PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)
(2)
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENGUASAAN MATERI
OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN
(Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau Semester Genap Tahun
Pelajaran 2012/2013)
Oleh
DWI FEBRI HIDAYATI
Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA yang mengajar di kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai penerapan model PBL sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan desain pretes postes
kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIb dan VIIc yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan skor gain menggunakan uji U pada taraf signifikansi 5% melalui program SPSS versi 17.
(3)
iii
Data kualitatif berupa deskripsi hasil belajar siswa dan tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBL yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa model PBL berpengaruh terhadap penguasaan materi siswa tetapi tidak signifikan. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata pretes pada kelas eksperimen yaitu 7,64 ; rata-rata postes yaitu 47; dan N-gain sebesar 39,35. Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBL berpengaruh dalam
meningkatkan penguasaan materi siswa tapi tidak secara signifikan pada materi pokok organisasi kehidupan.
Kata kunci : Organisasi Kehidupan, Penguasan Materi, Project Based Learning (PBL).
(4)
(5)
(6)
(7)
xiii
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir... ... 8
G. Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 11
B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) ... 12
C. Penguasaan Materi ... 17
D. Organisasi Kehidupan ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel ... 24
C. Desain Penelitian ... 24
D. Prosedur penelitian ... 25
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Teknik Analisis Data ... 30
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
(8)
xiv
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN 1. Silabus Eksperimen ... 49
2. Silabus Kontrol ... 51
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 53
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontro ... 66
5. Soal Pretes dan Postes ... 77
6. Kisi-Kisi Pretes Postes ... 80
7. Lembar Kerja Kelompok ... 88
8. Lembar Penilaian LKK ... 93
9. Lembar Kerja Siswa ... 94
10.Jawaban Lembar Kerja Siswa ... 103
11.Rubrik Penilaian LKS ... 110
12.Data Hasil Penelitian ... 114
13.Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 127
(9)
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan merupakan syarat perkembangan. Pendidikan di Indonesia bertujuan untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dan meningkatkan kualitas peserta didik sehingga menjadi manusia yang kreatif, terampil serta profesional.Menurut Hasbullah (2009 : 2) kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah adalah kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya. Kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru harus memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan dan objek kajiannya sangat luas, yaitu: mencakup semua makhluk hidup. Pendidikan biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar. Dengan demikian, siswa dapat
(10)
(Depdiknas, 2003: 6). Dengan demikian, ilmu Biologi merupakan ilmu tentang kehidupan sehari-hari yang sangat kompleks dan bersifat kongkrit.
Perkembangan ilmu pengetahuan alam khususnya biologi, telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia yang harus ditingkatkan melalui jalur pendidikan. Dalam pendidikan, salah satu inovasi pembelajaran yang diterapkan oleh
pemerintah saat ini yaitu dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Mulyasa (2006: 33) KTSP menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada peserta didik. Hal ini akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna.
Meskipun demikian dalam proses penerapannya, pembelajaran biologi masih terkesan bersifat abstrak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan oktober tahun 2012 dengan guru mata pelajaran biologi di MTs Nurul Iman bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu 58,6. Berdasarkan hasil belajar tersebut siswa yang mendapat nilai ≥ 65 hanya mencapai 37,5 % dari 32 siswa. Dari data tersebut diketahui bahwa penguasaan materi siswa dapat dikatakan rendah,
(11)
karena masih banyak yang dibawah standar ketuntasan minimum yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dengan siswa dan guru mata pelajaran IPA di MTs Nurul Iman Sekincau, diperoleh informasi bahwa pembelajaran biologi masih berfokus pada guru sebagai sumber utama, pembelajaran biologi masih berupa fakta-fakta yang harus di hafal, kemudian metode yang digunakan adalah ceramah dan kadang-kadang diskusi informasi, sehingga proses pembelajaran yang menuntut siswa sebagai pelaku belajar yang aktif belum dapat berjalan dengan optimal. Hal tersebut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi khususnya materi pokok organisasi kehidupan.
Materi pokok organisasi kehidupan kelas VII membahas tentang komponen-komponen penyusun tubuh makhluk hidup, mulai dari sel, jaringan, organ, sistem organ, hingga organisme. Dalam materi tersebut siswa dituntut untuk mampu menjelakan organisasi kehidupan, menentukan tingkatan organisasi kehidupan, mendeskripsikan keragaman dari sel, jaringan, organ, sistem organ pada makhluk hidup,dan dapat mendeskripsikan hubungan setiap komponen organisasi sehingga dapat membentuk organisme. Untuk mencapai kompetensi tersebut pembelajaran hendaknya bersifat student centered dan berperan aktif dalam pembelajaran, maka diperlukan suatu inovasi penggunaan model
pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif adalah model pembelajaran Project Based Learning (PBL).
(12)
Model PBL adalah suatu pembelajaran yang didesain untuk persoalan yang kompleks yang mana siswa melakukan investigasi untuk memahaminya, menekankan pembelajaran dengan aktivitas yang lama, tugas yang diberikan pada siswa bersifat multidisiplin, berorientasi pada produk. Menurut Mahanal, S & Wibowo, A.L (2009: 2) model PBL secara umum memiliki pedoman langkah: Planning (perencanaan), Creating (mencipta atau implementasi), dan Processing (pengolahan). Selanjutnya dkemukakan bahwa project based learning mendukung pelaksanaan KTSP untuk mencapai tujuan pembelajaran biologi, mengingat model PBL merupakan pembelajaran yang komprehensif mengikutsertakan siswa melakukan investigasi secara kolaboratif. Model PBL membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar, lingkungan, isi, dan tugas-tugas yang relevan, realistik, otentik, dan menyajikan
kompleksitas alami dunia nyata mampu memberikan pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh siswa membawa pesan sugestif cukup kuat.
