Penyembuhan Sejati Karena Iman Akan Yesus Kristus

PENYEMBUHAN SEJATI KARENA IMAN AKAN YESUS KRISTUS

  (Sumber bacaan, Injil Markus 8: 22-26) Dewasa ini kita menyaksikan dengan kasat mata bahkan barangkali kita menglami rupa-rupa hal tentang penderitaan dunia dan manusia. Banyak bencana alam dan kecelakaan terjadi di mana-mana. Kita melihat bencana alam gunung meletus, banjir dan tanah longsor, badai dan hujan yang memporak-porandakan kehidupan, kecelakaan lalu lintas udara, laut dan darat, dan pelbagai kecelakaan lainnya. Di samping itu kita juga menyaksikan adanya pelbagai penderitaan manusia karena pelbagai penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh bencana lama maupun penyakit karena keadaan manusia yang lemah sehingga mudah terjangkiti dengan penyakit-penyakit jasmaniah.

  Di samping pelbagai penderitaan dan penyakit duniawi di atas kita juga dapat menyaksikan dan bahkan mengalami pelbagai penyakit rohani dan penyakit iman di sekitar. Banyak orang dengan jatuh dalam kenistaan duniawi dengan menghalalkan segala cara untuk memperoleh kepuasan jasmaniah. Banyak orang jatuh dalam dunia yang hedonistik dengan menganggungkan sikap materialistik dan individualistik yang sehingga hidup imannya semakin jauh dari Allah. Tidak bisa dipungkiri juga terjadi kekerasan yang menganatasnamakan agama. Penganiayaan maupun pembunuhan menjadi perilaku yang ‘dibenarkan’ demi membela suatu keyakinan iman dan agama.

  Kenyataan-kenyataan di atas mau menunjukkan kepada kita betapa rapuh dan butanya mata kehidupan dan mata iman manusia dewasa ini. Kita menyaksikan paradoks kehdupan: dunia semakin berkembang pada aspek jasmaniah, akan tetapi semakin merosot dalam hal iman dan moralitas. Terjadinya pelbagai bencana, munculnya pelbagai penyakit dan penderitaan manusia, terjadi kemerosotan nilai-nilai iman dan penghayatan yang benar tentang agama menunjukkan kerapuhan hidup manusia tanpa dilandasi oleh sikap beriman yang benar. Mau dikatakan di sini bahwa manusia dewasa ini berada dalam situasi ‘kebutaan’ akan nilai-nilai kenaran iman yang sejati. Manusia dewasa ini berusaha mencari bentuk-bentuk dan metode-metode penyembuhan yang tidak berlandasakan pada kepercayaan akan Allah sumber kekuataan dan penyembuhan. Dapat dikatakan manusia dewasa ini ‘buta’ dengan kebenaran iman yang sesungguhnya. Stuasi-situasi seperti ini jelas

  Sabda Tuhan pada saat ini mengemukkan tentang Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida. Betsaida adalah sebuah kata/bahasa Yunani yang berakar kata dalam bahasa Arab: Bet-syayda, yang berarti ‘rumah perbekalan’ atau ‘rumah pengambilan ikan’. Sebuah kampung di daerah Galilea di sebelah utara danau Genesaret. Di kampung Betsaida inilah Yesus melakukan mujizat penyembuhan orang buta yang pertama. Maksudnya penyembuhan Yesus yang pertama kepada orang buta terjadi di Betsaida. Dari asal-usul dan arti kampung Betsaida mau mengungkapkan bahwa penyembuhan tentang ‘kebutaan hidup’ manusia berawal dari kampung yang kecil akan tetapi menjadi pusat dari kehidupan perbekalan manusia. Penyembuhan dilakukan oleh Yesus bukan pertama-tama dari kota yang besar dan terkenal melainkan dari kampong yang kecil. Penyembuhan Yesus di mulai dari hal-hal yang kecil dari hidup manusia.

  Penyembuhan adalah tindakan atau proses pemulihan kesehatan dan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang dilakukan Kristus dan para Rasul dalam Gereja Perdana (Gereja Purba). Kisah penyembuhan kepada orang buta di Betsaida bagi mereka yang mengikuti perkembangan dari benang merah drama Injil, merupakan penyembuhan yang istimewa. Dikatakan demikian karena penyembuhan yang dilakukan di Betsaida merupakan orang buta pertama yang disembuhkan. Menarik juga untuk direnungkan bahwa kisah penyembuhan orang buta ini terjadi ‘setapak demi setapak’. Pada awalnya Yesus memegang mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya dan bertanya : “Sudah kaulihat sesuatu?” (ay 23). Orang buta itu memandang ke depan, lalu berkata: “ Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” (ay 24). Kemudian tahap selanjutnya: Yesus meletakkan lagi tangan-Nya pada mata orang itu, maka orang itu sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas (ay 25). Pentahapan ini, persis sebelum bagian di mana Petrus dan para murid mulai mengetahui cara Yesus harus pergi dan bagaimana para murid melihat dan mengimani siapa Yesus (ay 27-28).

