Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Materi Pengertian Ruang Dan Interaksi Antar Ruang dengan Metode Time Token pada Siswa Kelas VII.A SMPN 3 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017
SMPN 3 Praya Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017
H. ABDUL LAZIM, S,Pd
Guru IPS SMPN 3 Praya Tengah
Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS dengan penerapan metode pembelajaran Time Token dan (2) mendapatkan bukti bahwa metode pembelajaran Time Token dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII A SMPN 3 Praya Tengah tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus ditempuh dengan 2 kali tindakan dan terdiri atas 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data hasil penelitian diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan pembelajaran IPS berlangsung dengan menggunakan lembar observasi siswa dan guru, dokumentasi, dan tes hasil belajar. Penelitian ini menggunakan dua bentuk analisis data yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) keaktifan dan hasil belajar dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan melalui semua komponen atau karakteristik Time Token yang terangkum dalam 15 indikator keaktifan dan melalui penyampaian informasi (penyajian kelas), kegiatan belajar kelompok dengan metode Time Token, pelaksanaan tes, dan skor peningkatan individu. (2) Bukti peningkatan keaktifan siswa, rata-rata keaktifan siklus I sebesar 59,44%. Dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 74,07%. Bukti peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS setelah menggunakan metode pembelajaran Time Token selama pelaksanaan tindakan mengalami peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus
II. Hasil belajar siswa yang sudah memenuhi nilai KKM (70) pada siklus I sebanyak 5 siswa (25%) dari 20 siswa; dan meningkat lagi pada siklus II sebanyak 15 siswa (75%) dari 20 siswa. Dengan demikian metode pembelajaran Time Token dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPS.
Kata kunci : Time Token, Hasil belajar.
PENDAHULUAN
kreatif, terampil dan profesional. Pendidikan merupakan bidang
Untuk menunjang kesuksesan yang
pendidikan, perlu meningkatkan kualitas Sumber Daya
sangat berpengaruh
untuk
penyelenggaraan
lingkungan yang Manusia (SDM). Pendidikan berkembang
menyediakan
memungkinkan peserta didik dapat seiring dengan perkembangan Ilmu
mengembangkan bakat dan kemampuan Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
secara optimal. Peserta didik atau siswa Segala sesuatu yang berhubungan dengan
dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi pendidikan harus dapat menyesuaikan
sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan perkembangan IPTEK. Hal ini terjadi
pribadinya dan kebutuhan masyarakat karena pada abad terakhir ini manusia
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dikatakan
yang tertera dalam Undang-undang RI berpendidikan dan menguasai teknologi.
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan yang semakin baik diharapkan
Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu yang akan menghasilkan SDM yang semakin
berbunyi untuk mengembangkan potensi baik pula. Oleh karena itu, perpaduan
peserta didik agar menjadi manusia yang antara teknologi dan pendidikan berperan
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, untuk membentuk SDM yang cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
geografi, sosiologi, dan sejarah. kemampuan dan membentuk watak serta
berfungsi
mengembangkan
penyampaian peradaban bangsa yang bermanfaat dalam
Dalam
kompetensi IPS terpadu terdapat kendala rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
atau hambatan yang dihadapi baik dari Sehingga seorang guru harus
pihak guru atau peserta didik. Misalnya, dapat melaksanakan fungsinya sebagai
guru belum menguasai kompetensi yang agen pembelajar yang berperan sebagai
akan diajarkan, tidak terdapat dukungan fasilitator,
media pembelajaran, peserta didik belum pembelajaran, dan pemberi inspirasi
pemacu,
perekayasa
siap menerima pelajaran dan metode belajar bagi peserta didik. Mengarahkan
mengajar guru yang monoton. Berdasarkan peserta didik untuk melakukan sendiri
hasil observasi pembelajaran IPS di Kelas aktivitas pembelajaran membutuhkan
VII .A SMP Negeri 3 Praya Tengah juga bantuan dari guru yang berperan sebagai
terdapat kendala yang sama, yaitu materi- fasilitator. Bantuan ini diperlukan untuk
materi IPS diajarkan secara terpisah. semua proses pembelajaran, begitu pula
Kendala yang lain. Yaitu pembelajaran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
yang dilaksanakan secara monoton melalui (IPS).
