Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bima
Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Kinerja Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bima
Zulkarnain STIKES Yahya Bima
Email: ijhulriestq @gmail.com
Abstrak; Latar Belakang: Pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan pemberian layanan kesehatan yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan keperawatan harus dilaksanakan dengan praktik keperawatan yang professional. Fungsi pengarahan motivasi, komunikasi, supervisi, pendelegasian, dan manajemen konflik dapat meningkatkan kinerja perawat dalam menerapakan asuhan keperawatan. Desain: penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan penedekatan cross sectional, bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi pengarahan kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Bima. Jumlah sampel penelitian adalah
86 perawat pelaksana yang bertugas di 7 ruang rawat inap yang di ambil secara proporsional random sampling . Instrumen yang digunakan adalah kuisioner fungsi pengarahan dan kinerja perawat. Proses analisa data menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan pelaksanaan fungsi pengarahan dengan kinerja, dan uji regresi ligistik ganda menguji variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan seluh variabel fungsi pengarahan (Motivasi p v =0,005, komunikasi p v =0,019 supervisi p v =0,006 Delegasi p v =0,026, manajemen konflik p v =0,004 ) memiliki hubungan bermakna dengan kinerja perawat sedangkan variabel confounding (umur, jenis kelamin, status perkawinan, lama kerja dan pendidikan) tidak memiliki hubungan terhadap kinerja perawat. Kesimpulan: Mayoritas perawat pelaksana mempersepsikan fungsi pengarahan kepala ruangan baik memiliki kinerja baik. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan adalah fungsi manjemen konflik.
Kata kunci: Kinerja perawat, fungsi pengarahan, perawat pelaksana, karakteristik
Analysis of Implementation Management Functions Head Room Direction With Performance Nurses In Implementing Nursing Care in Inpatient Room RSUD Bima
Abstract; Quality health services can only be realized with the benefits of professional health services, as well as nursing care should be done with professional nursing practice. The function of motivation, communication, supervision, delegation and conflict management function can improve nurse's performance in applying nursing care. This research can be done by overcoming the nursing care in hospital wards RSUD Bima. This research use descriptive research design with cross sectional approach. The instrument used is questionnaire. The number of research samples was 86 nurses who were in 7 inpatient wards taken at random. The data analysis process used a chi-square test to determine the relationship with performance, and some lig- istical regression tests applied the most severe variables associated with nurse performance. The results showed that the variable of directive function (motivation pv = 0,005, communication pv = 0,019 supervision pv = 0,006 delegate pv = 0,026, conflict management pv = 0,004) relate to nurse performance with confounding variable (age, sex, marital status, occupation and Education) has no relationship with the performance of nurses. The majority of nurses apply a well-headed room head function. The most severe variable to the performance of the nursing service is the conflict management function.
Keywords: Nurse Performance, Direction Function, Nursing Executive, characteristics
Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 229
Pendahuluan
berkualitas. Pelayanan kesehatan yang Globalisasi memberikan dampak positif
berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu
kesehatan yang berupaya meningkatkan kinerja dalam
pemberian
layanan
profesional, demikian juga dengan pemberian berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan
asuhan keperawatan harus dilaksanakan kesehatan
keperawatan yang globalisasi terhadap sistem pelayanan
professional, salah satu model pelayanan kesehatan akan positif apabila diarahkan pada
kesehatan yang professional yaitu dengan terciptanya pelayanan kesehatan yang
menerapkan model asuhan keperawatan bermutu, tersedia merata diseluruh pelosok
profesional. Asuhan keperawatan profesional tanah air dan dengan harga yang terjangkau
telah dilaksanakan dibeberapa negara, oleh masyarakat Indonesia. (Depkes, 2004).
termasuk rumah sakit di Indonesia. Hal ini Dengan demikian Institusi kesehatan
sebagai salah satu upaya rumah sakit untuk hendakya menyiapkan berbagai prasyarat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan penting dan kompetitif dalam mengantisipasi
melalui beberapa kegiatan yang menunjang dampak
kegiatan keperawatan profesional dan mewujudkan pelayanan yang kompetitif
sistematik. Sistem asuhan keperawatan tersebut, maka perlu diselenggarakan berbagai
profesional adalah suatu kerangka kerja yang upaya kesehatan yang didukung antara lain
mendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proses oleh sumber daya kesehatan yang memadai
keperawatan, pendidikan keperawatan dan sesuai dengan kebutuhan. Sumber daya
asuhan keperawatan professional (Mark., manusia untuk kesehatan (klinis dan non-
Salyer;Wan, 2003 & Nursalam, 2011). klinis) staf adalah hal yang terpenting sebagai
Pemberian layanan kesehatan yang staf adalah aset yang paling penting dari
optimal dapat di pengaruhi oleh fungsi sistem kesehatan.
manajemen kepala ruangan salah satunya perawatan kesehatan tergantung pada
Kinerja
organisasi
adalah fungsi pengarahan, karena fungsi pengetahuan, keterampilan dan motivasi
merupakan suatu proses karyawan perorangan (Awases, 2013).
pengarahan
penerapan perencanaan manajemen untuk Rumah sakit sebagai salah satu unit
mencapai tujuan perawatan (Swansburg, tempat pelayanan kesehatan, bertanggung
1999). Penelitian yang dilkukan oleh Warsito jawab dalam memberikan pelayanan yang
dan Mawarni (2007) menunjukkan bahwa dari bermutu sesuai dengan standar untuk
kelima fungsi manajemen yaitu perencanaan, memenuhi
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, masyarakat. Masyarakat menuntut rumah
dan pengendalian. Fungsi pengarahan dan sakit harus dapat memberikan pelayanan
pengawasan adalah fungsi yang berpengaru dengan konsep one step quality service
hterhadap pelaksanaan manajemen asuhan artinya seluruh
keperawatan, dimana untuk pengarahan p= kesehatan dan pelayanan yang terkait dengan
kebutuhan
pelayanan
0.002 dan untuk pengawasan p= 0.007 kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh
yang baik dapat bermutu, dan biaya terjangkau (Ilyas, 2004).
