AKTUALISASI HUKUM HINDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA (Studi di Pengadilan Negeri Mataram)
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA AKTUALISASI HUKUM HINDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA (Studi di Pengadilan Negeri Mataram)
I Nyoman Suarna, I Nyoman Sulastra; Ni Ketut Windhi Maretha 1
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram. ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui bentuk aktualisasi hukum hindu dalam sistem Peradilan di Indonesia; 2) Untuk mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh Hakim dalam mengaktualisasi hukum hindu di Pengadilan Negeri Mataram dan 3) untuk dapat mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh hakim dalam mengaktualisasikan hukum Hindu di Pengadilan Negeri Mataram. Penelitian ini merupakan penelitian normatik emperik dengan pendekatan perundang-undangan, konsep dan pendekatan sejarah dan analisis kualitatif deskriptif. Hasil penenlitiannnya Bentuk aktualisasi hukum Hindu dalam sistem peradilan di Indonesia di pengadilan selama menjadi hakim terhadap perkara yang berhubungan dengan hindu jika berhubunagn dengan pidana maka menggunakan hukum positif seperti KUH Pidana saja, kalau terkait perdata maka KUH Perdata saja. Aktualisasi Hukum Hindunya yang tersirat hanya menyangkut perkara perceraian, waris, permohonan pengankatan anak yang mengacu juga pada hukum hindu Tri Upasaksi yaitu saksi ke dewa, saksi kemanusia, dan saksi ke bhuta. Langkah yang dilakukan Hakim dalam mengatualisasi hukum Selama ini hakim belum pernah melakukan respending, akan tetapi hakim menerapkan hukum yang sudah ada yaitu hukum negara baik itu kasus pidana sepanjang dapat memberikan rasa keadilan, jika tidak maka hakim akan melakukan penggalian hukum Hindu yang hidup dimasyarakat baik itu dalam Sruti, Menawadharmasastra dan susastra Hindu.
Kata Kunci : Aktualisasi hukum Hindu, sistem hukum di Indonesia.
ABSTRACT
The purpose of this study was 1) to determine the form of actualizing the Hindu law in the justice system in Indonesia; 2) To know the steps undertaken by the Judge in the Hindu law actualize in Mataram District Court and 3) to identify the constraints faced by judges in actualizing the Hindu law in Mataram District Court. This research is normatik emperik approach to legislation, the concept and approach historical and descriptive qualitative analysis. Results resecht Form actualization Hindu law in the judicial system in Indonesia in court for a judge to a case relating to a criminal hindu if realition with the use of positive law such as Criminal Code, if the related civil Civil Code only. Actualization of Hindu Law which implied only concern cases of divorce, inheritance, child pengankatan petition refers also to the Hindu law Tri Upasaksi are witnesses to god, witness the human, and witness to the bhuta. Steps taken by the judge in actualization law During this time the judges have never done respending, but judges apply existing law is state law either criminal case along can provide a sense of justice, if not then the judges will do the excavation of Hindu law which live in the community either in Sruti, Menawadharmasastra and Hindu literature.
Keyword: Actualization of Hindu Law, law system in Indonesia.
1 Dosen Tetap Fakultas Hukum Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram. [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
[F AKULTAS H UKUM ]
JATISWARA
Pokok Muatan
AKTUALISASI HUKUM HINDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA (Studi di Pengadilan Negeri Mataram ) .................................................................................. 415
A. PENDAHULUAN........................................................................................................... 416
1. Latar Belakang ......................................................................................................... 416
2. Perumusan Masalahan .............................................................................................. 418
B. METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 418
C. PEMBAHASAN ............................................................................................................. 419
1. Bentuk Aktualisasi hukum Hindu dalam sistem Peradilan di Indonesia. ................ 419
2. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Hakim dalam mengaktualisasi
hukum Hindu di Pengadialan Negeri Mataram? ...................................................... 423
3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh hakim dalam mengaktualisasikan hukum
Hindu di Pengadilan Negeri Mataram? .................................................................... 427
D. PENUTUP ....................................................................................................................... 430 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 431
A. PENDAHULUAN
oleh Pemerintah Belanda maka rad kerths diganti dengan peradilan Negeri.
1. Latar Belakang
Peradilan yang ada di Indonesia ada Indonesia merupakan Negara hukum
4 (empat) antara lain : 1). Peradilan yang berdasakan pada Pancasila dan Umum; 2). Peradilan Meliter; 3). Peradilan Undang-undang Dasar 1945, sehingga Tata Usaha Negara; dan 4). Peradilan setiap warga negara sama kedudukan Agama. Peradilan Agama yang dimaksud didepan hukum dan keberadaan agama hanya pada pengadilan agama Islam, serta keyakinannya dan dilindungi oleh bagaimana dengan keberadaan agama yang Negara. Negara juga berkewajiban untuk resmi diakui di Indonesia sebanyak 6 memberlakukan
seluruh
komunitas
(enam ) namun kenyataanya hanya masyarakat Indonesia sepanjang tidak terfokus pada Peradilan Agama Islam, bertentangan dengan ketentuan hukum dimana peradilan Agama yang lain Negara. Untuk itu maka negara termasuk disini peradilan Agama Hindu. menghadirkan lembaga pengadilan sebagai
tempat untuk mencarai keadilan. Sejalan arah perubahan politik pemerintah pada era reformasi tahun 1998,
Peradilan yang pernah ada pada maka pemerintah mestinya merespon jaman Belanda dikenal dengan Peradilan keinginan dari komunitas masyarakat Rad Kertha Caranegara bertempat di Bale Indonesia seperti komunitas umat Hindu Kambang Mayura Cakranegara. Peradilan untuk dapat diakomodir dalam bentuk Rad Kertha (Peradilan adat) ini mengadilan putusan peradilan bagi umat Hindu baik kasus-kasus yang terkait dengan dengan itu menyangkut hukum perkawinan, komunitas umat Hindu terkait dengan perceraian, Hukum waris, pengangkatan permasalahanya yang diselesaikan dengan anak juga terkait dengan pencurian menggunakan hukum-hukum agamanya terhadap benda-benda sakral sebagai atau
Hukum Hindu.
