Analisis Ruang Terbuka Hijau Jurnal Ro

169

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU
BERDASARKAN PENYEDIAAN OKSIGEN DAN AIR DI KOTA DEPOK
PROPINSI JAWA BARAT
Bos Ariadi Muis, SP.,M.Si 1
1

Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

Abstract
The objective of this research were to determine green open space (GOS) area based on
oxygen requirement, to predict GOS area for water availability and to study human
preferential society for development priority at Depok City. The research was conducted
by using the approach oxygen requirement, water requirement and analysis hierarchical
process. Results of the research indicated that Depok City GOS area at present is
5.125,43 ha and was predict in year 2015 will be unable to take over oxygen requirement
for human, vehicles and animals, thus will need to add 933,57 ha. While, addition of GOS
for water requirement is not needed, because GOS area is still wide enough and be able

to fulfill water requirement. People of Depok City tent to give priority for settlement
development (3,17%) and on economic consideration (51%). While developments the
existing GOS had constraint, because of lack of socialization program.
Key words: green open space, oxygen requirements, water availability

1. Pendahuluan
Ruang terbuka hijau (RTH)
merupakan areal berupa ruang terbuka
yang bervegetasi berada di kawasan
perkotaan yang mempunyai fungsi
perlindungan,
pemanfaatan
dan
pelestarian lingkungan hidup. Fungsi
RTH dapat berbentuk hutan kota, taman
kota, taman pemakaman umum,
lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya,
bantaran rel kereta api, bantaran sungai
dan kawasan pertanian. RTH disebut
sebagai

paru-paru
kota
karena
merupakan produsen oksigen (O2) yang
belum tergantikan fungsinya.
Peran oksigen sangat vital bagi
manusia karena fungsinya yang begitu
penting, kekurangan O2 akan berdampak
serius
bagi
kesehatan.
Manusia
170

membutuhkan O2 dari udara sebanyak
600 liter/hari setara dengan 864 g/hari
untuk menghasilkan energi dalam tubuh
dan mengeluarkan 480 liter karbon
dioksida (CO2). Menurut Siahaan
(2005), pada lahan seluas 1.600 m2 yang

terdapat 16 pohon berdiameter tajuk 10
m mampu menyuplai O2 sebesar 14.000
liter. Setiap jam, satu hektar daun-daun
hijau dapat menyerap 8 kg karbon
dioksida yang berasal dari 200 orang
dalam waktu yang sama. Selain dari itu
RTH juga dapat menyimpan 900 m3 air
tanah per tahun, dan mentransfer air
4.000 liter per hari.
Kota Depok dengan luas wilayah 20.029
ha merupakan salah satu kota yang
mengalami perkembangan cukup pesat
dalam pembangunannya. Dengan laju
pertambahan penduduk yang disebabkan

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

oleh urbanisasi dan kelahiran mencapai
3,70% per tahun dan jumlah penduduk
saat ini 1.386.470 jiwa memerlukan

perluasan
permukiman,
hal
ini
menyebabkan berubahnya fungsi dari
kawasan bevegetasi menjadi kawasan
terbangun.
Semakin
berkurangnya
kawasan bervegetasi menyebabkan
meningkatnya run off, luas serapan air di
kota berkurang sehingga debit air yang
masuk ke sungai meningkat, sementara
persediaan air tanah terus berkurang
sehingga mengurangi cadangan air
tanah. Tersedianya air bersih dan sehat
merupakan salah satu faktor yang
penting bagi permukiman maupun
industri, sehingga pemanfaatan
sumberdaya air yang berlebihan

mengakibatkan terjadinya intrusi air laut.
Pemerintah Kota Depok harus
dapat menyediakan berbagai sarana dan
prasarana penunjang kebutuhan hidup
masyarakatnya. Salah satu kebutuhan
hidup yang harus dipenuhi adalah RTH
yang berfungsi sebagai penyediaan O2
dan ketersediaan air. Luas RTH yang
ada saat ini 5.125,43 ha, terdiri dari
hutan kota, jalur hijau, taman kota, areal
pemakaman, sawah irigasi, kebun dan
halaman, serta situ dan danau.
Berkurangnya RTH di Kota Depok pada
tahun 2003, digunakan untuk perumahan
dan permukiman mencapai 10.968 ha
(54,76%), dan industri, jasa serta
perusahaan menempati areal 1.100 ha
(6%).
Saat ini ketersediaan air di Kota
Depok cenderung berkurang, air