rumah sakit secara mudah, cepat, akurat,
Pengarahan
menciptakan kerjasama yang efektif dan Rumah Sakit merupakan salah satu bagian
efisien antara staf. Pengarahan juga berfungsi sistem pelayanan kesehatan secara garis besar
untuk mengembangkan kemampuan dan memberikan pelayanan untuk masyarakat
ketrampilan staf menimbulkan rasa memiliki berupa pelayanan kesehatan mencakup
dan menyukai pekerjaan, mengusahakan pelayanan medik, pelayanan penunjang
suasana lingkungan kerja yang dapat medik, rehabilitasi medik dan pelayanan
motivasi dan prestasi perawatan (Herlambang, 2012).
meningkatkan
kerjasehingga menjamin keselamatan pasien Tenaga profesional kesehatan dalam
dan perawat (Munandar, 2006). Fungsi suatu rumah sakit termasuk didalamnya
pengarahan yang dilakukan oleh kepala tenaga
ruangan antara lain memberikan motivasi, memberikan pelayanan kesehatan yang
membina komunikasi, menangani konflik, membina komunikasi, menangani konflik,
peningkatan mutu Fungsi pengarahan dapat meningkatkan
dampak
terhadap
pelayanan klinis dalam tim. Kinerja perawat kinerja perawat. Kinerja merupakan salah satu
juga dapat digunakan untuk mewujudkan dampak dari kepuasan ataupun ketikpuasan
komitmen pegawai dalam kontribusinya pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan
secara profesional guna meningkatkan mutu (Robbins, 2006). Penelitian yang dilakukan
pelayanan sehingga kualitas hidup dan oleh Warouw (2009). Terhadap lima aktifitas
kesejahteraan masyarakat makin meningkat pengarahan yaitu kepemimpinan, komunikasi,
(Mangkunegara, 2006). Mutu pelayanan delegasi, motivasi, dan pelatihan oleh kepala
keperawatan sangat mempengaruhi kualitas ruangan menunjukkan bahwa terdapat
pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah hubungan funhsi pengarahan kepemimpinan
satu faktor penentu citra institusi pelayanan dan komunikasi dengan dengan kinerja
kesehatan seperti rumah sakit. Hal ini terjadi perawat pelaksana, sedangkan terkait dengan
karena keperawatan merupakan kelompok fungsi pengarahan delegasi, motivasi, dan
profesi dengan jumlah terbanyak, paling pelatihan tidak ada hubungan dengan kinerja
depan dan terdekat dengan penderitaan orang perawat pelaksana.
lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami Fungsi pengarahan yang baik cenderung
masyarakat. Salah satu indikator dari mutu pelaksanaan asuhan keperawatan menjadi
keperawatan yaitu apakah baik (Warsito.B.E, 2006). Seringkali terjadi
pelayanan
pelayanan keperawatan yang diberikan hambatan dalam pengarahan karena yang
memuaskan pasien atau tidak (Nursalam, digerakkan adalah manusia, yang mempunyai
keinginan pribadi, sikap dan perilaku yang Informasi tentang kinerja kehatan khusus. Oleh sebab itu, kepemimpinan yang
khususnya tenaga keperawatan saat ini dapat meningkatkan motivasi dan sikap kerja
bervariasi. Sebagian besar masih di dominasi bawahan menjadi hal yang penting. Salah satu
pada aspek persepsi kierja oleh personel cara untuk meningkatkan mutu pelayanan
perawat, meskipun ada beberapa peneliti asuhan keperawatan adalah peningkatan
menilai dari aspek dokumentasi dan kemampuan dan kinerja perawat melalui
observasi. Persepsi kinerja ini meliputi fungsi pengarahan atau koordinasi ketua tim
persepsi kinerja perawat sesuai dengan kepada perawat pelaksana dalam bentuk
standar praktik keperawatan Standar penilaian kegiatan menciptakan iklim motivasi,
kinerja yang lain yang sering digunakan komunikasi efektif, pendelegasian dan
standar kinerja supervisi atau bimbingan kepada perawat
adalah
berdasarkan
profesional perawat yang disusun oleh PPNI pelaksana.
(2010) yang dijajabarkan menjadi delapan Fungsi pengarahan dapat meningkatkan
elemen yaitu jaminan mutu, pendidikan, kenerja perawat. Kinerja adalah seperangkat
penilaian kinerja, kesejawatan, kolabrasi, etik, hasil yang dicapai untuk merujuk pada
riset, dan pemanfaatan sumber-sumber. tindakan pencapaian serta pelaksanaan
Dalam penelitian ini, kinerja perawat lebih di sesuatu pekerjaan yang diminta. Perawat yang
fokuskan pada penilaian kinerja sesuai dengan merasa puas dengan aktivitasnya berpeluang
standar praktik keperawatan (Kemenkes RI 4,448 kali berkinerja baik dibanding perawat
No 1239) yaitu kinerja perawat ditinjau dari yang tidak merasa puas dengan aktivitas
melaksanakan asuhan kerjanya sebagai perawat yang pekerja di
kemampuan
keperawatan, meliputi pengkajian, penetapan Rumah Sakit (Suroso.J. 2011). Kinerja yang
keperawatan, perencanaan, baik sangat ditentukan kemampuan perawat
diagnosa
pelaksanaan tindakan keperawatan, dan dalam memberikan pelayanan keperawatan.
evaluasi keperawatan (PPNI, 2010). Kemampuan merupakan variabel yang terkuat
RSUD Bima merupakan rumah sakit mempengaruhi kinerja, semakin baik
tipe C milik pemerintah daearah yang sedang kemampuan perawat maka semakin baik pula
berkembang, memiliki rawat jalan, rawat kinerja perawat (Hafizurachman, 2011).