metode ceramah membuat peserta didik Peraturan Menteri Pendidikan
kurang antusias dalam menghadapi Nasional No. 22 tahun 2006 tentang
pembelajaran sehingga peserta didik jarang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan
bertanya tentang pelajaran yang belum Menengah
dipahami oleh siswa, sehingga siswa Kompetensi dan Kompetensi Dasar
hanya mendengarkan guru menyampaikan (SKKD) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
materi pembelajaran. Hasil belajar siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama
juga hanya pada tingkatan paling rendah, (SMP), mencakup materi geografi, sejarah,
yaitu pada tingkatan mengingat saja karena ekonomi, dan sosiologi. Mata pelajaran
siswa hanya menghafalkan apa yang IPS
dicatat dari guru dan yang ada di buku komprehensif dan terpadu, dengan
paket. Hal ini bertentangan dengan pembelajaran terpadu diharapkan
pernyataan berikut: “Belajar bukanlah pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna
semata kegiatan menghafal, banyak hal bagi peserta didik dalam konteks
yang diingat akan hilang dalam beberapa kehidupan sehari-hari. Siswa akan
jam. Mempelajari bukanlah menelan memperoleh pemahaman yang lebih utuh
semuanya. Siswa harus mengolah dan dan lebih luas.
memahami materi pelajaran untuk Pada Standar Isi mata pelajaran
mengingat apa yang telah diajarkan oleh IPS SMP belum sepenuhnya terpadu,
guru mereka. Seorang guru juga tidak bisa sehingga menjadi beban dan tidak jarang
serta merta menuangkan sesuatu ke dalam menimbulkan kebingungan bagi guru
benak siswanya, karena mereka sendirilah karena terjadi ketidak sinambungan antara
yang harus menata apa yang mereka maksud dan tujuan IPS
dengar, lihat, menjadi satu kesatuan yang pelaksanaan di lapangan. Oleh karena itu,
dengan
bermakna. Proses belajar perlu dilakukan perlu upaya-upaya dengan pengembangan
secara bergelombang, kedekatan dengan bahan kajian yang ada dalam standar isi
materi yang dipelajari, jauh sebelum menjadi tema-tema yang dibelajarkan
mempelajarinya” (Melvin L. Silberman, secara terpadu. Dalam kenyataannya, guru
masih banyak yang mengalami kesulitan Metode menghafal menjadi untuk melaksanakan pembelajaran secara
kurang baik untuk digunakan dalam terpadu. Masih banyak guru yang
pemahaman kompetensi IPS terpadu. Oleh memandang IPS sebagai mata pelajaran
karena itu, pembelajaran di kelas tidak karena itu, pembelajaran di kelas tidak
materi pelajaran guna mencapai hasil yang siswa dapat memahami materi yang
maksimal.
disampaikan. Berdasarkan uraian di atas, Dalam pembelajaran siswa
peneliti tertarik melaksanakan penelitian SMPN 3 Praya Tengah juga cenderung
dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar pasif dan sulit diajak untuk lebih aktif,
IPS Materi Pengertian Ruang dan Interaksi kreatif, dan percaya diri. Misalnya siswa
Antar ruang dengan Metode Time Token belum berani bertanya bila belum paham
Pada Siswa Kelas VII. A SMPN 3 Praya dan pada saat diskusi kelas banyak yang
Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017 diam
dan tidak
mengungkapkan
LANDASAN TEORI DAN
pendapatnya, sehingga pembelajaran di
KAJIAN PUSTAKA
kelas kurang efektif dan kondusif. Apabila
Pengertian Belajar
guru menerangkan secara terus menerus, Menurut Dimyati dan Mudjiono siswa banyak yang merasa bosan dan
(2002: 250-251) hasil belajar merupakan hal kemudian berbicara dengan teman
yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi sebangku dan bermain sendiri. Hal itu
siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil membuat hasil belajar siswa rendah
belajar merupakan tingkat perkembangan berdasarkan
mental yang lebih baik bila dibandingkan sebanyak 15 orang siswa atau 75% dari 20
pada saat sebelum belajar. Tingkat siswa belum memenuhi KKM yang
perkembangan mental tersebut terwujud pada ditetapkan SMPN 3 Praya Tengah Tahun
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan Pelajaran 2016/2017 pada mata pelajaran
psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil IPS yaitu 70.