permukaan menjadi kotor sehingga tidak
dapat dimanfaatkan untuk menunjang
kebutuhan sehari-hari. Penyediaan air
Kota Depok bersumber dari PDAM,
mata air baku dan air permukaan dengan
kapasitas suplai 1.567,5 liter/detik hanya
mampu melayani 38.388 pelanggan dari
76.046 sambungan (50,47%), dan

171

besarnya
jumlah
pemakaian
air
3
mencapai 11.403.912 m /tahun. Salah
satu
penyebab
berkurangnya

ketersediaan
air
tanah
adalah
menurunnya luas ruang untuk resapan
air, dan pengambilan air oleh manusia
yang berlebihan sedangkan upaya
mengembalikannya ke dalam tanah tidak
ada. Oleh karena itu agar muka air tanah
relatif stabil dan meningkat, salah satu
usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan merencanakan suatu RTH yang
dapat mengkonservasi air.
Permasalahan yang ada di Kota
Depok saat ini adalah ketersediaan RTH
dan kebutuhan air yang tidak tercukupi,
disebabkan oleh alih fungsi peruntukan
lahan akibat kebijakan pemerintah
daerah. Ruang terbuka hijau dianggap
penting oleh masyarakat jika dapat

memberi manfaat dan adanya perhatian
dari pemerintah daerah. Selain itu,
keberhasilan
pengembangan
pembangunan RTH ditentukan oleh
tingkat
partisipasi
masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat berupa
penyediaan lahan untuk RTH dan
kesadaran untuk menanam berbagai jenis
pohon di lingkungan rumah masingmasing.
Kebutuhan RTH dan penyediaan
air yang dilakukan oleh pemerintah serta
para ahli dibidangnya, sudah tidak dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Oleh
karena itu, perlu melibatkan banyak
pihak diluar instansi pemerintah. Dengan
kesadaran akan pentingnya keberadaan
RTH dan ketersediaan air sebagai

sumber kehidupan, baik masa kini
maupun masa datang yang dibutuhkan
oleh berbagai sektor, maka hal tersebut
membantu
pengadaan
RTH
dan
penyediaan air di Kota Depok.
Berdasarkan
latar
belakang
sebagaimana telah disajikan, maka perlu
dilakukan suatu penelitian untuk

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

mengetahui kebutuhan RTH dalam
menyediakan oksigen dan air di Kota
Depok, Propinsi Jawa Barat.


2.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
menentukan luas ruang terbuka hijau
berdasarkan kebutuhan oksigen dan
ketersediaan air, serta menilai preferensi
masyarakat
terhadap
prioritas
pengembangan pembangunan di Kota
Depok.
2. Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
administrasi Kota Depok, Propinsi Jawa
Barat. Meliputi 6 (enam) Kecamatan
yaitu Sawangan, Pancoran Mas,
Sukmajaya, Cimanggis, Beji, dan Limo,
dengan luas wilayah 20.029 hektar.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 1
(satu) tahun mulai Oktober 2005 Oktober 2006.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Peta Rupabumi Administrasi
Kota Depok, Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Depok 2000-2010, dan
Software ArcView GIS 3.3, Adobe
Photoshop 7.0, AutoCAD 2002, Expert
Choice 2000 serta Kuesioner.
Peralatan yang digunakan adalah satu
unit komputer, kamera digital, tripod,
meteran dan alat tulis.
Metode Pengumpulan Data
Tahapan penelitian ini terdiri dari
beberapa kegiatan yaitu:
1. Inventarisasi data primer dan data
sekunder terdiri dari data fisik,
biofisik, sosial dan budaya, serta
ekonomi yang diperoleh melalui

172

3.

4.