inap, IGD, ICU, Radologi, laboratorium dan farmasi. Jumlah tenaga keperawatan sebanyak
164 orang, jumlah tempat tidur 126 unit, BOR waktu dan tenaga kerja. Berdasarkan hasil
82, 39%. RSUD Bima juga telah dinyatakan wawancara terkait fungsi manajemen dengan lulus oleh akreditasi program khusus oleh
8 perawat yang bertugas di bagian perawatan KARS hala ini dilakukan sebagai bentuk
penyakit dalam 4 perawat mengatakan bahwa pengakuan bahwa RSUD Bima telah
kepala ruangan jarang memberikan delegasi memberikan pelayanan sesuai standar. Dari
tugas kepada ketua tim maupun perawat hasil wawancara dan observasi awal diketahui
pelaksana, dan ada 3 perawat di ruangan penerapan asuhan keperawatan berdasarkan
rawat inap lainya mengatakan kepala ruangan wawancara dengan Bidang Keperawatan
sering memeberikan motivasi, dan terdpapat 2 pemberian pelayanan keperawatan sudah
perawat mengatakan kegiatan supervisi jarang berjalan sesuai dengan konsep dan ketentuan
dilakukan dan ada 2 perawat mengatakan SOP dan SAK. Wawancara dengan 2 kepala
kegiatan supervisi dilakukan setiap minggu raungan serta 3 orang ketua tim, mengatakan
namun tidak begitu optimal. Ada 4 perawat bahwa masih ada perawat pelaksana yang
yang mengatakan pelaksanaan fungsi belum menerapkan pemberian asuhan
pengarahan seperti komunikasi yang efektif, keperawatan sesuai dengan standar SOP dan
memotivasi staff, melakukan manjemen SAK yang dibuat sebagai acuan dalam
konflik, negosiasi, delegasi dan supervisi menerapkan asuhan keperawatan di rawat
belum optimal dilaksanakan. inap. Hasil observasi terkait pelaksanaan
Untuk mengatasi masalah tersebut asuhan yang di terapkan oleh keperawatan
pemberian asuhan pada pasien, perawat terlihat melaksanakan
diperlukan
sistem
satunya melalui tindakan secara keseluruhan sesuai dengan
keperawatan,
salah
pengembangan pemberian layanan asuhan keluhan pasien, dan belum lengkapanya
profesional. Model ini pendokumentasian asuhan keperawatan yang
keperawatan
menekankan pada kualitas kinerja tenaga terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa,
keperawatan yang berfokus pada nilai perencanaan, implementasi dan evaluasi.
profesionalisme antara lain melalui penetapan Hasil studi pendahuluan berdasarkan
dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan, wawancara dengan Kepala Diklat RSUD
sistem pengambilan keputusan, sistem Bima bahwa penilaian kinerja perawat
penugasan dan sistem penghargaan, dan berdasarkan instrumen penilain kinerja yang
sistem pengarahan yang memadai. Fungsi menyangkut hubungan dengan pasien, rekan
pengarahan kepala rungan diharapakan kerja, kemampuan dalam melaksanakan
memiliki dampak bagi staf perawat dalam proses
melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
sebagai praktisi klinis dipengaruhi oleh keperawatan di ruang rawat inap RSUD Bima
beberapa faktor yang berdampak terhadap pada tahun 2016 berada pada kategori baik
kinerjanya. Fenomena yang dapat terlihat di rata-rata (85,20%) menunjukkan kinerja baik
RSUD Bima saat ini menunjukkan faktor dalam memberikan asuhan keperawatan.
berpengaruh terhadap Penilaian yang dilakukan dengan metode
yang
terlihat
pekerjaannya adalah faktor-faktor yang terkait penilaian oleh atasan perawat pelaksana pada
dengan kinerja dan faktor pengarahan dari masing-masing ruangan. Namun selama ini
kepala ruangan.
belum pernah ada evalusi kinerja dilakukan Pelaksanaan fungsi pengarahan kepala melalui kegiatan penilitian. Berdasarkan
ruangan di harapkan memiliki dampak bagi wawancara
staf perawat dalam melakasanakan asuhan keperawatan terkait pelaksanaan fungsi
keperawatan. Perawat selaku praktisi klinis manjemen dari setiap ruangan berbeda-beda,
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang fungsi pengarahan dilakukan oleh kepala
berdampak terhadap pekerjaannya. Fenomena ruangan dan ketua tim berbeda dalam setiap
yang terlihat di RSUD Bima menujukkan ruangan, pelaksanaan fungsi pengarahan
faktor yang terlihat berpengaruh terhadap belum sepenuhnya dilaksanakan secara
pekerjaannya saat ini adalah fakto-faktor yang optimal oleh kepala ruangan pada setiap unit
terkait dengan kinerja dan faktor pengarahan pelayanan karena di sebabkan keterbatasan
dari kepala ruangan. Penelitian ini berupaya dari kepala ruangan. Penelitian ini berupaya
menggunakan kuesioner terstruktur yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
berdasarkan kisi-kisi rumah sakit dalam melakukan perbaikan demi
dikembangkan
komponen fungsi pengarahan kepala ruangan tercapaianya pelayanan yang berkualitas.
terhadap kinerja perawat pelaksana yang terdiri dari koesioner A (Karakteristik
Metode Penelitian
responden), koesioner B (Fungsi pengarahan Desain penelitian yang digunakan adalah
Kepala Runagan) dan koesioner C (kinerja studi kuantitatif dengan rancangan deskriptif
menerapkan asuhan dengan pendekatan cross sectional, Penelitian
perawat
dalam
keperawatan). Koesioner yang digunakan dilakukan pada perawat pelaksana yang
dalam peneltian ini adalah koesioner valid bekerja di ruang rawat inap. Bertujuan
yang telah di uji validitas dan reliabilitas. mempelajari pengaruh atau korelasi antara fungsi pengarahan kepala ruangan dengan
Tehnik pengolahan data dilakukan dengan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan
cara mengediting, codding, processing dan keperawatan di ruang rawat inap RSUD
cleaning. Sedangkan analisis menggunakan Bima. Populasi dalam penelitian ini adalah
analisis univariat untuk melihat frekuensi dari semua perawat yang ada di ruang rawat inap
variabel, analisis bivariat dengan uji chi RSUD Bima sebanyak 162 Perawat. Sampel
square untuk melihat hubungan antara penelitian
dengan variabel Probability sampling (sampel acak/random).
dependen dan analisis multivariat dengan uji Sampel dalam penelitian ini di ambil dari
regresi logistik ganda untuk melihat variabel setiap ruangan dengan tehnik simple
fungsi pengarahan yang paling berpengaruh proportional random sampling , yaitu
terhadap kinerja perawat.
sebanyak 126 perawat pelaksana yang tersebar dari 8 ruang rawat inap. Namun tidak
Hasil penelitian
menutup kemungkinan jumlah sampel Karakteristik Perawat Karakteristik perawat tersebut akan berkurang sehubungan dengan
berdasarkan usia perawat sebagian besar rata- kriteria sampel yang diajukan oleh peneliti.