Seiring
simbolisasi dalam ajaran agama Hindu. perkembangan
Sehingga hukum akan dapat memberiakan pemerintah mengahapus peradilan Lokal
416 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA
rasa keadilan pada masyarakat dimana hukum dimana pada kelompok masyarakat komunitas itu berada. Sejalan dengan
akan berlaku dua atau lebih sitem hukum keberlakuan hukum sebagaimana yang
baik itu hukum masyarakat, hukum negara dikatakan oleh Marcus Tullius Cicero
juga hukum agama (religion of law). Jadi (106-43 SM) ahli hukum terbesar pada
hukum agama yang dimaksud dari bangsa Romawi, pernah mengatakan,
pandangan Griffits, termasuk hukum Islam dimana ada masyarakat disana ada hukum
hukum Hindu yang (ubis societas, ibi ius). Selanjutnya
dan
juga
terimplementasikan dalam hukum adat pengertian hukum tidak dapat dipisah
Bali dan hukum adat yang lainnya. Oleh dengan negara dalam arti luas (masyarakat
karena itu Prof. Gelgel menegaskan dalam negara) (Darmodiharjo dan Shidarta, 2004:
Worksop Hukum Hindu bahwa hukum itu 208). Sehingga hukum itu akan tumbuh
tidak hanya sebatas pada teks tertulis dan berkembang sesuai dengan komunitas
terdapat dalam masyarakat itu sendiri disamping adanya
seperti
yang
Dharamasastra, Kutaramanawa, Adigama, hukum Negara yang dibentuk oleh badan
Purwadigama, Manuskrip (lontar-lontar) Legislatif baik ditingkat pusat maupun
serta awig-awig tertulis, akan tetapi hukum daerah sesuai dengan
teraktulisasidalam kehidupan dimasyarakat peraturan perundang-undangan Republik
hierarkhis
(the living law) semata tetapi hukum itu Indonesia Nomor. 10 Tahun 2004, yang
juga ada pada jiwa masyarakat (Gelgel, telah diubah dengan Undang-undang No
2010: 8). Hukum juga merupakan produk
12 Tahun 2011. dari legislatif dan goodwill dari pemerintah, oleh karena itu keberlakuan
Pembukaan Undang-undang Dasar hukum sangat ditentukan oleh kemauan
Negara Kesatuan Republik Indonesia pemerintah atau politik hukum dari
Tahun 1945 mengandung 4 (empat pokok ) pemerintah terkait dengan hukum Hindu
yang sebenarnya merupakan cerminan yang berlaku pada komunitas masyarakat
Pancasila. Adapun pokok-pokok pikiran itu adalah: “ Negara melindungai segenap Hindu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
masyarakat, sehingga hukuma akan bangsa dan seluruh tumpah darah
tumbuh dan berkembang sesuai dengan Indonesia, Negara mengatasi segala paham
dinamika dan kehidupan masyarakat golongan, mengatasi paham pereorangan,
setempat. Hal ini sejalan dengan pendapat Negara hendak mewujudkan keadilan Cicero dimana ada masyarakat disana ada sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
hukum.
Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan
Terkait dengan hukum Hindu dan permusyawaratan/perwakil,
perkembangan agama hindu di di masa Negara berdasarkan atas Ketuhaan Yang
dan
dan
silam eksistensi hukum Hindu tampak Maha Esa menurut kemanusiaan yang adil
nyata dengan diwarisinya Kitab-kitab dan beradab Negara berdasarkan atas
Agama yang oleh Selamet Mulyana yang Ketuhaan Yang Maha Esa menurut
dikutip (Titib, 2010: 1) yang dikenal kemanusiaan yang adil dan beradab ”.
dengan
Perundang-undangan Majapahit. Kitab-kitab sebagian perkara
Kitab
Dalam kontek ini Negara akan yang berkaitan dengan perkawinan, mengakomodir hukum yang hidup perceraian dan sebagainya. Dengan dimasyarakat dan hukum Negara sehingga ditetapkanya Undang-undang perkawinan hukum
akan dapat
memberikan
di Indonesia yang menyatakan bahwa perlindungan dan jaminan bagi komunitas
dinyatakan sah bila masyarakat. Hal itu sejalan dengan
perkawinan
dilaksanakan menurut hukum agamanya, pendapat Griffits tentang pluralisme
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
[F AKULTAS H UKUM ]
JATISWARA
maka dengan demikian sebenarnya hukum Sehingga persoalan hukum Hindu Hindu berlaku sah di Indonesia.
penulis tertarik untuk mengangkat tema ini Masalahnya sejauh mana hukum Agam
kedalam suatu penelitian” Aktualisi hukum Hindu diterapakan di Indonesia baik itu
Hindu dalam Sistem Hukum di Indonesia terkait kasus pidana maupun kasus perdata,
(Studi Di Pengadilan Negeri Mataram)”. mengingat sampai saat ini penyelesaian
2. Perumusan Masalahan
kasus masih dilakukan lewat pengadilan umum
Berdasarkan latar belakang masalah penyelesaiannya mengunakan hukum adat
tersebut diatas terkait dengan fenomena (Bali). Padahal antara hukum adat dan
hukum, maka permasalahan yang akan hukum Agama Hindu (Hindu) ada
dibahas dalam artikel ini ada tiga yaitu : perbedaan hal ini mestinya medorong
1. Bagaimana Bentuk Aktualisasi hukum hakim
hindu dalam sistem Peradilan di sebaikanya dapat menggali hukum yang
hidup dimasyarakat dalam hal ini hukum Hindu bagi komunitas masyarakat yang
2. Apa langkah-langkah apa yang beragama Hindu. Sehingga nilai-nilai
Hakim dalam hukum Hindu akan dapat diterapakan pada
dilakukan
oleh
mengaktualisasi hukum hindu di sendi-sendi kehidupan bermasyarakat
Pengadilan Negeri Mataram? berbangsa dan bernegara pada kominitas
3. Apa kendala-kendala yang dihadapi umat Hindu disamping hukum yang
oleh hakim dalam mengaktualisasikan dibentuk negara.
hukum Hindu di Pengadilan Negeri Namun hal ini justru berbeda
Mataram?.
dengan kenyataan yang ada di masyarakat
B. METODOLOGI PENELITIAN
umat Hindu baik yang ada di Bali dan Lombok (Kota Mataram) serta didaerah
Penelitan empiris atau sosiologis lain yang ada di Indonesia. Jika terjadi
yang mengkaji hukum dalam realitanya perceraian, perkawinan, sengketa waris
dimasyarakat " law in action yang tidak dan adopsi anak termasuk percurian benda-
berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh sub benda yang disakralkan dalam agama
sistem lain seperti; ekonomi, sosial, budaya Hindu penyelesaiannya mengikuti hukum
dan lain lain. Dalam penelitian hukum negara (Nasional), bukan penerapan nilai
empirik yang terfokus pada data/bahan hukum Hindu sehingga penyelesaiannya
hukum dalam bentuk data primer yang sering tidak memenuhi rasa keadilan
norma-normanya diperkuat oleh data masyarakat (umat Hindu) itu sendiri dan
lapangan yang didapat dari para informan bahkan sering menjadi korban dari putusan
dan responden.