Beberapa penelitian yang menguji efektivitas penggunaan model PBL adalah penelitian Susriyati Mahanal, dkk (2009: 1) pada mata pelajaran biologimateri pokok Ekosistem. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang diajar dengan project based learning memiliki sikap lebih tinggi 11,65% dari peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional dan Siswa yang difasilitasi project based learning memiliki pemahaman konsep lebih tinggi 81,05% dari siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
(13)
Sehingga dapat diketahui bahwa model PBL dapat meningkatkan sikap dan hasil belajar biologi siswa kelas X SMAN 2 Malang TP 2009/2010.
Penelitian lain dilakukan oleh Mahira (2012: 64) mengenai penerapan model PBL untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMP Al-Falah kota bandung tahun
pelajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkam bahwa : a) Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada materi pencemaran lingkungan, hal ini terlihat pada perbedaan hasil pretes postes yang telah dikerjakan siswa yang hasilnya meningkat dengan gain 0,38 yang termasuk pada kategori sedang,selain itu kemampuan memecahkan masalah siswa ketika pretes dan postes mempunyai perbedaan yang signifikan; b) Terdapat peningkatan kemempuan memecahkan masalah siswa dalam setiap tahapan pemecahan masalah; c) Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakann model pembelajaran berbasis proyek hampir seluruhnya adalah positif.
Pendekatan model PBL didukung teori belajar konstruktivisme.
Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri. Adanya peluang untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide-ide orang lain, dan merefleksikan ide sendiri pada ide-ide orang lain, adalah suatu bentuk pengalaman pemberdayaan individu. Proses interaktif dengan kawan sejawat itu membantu proses konstruksi pengetahuan
(14)
(meaning-making process). Menurut pandangan ini transaksi sosial memainkan peranan sangat penting dalam pembentukan kognisi (Richmond & Striley, 1996 dalam Mahanal, 2009: 3). Muslich (2008: 54) menyatakan bahwa “Siapa yang menjelaskan, sesungguhnya ia belajar”.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diadakan penelitian mengenai model PBL di MTs Nurul Iman Sekincau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok organisasi kehidupan pada siswa kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau tahun pelajaran 2012/2013.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Adakah pengaruh yang signifikan penggunaan model PBL terhadap penguasaan materi Organisasi Kehidupan pada siswa kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model PBL terhadap penguasaan materi siswa pada materi pokok organisasi kehidupan pada Kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau.
(15)
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi guru
Dengan model PBL diharapkan dapat menjadikan salah satu alternative bagi guru dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan penguasaan materi pokok Organisasi kehidupan.
2. Bagi siswa
Model PBL ini diharapkan lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep materi biologi.
3. Bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP/MTs.
4. Bagi peneliti
Peneliti dapat lebih memahami model PBL sebagai alternatif pembelajaran, memberikan manfaat yang besar berupa pengalaman yang menjadi bekal untuk menjadi calon guru yang profesional dan untuk perbaikan
pembelajaran pada masa yang akan datang.
E.Ruang Lingkup Penelitian
1. Siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIb dan VIIc semester genap MTs Nurul Iman Sekincau tahun pelajaran 2012/2013. 2. Materi pokok yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah
(16)
3. Objek penelitian adalah pembelajaran dengan menggunakan model PBL, yaitu model pembelajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran teoritis dan keahlian yang kompleks, pertanyaan otentik dan perancangan produk dan tugas.
4. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes dan postes pada materi pokok organisasi kehidupan.
F. Kerangka Pikir
Masalah mendasar yang masih menyelimuti bangsa indonesia hingga saat ini adalah berkenaan dengan proses belajar mengajar yang terlihat belum efektif. Salah satu yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah pembelajaran yang masih memusatkan pembelajaran pada guru dan siswa hanya sebatas menerima informasi tanpa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya siswa merasa pembelajaran tersebut tidak berarti dan terkesan membosankan. Sedangkan dalam pembelajaran biologi yang lebih banyak berkaitan dengan makhluk hidup, siswa tidak dapat hanya menerima informasi tetapi harus berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga, pembelajaran biologi akan dipahami dengan benar oleh siswa jika diberi pengalaman langsung dengan bantuan model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, guru sebagai moderator dan fasilitator perlu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memudahkan siswa untuk menguasai materi pembelajaran biologi dengan lebih baik.
(17)
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu siswa menguasai materi pelajaran biologi adalah dengan menggunakan model PBL. Model
pembelajaran ini adalah model pembelajaran yang paling terbanyak
menampilkan segi-segi keterampilan proses, yaitu mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, dan merencanakan penelitian. Model pembelajaran ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dalam kelompok untuk memecahkan suatu proyek atau masalah.
Pada model PBL, siswa di kelas akan dibentuk menjadi kelompok-kelompok, sehingga berpeluang untuk bekerja dalam sebuah tim serta siswa memiliki kesempatan untuk menemukan dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini diduga dapat meningkatkan peran aktif siswa sehingga kegiatan siswa tidak hanya terbatas mendengarkan penjelasan guru saja melainkan dapat melakukan kegiatan secara langsung yang dapat meningkatkan penguasaan materi siswa.
Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasi menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model PBL sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan materi oleh siswa materi pokok organisasi kehidupan.
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat digambarkan dalam diagram dibawah ini :
Keterangan: X : model PBL; Y : penguasaan materi biologi oleh siswa Gambar 1. Diagram hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
(18)
G.Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah:
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model PBL terhadap penguasaan materi organisasi kehidupan oleh siswa MTs Nurul Iman Sekincau.
H1 = Ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan model PBL terhadap penguasaan materi organisasi kehidupan oleh siswa MTs Nurul Iman Sekincau.
