kelas IX. Muatan matematika pada tahap proses tradisi betukah adalah materi Pengukuran Kelas III, materi Perbandingan Senilai Kelas VII, dan materi Operasi Hitung Campuran Perkalian dan Pembagian Kelas III. Sedangkan pada tahap penutup tradisi

  betukah memuat materi Pengukuran Kelas

  Hammond, Tracy. 2000.

  Istiadat Robo-Robo Pada Etnis Melayu Mempawah Untuk Pembelajaran Matematika Sekolah. Pontianak: FKIP UNTAN.

  Septiadi, Irwan. 2017. Potensi Adat

  Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.

  iculo/3738356.pdf. Didownload pada 15 Januari 2017). Sumardyono. 2004.

  2 ( http://dialnet.unirioja.es/descarga/art

  a de Etnomatemática(online), Vol. 4 No.

  thecultural aspect of mathematics.RevistaLatinoamerican

  Rosa & Orey. 2011. Ethnomathematics:

  Ethnomathematics: Concept Definition and Research Perspectives. New York: Columbia University.

  tahun 2016 tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar PelajaranPada Kurikulum 2013Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

  II; (3) Dalam membuat skenario proses pembelajaran matematika yang memuat tradisi betukah diperlukan wacana mengenai tradisi betukah, supaya terlihat dengan jelas bahwa dalam pembelajaran tersebut memuat tradisi betukah. Dengan demikian dalam proses pembelajaran peserta didik membutuhkan benda-benda serta kejadian atau tradisi yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti tradisi betukah, serta benda-benda yang terdapat dalam tahap persiapan, tahap proses, dan tahap penutup pada tradisi betukah. Hal ini membantu peserta didik dalam merepresentasikan pelajaran yang diterima dengan apa yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

  Montreal: FLM Publishing Association. Depdikbud. 2016. Permendikbud no. 24

  Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics, Vol. 5 No. 1: 44-48.

  CV Rineka Cipta D’Ambrosio, Ubiratan. 1985.

  Suatu pendekatan Praktek. Jakarta:

  ,Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian

  Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksar.

  Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar

  Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian ini, maka disarankan: (1) Perlunya peningkatan kajian secara mendalam etnomatematika yang dipraktekkan masyarakat atau etnis tertentu agar untuk menjembatani matematika yang dipraktikkan di masyarakat dengan matematika yang dipelajari di sekolah; (2) Mencermati etnomatematika sebagai materi alternatif atau sebagai jembatan ke matematika formal sebagai perpaduan dalam pembelajaran matematika, guru sebagai mediator diharapkan mampu menciptakan jembatan antara matematika formal dengan matematika informal yang ada pada tradisi betukah; dan (3) Bagi merencanakan dan menyusun kurikulum diharapkan mampu membaca kebutuhan daerah dan sekolah dimana lembaga tersebut berada.

  Saran

  Tandililing, Edy. 2008. Pengembangan

  Dasar Dengan Pendekatan Etnomatematika Berbasis Budaya Lokal Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Pemelajaran Matematika di Sekolah. Laporan Penelitian

  Fundamental Dikti. Pontianak: FKIP UNTAN