pengadilan tersebut. Dengan demikian Penelitian ini mengunakan tipe untuk dapat mengiliminir kesalah dalam
penelitian normatif-Emperik. Pendekatan penerapan hukum negara maka sepatutnya
yang digunakan adalah : 1) Pendekatan di
tipe pendekatan perundang-undangan (the memberlakukan nilai hukum agama dari
Negara Pancasila
ini
dapat
statute approach), Pendekatan perundang- masing-masing agama yang sah diakui
undangan; 2 ) Pendekatan konsep ( concep oleh negara termasuk hukum Hindu.
approach ) 3). pendekatan sejarah Sehingga akan memperkaya hazanah
(Historical approach). 4) Sedangkan dalam hukum Nasional yang memang digali dari
penelitian empirik dengan menggunakan nilai-nilai yang hidup diwilayah Nusantara.
pendekatan sosiologis (Sociological Approach). Penelitian ini menggunakan
418 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA
menggunakan kajian interpretasi hukum
keseluruahan bahan terhadap bahan-bahan hukum yang relevan
Mengumpulkan
hukum yang relevan dengan masalah yang dalam rangka menjelaskan tema central
diteliti; 2) Menghubungkan paparan yang yang diuraikan sesuai dengan masing-
ada dalam bahan hukum selanjutnya masing rumusan masalah dalam penelitian
mencatat merekam dengan sistem kartu ini dan diargumentasikan secara teoritik
subyek atau nama berdasarkan konsep hukum yang terkaiat
berdasarkan
pengarangnya dengan metode bola salju. dengan permasalahan yang dikaji.
Kartu itu dibedakan menjadi tiga macam yaitu kutipan, kartu ihtisar, dan kartu
Jenis data dan bahan Hukum yang analisis. Terhadap data/ bahan hukum
digunakan dalam peneilitian hukum yang sudah terkumpul dan diolah maka
normatif-Empirik. Sumber data dalam dianalisis dengan mengunakan analisis penelitian ada 2 (dua) yaitu data
kualitatif deskriptif.
Kepustakaan dan data lapangan. Adapun jenis data ada 2 (dua) yaitu data data
C. PEMBAHASAN
Primer data Skunder. Data Primer
Bentuk Aktualisasi hukum Hindu
bersumber dari data lapangan yang
diperoleh dari para responden dan dalam sistem Peradilan di Indonesia. informan. Dalam penentuan responden
Keberadaan peradilan perdata digunakan melalui teknik proposif
sebagaimana yang dikemukan oleh sampling non rendom. Sedangkan data
(Terence Ingman, 1996) sebagaiman kepustakaan, adalah bahan hukum yang
dikutp oleh (Yahya, Harahap, 2005) memberikan penjelasan terhadap obyek
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa penelitian baik dalam dalam bentuk
yang timbul diantara masyarakat. Sengketa Undang-undang, Peraturan pemerintah,
yang terjadi, berbagai ragam. Ada yang Peraturan daerah, serta buku-buku teks
berkenaan dengan pengingkaran atau (teksbooks) yang ditulis oleh para ahli
pemecahan perjanjian (breach of contract), hukum yang berpengaruh (de herseede
perbuatan melawan hukum (onrechtmatige leer), jurnal-jurnal hukum, pendapat para
daad ), sengketa hak milik (property right), ahli
perceraian, penyalahgunaan wewenang yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium,
hukum, kasus-kasus
hukum,
oleh penguasa yang merugikan pihak penelitian, lokakarya yang mutakhir yang
tertentu, dan sebagainya. (Yahya, Harahap, berkaitan
(Ibrahim, Johny, 2005: 296) Bentuk aktualisasi Hukum
Teknik Pengumpulan Data (dalam Hindu hal ini suatu cara yang diterapkan penelitian emperis) mencakup : 1) Studi
lembaga pengadilan didalam Kepustakaan; 2) Studi Lapangan melalaui
oleh
mengaktualisasikan hukum Hindu tersebut observasi dan atau wawancara terhadap
pada kasus yang ada serta diputuskan lewat informan dan responden baik terhadap
pengadilan. Berbicara Peradilan tentu tokoh adat dan tokoh agama, hakim, jaksa
berbicara berbagai perangkat yang terkait para pengacara, juga para pengurus banjar
didalam proses beracara di persidangan adat atau para pemangku kebendesaan
dipengadilan. Adapun parangkat atau para serta parapnegurus lembaga keagamaan
pihak yang terlibat pada pra penyidilkan yang bernaung di pemerintah yang ada di
sampai pada proses persidangan, seperti Kota Mataram.
Hakim, Jaksa Penuntut Umum (JPU), Panitra, Pengacara/Advokad, Polisi sebagai
Penelusuran Bahan Hukum (dalam penyidik terkait kasus pidana. penelitian hukum normatif) mencakup: 1)
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
[F AKULTAS H UKUM ]
JATISWARA
menghapus keberadaan Pengadilan Krtha. kewenangan peradilan, terhadap kasus
Terkaiat
dengan
Oleh karena kurang pahamnya masyarakat perceraian, perkawinan, adopsi dan
Hindu di Bali terhadap norma agamanya, perceraian kasus ini termasuk pada bidang
membiarkan kekuasaan perdata. Pada kasus perdata para pihaklah
akhirnya
Pengadilan Krtha diambil alih oleh yang baik tergugat maupun pihak
Negeri penggugat membuktikan dalil-dalilnya di
Pengadilan
(http://suastikaekasana.blogspot.com/2009/ depan sidang pegadilan yang kedua pihak
09/pelembagaan-norma-hukum-hindu- didampingi oleh padvokat atau secara
dalam.html).