belajar merupakan saat terselesaikannya Rendahnya
hasil
belajar
bahan pelajaran.
disebabkan karena perhatian siswa kurang Menurut Oemar Hamalik (2006: optimal. Siswa merasa bosan dan cepat
30) hasil belajar adalah bila seseorang telah penat sehingga menimbulkan kegaduhan,
belajar akan terjadi perubahan tingkah laku metode yang digunakan masih metode
pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu konvensional, media pembelajaran tidak
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi dimanfaatkan secara maksimal, banyak
mengerti.
materi yanng harus dihapal sehingga
Reber dalam menimbulkan kejenuhan pda siswa.
Menurut
Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan Berbagai permasalahan di atas
belajar dalam dua pengertian. Pertama, memerlukan solusi yang tepat agar target
belajar sebagai suatu proses memperoleh pembelajaran dapat tercapai. Salah satu
pengetahuan dan kedua, belajar sebagai langkah yang akan diambil adalah
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif menggunakan metode pembelajaran Time
langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Token . Dalam metode pembelajaran Time
Dari beberapa pendapat tersebut Token , siswa dituntut untuk mampu lebih
di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar aktif mengungkapkan pendapatnya dalam
merupakan suatu proses memperoleh pembelajaran dan dapat mendengarkan
pengetahuan dan pengalaman dalam wujud pendapat orang lain. Keunggulan dari
perubahan tingkah laku dan kemampuan metode Time Token adalah semua siswa
bereaksi yang relatif permanen atau menetap aktif memberikan pendapat dalam kegiatan
karena adanya interaksi individu dengan pembelajaran dan dapat menumbuhkan
lingkungannya.
keberanian siswa dalam berpendapat bagi
Ciri dan Prinsip Belajar
siswa yang pemalu dan sukar bicara. Ciri belajar atau prinsip belajar Pembelajaran Time Token menekankan
menurut Paul Suparno dalam Sardiman pada aktivitas dan interaksi di antara siswa
(2003: 38) sebagai berikut: a) Belajar berarti (2003: 38) sebagai berikut: a) Belajar berarti
ciri dan prinsip belajar merupakan suatu rasakan, dan dideskripsikan sendiri, b)
menerus dan Konstruksi makna adalah proses yang terus-
berkesinambungan yang mengubah perilaku menerus selama siswa tersebut masih terus
atau sikap seorang individu tergantung pada belajar, c) Belajar bukanlah kegiatan
apa yang diketahui oleh individu tersebut. mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
Faktor- faktor yang Mempengaruhi
pengembangan pemikiran dengan membuat
Belajar
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil
yang mempengaruhi perkembangan, tetapi perkembangan itu
Faktor
belajar (Sugihartono, 2007: 76): “Terdapat sendiri. Jadi, seorang siswa menyimpulkan
dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu sendiri apa yang mereka dapat sesuai dengan
faktor internal dan eksternal. Faktor internal pemikiran siswa itu sendiri, d) Hasil belajar
meliputi faktor jasmaniah dan faktor dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar
psikologis. Faktor jasmaniah meliputi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Jadi,
kesehatan dan cacat tubuh dan psikologis tidak hanya menurut ingatan siswa saja, tapi
meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, juga dari lingkungan, misalnya keluarga dan
motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor teman, e) Hasil belajar seseorang tergantung
eksternal meliputi faktor keluarga, sekolah, pada apa yang telah diketahui, si subyek
dan masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi
orang tua mendidik, relasi antar anggota proses interaksi dengan bahan yang sedang
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi dipelajari yang mengena pada siswa.
keluarga, pengertian orang tua, dan latar Sedangkan Agus Suprijono (2011: 4)
belakang kebudayaan. Faktor sekolah menyatakan prinsip-prinsip belajar ada tiga,
meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi yaitu: Pertama,prinsip belajar adalah
guru dengan siswa, relasi antar siswa, disiplin perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, dll. sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: a)
Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan Sebagai hasil tindakan rasional instrumental
siswa dalam masyarakat, teman bergaul, yaitu perubahan yang disadari. b) Kontinu
bentuk kehidupan masyarakat, dan media atau berkesinambungan dengan perilaku
massa.”
lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat Sedangkan faktor belajar menurut sebagai bekal hidup. d) Positif atau
Sumiat dan Asra (2009: 59) ada beberapa, berakumulasi. e) Aktif atau sebagai usaha
yaitu: motivasi untuk belajar, tujuan yang yang direncanakan dan dilakukan. f)
dan situasi yang Permanen atau tetap, sebagaimana yang
hendak
dicapai,
mempengaruhi proses belajar. Dengan dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any
demikian, faktor yang mempengaruhi belajar relati vely permanent change in an organism’s
ada dua, yaitu yang berasal dari luar dan dari behavioral reperoire that accurs as a result
dalam yang dapat mempengaruhi tujuan yang of experience, g) Bertujuan dan terarah. h)
dicapai dan proses belajar. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Pengertian Pembelajaran
Kedua; belajar merupakan proses. Belajar Secara umum, pembelajaran terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah sistemik yang dinamis, konstruktif, dan
laku peserta didik berubah ke arah yang lebih organik. Belajar merupakan kesatuan
baik (Max Darsono, 2000: 24) . Secara fungsional dari berbagai komponen belajar.
khusus, pengertian pembelajaran adalah Ketiga;
sebagai berikut:
pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
aliran Behavioristik, adalah hasil dari interaksi antara peserta didik
a) Menurut
pembelajaran adalah usaha guru dengan lingkungannya.”
membentuk
tingkah laku yang tingkah laku yang
menerima pengalaman belajarnya. Hasil lingkungan (stimulus).
dengan
menyediakan
belajar mencakup kemampuan kognitif
b) Menurut pandangan
(intelektual), afektif (sikap), dan kemampuan pembelajaran adalah
Kognitif,
psikomotorik (bertindak). memberikan kesempatan kepada peserta
cara guru
Howard Kingsley dalam Daryanto didik untuk berpikir agar dapat
(2007: 102-124) membagi 3 macam hasil mengenal dan memahami apa yang
belajar, yaitu a) keterampilan dan kebiasaan, sedang dipelajari.
b) pengetahuan dan pengertian, dan c) sikap
c) Menurut
dan cita-cita. Pendapat ini menunjukkan hasil pembelajaran adalah usaha guru untuk
pandangan
Gestalt,
perubahan dari semua proses belajar. Hasil memberikan
belajar ini akan melekat terus pada diri siswa sedemikian rupa sehingga peserta didik
materi
pembelajaran
karena sudah menjadi bagian dalam lebih mudah mengorganisirnya menjadi
kehidupan siswa tersebut. Gestalt (pola bermakna).
Berdasarkan pendapat para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pembelajaran
d) Menurut pandangan
Humanistik,
secara umum adalah suatu penilaian akhir dari kebebasan kepada peserta didik untuk
adalah
memberikan
proses dan pengenalan yang telah dilakukan memilih bahan pelajaran dan cara
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam mempelajarinya sesuai dengan minat
jangka waktu lama atau bahkan tidak akan dan kemampuannya. (Max Darsono
hilang selama-lamanya karena hasil belajar dkk. 2000: 24-25).
turut serta dalam membentuk pribadi individu Dari beberapa pendapat di atas
yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih dapat
baik lagi sehingga akan merubah cara pembelajaran adalah usaha seorang guru
berpikir serta menghasilkan perilaku yang untuk menyadarkan siswa untuk mau
lebih baik. Penilaian ini dilakukan dengan dibelajarkan agar tujuannya tercapai.
memberikan tes. Dalam penelitian ini hasil
Ciri dan Prinsip Pembelajaran
belajar peserta didik merupakan skor post Adapun ciri-ciri pembelajaran
test yang diperoleh dari hasil tes pada akhir menurut Oemar Hamalik (2009: 65-66), yaitu
siklus.
adanya rencana, kesalingtergantungan, dan
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
tujuan tertentu yang hendak dicapai, Faktor yang mempengaruhi hasil sedangkan prinsip dasar pembelajaran adalah
belajar siswa menurut Moh. Uzer Usman agar siswa dapat mengembangkan cara
(2002: 10), yaitu: (1) Faktor yang berasal dari belajar sendiri dan selalu mengaitkan dengan
dalam diri sendiri (internal) terdiri atas; (a) apa yang telah diketahui dan apa yang ada di
Faktor jasmani (fisiologi) , (b) Faktor masyarakat, yaitu aplikasi dari apa yang telah
psikologi , (c) Faktor kematangan fisik dipelajari (Sumiati dan Asra, 2009: 18).