rata mean umur perawat pelaksana adalah Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah
32.12 tahun, karakteristik jenis kelamin kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi
menggambarkan sebagian besar berjenis pada penelitian ini adalah perawat pelaksana
kelamin wanita sebesar 94,2%, status di ruang rawat inap RSUD Bima, bersedia
perkawinan lebih dominan yang sudah menjadi responden, tidak sedang menjalani
menikah sebanyak 81,4%, tingkat pendidikan cuti/pendidikan, lama kerja lebih dari satu
mayoritas perawat adalah DIII Keperawatan tahun, sedangkan kriteria ekslusi adalah
sebesar 86%, sedangkan masa kerja sebagian perawat
besar perawat masa kerjanya ≥ 6 tahun nilai berpartisipasi, maupun terdapat gambatan
rata – rata mean 9.21 tahun. etis.Dan pada akhir pengumpulan data
Berdasarkan Tabel 2 dapat diprediksi dengan penelitian total sampel yang terkumpul untuk
menggunakan tingkat kepercayaan 95% skor dilakukan analisis adalah sebanyak 86
fungsi pengarahan kepala ruangan yang responden.
dipersepsikan oleh perawat pelaksana skornya 107,54-110.41, sementara dari sub variabel
Penelitian ini akan dilaksanakan pada ruang pengarahan meliputi (motivasi = 52,14-54,35, rawat inap RSUD Bima. Penelitian
komunikasi = 20,39-21,42, supervisi = 35,51- dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan
34,38, delegasi = 43,46-45,40, manajemen yakni dari tanggal 15 juni – 17 Juli 2017.
konflik = 47,77-49,98) sedangkan kinerja perawat, tingkat kepercayaan skornya berkisar
Pengumpulan data yang digunakan dalam
197,17-204,62.
penelitian ini adalah data primer diperoleh Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data tentang langsung
persentase fungsi pengarahan kepala ruangan menggunakan instrumen peneltian berupa
yang baik sebanyak (59.2%) perawat, kurang yang baik sebanyak (59.2%) perawat, kurang
keperawatan adalah memiliki persentasi yang hampir sama yaitu (65.1 %dan 34.1%).
Hubungan Penerapan Fungsi Pengarahan Dengan
Menerapakan Asuhan Keperawatan Di Ruangan Rawat Inap RSUD Bima Tahun 2017.
Hasil analisis hubungan antara fungsi motivasi kepala ruangan dengan kinerja perawat diperoleh bahwa perawat yang mempersepsikan motivasi kepala ruangan baik memiliki persepsi yang baik tentang kinerjanya
dibandingkan dengan
perawat
yang
mempersepsikan motivasi kurang sebanyak (50%). Perbedaan ini tidak bermakna secara
statistik dengan p value = 0,055 maka dapat
disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara pelaksanaan fungsi motivasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Selanjutnya nilai odd rati (OR) yang didapat sebesar 2,733 hal ini menunjukkan perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi motivasi kepala ruangan baik mempunyai peluang 2,733 kali lebih besar untuk memiliki kinerja baik dalam bekerja dibandingkan dengan perawat pelaksana yang mempersepsikan kurang baik. Hasil analisis hubungan antara fungsi komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat bahwa ada sebanyak (77,8%) perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi
komunikasi kepala ruangan memiliki kinerja kurang sebanyak (51,2%), mempersepsikan fungsi komunikasi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value =0,01 9 sehingga dapat disimpulkan secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara pelaksanaan fungsi komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil analisis juga menunjukkan nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3.963 artinya perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi komunikasi kepala ruangan baik mempunyai peluang 3.963 kali lebih besar untuk merasa baik dengan kinerjanya dibanding perawat pelaksanan yang mempersepsikan kinerjanya kurang baik. Hasil analisis hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana diperoleh bahwa ada sebanyak (78,0%) perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan baik merasa kinerjanya baik, sedangkan diantara perawat yang merasa kurang baik dengan kinerjanya sebanyak (52,8%) mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value =0,006, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara pelaksanaan fungsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil analisis juga menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar 3.963 artinya perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan baik mempunyai peluang 3.963 kali lebih besar untuk merasa puas dengan pekerjaannya dibanding perawat pelaksana yang mempersepsikan kurang baik. Hasil analisis hubungan antara fungsi delegasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di diperoleh bahwa (76,6%) perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi delegasi kepala ruangan baik dengan kinerjanya baik, sedangakan memiliki persepsi kinerjanya kurang sebanyak (48,7%) mempersepsikan fungsi delegasi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,026, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara penerapan fungsi delegasi kepala ruangan komunikasi kepala ruangan memiliki kinerja kurang sebanyak (51,2%), mempersepsikan fungsi komunikasi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value =0,01 9 sehingga dapat disimpulkan secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara pelaksanaan fungsi komunikasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil analisis juga menunjukkan nilai Odd Ratio (OR) sebesar 3.963 artinya perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi komunikasi kepala ruangan baik mempunyai peluang 3.963 kali lebih besar untuk merasa baik dengan kinerjanya dibanding perawat pelaksanan yang mempersepsikan kinerjanya kurang baik. Hasil analisis hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana diperoleh bahwa ada sebanyak (78,0%) perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan baik merasa kinerjanya baik, sedangkan diantara perawat yang merasa kurang baik dengan kinerjanya sebanyak (52,8%) mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value =0,006, maka disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara pelaksanaan fungsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil analisis juga menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar 3.963 artinya perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan baik mempunyai peluang 3.963 kali lebih besar untuk merasa puas dengan pekerjaannya dibanding perawat pelaksana yang mempersepsikan kurang baik. Hasil analisis hubungan antara fungsi delegasi kepala ruangan dengan kinerja perawat pelaksana di diperoleh bahwa (76,6%) perawat pelaksana yang mempersepsikan fungsi delegasi kepala ruangan baik dengan kinerjanya baik, sedangakan memiliki persepsi kinerjanya kurang sebanyak (48,7%) mempersepsikan fungsi delegasi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,026, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna, artinya ada hubungan antara penerapan fungsi delegasi kepala ruangan
4. Terdapat hubungan pelaksanaan fungsi nilai odds ratio (OR) yang diperoleh adalah
pengarahan kepala ruangan dengan sebesar 3,109 artinya perawat pelaksana yang
kinerja perawat dalam menerapkan asuhan mempersepsikan fungsi delegasi kepala
keperawatan di ruang rawat inap RSUD ruangan baik mempunyai peluang sebesar
Bima dengan hasil analisis nilai 3,109 kali lebih besar untuk merasa puas
5. Ada hubungan yang bermakna antara sub dengan pekerjaannya dibanding perawat
variabel fungsi pengarahan yang terdiri pelaksana yang mempersepsikan kurang baik.