sendiri. Hakim pada posisi sebagai corong
Dalam praktek penyelesaian pengadilan, akan tetapi tugas hakim juga kasus-kasus hukum yang terjadi untuk
dapat melakukan penemuan hukum yang masyarakat Hindu di Bali dan umumnya di
berkembanag ditengah Indonesia, ternyata dari sejak berlakunya
hidup
dan
masyarakat yaitu yang hukum tidak tertulis Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun
yang sering kita kenal dengan istilah 1951, norma hukum Hindu tidak tampak
hukum adat. Hukum adat yang dimaksud diterapkan, sedangkan lembaga hukum
disini terkait dengan hukum adat yang Hindu sebagai wadah dalam rangka
bersumber pada hukum agama dari menerapkan norma-norma dan sanksi
komunitas masyarakat tersebut. Berkaitan hukum Hindu sudah ada sejak berkuasanya
dengan hukum yang hidup baik itu hukum Kerajaan Mulawarman sampai dengan
perdata maupun hukum pidana, adapaun diambil alihnya wilayah kedudukan
hukum yang dapat diterapakan jika kasus Pengadilan Krtha di delapan kabupaten di
berhubungan dengan keperdataan seperti Bali oleh Pengadilan Negeri. Pengambil
pada kasus perkawianan, waris, perceraian, alihan wilayah kedudukan Pengadilan
pengangkatn anak juga dapat berlaku Krtha didasarkan pada Keputusan Menteri
terkait pada kasus tertentu. Kehakiman Nomor JB.4/4/7 tanggal 30
Terkait dengan penerapan hukum Nopember 1953, sebagai aturan pelaksana
Hindu menurut I Made Seraman, SH.,MH, dari Undang-Undang Darurat Nomor 1
selaku hakim dan wakil Ketua PN sebagai Tahun 1951. Apabila diamati Pasal 1
berikut :
Undang-Undang tersebut ternyata hanya menghapus Pengadilan Swapraja dan
“Bentuk penerapan hukum hindu Pengadilan Adat, tidak menghapus
terkait gugatan perceraian, permhononan Pengadilan Krtha. Pengadilan Krtha
pengangkatan anak. Ini semua secara bertugas menerapkan norma-norma hukum
agama Hindu harus terkait dengan Upacara Hindu dan hukum adat Bali. Norma hukum
agama, kalau persecarian maka ada adat Bali bukan norma hukum adat dalam
pengesahan dari masyarakat kalau di arti adat murni, sebab secara filosofis
lombok melelui kelian Banjar dan Ketua hukum adat Bali merupakan norma-norma
Adatnya. Sedangkan jika terkait dengan kebiasaan yang di dalamnya penuh dengan
permohonan pengangkatan anak secara nilai-nilai Dharma (agama/hukum Hindu).
agama Hindu harus dilengkapi dengan Sedangkan hukum adat murni adalah
proses upacara yang dikenal dengan norma-norma kebiasaan yang bersumber
meperas yang disaksikan oleh Kelian dari norma agama yang tidak mengakui
Banjar, Parisade, serta para kerabat yang kebenaran
ikut menyaksikan proses tersebut ”. dikandungnya. Dengan demikian jelas
Lebih lajut Hakim I Made Seraman bahwa Undang-Undang di atas, tidak
menegaskan aspek pembuktian terhadap 420 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA
perkawinan yang belum dilakukan tentang hal tersebut sudah diatur dialam menurut UUNo. 1 tahun 1974 atau
awig-awignya sehingga permasalahanya sebulumnya dalam arti belum dicatatkan
hukum yang hidup dimasyarakat akan apabila gugatan perceraian masih bisa
lebih jelas. ”
dilakukan di Pengadilan. Sehingga Ini
menandakan prinsip-prinsip dasarnya dari hukum hindu
bahwa hukum yang berkaitan dengan sudah masuk karena perceraian kalau di masyarakat Hindu, secara khusus diatur adat disaksikan oleh kelian banjar dan oleh pihak lembaga adat dalam hal ini masyarakat. (Wawancara, 5 Oktober 2014) Parisadha Hindu Dharma Indonesia
Bila dihubungkan dengan tugas (PHDI), serta tokoh ada yang ada pada Hakim sebagaimana yang ditegaskan
komunitas masyarakat untuk dapat Permud Perdata Ibu Wiwik, beliau
menyelesaikan kasusnya lewat awig-awig mengatakan pada Wawancara terkait
yang dibuat oleh para tokoh adat dan tokoh dengan Keputusan yang berhubungan
agama sehingga permasalah hukum dapat dengan Hukum Hindunya.“Belum ada
diselesaikan dengan baik sesuai dengan pernah diterapkan karena belum ada aturan
kedah hukum yang baik dan benar dan terkait hukum adat tidak tertulis, ini
memberikan rasa keadilan bagi masyarakat merupakan peradilan umum. Sehingg
pencari keadilan, yang mengacu pada sumua putusannya mengacu pada aturan
hukum Hindu beserta hukum adatnya. yang umum saja.”
Berbicara hukum sudah barang tentu Jadi hakim jika dianalisis dari hasil
untuk dapat memberikan rasa keadailan wawancara diatas bahwa hakim didalam
bagi masyarakat itu sendiri. Hal ini sejalan memutuskan perkara selalu menggunakan
dengan pendapat ahli hukum (Prof Satjipto hukum yang umum saja dalam hal ini
Raharjo) jika dilihat dari sosilogi hukum terkait dengan normatif hukum, baik yang
sudah selayaknya dapat memberikan rasa berhubungan dengan keperdaan, pidana
keadilan bagi masyarakat, sebagaimana juga yang lain yang proses penyelesainnya
telah ditegaskan oleh dalam bukunya lewat lembaga pengadilan. Hukum
“membedah hukum progresif” bahwa Normatif yang dimasud disini para hakim
diciptakan untuk hanya melakukan pendekatan perundang-
hukum
itu
mensejahterakan masyarakat bukan malah undangan,
sebaliknya mengsengsarakan masyarakat. pendekatan perbandingan didalam alasan
(Satjipto, Raharjo, 2006). untuk memutusakan suatu perkara.
Terkait dengan aktualisasi Hukum Lebih lanjut pihak Permud-Perdata,
Hindu (hukum adat Bali ), jika terkait jika kasus terkait dengan masalah yang
dengan teori “Reciption and complexu “ berhubungan dengan hukum yang hidup
Bahwa hukum agama diresipir kedalam dimasyarakat dan masih dijalankan oleh
hukum adatnya “ ( Van Den Berg ), hukum komunitas itu seperti halnya dengan
adat dimaksud adalah hukum Agama yang komunitas Hindu maka hal ini diatur oleh
dianut oleh masyarakat pendukung dari para pemuka dan tokoh Adanya,
komunitas dimana tempat diberlakuknnya sebagaimna yang terungkap pada saat
hukum adat tersebut dan tidak ada maksud wawancara sebgai berkut :
untuk memisahkan dari dari komunitasnya “ Terkait Putusan yang berhubungan sebagaimana yang ditegaskan oleh Van Voollen hoven seorang pakar hukum adat
dengan adat Hindu, dari pihak permud yang sangat terkenal di Indonesia. Hukum
Perdata disarankan untuk menguhubungi adat yang dimaksud disini adalah hukum Pihak PHDI dan adat yang mengatur
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
UKUM
[F AKULTAS H ]
JATISWARA
Adat Bali yang komunitas pendukunganya nation state ), kebutuhan akan suatu sistem beragama Hindu, sudah barang tentu
hukum yang satu dan pasti (alias positif!) hukum itu akan mengikuti pola hidup dan
amatlah terasa. Maka gerakan ke arah kehidupan dari masyarakat dimana hukum
unifikasi dan kodifikasi hukum terlihat itu tumbuh dan berkembang dengan pola
marak di sini, seolah menjadi bagian yang sederhana. Pernyataan ini diperkuat
inheren dari proses nasionalisasi dan oleh Ciciro dimana ada masyarakat disana
negaranisasi serta modernisasi yang amat ada hukum walaupun masyarakat itu
telah terjadinya sangat bersahaja (sangat sederhana).