5.

survei lapangan, studi pustaka,
wawancara dan pencatatan.
Tinjauan tapak dengan tujuan
melihat secara langsung kondisi
RTH saat ini berupa jenis vegetasi,
luas RTH, sumber air dan intensitas
pemeliharaannya.
Analisis data untuk mengetahui
potensi sumberdaya alam dan
penyelesaian permasalahan yang
terjadi di Kota Depok.
Sintesis adalah tahap mengajukan
program penyediaan ruang terbuka
hijau.
Pembuatan konsep kebutuhan RTH
berdasarkan penyediaan oksigen dan
air dengan pertimbangan kriteria
kebutuhan RTH di Kota Depok dan
diselaraskan pula dengan tujuan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Depok 2000-2010.

a. Analisis kebutuhan luas RTH
Kota
Depok
berdasarkan
penyediaan oksigen
Luas kebutuhan RTH dihitung
berdasarkan kebutuhan oksigen
dengan metode Gerarkis, 1974
(dalam Wisesa, 1988) yaitu sebagai
berikut:

Lt 

( Pt  K t  Tt ) 2
m
(54)  (0,9375)

Keterangan:
Lt = Luas RTH pada tahun t (m2)
Pt = Jumlah kebutuhan oksigen bagi
penduduk per hari pada tahun t (kg/hari)
Kt = Jumlah kebutuhan oksigen bagi
kendaraan bermotor per hari pada tahun t
(kg/hari)
Tt = Jumlah kebutuhan oksigen untuk
ternak per hari pada tahun t (kg/hari)

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

54 = Konstanta, produksi berat kering
tanaman per hari per m2 RTH (g/hari/m2)
0,9375 = Konstanta, produksi oksigen
0,9375 /g berat kering tanaman.
Asumsi:
♠ Kebutuhan O2 per hari tiap penduduk
adalah 600 l/hari.
♠ Pengguna O2 hanya manusia,
kendaraan bermotor dan ternak,
sedangkan jumlah hewan peliharaan
dan ternak yang relatif kecil
diabaikan dalam perhitungan.
♠ Jumlah kendaraan yang keluar dan
masuk dalam wilayah Kota Depok
dianggap sama tiap hari.
♠ Suplai O2 dari luar wilayah Kota
Depok
diabaikan
dan
hanya
dilakukan oleh tanaman.
♠ Kesejahteraan penduduk meningkat
tiap tahun sehingga mampu membeli
kendaraan bermotor.

b. Analisis kebutuhan luas RTH
untuk ketersediaan air Kota
Depok
Untuk meningkatkan ketersediaan air
dilakukan penghitungan berdasarkan
metode Fahutan IPB (1987) yaitu:

La

P .K 1  r  c   PAM  Pa
 0
z

Keterangan:
La = Luas RTH yang diperlukan
untuk mencukupi kebutuhan air (ha)
P0
= Jumlah penduduk kota pada
tahun ke 0 (jiwa)
K
= Konsumsi air per kapita
(liter/hari)

173

r
= Laju kebutuhan air bersih; sama
dengan laju pertambahan penduduk (%)
c
= Faktor pengendali; upaya pemda
menurunkan laju pertambahan penduduk
(%)
PAM = Kapasitas suplai perusahaan air
minum (m3/tahun)
Pa = Potensi air tanah (m3/tahun)
z
= Kemampuan RTH menyimpan
air (m3/tahun/ha)
Asumsi:
♠ Potensi air tanah tersebar merata di
seluruh kawasan.
♠ Sumber air berasal dari wilayah Kota
Depok dan tidak menerima dari
daerah lain.
♠ Jenis vegetasi yang digunakan
memiliki kemampuan sama dalam
meresapkan air.
♠ Upaya pemerintah mengendalikan
pertambahan penduduk dinilai secara
kualitatif.
♠ Laju pertambahan penduduk 10
tahun mendatang relatif tetap
(3,70%).
♠ Standar kebutuhan konsumsi air
bersih
250
l/orang/hari
dan
bersumber dari PDAM Kota Depok
dengan kapasitas suplai air bersih
tetap1).

c. Analisis preferensi masyarakat
terhadap prioritas pembangunan
RTH
Menggunakan pendekatan metode
Saaty (1993) yaitu Analysis Hierarchy
Process
(AHP), bertujuan untuk
mengetahui preferensi masyarakat dalam
menentukan suatu kebijakan terhadap
prioritas utama pembangunan di Kota
Depok.
Analisis
ini
dilakukan
1)

Departemen Pekerjaan Umum. 1998. Persyaratan Teknis
Bangunan Gedung. Medisa. Jakarta. 106 hlm.