(19)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Mengenai pengertian belajar, menurut Darsono (2000 : 3-4) banyak dari para ahli yang mencoba mendefinisikannya, antara lain :
1. Bigge : Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetik.
2. Maskowitz dan Orgel : Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman bukan akibat hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir.
3. Whitaker : Belajar adalah proses menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan dan pengalaman.
4. Sartain : Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Menurut Skinner dalam Dimyati (2009: 9) Belajar adalah suatu prilaku. Pada saat belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Dalam belajar ditemukan adanya hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pelajaran. 2. Respon si pelajar.
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Dari keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan pengertian belajar, pada akhirnya terdapat kesamaan makna bahwa konsep belajar selalu
(20)
menunjukan kepada “suatu proses perubahan perilaku pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu “ (Makmun, 2001: 157).
Pembelajaran sendiri diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses
pembelajaran mencakup aktifitas belajar, mengajar, tujuan pembelajaran dan evalusai. Sesuai dengan pendapat Ibrahim (2002: 48) yang mengemukakan pendapat bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi translosional yang bersifat timbal balik baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Kata proyek berasal dari kata latin proyecctum yang berarti : maksud, tujuan, rancangan, anggaran, dan rencana (Vastenhouw, 1983: 37). Menurut
Ruseffendi (1998: 343), model PBL adalah suatu model pemberian tugas. Siswa secara individual atau kelompok (biasanya dalam bentuk kelompok) membuat kesepakatan untuk menyelesaikan suatu tugas dalam jangka waktu tertentu, dimana ia akan memperoleh nilai (penghargaan) yang besarnya disesuaikan dengan beratnya tugas dan baiknya hasil kerja.
PBL berasal dari gagasan Dewey tentang konsep “learning by doing”, yakni proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuan, terutama proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan suatu pekerjaan yang terdiri atas tingkah laku untuk mencapai tujuan (Embiarti, 2004: 33).
(21)
Menurut Bahri (2009: 6) Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permaslalahan komplek yang diperlukan pelajar dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Pembelajaran
berbasis proyek merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mampu mengembangkan semua kecakapan diatas. Hal ini
dikarenakan pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) siswa menjadi pusat atau sebagai objek yang secara aktif belajar pada proses pembelajaran, (2) proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum, (3) proyek dikembangkan oleh
pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum (curriculum-framing-question), (4) proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assesment yang dilakukan secara kontinyu (ongoing assessment), (5) proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata, (6) siswa menunjukan
pengetahuannya melalui produk dan kinerjanya, (7) teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar siswa, (8) keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.
Menurut Nurhadi (2004: 78-79 ), terdapat empat prinsip yang akan membantu siswa dalam perjalanan mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif dengan tidak memandang suatu tugas harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah :
1. Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang.
Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan ciri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukup untuk menjelaskan ciri penting itu kepada siswa.
2. Menganekaragamkan tugas-tugas
Keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan
pekerjaan rumah. Siswa kemungkinan besar tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih variasi dan menarik daripada rutin dan monoton.
3. Menaruh perhatian pada tingkat kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atau tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tersebut seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru-guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti
(22)
itu sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yag menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
4. Memonitor kemajuan siswa
Memonitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang terlibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan
mengembalikan tugas dengan umpan balik. Apabila siswa bekerja dalam kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling diantara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan
mengembalikan kepada mereka dengan umpan balik.
Pengimplementasian pembelajaran berbasis proyek tidak terlepas dari kurikulum, pertanggungjawaban, realisme, belajar aktif, umpan balik, pengetahuan umum, pertanyaan yang memacu, investigasi konstruktif, serta otonomi. Purnawan (Muliawati dalam Amanupunjo, 2012) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis proyek mengacu pada hal –hal sebagai berikut: 1) Curriculum: memerlukan suatu strategi sasaran dimana proyek sebagai
pusat.
2) Responsibility: PBL menekankan responsibility dan answerbility para siswa ke dari dan panutannya.
3) Realism: kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya.
4) Active learning: menumbuhkan isu yang berunjung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri. 5) Feedback: diskusi, presentasi dan evaluasi terhadap para siswa
menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6) General skill: pembelajaran berbasis proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar bagi keterampilan yang mendasar, seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self management.
7) Driving question: pembelajaran berbasis proyek difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.
(23)
8) Constuctive investigations: sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para siswa.
9) Autonomy: proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting. Semiawan (2006: 84-87) mengusulkan tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek meliputi :
1. Tahap Perencanaan
Mempelajari materi pembelajaran dalam silabus dari mata pelajaran yang menjadi tema dari proyek tersebut.
Membuat diagram kaitan antara tema dengan materi pembelajaran dari mata pelajaran lain.
Merumuskan tujuan pembelajaran dengan mengguanakan model proyek tersebut.
Menentukan langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran.
Merencanakan organisasi kelas sesuai dengan kegiatan pembelajaran (misal bekerja dalam kelompok).
Bila dalam langkah kegiatan itu ada kunjungan ke situs sejarah atau museum, maka diadakan perencanaan untuk hal tersebut (misalnya mengadakan peninjauan lebih dulu ke situs sejarah atau museum tersebut).
Menyiapkan format-format pengamatan untuk siswa. Merencanakan kegiatan tindak lanjut.
Menyiapkan penialaian kegiatan belajar-mengajar. 2. Tahap Pelaksanaan
Pada permulaan pembelajaran, guru mengemukakan tema proyek. Guru mengajak siswa menelaah kemungkinan mengaitkan tema
dengan berbagai mata pelajaran (walaupun guru sebelumnya sudah menyiapkan diagram kaitan tema mata pelajaran lain). Jadi guru berperan membimbing dan mengatur jalannya diskusi serta memberikan bantuan bila diperlukan.