mengesankan
pengingkaran eksistensi apapun yang Hukum itu akan tumbuh dan berkembang
berbau lokal dan tradisional (Soetandyo sesuai dengan Jiwa masyarakat sebagai
Wignjosoebroto,2006:1) mana yang ditegaskan oleh Von Savigny
(Soetandyo hukum itu tidak diciptkan akan tetapi
Lebih
lanjut
mengamati dan hukum itu tumbuh dan berkembang sesuai
wignjosoebroto)
mengomentari kenyataan ini, Eugen dengan jiwa masyarakat, seperti hukum
Ehrlich, seorang sarjana Austria pada masa adat
yang tersebar
diseluruh
itu, menyatakan bahwa pada waktu itu Indonesia.(Iman Sudiyat, 2008). dapat disimak bahwa Hukum Negara (yang
Jika berbicara hukum dan penerapan diambil secara transplantatif dari Perancis di Indonesia yang bersumber pada hukum
itu) amat berbeda dari hukum yang dianut adat yang bersandar pada nilai agama yang
rakyat di pegunungan-pegunungan Austria dianut oleh masysarakat hukum adat
dalam kehidupannya sehari-hari. Hukum dimana masyarakat itu berada dan disatu
yang tertera di kitab-kitab nyata kalau sisi ada keinginan dari negara mengarah
berbeda dari hukum yang hidup (das pada unifikasi hukum, dimana hanya
lebend Recht , the living law) yang dianut hukum negara saja tidak lagi diberlakukan
rakyat dengan segala keyakinannya. hukum ynag lain. Hal ini sebagai mana
Austria itu ditegaskan
Pengalaman
mendemonstrasikan bahwa sesegera ranah Wignjosoebroto,2006) dalam seminar
oleh
(Soetandyo
jurisdiksi hukum negara yang formal dan nasional pluralisme hukum perkembangan
positif itu memasuki ranah kultural yang dari beberpa negara bahwa Perkembangan
berbeda, sesegera itu pula masalah hukum
pluralisme yang bersumber dari pluralitas berlangsung
kultural akan bermula. Transplantasi perkembangan kekuasaan negara-negara
berseiring
dengan
hukum asing dari negeri asalnya ke negeri bangsa. Tak pelak lagi kenyataannya
lain yang hampir bisa dipastikan akan memang demikian, karena apa yang
berkendala seperti inilah yang kelak disebut hukum nasional itu pada
melahirkan teori Robert Seidman yang hakekatnya adalah hukum yang kesahan
dinyatakan dalam suatu dalil law of the pembentukan
dan
pelaksanaannya
non-transferable law .
bersumber dari kekuasaan dan kewibawaan Penerapan hukum dengan melakukan
negara. Tatkala kehidupan berkembang ke tranplantasi sistem hukum asing harus
dalam skala-skala yang lebih luas, dari dapat disesuaikan dengan cultur dan lingkar-lingkar kehidupan komunitas lokal budaya hukum masyarakat dimana hukum
(old societies) ke lingkar-lingkar besar itu akan diterapakan, ini sesuai dengan
yang bersifat translokal pada tataran
sebagaima yang kehidupan berbangsa yang diorganisasi
manzab
sejarah
dikemukan oleh Pendapat Von Savigny sebagai suatu komunitas politik yang bahwa hukum merupakan perwujudan dari disebut negara bangsa yang modern (new kesadaran hukum masyarakat, bahwa
422 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA
semua hukum berasal dari adat-istiadat dan dalam menghadapi berbagai persoalan kepercayaan dan bukan berasal dari
hukum, Hakim tidak lagi merasa pembentuk undang-undang. (Sorjono.
berkewajiban mempergunakan sumber- Soekamto, 2008).
sumber hukum tertulis (Hukum Hindu) yang ada..., kecuali apa yang diperoleh di
Lebih lanjut (Sawatika ekasana ) dalam masa pendidikan dan kitab-kitab
menegaskan dengan dikeluarkan dan referensi Yang ada dan dimengerti. berlakunya Undang-Undang Nomor 14 ( http://suastikaekasana.blogspot.com/2009/ Tahun
1970 tentang
Kekuasaan
09/pelembagaan-norma-hukum-hindu- Kehakiman yang selanjutnya digantikan
dalam.html ).
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, maka berdasarkan Pasal 10 dari
Jadi dengan demikian perlunya kedua Undang-Undang tersebut, tampak
sebuah pelembagaan hukum Hindu, agar adanya lembaga hukum sebagai pelaksana
permasalahan yang berkaitan dengan kekuasaan
komunitas Hindu baik itu terkait dengan digunakan
Warisan, perkawinan, Tanah, Utang- penegakkan norma hukum Hindu. Wadah
piutang, Jual-beli, Purusya dan Tatayi, dimaksud belum diberikan menggunakan
paksaan(sahasa) pajak walaupun sudah ada usulan melalui
Astacorah,
profesional, tidak pidana pembunuhan, Departemen Agama. Dari sejak berlakunya
kekerasan, penghinaan, meracun, menyihir kedua Undang-Undang dimaksud, hanya
sebagaimana yang ditegaskan oleh dari masyarakat Islam yang dapat menerapkan
bebrbagi ketentuan kitan hukum hindu pasal di atas, sehingga berdasarkan
Kuno (Ardika, tt: 1). Oleh karena itu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,
bahwa hukum hindu sudah pernah seolah-olah Pasal 10 Undang-Undang
dipraktek pada masa Bali Kuno, Nomor 14 Tahun 1970 yang berkaitan
Bagaimana hukum Hindu dengan era dengan Peradilan Agama, hanya sebagai
sekarang ini dipraktekkan di peradilan wadah lembaga penegakan hukum Islam.