dari (motivasi, komunikasi, supervisi, Hasil analisis hubungan antara fungsi
delegasi, dan manajemen konflik), manajemen konflik kepala ruangan dengan
memiliki hubungan dengan kinerja kinerja perawat pelaksana diperoleh bahwa
perawat dalam menerapkan asuhan sebanyak (79,2%) perawat pelaksana yang
keperawatan di ruang rawat inap RSUD mempersepsikan fungsi manajemen konflik
Bima.
kepala ruangan merasa baik terhadap
6. Tidak terdapat hubungan karakteristik kinerjanya baik, sedangkan diantara perawat
perawat yang terdiri dari (usia, jenis yang merasa kurang terhadap kinerjanya
kelamin, status perkawinan, lama kerja, sebanyak (52,6%) mempersepsikan fungsi
dan pendidikan) dengan kinerja perawat manajemen konflik kepala ruangan kurang
dalam menerapkan asuhan keperawatan di baik. Hasil statistik diperoleh p value = 0,004
ruang rawat inap RSUD Bima. maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan
7. Analisis multivariat variabel yang paling bermakna, artinya ada hubungan antara
berpengaruh terhadap kinerja perawat 178 pelaksanaan fungsi manajemen konflik kepala
dalam menerapkan asuhan keperawatan di ruangan dengan kinerja perawat pelaksana.
ruang rawat inap RSUD Bima adalah Hasil analisis juga menunjukkan nilai odds
variabel fungsi pengarahan manajemen ratio (OR) sebesar 4,222 artinya perawat
konflik.
pelaksana yang mempersepsikan fungsi
Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja
manajemen konflik sepala ruangan baik
Perawat Dalam Menerapkan Asuhan
mempunyai peluang 4,222 kali lebih besar
Keperawatan Di Ruanga Rawat Inap
untuk merasa baik dengan pekerjaannya RSUD Bima Tahun 2017. dibanding
Hasil analisis hubungan karakteristik umur mempersepsikan kurang baik.
dengan kinerja perawat dalam menerapkan
Kesimpulan
asuhan keperawatan di ruang rawat ianap Berdasarkan hasil analisis peneltian ini dapat
RSUD Bima. Diperoleh rata –rata perawat ditarik
pelaksana merasa kinerjanya baik sekitar pembahasan yang merupakan upaya dalam
32,52 perawat. dengan standar deviasi 5,543, menjawab tujuan dan hipotesis penelitian
sedangkan untuk perawat dengan kinerja sebagai berikut:
kurang sebanyak 31,37 dengan standar
1. Karakteristik perawat pelaksan di ruangan deviasi 4,944. Hasil uji statistik didapatkan rawat inap RSUD menunjukkan bahwa
p value = 0,995 , berarti pada α=0,05% terlihat sebagian besar berumur ≥ 30 tahun, jenis
tidak terdapat hubungan antara karakteristik kelamin terbanyak perempuan, dengan
umur dengan kinerja perawat dalam status
menerapkan asuhan keperawatan. dibandingkan belum kawain, tingkat
Hasil analisis hubungan lama kerja dengan pendidikan paling banyak adalah DIII
kinerja perawat diperoleh perawat yang keperawatan.
mempersepsikan baik kinerjanya adalah 56
2. Fungsi pengarahan kepala ruangan di perawat dengan standar deviasi 9,41, ruang rawat inap RSUD Bima pada
sedangkan untuk perawat yang merasa kurang masing-masing sub variabel secara umum
dengan kinerjanya sebanyak 30 perawat baik.
dengan standar deviasi 8,80 hasil uji statistik
3. Kinerja perawat dalam menerapkan diperoleh p = 0,287, berarti pada α=0,05% asuhan keperawatan di ruang rawat inap
terliahat tidak terdapat hubungan antara RSUD Bima rata-rata menunjukkan baik.
karakteristik lama kerja dengan kinerja karakteristik lama kerja dengan kinerja
merasa kinerjanya baik, sedangkan yang keperawatan.
menerapkan
asuhan
merasa kurang dengan kinerjanya sebanyak Hasil analisis hubungan antara karakteritik
(35,1%), perawat yang berlatar belakang jenis kelamin dengan kinerja perawat
keperawatan merasa didapatkan (40%) perawat pelaksana yang
pendidikan
S1
kinerjanya baik sebanyak (57,1%), perawat berjenis kelamin laki – laki memiliki kinerja
yang berlatar belakang pendidikan ners yang yang baik, sedangkan perawat yang
merasa kinerjanya baik sebanyak (80%). berjenis kelamin perempuan sebanyak
Sementara perawat yang pendidikan diploma (66,7%) memiliki kinerja yang baik.
memiliki kinerja kurang sebanyak (35,1%), semenntara yang berjenis kelamin laki-laki
pendidikan sarjana memiliki kinerja kurang memiliki kinerja kurang sebanyak (60%),
sebanyak (42,9%), pendiidkan profesi yang perawat yang berjenis kelamin perempuan
memiliki kinerja kurang sebanyak (20%%). sebanyak (33,3%). Hasil uji statistik diperoleh
Hasil uji statistik diperoleh p value = 0,710, p value =0,225 maka dapat disimpulkan tidak
nilai ini lebih besar dari α = 0,05 maka dapat terdapat perbedaan yang bermakna secara
disimpulkan secara statistik tidak terdapat statistik, artinya tidak ada hubungan antara
perbedaan yang bermakna, artinya tidak ada karakteristik jenis kelamin dengan kinerja
hubungan antara karakkterisik pendidikan perawat pelaksana. Hasil analisis juga
dengan kinerja perawat pelaksana. menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar
Tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis seleksi 0,333 artinya perawat pelaksana dengan jenis
bivariat terdapat 6 variabel dengan p valaue ≤ kelamin perempuan mempunyai peluang
dalam pemodelan 0,333 kali lebih besar untuk memiliki kinerja
diteruskan
multivariat, Sedangkan nilai p valaue untuk yang baik dibanding dengan perawat
variabel karakteristik variabel umur, jenis pelaksana yang berjenis kelamin laki-laki.