  Kisah penyembuhan kepada orang buta di Betsaida harus dilihat secara keseluruhan maksud penginjil Markus menulis Injilnya. Injil Markus mau menyampaikan: 1) sisi kamanusiaan Yesus, 2) kepercayaan sebagai inti mengambil cawan dan salib Kristus. Menurut Markus: sementara Yesus menghabiskan sebagaian besar waktunya untuk melaksanakan tindakan- tindakan kasih, yang mewahyukan bahwa Ia adalah Anak Allah, Ia juga digambarkan sebagai Tuhan yang sangat manusia. Yesus memakai cara-cara dan simbol-simbol yang kelihatan secara manusiawi seperti memegang tangan, meludahi mata dan menumpangkan tangan.

  Bagi markus tanda yang paling benar sebagai murid Yeus adalah percaya. Ia menantang para pembacanya untuk percaya secara radikal kepada Tuhan yang bangkit dengan cara yang sangat provokatif dengan melukiskan murid Yeus yang pertama sebagai orang yang keras kepada bahkan buta. Para murid hanya melihat Yesus dari tahap yang satu (Mesias & Penebus) akan tetapi mereka buta terhadap-Nya pada tahap yang lain (Yesus Hamba Allah yang menderita). Yesus yang dapat member penglihatan kepada orang yang secara fsik buta, tidak dapat memberikan penglihatan dan pemahaman kepada pengikut-Nya yang paling akrab dengan-Nya. Kebutaan para murid menjadi kritik yang mau disampaikan Markus. Markus berharap para pembaca supaya percaya kepada Yesus, tidak hanya sebagai Mesias yang menyembuhkan segalanya, melainkan sebagai seseorang yang kematian-Nya memberikan makna kehidupan dan penderitaan yang mereka alami. Tantangan Yesus untuk percaya kepada-Nya mengantar para murid kepada cawan dan salib Yesus. Yesus menuntut para murid menjadi hamba dari semua dan melayani orang lain daripada dilayani.

  Menjadi murid Yesus yang sejati perlu melihat secara lebih tajam dan dalam tentang penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Barangkali kita sendiri yang harus mengalami penyembuhan dari kebutaan kita sendiri. Sebagai pengikut Kristus banyak kali kita tidak bisa melihat dengan jelas arti dari hidup beriman. Menjadi murid Yesus berarti melihat Yesus secara lebih radikal, dalam arti melihat Yesus sedalam-dalamnya (sampai ke akar- akarnya). Yesus adalah adalah Allah yang memanuisiawi. Untuk sampai pada penyataan akan kebenaran iman ini, sikap yang dituntut adalah kepercayaan yang penuh terhadap-Nya. Kepercayaan yang penuh menuntut para murid untuk ke luar dari diri sendiri terbuka pada kehendak Allah dan terbuka untuk pelayanan kasih kepada orang lain.

  Kita memang menjumpai adanya aneka pelayanan penyembuhan saat seperti minyak, medali, penumpangan tangan sering disampaikan dalam Kitab Suci. Karisma penyembuhan memang diberikan kepada orang-orang tertentu. Roah Allah menggunakan kekuatan-kekuatan alamiah dalam diri si pendoa dan dalam diri si sakit untuk mengatasi penyakit yang tidak jarang mempunyai segi psikis juga. Dalam doa penyembuhan orang harus percaya bahwa Allah mendengarkannya tetapi tidak selalu mengerjakan apa yang orang inginkan.

  Penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus dan para rasul diwariskan juga dalam Gereja sampai saat ini. Dan memang menjadi salah satu cara Gereja dalam pelayanan. Karya pelayanan penyembuhan dilakukan bukan demi penyembuhan itu sendiri akan tetapi yang terutama adalah melalui penyembuhan tersebut si pendoa ataupun orang yang disembuhkan semakin beriman dan terarah pada Allah. Orang yang mengiklankan diri sebagai penyembuh dengan doa demi untuk kemsyuran dirinya adalah sikap yang ‘buta’ terhadap iman yang sejati. Dalam penyembuhan sering diikuti oleh penyembuhan jasmani. Penyembuhan jasmani atau mukjizat hanya merupakan tanda untuk meminta dan menerima penyembuhan rohani dari dosa. Mukjizat penyembuhan dan mukjizat-mukjizat lainnya merupakan tanda bahwa Yesus telah hadir dan Kerajaan Allah sudah nyata dan sedang berlangsung menuju pada kepenuhannya. Semoga refeksi dan renungan tentang penyembuhan Yesus kepada orang buta ini akan menyembuhkan kita sebagai murid-murid Kristus dari kebutaan iman kita, sehingga dapat mengarahkan kita pada hidup beriman yang sejati untuk pembaharuan diri kita dan pembaharuan dunia menjadi lebih baik.

  (Bahan ini dapat dipakai sebagai materi Bimbingan dan Penyuluhan keagamaan Katolik/Kristen, atau untuk Kotbah/Renungan) Oleh: Lastiko Runtuwene