yang ada di Indonesia sejauh sudah mana Berkenaan dengan Pasal 10 Undang-
nilai hukum Hindu sudah dipraktek Undang 14 Tahun 1970 yuncto pasal 10
dengan baik dan benar agar dapat Undang-Undang 4 Tahun 2004 yang
memberikan rasa keadilan bagi masyarakat terkait dengan Peradilan Agama, samapai
itu sendiri.
saat ini untuk umat Hindu belum
2. Langkah-langkah
apa yang
diperkenankan menerapkan, maka proses
dilakukan oleh Hakim dalam
pelembagaan norma-norma hukum Hindu
mengaktualisasi hukum Hindu di
menjadi tidak jelas dan kurang mantap, hal
Pengadialan Negeri Mataram?
ini disebabkan: Hakim merupakan corong
Pada pelaksanaan hukum di dalam dari keadilan sudah semestinya dapat
kehidupan sehari-hari umat Hindu meningkatkan kulitas SDM, baik melalui
bersandar pada Hukum agama, (Pudja, pelatihan calon Hakim (cakim) yang
dkk, 2002 : 11) namun dalam pemutusan dilakukan oleh kemtentrian yang berada di
suatu perkara Hakim-hakim Pengadilan Depatemen Kehakiman. Melalui pelatihan Negeri ... hanya bersandar pada yang sudah dilakukan diharapkan para
Yurisprudensi di dalam prakteknya dapat hakim dapat menambah wawasannya
menimbulkan atau
melahirkan
didalam memimpin persidangan serta Yurisprudensi baru yang mungkin tidak
dapat memberikan putusan yang sesuai sehaluan dengan ... hukum Hindu yang dengan rasa keadilan masyarakat. Hakim dianutnya. Ini mudah dimengerti karena di
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
[F AKULTAS H UKUM ]
JATISWARA
didalam memeriksa dan mengadili perkara
1. Hakim Pengadilan adalah pejabat yang sudah seharusnya memberikan kesempatan
tugas Kekuasaan kepada kedua belah pihak yang
melaksanakan
Kehakiman. Tugas utama Hakim bersengketa unuk dapat menyelesaikan
adalah menerima, memeriksa dan kasus melalui perdamain melalui mediasi.
mengadili serta menyelesaikan semua perkara yang diajukan kepadanya.
Adapun langkah hakim didalam memerikan dan mengadili sampai pada
2. Dalam perkara perdata, Hakim harus memberikan putusan ada beberapa tahapan
membantu para pencari keadilan dan adalah :
berusaha keras untuk mengatasi hambatan-hambatan dan rintangan agar
1) Hakim memberikan
kesempatan
terciptanya peradilan yang sederhana, kepada kedau belah pihak untuk dapat cepat dan biaya ringan. menyelesaikan perselisihannya dengan
cara musywarah dan mufakat, jika Hakim didalam memberikan putusan pada proses itu terjadi perdamaian
hasus dapat mengacu pada Pedoman maka hakim akan menetapakan akata
Prilaku Hakim seperti yang ditegaskan perdamaiannya, jika tidak maka hakim
pada bagian:
akan memeriksa kasus tersebut, “Setiap hakim yang dilambangkan apakah merupakan kewenangannya dalam kartika, cakra, candra, sari dan tirta atau tidak agar jangan terjadi konflik merupakan cerminan perilaku Hakim harus didalam mengadaili dan bahkan kalu senantiasa berlandaskan pada prinsip tidak kewenangannya maka gugutan Ketuhanan Maha Esa, adil, bijaksana itu akan batal. Pembatalan itu berwibawa, berbudi luhur dan jujur. disebabkan bukan wilayah dari Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sengketa yang diajukan, maka hal ini yang melandasi prinsip-prinsip pedoman penting
Hakim dalam bertingkah laku, bermakna pemeriksaan kasusnya, kalau memang
pengalaman tingkah laku sesuai dengan sudah wewenagnya maka akan agama dan kepercayaan masing-masing dilakuan
proses
penuntutan,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan persidangan, dan mengadili samapai
beradab. Ketaqwaan tersebut akan pada Keputuasan Hakim yang
mendorong Hakim untuk berperilaku baik mempunyai kekuatan hukum tetap.
dan penuh tanggung jawab sesuai tuntunan
2) Jika pada saat pemerikasaan tidak agama masing-masing. Seiring dengan terjadi
keluhuran tugas dan luasnya kewenangan mengadilan dan proses mediasi tidak
dalam menegakkan hukum dan keadilan, menghasilkan kesepakatan maka pihak
sering muncul tantangan dan godaan bagi pengadilan lewat panitra akan
para Hakim. Untuk itu, Pedoman Perilaku mengagendakan proses pemeriksaan
Hakim merupakan konsekuensi dari dan persidangan samapai pada putusan
kewenangan yang melekat pada jabatan pengadilan yang mempuyai kekutan
sebagai Hakim yang berbeda dengan warga hukum tetap.
masyarakat biasa.” (Pedoman Prilaku Hakim, 2006).
Hal ini sejalan dengan Tupoksi Hakim yaitu menyelenggarakan perkara
Jika mengacu pada lambang Hakim mulai dari menerima, memeriksa sampai
yaitu kartika, cakra, candra, sari dan tirta, dengan mengadili perkara yang masuk di
maka hakim dituntut untuk dapat memknai Pengadilan.Sedangkan Fungsi Hakim
arti dan fungsi dari lambang tersebut antara lain :
sehingga hakim tidak saja memutuskan 424 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA
hanya berdasarkan ketentuan perundang- memutuskan perkara sering hakim undangan saja, akan tetapai juga dapat
menggunakan apa yang sudah ada di melakukan trobosan didalam memutuskan
aturan hukum, tetapi ada juga yang hakim suatu perkara yang bersumber dari
didalam memutuskan suatu perkara pemaknaan akan simbol-simbol yang
menggunakan sesuai dengan kebenaran dimilikinya serta pemaknaan yang
substansi, seperti kasus pada hak asuh anak terkadung pada sombol-simbol tersebut.
yang oleh hakim sering memberikan kepada Ibu sampai anak itu berumur 18
Pedoman Perilaku Hakim ini
tahu ”.
merupakan panduan keutamaan moral bagi Hakim, baik dalam menjalankan tugas
Pada kasus hak pengasuhan anak profesinya maupun dalam melakukan
sering hakim memberikan hak asuhnya hubungan
kepada ibunya sampai anak itu berumur 18 kedinasan. Hakim sebagai insan yang
tahun, akan tetapi kadang kala hakim tidak memiliki
memperhatikan kebenaran Jastice, hal ini berinteraksi dengan komunitas sosialnya,
semata dilakukan hakim memutuskan juga terikat dengan norma-norma etika dan
perkara berpatokan pada dalil hukum yang adat kebiasaan yang berlaku dalam tata
telah ada sebelumnya. Padahal didalam pergaulan masyarakat. Namun demikian,
hukum adat Hindu hak asuh itu diberikan untuk menjamin terciptanya pengadilan
kepada orang tua laki sebagai purusa dari yang mandiri dan tidak memihak,
sistem kekeluargaanya yang dianut secara diperlukan
genologis dan masih diyakini oleh bertanggung jawab. Selain itu diperlukan
masyarakat hindu itu sendiri. pula pemenuhan kecukupan sarana dan
Hal ini diperegas lagi oleh Panmud prasarana bagi hakim baik selaku penegak
Perdata Bu Wiwik pada saat wawancara: “ hukum maupun sebagai warga masyarakat.