kelamin status perkawianan, pendidikan dan
a. Hasil analisis hubungan antara status lama kerja tetap dimasukkan dalam model perkawinan dengan kinerja perawat
multivariat karena merupakan confounding, pelaksana didapatkan ada sebanyak
selain itu secara substansi juga dianggap (65,7%) perawat pelaksana yang berstatus
penting.
sudah kawin menunjukkan kinerja baik. Hasil analisis multivariat pemodelan awal Sedangkan (62,5%) perawat pelaksana
pada tabel 5.12 bahwa semua variabel yang belum kawin menunjukkan kinerja
memiliki p value ≥ 0,05. Variabel dikeluarkan baik, semenntara perawat yang sudah
secara bertahap mulai dari variabel dengan kawin memiliki kinerja kurang sebanyak
nilai p paling besar dan apabila didapatkan (34,3%), perawat yang belum kawin
perbedaan nilai OR variabel lain > 10% pada sebanyak (37,5%) memiliki kinerja
saat salah satu variabel dikeluarkan maka kurang. Hasil uji statistik diperoleh p value =
variabel tersebut dimasukkan kembali 1,000 nilai ini lebih besar (α=0,05%)
kedalam model (Hastono, 2007). sehingga tidak terdapat hubungan yang
Dari hasil analisis pemodelan yang dilakukan signifikan antara jenis kelamin dengan
selama 4 kali pengeluaran variabel yang kinerja perawat dalam menerapkan asuhan
memiliki p value ≥ 0,05 dan pada saat keperawatan.
pengeluaran variabel tidak terdapat nilai OR menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar
variabel yang berubah > 10% suhingga 0,333 artinya perawat pelaksana dengan
dilanjutkan dengan jenis kelamin perempuan mempunyai
analisis
tetap
menegluarkan satu demi satu variabel yang peluang 0,333 kali lebih besar untuk
memiliki p value ≥ 0,05 sampai pada tahap memiliki kinerja yang baik dibanding
analisis terakhir hasil analisis multivariat dengan perawat pelaksana yang berjenis
regresi logistik berganda terdapat pada kelamin laki – laki.
lampiran.
Hasil analisis hubungan antara karakteristik Berdasarkan hasil analis pemodelan akhir pendidikan dengan kinerja perawat pelaksana
multivariat enam tahapan, menunjukkan diperoleh bahwa (64,9%) perawat pelaksana
bahwa variabel yang paling berhubungan yang berlatar pendidikan DIII keperawatan
secara bermakna dengan kinerja perawat secara bermakna dengan kinerja perawat
0,000 . Hal ini dapat menjadi landasan fungsi manajemen konflik. Hasil analisis
bagi rumah sakit untuk meningkatkan dengan p value = 0,0003 dan OR= 4,222.
pelaksanaan fungsi pengarahan yang Artinya kepala ruangan yang memiliki fungsi
memang sudah dinilai baik oleh perawat pengarahan manajemen konflik yang baik
pelaksana lebih tinggi lagi. kinerja berpeluang 4,222 (CI 95%= 1.643 – 10,850)
perawat pelaksana dapat mempengaruhi untuk membuat kinerja perawat pelaksana
performa kerja perawat dan untuk lebih baik dibandingkan dengan kepala
mencapai kinerja perawata yang tinggi ruangan yang menerapkan fungsi manajemen
dilakukan dengan konflik kurang setelah dikontrol oleh variabel
baik
dapat
pelaksanaan fungsi supervisi dan jenis kelamin. Kesimpulan dari
meningkatkan
pengarahan yang optimal oleh kepala hasil analis multivaraiat menunjukka bahawa
Rumah sakit juga ada hubungan sangat signifikan antara fungsi
ruangan.
mempertimbangkan segala sesuatu terkait manajemen konflik kepala ruangan dengan
dengan penerapan fungsi pengerahan dan kinerja perawat dalam menerapakan asuhan
perawata yang keperawatan di ruang rawat inap RSUD
peneilaian kinerja
berdasarkan pada standar yang baku. Bima.
Penerapan fungsi pengarahan sesuai
1. Hubungan Pelaksanaan
Fungsi
standar yang dilaksanakan secara
Pengarahan Kepala Ruangan Dengan
berkesinambungan akan meningkatkan
Kinerja Perawat Dalam Menerapkan
kemampuan perawat dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
pelayanan keperawatan. Hal ini didukung
Inap RSUD Bima Tahun 2017.
pula teorinya Swansburg (2000) dalam Hasil analisis univariat menunjukkan
Marquis dan Huston (2010) pengarahan bahwa
yang efektif akan meningkatkan dukungan mempersepsikan fungsi pengarahan baik
perawat untuk mencapai tujuan manjemen memiliki presntasi lebih tinggi dari ada
tujuan asuhan proporsi perawat yang mempersepsikan
keperawatan
dan
keperawatan. Penelitian Sigit. A (2009) fungsi pengarahan kurang. Sementara
menemukan fungsi pengarahan kepala hasil analisis bivariat menunjukkan ada
mampu meningkatkan hubungan antara pelaksanaan fungsi
ruangan
kemampuan perawat dan memberikan pengarahan kepala ruangan dengan
kepuasan dalam memberikan pelayanan kinerja perawat dalam menerapkan asuhan
Hasil penelitian ini keperawatan di ruang rawat inap RSUD
keperawatan.