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

menggunakan software Expert Choice
2000 dan melalui 8 tahap yaitu: (1)
Identifikasi masalah, (2) Penyusunan
hirarki,
(3)
Penyusunan
matrik
perbandingan, (4) Menghitung matrik
pendapat individu, (5) Menghitung
pendapat gabungan, (6) Pengolahan
horizontal, (7) Pengolahan vertikal, (8)
Revisi pendapat.
Pemilihan responden dilakukan
secara sengaja (purposive sampling)
dengan pertimbangan responden adalah
pengguna tapak (stakeholder ), terdiri
dari 4 (empat) stakeholder berjumlah 30
responden, yaitu (1) Pemerintah Kota
Depok terdiri dari badan perencanaan
dan pembangunan daerah, dinas
kependudukan dan lingkungan hidup,
dinas kebersihan dan pertamanan kota,
dinas lalu lintas dan angkutan jalan raya,
(2) Swasta, (3) Tokoh Masyarakat, (4)
Perguruan Tinggi.

3. Hasil Penelitian
1. Kebutuhan Luas RTH Kota
Depok Berdasarkan Penyediaan
Oksigen
Peningkatan jumlah penduduk,
kendaraan bermotor, dan hewan ternak
di Kota Depok sangat cepat, disebabkan
karena letak wilayahnya yang sangat
strategis berbatasan langsung dengan
wilayah DKI Jakarta. Peningkatan
jumlah penduduk yang mencapai 3,70%
per tahun, menjadikan Kota Depok
sebagai
pusat
permukiman,
perdagangan, jasa dan pendidikan.
Sektor permukiman, perdagangan, dan
jasa merupakan sektor ekonomi yang

174

banyak diminati oleh masyarakat baik
formal maupun informal. Oleh sebab itu,
kebutuhan lahan untuk fasilitas sarana
dan prasarana fisik kota sangat
dibutuhkan.
Pada dasarnya semua aktifitas kehidupan
membutuhkan oksigen (O2). Dari semua
jenis konsumen, yang sangat banyak
mengkonsumsi O2 adalah manusia,
kendaraan bermotor dan hewan ternak.
Manusia mengkonsumsi O2 untuk
pembakaran zat-zat makanan dalam
tubuh, sedangkan kendaraan bermotor
memerlukan O2 untuk pembakaran bahan
bakarnya. Selain dari itu O2 bagi hewan
ternak
digunakan
untuk
metabolisme basal dalam tubuhnya.
Hasil analisis kebutuhan luas RTH
berdasarkan penyediaan O2 untuk
penduduk, kendaraan bermotor dan
hewan ternak, membuktikan bahwa
peningkatan konsumsi O2 setiap tahun
semakin bertambah dan membutuhkan
lahan yang lebih luas untuk menambah
suplai O2 yaitu melalui pengembangan
RTH di Kota Depok. Dengan
menggunakan rumus bunga berganda
dapat diprediksikan jumlah penduduk,
kendaraan bermotor dan hewan ternak
yang ada di Kota Depok.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
tahun 2005 jumlah penduduk Kota
Depok mencapai 1.386.470 jiwa, dan
membutuhkan O2 sebanyak 1.197.910
kg/hari. Pada tahun 2010 terjadi
peningkatan jumlah penduduk hingga
1.662.663 jiwa, dan O2 yang dibutuhkan
mencapai 1.436.541 kg/hari. Sedangkan
kendaraan bermotor terjadi peningkatan
rata-rata 14% per tahun dan hewan
ternak 18% per tahun.