Pertimbangan hakim didalam memutuskan Untuk itu, menjadi tugas dan tanggung
perkara dengan menggunakn normatif jawab masyarakat dan Negara memberi seperti pada kasus hak asuh anak sering jaminan keamanan bagi Hakim dan hakim menggunakan undang-undang Pengadilan,
termasuk
kecukupan
anak, kadang jarang kesejahteraan, kelayakan fasilitas dan
perlindungan
mengguanakan hukum adat Bali, karena anggaran. Walaupun demikian, meskipun
hakim didalam memutuskan perkara kondisi-kondisi diatas belum sepenuhnya mempunyai kemerdekaan tidak boleh terwujud, hal tersebut tidak dapat dijadikan dipengaruhi oleh pihak lain ” alasan bagi Hakim untuk tidak berpegang
teguh pada kemurnian pelaksanaan tugas Terhadap pernyataan tersebut diatas dan tanggung jawab sebagai penegak dan
jika kita hubungkan dengan kewengan penjaga hukum dan keadilan yang
hakim yang diberikan oleh UU, maka memberi kepuasan pada pencari keadilan
hakim wajib melakukan penemuan hukum dan masyarakat.
atau dapat juga dikatakan wajib menggali hukum yang tumbuh dan berkembang
Untuk dapat memenuhi keadilan dimasyarakt sebagai jiwa masyarakat atau
masyarakat Hakim didalam memutuskan hukum yang hidup dan masih dijalani oleh perkara hendakan dapat mengacu pada lex masyarkat hukum itu. Hal ini tidak sejalan
specialis teori hukum. Seperti pada kasus dengan putusan hakim yang sering
hak pengasuhan anak sebagaimana yang menggunakan aturan hukum yang sudah
ditegaskan oleh Ida Bagus Santi Yadnya ada tanpa melakukan penggalian atau selaku PHDI Kota Mataram yang melakukan trobosan sehingga benar-benar
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
[F AKULTAS H UKUM ]
JATISWARA
putusan itu akan memberikan rasa keadilan keduanya diatas jika mengacu pada teori dan kedamaian masyarakat. Putusan
pluralisme hukum oleh (Griffiths,1986), seperti ini menguatkan aliran hukum
dalam Nurjaya, I Nyoman menyatakan : positif yang mengatakan bahwa hukum itu
" Pluralisme hukum adalah sebagai suatu dibuat oleh pejabat yang berwenang
sistuasi di mana ada dua atau lebih sistem melalui badan legislatif, sehingga hukum
hukum yang bekerja secara berdampingan itu tidak lagi dicampur dengan masalah
dalam suatu bidang kehidupan sosial yang yang lain baik terkait sosiologi hukum,
sama atau untuk menjelaskan keberadaan psikologi hukum atau ilmu yang lain
dua atau lebih sistem pengendalian sosial sehingga hukum disini menutur Soerjono
dalam satu bidang kehidupan sosial". Soekamto dikenal dengan hukum yang
(Nurjaya, 2003: 10) Lebih lanjut sebenarnya karena dibuat oleh yang
(Hooker, 1975);) dalam dalam Nurjaya, I memegang kekuasaan/ atau pejabat yang
Nyoman mengatakan bahwa: " Pluralisme berwenang atau di Indonesia lewat
nukum adalah "suatu situasi dimana dua Lembaga DPR.
atau lebih sistem hukum berinteraksi dalam satu kehidupan sosial" atau menurut (F.von
Sedangkan hukum yang tidak dibuat Benda-Beckman, 1999) mengatakan "suatu oleh lembaga yang tidak berwenang kondisi atau dimana lebih dari satu sistem dikenal dengan hukum yang tidak hukum atau institusi bekerja secara sebenarnya karena yang mambuat adalah berdampingan dalam aktifitas-aktifitas dan masyarakat atau sekelompok masyarakat hubungan-hubungan dalam satu kelompok atau sering kita dengan istilah masyarakat masyarakat "(Nurjaya, 2003: 10). hukum adat.
Pada kasus penyelesaian proses Lebih lajut Ketua PHDI Kota
perkara waris sudah semestinya hakim Mataram menegaskan bahwa hakim terkait
dapat menggunakan dua atau lebih sistem dengan kewenangan yang diberikan UU
hukum yaitu hukum negara juga hukum untuk melakukan Respending hukum adalah: “ Menurut Ida Santi Yadnya, agama dan ahukum adat. Ajaran mengenai
Pluralisme hukum (legal Pluralism) secara Hakim banyak memberikan putusan
umum dipertentangkan dengan Idiologi menggunakan Normatif saja jarang hakim
(legalcentralism). menggunakan
sentralisme hukum
kebenaran
substansi
Ideologi sentralisme hukum diartikan (substansi justice) padahal hukum adat itu sebagai suatu ideologi yang menghendaki lex specialis mesti asas ini digunakan oleh
pemberlakuan hukum Negara (state law ) hakim didalam memutuskan perkara, tetapi
sebagai satu-satunya hukum bagi semua ada juga hakim yang memutuskan
berdasarkan lex specialis itu ”. warga masyarakat, dengan mengabaikan keberadaan sistem-sistem hukum yang
Maka pendapat Bu Wiwik dengan lain, seperti hukum agama, hukum Ida Santi Yadnya, mengaskan bahwa
kebiasaan, dan semua bentuk mekanisme hakim didalam memberikan putusannya
pengaturan lokal yang secara empiris lebih banyak menggunakan pada aturan
berlangsung dalam kehidupan masyarakat. hukum yang sudah ada, tanpa lagi
Jadi, secara jelas idiologi sentralisme menggunakan kewengannya yang telah
cendrung mengabaikan diberikan oleh undang-undang seperti
hukum
kemajemukan hukum sosial dan budaya menggunakan hukum yang hidup
dalam masyarakat termasuk di dalam dimasyarakat agar putusan hakim dapat
norma-norma hukum lokal yang secara memberikan
nyata dianut dan dipatuhi warga dalam masyarakat. Jika mengkaitkan pendapat
kehidupan bermasyarakat dan bahkan 426 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
[U NIVERSITAS M ATARAM ] JATISWARA
sering lebih ditaati dari pada hukum yang
untuk dapat diciptakan dan diberlakukan oleh negara
yang
bersengketa
mendengarkan kesasiannya berdasarkan (state law). Karena itu pemberlakuan
dimilki. Setelah sentralisme
keahlian
yang
mendengarkan kesaksian para ahli maka komunitas masyarakat yang memiliki
bermusywarah untuk dapat kemajemukan sosioal dan budaya hanya
hakim
mengambil kesimpualan terhadap kasus merupakan kemustahilan. Jadi dengan
yang disengketakan dan dapat memberikan demikian hakim sudah sepatutnya dapat
putusan yang seadil-adilnya berdasarkan mennguanakan teori pluralisme hukum
Ketuhan Yang Maha Esa dalam dalam memutuskan suatu perkara waris
memutuskan suatu perkara. yang
dilakukannoleh
komunitas
Pada proses persidangan didalam masyarakat Hindu yang ada di Kota menerapakan hukum Hindu oleh hakim, Mataram. jika dilihat dari kewenangan hakim untuk
3. Kendala-kendala yang dihadapi oleh
dapat melakukan penemuan hukum hidup
hakim dalam mengaktualisasikan
dimasyarakat dan berdasarkan keyakinan
hukum Hindu di Pengadilan Negeri
hakim, maka hakim secara umum tidak ada
Mataram?