didukung dengan pernyataan yang Bima dengan nilai p v = 0,048 dan nilai
dijelaskan oleh Kurniadi (2013) kinerja Odss Ratio (OR) = 2,761, berarti perawat
keperawatan merupakan prestasi kerja pelaksana yang mempersepsikan fungsi
yang ditunjukkan oleh perawat pelaksana pengarahan
dalam melaksanakan tugas-tugas asuhan mempunyai peluang 2.761 kali lebih besar
keperawatan sehingga mengahsilkan untuk merasa baik dengan pekerjaannya
ouput yang baik kepada kostumer dibanding perawat pelaksana yang
(organisasi, pasien, dan perawatan sendiri) mempersepsikan kurang baik.. Hal ini
dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan mengidentifikasikan bahwa semakin baik
menurut Triwibowo (2013) kinerja persepsi perawat pelaksana terhadap
merupakan pencapaian/prestasi seseorang pelaksanaan fungsi pengarahan kepada
berkenaan dengan seluruh tugas yang ruangan maka akan semakin besar
dibebankan kepadanya, lebih lanjut kemungkinan perawat pelaksana memiliki
dijelaskan bahwa kinerja mengandung dua kinerja yang baik terhadap pekerjaannya.
komponen penting yaitu kompentensi begitu juga sebaliknya. Penetian ini
berarti individu atau organisasi memiliki didukung oleh penelitian yang dilakukan
mengidentifikasi Murtiani (2013) terkait hubungan antara
kemampuan untuk
tingkat kinerja, sementara produktifitas pelaksanaan fungsi pengarahan ketua TIM
yaitu kegiatan-kegiatan yang tepat untuk yaitu kegiatan-kegiatan yang tepat untuk
2. Hubungan pelaksanaan fungsi motivasi
yang baik cenderung pelaksanaan asuhan
kepala ruangan dengan Kinerja
keperawatan menjadi baik (Warsito.B.E,
Perawat Dalam Menerapkan Asuhan
Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Seringkali terjadi hambatan dalam
RSUD Bima Tahun 2017.
pengarahan karena yang digerakkan Hasil analisis univariat menujukkan adalah manusia, yang mempunyai
perawat yang keinginan pribadi, sikap dan perilaku yang
bahwa
proporsi
mempersepsikan fungsi motivasi kepala khusus. Oleh sebab itu, kepemimpinan
ruangan baik lebih banyak dari pada yang yang dapat meningkatkan motivasi dan
motivaasinya kurang. Analisis selanjutnya sikap kerja bawahan menjadi hal yang
disimpulkan bahwa persepsi perawat penting. Dengan demikian kinerja
kurang baik terhadap pelaksanaan fungsi seseorang berproses dengan sangat
motivasi kepala ruangan mempunyai dinamis dalam diri individu dan
peluang OR= 2,7333 kali lebih besar dipengaruhi oleh faktor internal maupun
menyebabkan kinerja baik dengan eksternal dimana individu berada yang
dibandingkan dengan pada akhirnya membutuhkan peran
pekerjaannya
perawat yang mempersepsikan kurang. organisasi untuk mengembangkan suatu
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin sistem yang bisa memfasilitasi karyawan
baik persepsi perawat pelaksana terhadap agar bisa bekerja dengan baik. Upaya
pelaksanaan fungsi motivasi kepala yang bisa dilakukan oleh institusi dalam
ruangan maka akan semakin besar meningkatkan kinerja karyawan adalah
kemungkinan perawat pelaksana memiliki dengan cara melihat secara detail aspek-
kinerja baik terhadap pekerjaannya. aspek yang menjadi hambatan karyawan
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dalam bekerja, baik meliputi struktur atau
Nikmatul Fitri (2007) hasil penelitian proses.
didapatkan bahwa sebagian besar Pelaksanaan fungsi pengarahan oleh
responden memiliki motivasi kerja tinggi kepala ruangan harus dilakukan secara
yaitu sebesar 86,5%. Dari uji statistik sistimatik
didapatakan p value = 0,001 dengan sehingga tujuan dapat dicapai secara
dan
berkesinambungan
koofisien korelasi sebesar 0,523 yang maksimal. Pengarahan kepala ruangan
berarti ada hubungan yang cukup kuat yang baik dapat menciptakan iklim kerja
antara motivasi kerja dengan kinerja yang baik, dan kinerja perawat akan
perawat. Qalbia Muhammad Nur (2013) meningkat apabila kepala ruangan sering
hasil penelitian menunjukkan bahwa memotivasi, dan memberikan bimbingan
terdapat hubungan yang signifikan antara kepada perawat secara berkesinambungan
motivasi dengan kinerja perawat dengan dengan demikian berdampak terjalinya
(p v =0,027)
komunikasi yang efektif antara perawat Hasil analisis bivariat terhadap kedua pelaksana dan kepala ruangan sehingga
variabel ini memiliki kemakanaan kinerja perawat dalam memberikan
perbedaan yang sangat signifikant (p value = asuhan keperawatan semakin baik.
0,055 ≤ α=0,05=,) sehingga dapat Variabel fungsi pengerahan kepala
diasumsikan bahwa semakin baik fungsi ruangan dalam penelitian ini terdiri dari
motivasi yang dilakukan kepala ruangan, lima variabel yaitu fungsi motivasi, fungsi
maka kinerja perawat pelaksana akan komunikasi, fungsi supervisi, fungsi
semakin baik pula, begitu juga sebaliknya. delegasi, dan fungsi manajemen konflik.
Hal ini dapat dijadikan landasan bagi Masing – masing variabel sebagai variabel
rumah sakit untuk menaruh perhatian independen telah diuji hubungannya
lebih terhadap fungsi motivasi kepala dengan variabel kinerja perawat sebagai
ruangan sebagai salah satu dari aktifias variabel dependen. Berikut akan dibahas
pengarahan yang dapat hubungan masing – masing variabel
fungsi
mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. penelitian.
Motivasi berpengaruh terhadap kinerja Motivasi berpengaruh terhadap kinerja
kepuasan diri, adanya pengaruh tersebut bahwa motivasi
kebutuhan
akan
kesaradaran dari seseorang terkait potensi sangat diperlukan untuk mencapai suatu
dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sehingga berdampak pada kinerja
pencapaian seseorang akan prestasi, staf (Saputra,A.D.2012). Hasil penelitian
pengakuan dari orang lain dan kesadaran Isra Wahyuni (2011) menyimpulkan
akan potensi dirinya dapat menimbulkan bahwa ada hubungan antara motivasi
kinerja.
dengan kinerja perawat pelaksana dengan Teori lain yang menghubungkan antara nilai p v =0,006 berdasarkan analisis
motivasi dengan kinerja secara eksplisit tersebut bahwa semakin baik motivasi
tergambar dari teori keseimbangan. Teori yang dimiliki perawat maka akan semakin
keseimbangan ini dikembangkan oleh baik pula kinerja yang dihasilkan.