Sesudah diagram kaitan tema dengan mata pelajaran lain itu terbentuk, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok.
Tiap kelompok merencanakan bagaimana melakukan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan materi yang telah dikaitkan dengan tema. Guru membimbing setiap kelompok dan memberikan bantuan bila siswa memerlukannya. Guru juga telah menyiapkan alat, bahan, dan sumber bacaan yang diperlukan siswa. Tiap kelompok
mendiskusikan dan mencatat hasil diskusinya. Bila ternyata semua kelompok memerlukan kunjungan ke suatu tempat agar dapat lebih baik menghayati materi pelajaran, maka guru hendaknya sudah siap untuk melaksanakan kunjungan tersebut.
(24)
Guru memberitahukan hal-hal penting apa yang perlu diamati siswa, disamping aspek-aspek lain yang dianggap relevan dan penting leh siswa.
Data/informasi yang terkumpul didiskusikan, diolah, dan ditulis serta siap untuk dilaporkan.
Sesudah semua kelompok siap untuk melaporkan, maka guru (atau seorang siswa ataupun sekelompok siswa) memimpin pelaporan. Siswa-siswa lain memberikan komentar atau saran yang dicatat oleh anggota kelompok yang sedang melaporkan guru kadang-kadang memberikan saran atau bantua seperlunya bila ternyata diskusi kurang lancar atau terhenti.
Berdasarkan komentar sisiwa dan saran, kelompok mendiskusikan dan bersepakat untuk menambah atau mengurangi, serta menyempurnakan laporan, mungkin dengan mencari data yang perlu ditambahkan atau memperbaiki gambar dan tulisan.
Suatu hal yang penting adalah bahwa guru harus membantu para siswa memahami hubungan tema dengan mata pelajaran lain.
3. Tahap Tindak Lanjut
Untuk lebih memantapkan hasil kegiatan belajar, para sisiwa dilibatkan lagi dalam kegiatan tindak lanjut. Salah satu kegiatan tindak lanjut yang diterpakan adalah pameran.
4. Tahap Penilaian
Cara penilaian dpat dilakukan :
Secara verbal, misalnya tanya jawab dan diskusi.
Secara tertulis, misalnya berupa laporan, karangan, puisi dan tes. Penilaian hasil karya siswa, seperti gambar, bagan, model, alat
sederhana, dll.
Menurut Djamarah (2000: 196), model PBL ini memiliki kelebihan mampu kekurangan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan
a. Dapat memperluas pemikiran sisiwa dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
b. Melalui model ini, anak didik dibina dengan membiasakan
menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari. c. Model ini sesuai dengan prinsip-prinsip didaktik modern yang dalam
pengajaran perlu diperhatikan :
Kemampuan individual siswa dan kerjasama dalam kelompok.
Bahan pelajaran tak terlepas dari kehidupan riil sehari-hari yang penuh masalah.
(25)
Pengembangan aktivitas, kreativitas, dan pengalaman siswa banyak dilakukan.
Agar teori dan praktek, sekolah, dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
2. Kekurangan
a. Tiap mata pelajaran mempunyai kesulitan sendiri, hal mana yang tak dapat dipenuhi dalam proyek total.
b. Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
c. Sukar untuk memilih pokok proyek yang tepat. Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.
d. Hasilnya tergantung pada kecakapan guru untuk menyelenggarakan sesuatu.
e. Menyiapkan tugas bukan suatu pekerjaan yang mudah. Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan model ini sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum disiapkan untuk ini.
f. Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang pelaksanaan model ini.
C. Penguasaan Materi
Dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar anak didiknya dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996:159). Menurut Dimyati (2009: 202), bentuk suatu hasil belajar sisiwa meliputi tiga aspek yaitu : (a) Aspek kognitif, berupa pengetahuan dan pemahaman terhadap belajar, (b) Aspek afektif, berupa sikap yaitu respon yang tersiri dari keinginan melakukan tugas tertentu, (c) Aspek psikomotor, berupa keterampilan mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar.
Menurut Arikunto (2008: 115) penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi
(26)
bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis. Sedangkan Awaluddin (2008: 1) menyatakan bahwa materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang
diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi adalah:
a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar
b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan (Sadiman, dkk, 1986: 22).
Terdapat 6 tingkatan dalam domain kognitif menurut Bloom (dalam Ibrahim dan Syaodih, 1996: 76), yaitu:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada hal-hal yang sukar. Penguasaan hal tersebut memerlukan hapalan dan ingatan. Tujuan dalam tingkatan pengetahuan ini termasuk kategori paling rendah dalam domain kognitif.
(27)
2. Pemahaman (Chomprehension)
Aspek ini mengacu pada kemampuan memahami makna materi yang dipelajari. Pada umumnya unsur pemahaman ini menyangkut kemampuan menangkap makna suatu konsep, yang ditandai antara lain dengan
kemampuan menjelaskan arti suatu konsep dengan kata-kata sendiri. Pemahaman dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yakni penerjemahan, penafsiran dan ekstrapolasi (menyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui).
3. Penerapan (Application)
Aspek ini mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pada situasi baru, yang menyangkut penggunaan aturan, prinsip dalam memecahkan persoalan tertentu. 4. Analisis (Analysis)
Aspek ini mengacu pada kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu kedalam komponen-komponen atau bagian-bagian yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lain, sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dipahami.
5. Sintesis (Synthesis)
Aspek ini mengacu pada kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
6. Penilaian (Evaluation)
Aspek ini mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma atau patokan-patokan tertentu.
Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik, nilai siswa < 66 atau ≥ 55 maka dikategorikan cukup baik, dan nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2008: 245).
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Thoha (1994: 1) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
(28)
kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes.
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto 2008: 53). Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2009: 174) Tes adalah pengukuran berupa pertanyaan perintah dan petunjuk yang ditujukan untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999: 195-196).
Melalui hasil tes tersebut maka dapat diketahui sejauh mana tingkat penguasaan materi siswa. Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui malalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka
dikategorikan baik, 55 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik, dan nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2008: 245).
D. Organisasi Kehidupan
Makhluk hidup di dunia ini sangat beraneka ragam. Keanekaragaman ini meliputi berbagai bentuk dan variasi tingkat kehidupan, mulai dari sel sampai organisme.
(29)
a. Sel
Sel merupakan kesatuan bagian terkecil dan fungsional pada suatu organisme. Pada seluruh organisme, atom-atom bergabung menjadi
molekul-molekul, misalnya molekul DNA yang terdapat disetiap sel. Teori tentang sel pertama kali dikemukakan oleh ahli botani jerman Jacob Schleiden (1804-1881) pada tahun 1838. Dia berpendapat bahwa semua tubuh tumbuhan terdiri atas sel-sel. Setahun kemudian, pendapat ini diperluas oleh Theodor Schwan (1810-1882) yang mengemukakan bahwa semua makhluk hidup tersusun dari sel-sel. Teori sel selanjutnya
dikemukakan oleh Rudolph Virchow (1821-1902) yaitu bahwa sel hanya dapat terjadi dari sel yang sudah ada. Bagian-bagian sel antara lain : Membran sel yaitu bagian terluar sel yang membatasi suatu sel dengan
lingkungan luarnya dan membatasi sel yang satu dengan sel yang lain. Membran sel merupakan selaput tipis dan elastis yang terletak di luar sitoplasma dan bersifat semipermeabel.
Plasma sel yaitu cairan sel dibagian dalam kantong sel yang dibatasi oleh membran sel. Plasma sel meliputi dua bagian yaitu nukleoplasma dan sitoplasma. Nukleoplasma adalah plasma atau cairan yang terletak didalam inti sel, sedangkan sitoplasma adalah caira yang mengisi ruangan antara membaran sel dan inti sel. Didalam sitoplasma terdapat organel-organel sel antara lain : ribosom, retikulum endoplasma, badan golgi, lisosom, vakuola, mitokondria dll.
Inti sel yaitu bagian utama dari sel. Fungsinya sebagai pusat pengatur seluruh kegiatan sel.
b. Jaringan
Pada umumnya,jaringan diartikan sebagai kumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yag sama. Akan tetapi, ada jaringan yang terdiri atas sel-sel dengan bentuk berbeda-beda. Jaringan pada hewan dan tumbuhanpun berbeda.
Jaringan pada hewan antara lain :
1) Jaringan otot yang berfungsi sebagai alat gerak aktif yang tersusun atas sel-sel otot yang berbentuk serabut-serabut otot. Pada tubuh manusia terdapat tiga macam serabut otot yaitu otot polos, otot lurik dan otot jantung.
2) Jaringan syaraf tersusun atas sel-sel syaraf (neuron). Jaringan syaraf berfungsi menerima rangsang dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh untuk disampaikan ke otak, dan selanjtnya membawa tanggapan atau reaksi yang diperintahkan otak ke organ tubuh tertentu.
3) Jaringan penyokong atau jaringan penunjang. Jaringan yang termasuk didalamnya adalah jaringan tulag rawan, jaringan tulang
(30)
keras, dan jaringan ikat jaringan tulang rawan (kartilago)
merupakan jaringan yang bersufat elastis dan lentur yang terdapat pada rangka saat awal perkembangan makhluk hidup. Secara berangsur, tulang rawan akan mengeras dan berubah menjadi tulang keras. Jaringan ikat berfungsi menyokong jaringan-jaringan dan organ-organ dengan mengikat bagian tubuh yang sat dengan yang lain.
4) Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan luar dan permkaan dalam tubuh, membatasi rongga-rongga besar dalam tubuh, serta membatasi permukaan luar dan permukaan dalam organ tubuh. Fungsi jaringan epitel pada permukaan tubuh adalah untuk memberi perlindungan terhadap kerusakan mekanis,
perlindungan dari masuknya mikroorganisme , mencegah penguapan air dan sebagai penerima rangsang.
5) Jaringan darah berfungsi mengangkut oksigen dan sari-sari makanan keseluruh tubuh, menjaga kestabilan suhu tubuh, dan mengangkut sisa-sisa pembakaran dari sel-sel tubuh. Jaringan darah terdiri atas plasma darah dan sel-sel darah.
Jaringan pada tumbuhan antara lain :
1) Jaringan meristem berfungsi sebagai titik tumbuh tanaman pada akar dan batang yang tersusun atas sel-sel kecil dan berdinding tipis tanpa rongga sel.
2) Jaringan epidermis yaitu jaringan yang melapisi permukaan organ-organ tumbuhan yang berfungsi sebagai pelindung sel-sel yang ada dibawahnya. Jaringan epidermis tersusun atas sel-sel yang
berbentuk pipih dengan permukaan atas dan permukaan bawah sejajar, sedangkan sisinya dapat tersusun tidak teratur.
3) Jaringan pengangkut pada tumbuhan terdiri atas pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh tapis (floem). Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dan mineral (unsur hara) dari akar ke daun sedangkan pembuluh tapis berfungsi mengangkut makanan hasil fotosintesis dari daun keseluruh tubuh tumbuhan.
4) Jaringan penyokong pada tumbuhan terdiri atas jaringan kolenkim dan sklerenkim. Sel-sel penyusun jaringan kolenkim berdinding tebal dan menunjang kekuatan bagian tertentu pada tumbuhan, 5) Jaringan tiang dan jaringan bunga karang terdapat pada organ dau.