mengalami kendala didalam memutuskan suatu perkara karena keputusan hakim
Ilmu Hukum mempunyai struktur dijamin oleh undang-undang jika putusan
yaitu filsafat hukum, teori hukum dan itu dilakukan didepan pengadilan dan
dogmatig hukum atau hukum positif. Pada dihadiri oleh para pihak.
penerapan hukum yang dilakukan oleh hakim pada pengadilan tentu hakim dapat
Berbicara kendalam penerapan juga menerapakan hukum pada sisi
hukum Hindu dogmatig hukum atau hukum postif, akan
dalam
penerapan
sebagaiman yang ditegask oleh Bapak tetapi hakim diberikan kewenangan
Ketut Pasek, SH,MH salah satu Hakim di didalam mengali hukum yang hidup
PN Mataram menegaskan : “ Kedalan dimasyarakat sepanjang hukum itu masih
karena kurang pengetahauan terkait dengan hidup dan tetap dijalan oleh masyarakat
masalah Hindu, permasalahan dihadapi, tersebut.
maka hukum apa yang kita terapkan, Jika hukum negera sudah dapat memberikan
Pada kasus-kasus yang berhubungan rasa keadilan atau sepanjang penerapannya
dengan hukum adat Hindu seperti pada sudah adil, tidak perlu lagi hukum yang kasus perkawinan, perceraian, waris, lain termasuk hukum Hindu itu sendiri, pengangkatan anak/ atau sentan Rajeg, seperti pengankatan anak ada aturan hakim didalam memeriksan sampai pada dilengakapai dengan hukum adat harus memutuskan hakim berdasarkan keyakinan juga ada syarat yang diikuti seperti adnya dan
saksi dari kelian banjar dan tokoh terungkap didalam persidangan baik yang
masyarakat, sedangkan hukum agama ada dihadirkan oleh para pihak yang
upacara meprasnya dengan kelengakapan bersengsengketa.
Para pihak
yang
yang ditentukan. (wawancara, september dimaksud disini adalah pihak tergugat
ataupun penggugat untuk menghadirkan para saksi termasuk juga menghadirkan
Sejalan dengan dengan tugas hakim, saksi ahli yang berhubungan dengan
kami mengutip pedapat Ketua PHDI Kota permasalah yang disengketakan. Didalam
Mataram pada saat diwawacara : menghadirkan para pihak disini tidak
“Menurut Ida Santi Yadnya, Hakim permintaan Hakim akan tetapi para pihak
banyak
memberikan putusan
[Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal Hukum JATISWARA
JATISWARA ] [F AKULTAS H UKUM ]
428 Jurnal Hukum JATISWARA | [ Fakultas Hukum Universitas Mataram]
menggunakan Normatif saja jarang hakim menggunakan
kebenaran
substansi
(substansi justice) padahal hukum adat itu lex specialis mesti asas ini digunakan oleh hakim didalam memutuskan perkara, tetapi ada juga hakim yang memutuskan berdasarkan lex
specialis itu ”.
(Wawancara, Oktober 2014) Dari dua pendapat tersebut dapat
dianalisi didalam memutuskan suatu perkara dapat saja menggunakan hukum negara sepanjang dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat baik itu terkait perceraian, waris pengangkatan anak dan yang lainya tidak perlu menggunakan hukum yang lain termasuk hukum Hindu itu sendiri, jadi disini hakim hanya berpatokan pada hukum positif semata tanpa dapat melihat realita hukum yang berlaku pada msayarakat.Namun dalam satu sisi pada proses pengangkatan anak aturan harus dilengakapi baik terkait adat dan hukum agama pada acara hukum meprasnya (atau pengesahan secara agama Hindu). Sejalan dengan itu hukum adat yang dimasud disini dalam penyelesaiakna kasus dipengadilan adalah hukum adat Hindu itu sendiri. Jika pendapat ini dihubungkan
dengan
pendapat
(Griffiths,1986), bahwa hukum sudah dapat menerapan pluralisme hukum disamping menggunakan hukum negara juga dapat diterapakan hukum Agama (Hindu) dan hukum Adatnya, sehingga dengan demikian sudah menggunakan kewenangannya yang diberikan oleh undang-undang untuk melakukan respending hukum yang hindup dimasyarakat dimana komunitas itu berda.
Putusan hakim apakah sudah dapat memberikan rasa keadilan bagi masyarakat terkait dengan Hukum yang berhubungan dengan hukum Hindu, maka disini hakim harus dapat melakukan respending hukum sehingga putusan akan dapat memberikan rasa keadilan sebagaiman tugas hakim pada Pedoman Prilaku Hakim “Mandiri pada hakekatnya bermakna mampu
bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain, bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap mandiri mendorong terbentuknya perilaku Hakim yang tangguh, berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dam ketentuan hukum yang berlaku ”.
Sehingga hakim didapat mmemutusk suatu