Adam. Kunci utama dari teori ini adalah Menurut Marquis dan Huston (2010)
hubungan timbal balik antara individu motivasi merupakan bagian penting dalam
dengan organisasi yaitu input dan meningkatkan kinerja, motivasi menurut
outcomes (Kreitnes & Kinick, 2010). teori kebutuhan maslow terdiri dari
Input adalah semua nilai yang diterima kebutuhan
pegawai dari organisasi yang dapat kepemilikan, harga diri dan aktualisasi
menunjang pelaksanaan kerja. Misalnya diri. Teori tentang kinerja sangat erat
pendidikan, pelatihan, skill, kreativitas, berhubungan dengan teori – teori tentang
senioritas, umur, personality traits, effort motivasi.
penampilan kerja. merupakan salah satu teori motivasi yang
Teori
ERG’s
Sedangkan outcomes adalah semua nilai dapat menjelaskan keterkaitannya dengan
yang diperoleh dan dirasakan pegawai. kinerja. Teori ini terdiri dari konsep
Misalnya gaji dan bonus, keuntungan
tambahan, tugas yang menantang, Exixtence mencakup kebutuhan fisiologis
exixtence, relatedness dan growth.
keamanan kerja, promosi, status dan dan fisik yang terkait dengan kebutuhan
partisipasi dalam pengambilan keputusan akan keamanan antara lain makanan,
yang penting (Kreitner & Kinicki, 2010). tempat berlindung dan kondisi kerja yang
Beberapa teori motivasi yang telah aman. Relatedness mencakup interaksi
menggambarkan dengan orang lain, menerima pengakuan
dipaparkan
diatas
bagaimana motivasi itu menimbulkan dari orang lain dan merasa aman disekitar
kinerja bagi seseorang. Faktor – faktor orang lain. Growrh mencakup harga diri
yang terdapat dalam variabel motivasi karena keberhasilan dalam pencapaian,
secara langsung ataupun tidak langsung demikian juga dengan aktualisasi diri
merupakan faktor yang dibutuhkan bagi (McShane & Glinow, 2002). Beberapa hal
seseorang untuk merasa baik dengan yang disebutkan dalam teori ini seperti
pekerjaannya. Faktor – faktor yang interaksi dengan orang lain, pengakuan,
dimaksud antara lain pencapaian akan harga diri dan aktualisasi diri merupakan
aktualisasi diri (Teori Abraham Maslow), bagian dari faktor yang mempengaruhi
adanya motivator (teori Herzberg), harga kinerja seseorang.
diri (Teori Abraham Maslow) dan Teori motivasi lain yang membahas
relatendness (Teori ERG’s Alderfer). tentang bagaimana seseorang itu memiliki
Dari hasil penelitian yang di dukung oleh kebutuhan dasar yang salah satunya
teori-teori tersebut dapat disimpulkan adalah kebutuhan akan harga diri adalah
bahwa fungsi motivasi kepala ruangan teori Abraham Maslow. Kebutuhan akan
memiliki hubungan yang sangat erat harga diri yang merupakan kebutuhan
kaitannya kinerja perawat, dalam hal ini keempat dari hirarki Maslow mencakup
peran manajer memegang peranan penting pencapaian seseorang dan pengakuan dari
dalam memotivasi staf untuk mencapai orang lain terhadap pencapaiannya dan
tujuan organisasi. Untuk melaksanakan untuk
manajer harus manajer harus
kurang dibandingkan dengan perawat karakteristik stafnya dan berusaha
keunikan
yang mempersepsikan baik. Hal ini memberikan tugas sebagai strategi dalam
mengindikasikan bahwa semakin baik memotivasi staf.
persepsi perawat pelaksana terhadap
3. Hubungan Pelaksanaan
Fungsi
pelaksanaan fungsi komunikasi kepala
Komunikasi Kepala Ruangan Dengan
ruangan maka akan semakin besar
Kinerja Perawat Dalam Menerapakan
kemungkian perawat pelaksana memiliki
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat
kinerja baik terhadap pekerjaannya. Hal
Inap RSUD Bima.
ini dapat dijadikan landasan bagi rumah Hasil analisis univariat menujukkan
sakit untuk menaruh perhatian lebih bahwa
terhadap fungsi komunikasi kepala mempersepsikan fungsi komunikasi baik
ruangan sebagai salah satu dari aktifitas dan kurang hampir sama. Sementara dari
pengarahan yang dapat hasil analisi bivariat terhdap kedua
fungsi
mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. variabel
Pelaksanaan fungsi pengarahan oleh perbedaan yang sangat dignifikan
ini memiliki
kemaknaan
kepala ruangan tidak terlepas dari proses (p value =0,019 ≤ α=0,05) berarti terdapat
komunikasi, yaitu penyampaian pesan. hubungan antara pelaksanaan fungsi
yang baik dapat komunikasi kepala rungan dengan kinerja
Komunikasi
menyelesaikan pesan dengan baik pula, perawat dalam menerapkan asuhan
sehingga pemahaman antara kepala keperawatan di ruang rawat inap RSUD
ruangan dan perawat pelaksana sama Bima. Penelitian ini sejalan dengan
terhadap suatu hal. Proses komunikasi penelitian yang dilakukan oleh Yulistiana
yang bauk dapat memperlancar arus Rudianti (2011) dari hasil analisi bivariat
informasi dan hal ini akan berdampak membuktikan adanya hubungan antara
pada kriteria perawat, dimana kinerja komunikasi organisasi dengan kinerja
merupakan salah satu indikator kinerja. perawat pelaksana uji chi square
Komunikasi dapat berlangsung degan baik (p v =0,046). Sedangakan penelitian yang
memerlukan peran manejer untuk dilakukan oleh Vienty Firman (2015)
membangun komunikasi organisasi mulai menyimpulkan dari hasil analisis bahwa
pengorganisasasian, terdapat hubungan antara komunikasi
perencanaan,
penegendalian. dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan
pengarahan
dan
kepemimpinan keperawatan dengan nilai p= 0,011
Keberhasilan