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

Tabel 1 Jumlah pengguna dan kebutuhan oksigen di Kota Depok
Jumlah Pengguna O2
Kebutuhan O2 (kg/hari)
Keterangan
2005
2010
2015
2005
2010
2015
1.722.70
Penduduk

1.386.470

1.662.663

1.993.876

1.197.910

1.436.541
8

Kendaraan
50.959

98.116

188.915

144.221

271.908

523.536

1.394.910

3.231.989

4.702.013

243.662

564.562

821.345

Bermotor
Hewan
Ternak

Kebutuhan Oksigen (kg/hari)

Terjadinya pertambahan jumlah
pengguna O2 setiap tahun, maka
kebutuhan konsumsi O2 juga meningkat.
Oksigen sangat penting bagi kehidupan
karena menghasilkan energi yang
diperlukan oleh makhluk hidup.
Tumbuhan menghasilkan jutaan ton O2
setiap hari dan melepaskannya ke
atmosfer
bumi.
Atmosfer
bumi

mengandung campuran uap air dan gas,
yang terdiri dari 77% gas nitrogen, 21%
gas O2 dan 1% gas CO2. Gambar 1
memperlihatkan perbandingan jumlah
kebutuhan
O2
antara
penduduk,
kendaraan bermotor dan hewan ternak
pada tahun 2005-2015 yang semakin
meningkat.

2000000
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
2005
Penduduk

2010
Tahun
Kendaraan Bermotor

2015
Hewan Ternak

Gambar 1 Perbandingan kebutuhan oksigen untuk
manusia,

Agar
terjadi
keseimbangan
lingkungan hidup, maka salah satu usaha
untuk memenuhi kebutuhan O2 di Kota
Depok, yaitu melalui pengembangan

175

RTH baik berupa hutan kota, taman
kota, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta
api, bantaran sungai ataupun kawasan
pertanian. Berdasarkan data dinas

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

pertamanan Kota Depok 2004, luas RTH
yang ada saat ini 5.125,43 ha.
Hasil perhitungan yang diperoleh
dengan menggunakan rumus Gerarkis
berdasarkan
kebutuhan
O2,
memperlihatkan luas RTH yang
dibutuhkan Kota Depok untuk tahun
2005 mencapai 3.132 ha, dan kebutuhan

pohon berdiameter tajuk 2 m berjumlah
1.370.125 batang pohon. Untuk tahun
2010 diprediksikan kebutuhan luas RTH
dan jumlah pohon di Kota Depok
memerlukan lahan seluas 4.490 ha dan
1.963.882 batang pohon (Tabel 2).

Tabel 2 Luas RTH dan kebutuhan jumlah pohon di Kota Depok
Luas RTH (ha)
Jumlah Pohon
Tahun
(batang)
Dibutuhkan Tersedia Tambahan
2005

3.132

5.125,43

-

1.370.125

2010

4.490

5.125,43

-

1.963.882

2015

6.059

5.125,43

933,57

2.650.397

Luas RTH di Kota Depok sampai
tahun 2010 masih mampu memenuhi
kebutuhan O2 bagi manusia, kendaraan
bermotor dan hewan ternak, tetapi untuk
tahun 2015 dibutuhkan penambahan luas
lahan RTH 933,57 ha dan diperlukan
2.650.397 batang pohon agar dapat
mencukupi kebutuhan pengguna O2.
2. Kebutuhan Luas RTH untuk
Ketersediaan Air Kota Depok
Air adalah sumberdaya yang
sangat vital bagi kelangsungan hidup
dan kehidupan manusia. Dengan
semakin
bertambahnya
jumlah
penduduk, maka suatu saat air tidak akan
mampu mencukupi kebutuhan seluruh
makhluk hidup di dunia ini jika tidak ada
upaya untuk melestarikannya. Air yang
dikonsumsi oleh manusia dapat berasal
dari dalam tanah dan juga dari air
permukaan. Oleh karena itu ketersediaan
air di permukaan tidak seterusnya tetap
jumlahnya sehingga dapat menjadi
berkurang.
Salah
satu
penyebab