Kedua macam jaringan ini fungsinya berhubungan dengan fotosintesis. Jaringan tiang lebih banyak mengandung klorofil dibandingkan dengan jaringan bunga karang.
c. Organ
Jaringan yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama akan membentuk organ. Organ pada tumbuhan dan pada hewan berbeda bentuk maupun fungsinya. Organ pada tumbuhan antara lain adalah akar, batang, daun, bunga, biji dan buah. Sedangkan organ pada hewan antara lain mata, telinga, hati, ginjal, jantung dan paru-paru.
(31)
d. Sistem organ
Sistem organ adalah kumpulan dari organ-organ yang saling bekerja sama membentuk suatu sistem. Beberapa sisitem organ yang terdapat pada tubuh hewan dan manusia antara lain adalah sisitem pencernaan, sistem
peredaran darah, sistem rangka, sistem pernafasan, sistem ekskresi dan isitem saraf. Sedangkan sisitem organ pada tumbuhan anatara lain adalah sistem transportasi, dll.
e. Organisme
Semua sistem organ akan bekerja sama untuk melakukan fungsi hidup atau proses kehidupan dan membentuk organisme. Sistem organ ini saling mempengaruhi sistem organ yang lain. Jika satu sistem organ rusak akan mengganggu sistem organ yang lain (Daroji, 2009: 95-107)
(32)
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei tahun ajaran 2012/2013 di MTs Nurul Iman Sekincau Lampung Barat.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII tahun pelajaran 2012/2013 di MTs Nurul Iman Sekincau. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII b sebagai kelompok eksperimen dengan model PBL dan kelas VII c sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah yang telah ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling. Yang dimaksud dengan cluster random sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2005: 127).
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest-posttest ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran berbasis proyek , sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan ceramah. Hasil pretes dan postes pada dua kelompok subyek dibandingkan. Sehingga struktur penelitiannya adalah sebagai berikut :
(33)
Keterangan: I = kelas PBL; X = perlakuan eksperimen (dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek); II =kelas kontrol; C = perlakuan kontrol (dengan menggunakan metode ceramah ); O1 = pretes; O2 =postes (modifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non- ekuivalen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dar tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah :
a. Membuat dan menyampaikan surat izin penelitian ke sekolah.
b. Mengadakan observasi kesekolah tempat diadakanya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK). e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes-postes untuk mengukur
penguasaan materi siswa.
Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2
(34)
f. Melakukan bimbingan kepada dosen pembimbing mengenai proposal penelitian.
g. Membuat kelompok diskusi siswa yang bersifat heterogen dan setiap kelompok terdiri atas 6 orang.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek untuk kelas eksperimen dan diskusi informarmatif pada kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan tiga kali pertemuan dengan mencakup beberapa kegiatan.
a. Kelas eksperimen (Pembelajaran dengan model PBL) 1. Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa.
b) Memberikan pretest berupa soal Essay mengenai organisasi kehidupan.
c) Guru membacakan standar kompetensi (SK) , kompetensi dasar (KD), dan indikator dari pembelajaran.
d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri atas 6 orang.
e) Guru menjelaskan proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL.
f) Guru memberikan motivasi dengan memberikan pertanyaan. Pertemuan pertama “anak-anak, hari ini kita akan mempelajari tentang organisasi kehidupan, materi ini perlu dipelajari agar kalian
(35)
mengerti bahwa makhluk hidup memiliki struktur yang sangat terorganisasi mulai dari tingkat sel sampai bsa terbentuk
organisme” ; pertemuan kedua ”masih ingatkah kalian mengenai tingkatan organisasi kehidupan? Hari ini kita akan membahas mengenai sel dan jaringan”; pertemuan ketiga “setelah membahas mengenai sel dan jaringan minggu lalu, taukah kalian tingkatan organisasi kehidupan selanjutnya? Hari ini kita akan membahas mengenai organ, sistem organ dan organisme”.
g) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan ke siswa. Pertemuan pertama “ Taukah kalian bahwa tubuh kita tersusun atas unsur-unsur kecil yang bergabung dan melakukan kerjasama?”; pertemuan kedua “pernahkah kalian melihat batu bata? Bagaimana bentuknya? Bagaimana jika batu bata tersebut menyatu? Apa yang terjadi? “; pertemuan ketiga:” pernahkah kalian
memperhatikan kaki dan tangan kalian? Bagaimana kaki dan tangan bisa bergerak? Adakah yang membantu kaki sehingga bisa bergerak dengan leluasa?”.
2. Inti pembelajaran
a) Guru mengemukakan tema proyek yang akan dikerjakan siswa. b) Guru meminta perwakilan kelompok maju kedepan untuk
mengambil undian topik proyek didalam toples undian. c) Guru membagikan lembar kerja siswa mengenai organisasi
(36)
d) Guru membimbing siswa memahami LKS dan mulai mengerjakan LKS dengan mengaitkan tema dengan mata pelajaran lain yang berhubungan.
e) Guru membimbing setiap kelompok untuk merencanakan bagaimana melakukan kegiatan proyek.
f) Guru dan siswa membuat kesepakatan mengenai proyek yang akan dilajankan dan menyepakati waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek.
g) Siswa mempresentasikan proyeknya berupa galery secara bergiliran.
3. Penutup
a) Guru dan siswa sama-sama memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang dilakukan disetiap pertemuannya.
b) Guru memberikan tes akhir pada akhir pertemuan ketiga berupa soal Essay.
b. Kelas kontrol (Pembelajaran dengan metode ceramah) 1. Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran siswa.
b) Memberikan pretest berupa soal Essay mengenai organisasi kehidupan
c) Guru membacakan standar kompetensi (SK) , kompetensi dasar (KD), dan indikator dari pembelajaran.