176

berkurangnya ketersediaan air tanah
adalah menurunnya luas ruang untuk
resapan air.
Dengan semakin berkurangnya air
yang masuk ke dalam tanah, maka air
sungai akan semakin bertambah banyak
dan kemudian meluap. Jika tidak ada
usaha pencegahan maka akan terjadi
banjir. Pengambilan air oleh manusia
yang berlebihan dan tidak ada usaha
mengembalikannya ke dalam tanah akan
mengakibatkan berkurangnya air tanah.
Penyediaan air bersih di Kota
Depok dikelola oleh PDAM Kabupaten
Bogor. Kapasitas suplai air mencapai
1.567,5 liter/detik atau 135.432 m3/hari,
yang terpakai hanya 1.466 liter/detik.
Besarnya jumlah pemakaian air bagi
masyarakat adalah 11.403.912 m3/tahun.
Potensi air tanah saat ini sebesar
41.343.696 m3/tahun (BPS Kota Depok,
2003).
Berdasarkan pertambahan jumlah
penduduk terhadap kebutuhan air dan
kemampuan PDAM dalam mensuplai air

Rona Teknik Pertanian Vol. 2 No. 2 Tahun 2010

bersih, serta jumlah potensi air tanah
yang ada saat ini, maka dengan
menggunakan pendekatan perhitungan
luas hutan kota berdasarkan kebutuhan
air untuk tahun 2005-2015, dapat
diketahui luas RTH yang diperlukan
wilayah Kota Depok. Hasil perhitungan
kebutuhan luas RTH untuk ketersediaan
air di Kota Depok tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Kebutuhan luas RTH untuk
penyediaan air di Kota Depok
Luas RTH (ha)
Tahun
Dibutuhkan

Tersedia

Tambahan

2005

11,53

5.125,43

-

2010

14,64

5.125,43

-

2015

18,37

5.125,43

-

Dari hasil perhitungan kebutuhan
luas RTH untuk ketersediaan air di Kota
Depok dinyatakan bahwa, dari tahun
2005-2015 wilayah Kota Depok tidak
memerlukan penambahan luas RTH,
karena luas RTH yang tersedia sangat
besar untuk mencukupi kebutuhan air
bagi masyarakat wilayah Kota Depok.
Seiring
dengan
peningkatan
jumlah penduduk terhadap kebutuhan air
dan ketersediaan lahan untuk RTH,
sudah saatnya pemerintah Kota Depok
memperhatikan
pembagunan
yang
berwawasan lingkungan, karena air,
udara dan tanah yang semua ini akan
menjadi lebih produktif dipergunakan
bagi
pembangunan
wilayah
dan
peningkatan kesehatan masyarakat Kota
Depok.
Pemerintah
Kota
Depok
memegang peranan penting dalam hal
ini, dengan mengeluarkan kebijakan
perlindungan sumber air dan penertiban
daerah
pinggiran
sungai
dari
177

permukiman agar tidak tercemar oleh
limbah rumah tangga. Selain dari itu
jaringan pendistribusian air bersih
PDAM harus menyebar merata di
seluruh wilayah Kota Depok, sehingga
masyarakat dapat menikmati air bersih.
3. Preferensi Masyarakat terhadap
Prioritas Pengembangan Kota
Depok
Keberhasilan
suatu
program
pengembangan RTH di Kota Depok,
ditentukan oleh konsistensi pemerintah
daerah dan partisipasi masyarakat dalam
menciptakan RTH sebagai suplai O2 dan
penyediaan air bersih. Partisipasi
masyarakat dapat dilakukan oleh
pemerintah
daerah
dengan
cara
memasukkan masalah lingkungan dalam
rencana kegiatan kelembagaan sosial
yang ada, melaksanakan penyuluhan
secara terpadu melalui lembaga swadaya
masyarakat, tentang fungsi dan manfaat
dari RTH kota, dan mengikutsertakan
masyarakat dalam menentukan prioritas
program pengembangan pembangunan
di Kota Depok.
Untuk mengetahui preferensi
masyarakat
terhadap
prioritas
pembangunan khususnya pengembangan
RTH di Kota Depok, dilakukan
pendekatan metode proses analisis
hirarki (AHP). Masyarakat yang
dimintai pendapatnya berjumlah 30
responden, dan yang layak dinilai
pendapatnya hasil analisis terdiri dari 10
stakeholder. Masing-masing stakeholder
sebelumnya telah memiliki nilai
Inconsistency Ratio (IC) =

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63