(37)
d) Guru memberikan motivasi. Pertemuan kesatu dengan
menunjukkan gambar sel tumbuhan dan sel hewan, kemudian guru bertanya apakah perbedaannya?”. Pertemuan kedua dengan
mengajukan pertanyaan kepada siswa pernahkah kalian mengamati jaringan tumbuhan dan jaringan pada hewan. Pertemuan ketiga dengan memanggil seorang siswa untuk berdiri di depan kelas, kemudian guru bertanya organ apa saja yang terdapat di tubuh siswa tersebut?”.
e) Guru memberikan apersepsi dengan memberikan pertanyaan ke siswa. Pertemuan kesatu “Sebutkan macam macam organel sel?”. Pertemuan kedua apa perbedaan jaringan hewan dengan
tumbuhan?”. Pertemuan ketiga sebutkan organ organ pada manusia?.
2. Inti pembelajaran
Pada kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah dimana guru menjelaskan materi mengenai organisasi kehidupan dan sel (pertemuan pertama), jaringan dan organ (pertemuan kedua), dan sistem organ dan organisme (pertemuan ketiga).
3. Penutup
a) Guru dan sisiwa sama-sama memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran yang dilakukan disetiap pertemuannya.
(38)
b) Guru memberikan tes akhir pada akhir pertemuan ketiga berupa soal pilihan jamak.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitif, yaitu nilai tes awal dan tes akhir materi pokok organisasi kehidupan oleh siswa. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dan postes, sehingga diperoleh skor N- gain.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui tes awal dan tes akhir. Tes awal diadakan pada awal pertemuan pertama dan tes akhir dilakukan pada akhir pertamuan ketiga. Tes awal dan tes akhir diberikan pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal essay.
F. Teknik Analisis Data
Berdasarkan desain penelitian dan jenis data yang dikumpulkan, maka analisis yang dilakukan terdiri dari dua tahap, yaitu uji t dan uji hipotesis. Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
1. Menghitung Skor Gain
Untuk mendapat N-gain yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
(39)
X – Y
Skor Maksimum -Y
Keterangan : X = Nilai tes akhir
Y = Nilai tes awal (dalam Sudijono, 1996: 215)
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan program SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho: Sampel berdistribusi normal H1: Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Rusman, 2008: 62)
3. Kesamaan Dua Varians
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17 a. Hipotesis
H0: Kedua sampel mempunyai varians sama H1: Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji
Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0, 05 maka Ho diterima
Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0, 05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
(40)
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata skor gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata skor gain kedua sampel tidak sama 2) Kreteria Uji
Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima
Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak, Dengan dk = n1 + n2– 2 (Pratisto, 2004: 13).
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
H0 = rata-rata skor gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.
H1 = rata-rata skor gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.
2) Kriteria Uji
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10)
(41)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan model PBL berpengaruh tidak signifikan terhadap penguasaan materi organisasi kehidupan oleh siswa.
2. 89,73 % siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Sebelum melakukan penelitian, sebaiknya model PBL diterapkan terlebih
dahulu dikelas agar siswa sudah mengetahui langkah-langkah pada model ini sehingga data yang diperoleh lebih baik.
2. Sebaiknya indikator kognitif yang di ukur tidak hanya C1 dan C2 saja agar lebih mengasah kemampuan siswa pada tingkatan kognitif yang lain. 3. Model PBL menuntut keterampilan guru untuk mengkondisikan dan
memonitoring siswa selama proses pembuatan proyek. Guru hendaknya mampu mendampingi siswa sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
(42)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara. Jakarta. Amanupunjo, F. 2012. Project Based Learning. (online),
(http://falerieducation.blogspot.com/2012/03/project-based-learning, diakses tanggal 6-12-2012).
Awaludin, A. 2008. Materi Ajar. (online), (http// andhysastera.blogspot.com, diakses tanggal 5-12-2012).
Bahri. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Daroji dan Haryati. 2009. Jelajah Fakta Biologi 1 Untuk Kelas VII SMP dan MTs. Platinum PT Tiga Serangkai. Solo.
Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang Press. Semarang. Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. (online), ( http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf, diakses tanggal 6-12-2012).
Dimyati. 2009 . Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta .Bandung.
Djamarah dan Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Embiarti, B. 2004. Penerapan Metode Proyek dalam Proses Pembelajaran pada
Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Budidaya Tanaman Jagung di Play Group Salaman Al-Farizi. Skripsi Jurusan pendidikan Luar Sekolah. UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Fathurrohman dan Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Islami. Redika Aditama. Jakarta.
(43)
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Huda, A. 2009. Peningkatan Mutu Pembelajaran dengan Pembelajaran Berbasis
Proyek. (online), (http://gatothp2000.wordpress.com, diakses tanggal 11-1-2012).
Ibrahim dan Syaodih. 1996. Perencanaan pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ibrahim. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Mahanal, S., Darmawan, E., Corebima, A., dan Zubaidah, S. 2009. Pengaruh
Pembelajaran Project Based Learning(PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2. Universitas Malang. Malang.
Mahanal, S. & Wibowo, A.L. 2009. Penerapan pembelajaran Lingkungan Hidup Berbasis Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep, dan Sikap Siswa (Studi di SMAN 9Malang). Universitas Malang. Malang.
Mahira. 2012. Penerapan Model Project Based Learnig (Pjbl) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (online), (http://repository.upi.edu, diakses tanggal 11-01-2012).
Makmun, A.S. 2001. Psikologi Kependidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung. Mulyasa. 2006. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhadi, Y dan A.G Senduk. 2004. Pembelajaran Konekstual (Contextual
teaching and Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK.2004. Universitas Negeri Malang (UM Press). Malang.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purnawan,Y. 2007.Pengenalan PBL (Project Based Learning). (online), (http://yudipurnawan.wordpress.com/categori/project-based-learning, diakses tanggal 5-12-2012).
(44)
Puspita, D. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. PT Leuser Cita Pustaka. Jakarta.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Rusman, T. 2008. Aplikasi Statistik penelitian dengan SPSS. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Russefendi. 1998. Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi dalam Pembelajaran Matematika. Tarsito. Bandung.
Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta.
Semiawan, C. 2006. Pendekatan Keterampilan Proses. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo persada. Jakarta.
Susanti,E. 2008. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains ISSN. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Vastenhuou, M. 1983. Metode Pembelajaran Proyek. Jemmars. Bandung.
(1)
31
X – Y
Skor Maksimum -Y
Keterangan : X = Nilai tes akhir
Y = Nilai tes awal (dalam Sudijono, 1996: 215)
2. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan program SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho: Sampel berdistribusi normal H1: Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Rusman, 2008: 62)
3. Kesamaan Dua Varians
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 17 a. Hipotesis
H0: Kedua sampel mempunyai varians sama H1: Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji
Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0, 05 maka Ho diterima
Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0, 05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
(2)
32
4. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17. a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata skor gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata skor gain kedua sampel tidak sama 2) Kreteria Uji
Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 diterima
Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak, Dengan dk = n1 + n2– 2 (Pratisto, 2004: 13).
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
H0 = rata-rata skor gain pada kelas eksperimen 1 sama dengan kelas eksperimen 2.
H1 = rata-rata skor gain pada kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2.
2) Kriteria Uji
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10)
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan model PBL berpengaruh tidak signifikan terhadap penguasaan materi organisasi kehidupan oleh siswa.
2. 89,73 % siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBL.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Sebelum melakukan penelitian, sebaiknya model PBL diterapkan terlebih
dahulu dikelas agar siswa sudah mengetahui langkah-langkah pada model ini sehingga data yang diperoleh lebih baik.
2. Sebaiknya indikator kognitif yang di ukur tidak hanya C1 dan C2 saja agar lebih mengasah kemampuan siswa pada tingkatan kognitif yang lain. 3. Model PBL menuntut keterampilan guru untuk mengkondisikan dan
memonitoring siswa selama proses pembuatan proyek. Guru hendaknya mampu mendampingi siswa sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bina Aksara. Jakarta. Amanupunjo, F. 2012. Project Based Learning. (online),
(http://falerieducation.blogspot.com/2012/03/project-based-learning, diakses tanggal 6-12-2012).
Awaludin, A. 2008. Materi Ajar. (online), (http// andhysastera.blogspot.com, diakses tanggal 5-12-2012).
Bahri. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Daroji dan Haryati. 2009. Jelajah Fakta Biologi 1 Untuk Kelas VII SMP dan MTs. Platinum PT Tiga Serangkai. Solo.
Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Semarang Press. Semarang. Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi SMA. (online), ( http://sasterpadu.tripod.com/sas_store/Biologi.Pdf, diakses tanggal 6-12-2012).
Dimyati. 2009 . Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta .Bandung.
Djamarah dan Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. Embiarti, B. 2004. Penerapan Metode Proyek dalam Proses Pembelajaran pada
Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Budidaya Tanaman Jagung di Play Group Salaman Al-Farizi. Skripsi Jurusan pendidikan Luar Sekolah. UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Fathurrohman dan Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Islami. Redika Aditama. Jakarta.
(5)
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Huda, A. 2009. Peningkatan Mutu Pembelajaran dengan Pembelajaran Berbasis
Proyek. (online), (http://gatothp2000.wordpress.com, diakses tanggal 11-1-2012).
Ibrahim dan Syaodih. 1996. Perencanaan pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Ibrahim. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Mahanal, S., Darmawan, E., Corebima, A., dan Zubaidah, S. 2009. Pengaruh
Pembelajaran Project Based Learning(PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2. Universitas Malang. Malang.
Mahanal, S. & Wibowo, A.L. 2009. Penerapan pembelajaran Lingkungan Hidup Berbasis Proyek untuk Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis, Penguasaan Konsep, dan Sikap Siswa (Studi di SMAN 9Malang). Universitas Malang. Malang.
Mahira. 2012. Penerapan Model Project Based Learnig (Pjbl) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. (online), (http://repository.upi.edu, diakses tanggal 11-01-2012).
Makmun, A.S. 2001. Psikologi Kependidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung. Mulyasa. 2006. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Nurhadi, Y dan A.G Senduk. 2004. Pembelajaran Konekstual (Contextual
teaching and Learning/ CTL) dan Penerapannya dalam KBK.2004. Universitas Negeri Malang (UM Press). Malang.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purnawan,Y. 2007.Pengenalan PBL (Project Based Learning). (online), (http://yudipurnawan.wordpress.com/categori/project-based-learning, diakses tanggal 5-12-2012).
(6)
Puspita, D. 2009. Alam Sekitar IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. PT Leuser Cita Pustaka. Jakarta.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya. Rusman, T. 2008. Aplikasi Statistik penelitian dengan SPSS. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Russefendi. 1998. Membantu Guru Mengembangkan Kompetensi dalam Pembelajaran Matematika. Tarsito. Bandung.
Sadiman, dkk. 1986. Media Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta.
Semiawan, C. 2006. Pendekatan Keterampilan Proses. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo persada. Jakarta.
Susanti,E. 2008. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains ISSN. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta. Vastenhuou, M. 1983. Metode Pembelajaran Proyek. Jemmars. Bandung.