maupun psikis. (2) Faktor yang berasal dari Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
luar (external) terdiri atas; (a) Faktor social, bahwa ciri dan pembelajaran, yaitu ada
(b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu rencana yang dikaitkan dengan keadaan di
pengetahuan, teknologi, dan kesenian (c) masyarakat sesuai dengan apa yang telah
Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dipeajari seorang siswa.
dan fasilitas belajar, (d) Faktor lingkungan
Hasil Belajar IPS
spiritual atau keagamaan.
Pengertian Hasil Belajar
Dari pembahasan diatas tentang Hasil belajar menggambarkan
hasil belajar dapat diambil kesimpulan faktor kemampuan siswa dalam mempelajari
yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari sesuatu. Hal ini sesuai dengan pendapat
dalam dan dari luar siswa yang melaksanakan Nana Sudjana (2005: 22) yang menyatakan
evaluasi pembelajaran. Faktor tersebut bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
sebagai tolak ukur siswa sudah menguasai dimiliki atau dikuasai siswa setelah ia
materi pembelajaran atau belum.
Pembelajaran IPS
serta warga dunia yang cinta damai. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Dengan demikian IPS adalah secara sederhana, merupakan integrasi antara
bidang studi yang mempelajari, menelaah, mata pelajaran Geografi, Sejarah, Ekonomi,
menganalisa gejala dan masalah sosial di Sosiologi, serta mata pelajaran ilmu sosial
masyarakat dengan meninjau berbagai aspek lainnya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan
kehidupan atau satu perpaduan. fenomena sosial yang mewujudkan suatu
Karakteristik IPS
pendekatan interdisipliner dari aspek cabang- Karakteristik pendidikan IPS cabang ilmu sosial yang dibelajarkan di
menurut Trianto (2010: 174): “Karakteristik tingkat sekolah dasar dan menengah. Oleh
pendidikan IPS berbeda dengan disiplin ilmu karena itu penjabaran konsep-konsep, pokok
monolitik. Ilmu bahasan dan sub-pokok bahasan harus
lain yang bersifat
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi disesuaikan dengan tingkat pengalaman dan
dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti perkembangan mental anak pada jenjang
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, pendidikan yang bersangkutan (Trianto, 2010:
hukum, dan budaya. Rumusan Ilmu 171).
Pengetahuan Sosial berdasarkan realitas dan Menurut rumusan NCSS, social
melalui pendekatan studies adalah studi yang terintegrasi dari
ilmu-ilmu sosial dan humaniora untuk Sedangkan menurut Sapriya membentuk warga negara yang baik. Mata
(2011: 21), karakteristik pendidikan IPS pelajaran di sekolah merupakan sebuah studi
konteks utamanya masih pada ilmu-ilmu yang
sosial (social science) yang berkaitan dengan dikembangkan atas dasar konsep-konsep
manusia dalam konteks sosial. displin dari ilmu antropologi, arkeologi,
Jadi, mata pelajaran IPS memiliki ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat,
unsur gabungan dari disiplin ilmu-ilmu sosial, politik, psikologi, agama, dan sosiologi, dan
seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, juga konsep- konsep yang dibutuhkan dari
politik, hukum, budaya, bahkan juga bidang ilmu alam dan matematika. IPS hanyalah
humaniora, pendidikan, dan agama. IPS sebuah program pendidikan dan bukan sub-
berdasarkan masalah sosial dan dirumuskan disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan
dalam pendekatan inter disipliner dan multi ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat
disipliner.
ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social
Tujuan IPS
sciences ), maupun
Menurut Gross dalam Trianto (Muhammad Numan Somantri, 2001: 89).
ilmu
pendidikan
(2010: 173) menyebutkan bahwa tujuan Dalam
pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006
Peraturan
Menteri
agar seseorang bisa menjadi warga negara tentang Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar
yang baik dalam kehidupan di masyarakat dan dan Menengah yang memuat Standar
tujuan lainnya adalah mengembangkan Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD)
kemampuan menggunakan penalaran dalam memuat IPS merupakan salah satu mata
mengambil keputusan setiap persoalan yang pelajaran yang diberikan mulai dari
dihadapi.
SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Dalam buku Numan Somantri IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
(2001: 44) batasan dan tujuan pendidikan IPS konsep, dan generalisasi yang berkaitan
untuk tingkat sekolah, yaitu sebagai suatu dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs
penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,
psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui
yang diorganisasikan dan disajikan secara mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
ilmiah dan psikologis untuk tujuan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
pendidikan.
yang demokratis, dan bertanggung jawab, Jadi dapat diambil kesimpulan, yang demokratis, dan bertanggung jawab, Jadi dapat diambil kesimpulan,
cerdas dalam mengembangkan potensi peserta didik agar
berpartisipasi
secara
demokratis. Keterampilan peka dan tanggap terhadap lingkungannya
masyarakat
meliputi keterampilan meneliti, berpikir, dan masalah sosial yang terjadi di
dan keterampilan masyarakat, memiliki mental positif terhadap
partisipasi
sosial,
berkomunikasi. Semua keterampilan ini akan perbaikan segala ketimpangan yang terjadi,
sangat diperlukan dan akan memberi dan terampil mengatasi masalah yang terjadi
kontribusi dalam proses inkuiri sebagai sehari-hari, baik yang menimpa dirinya
pendekatan utama dalam pembelajarn IPS. maupun orang lain disekitarnya.
3) Dimensi nilai dan sikap (values
Dimensi IPS
and attitudes )
Proses pembelajaran di kelas Nilai disini maksudnya adalah seperangkat untuk siswa sebaiknya dapat mengarahkan,
keyakinan atau prinsip perilaku yang telah membimbing dan mempermudah mereka
mempribadi dalam diri seseorang yang dalam menguasai sejumlah konsep dasar
terungkap ketika berpikir atau bertindak. Nilai sehingga mereka dapat membentuk struktur
dipelajari sebagai hasil pergaulan antar ilmu pengetahuannya sendiri. Sehingga perlu
individu atau kelompok. Nilai yang ada di upaya pencarian dan penerapan model
masyarakat sangat bervariasi sesuai dengan pembelajaran yang tepat agar proses belajar
tingkat keragaman kelompok masyarakat. mengajar lebih berkualitas.
Heterogenitas nilai ini tentu menimbulkan Penguasaan dan pengembangan
masalah tersendiri bagi guru dalam dimensi pembelajaran dalam IPS sangat
pembelajaran IPS. Program pembelajaran IPS penting karena bagi guru karena siswa
hendaknya memberikan kesempatan kepada diharapkan telah memiliki kemampuan
siswa untuk merefleksikan nilai-nilai yang berpikir abstrak dan parsial atau spesifik
dianutnya. Siswa hendaknya memiliki hak analitis. Pendidikan IPS yang komprehensif
mengambil posisi nilai mana yang akan adalah yang mencakup empat dimensi, yaitu
dianut tanpa paksaan. Untuk mengembangkan (Sapriya, 2009: 48-56):
partisipasi siswa secara efektif dan 1). Dimensi pengetahuan (knowledge) Secara
diharapkan semakin memahami kondisi konseptual, pengetahuan mencakup: fakta,
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, konsep, dan generalisasi yang dipahami oleh
maka siswa perlu mengenal dan berlatih siswa. Dalam pembelajaran IPS, diharapkan
menerapkan nilai-nilai tersebut. siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta
4) Dimensi tindakan (action) khususnya yang terkait dengan kehidupan dan
Tindakan sosial sangat penting karena disesuaikan dengan usia dan tingkat
tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi kemampuan berpikirnya. Konsep merupakan
peserta didik yang aktif. Merekapun dapat kata-kata atau frase yang mengelompok,
berlatih secara konkret dan praktis. Dengan berkategori, dan memberi arti terhadap
belajar dari apa yang diketahui dan terpikir kelompok fakta yang berkaitan. Jadi, konsep
tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif
sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan yang diberi label. Generalisasi merupakan
bagaimana caranya, para siswa belajar suatu ungkapan atau pernyataan dari dua atau
menjadi warga negara yang efektif di lebih konsep yang berkaitan. Pengembangan
masyarakat.
konsep dan generalisasi adalah pengorganisir Jadi dapat diambil kesimpulan dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup
bahwa dimensi IPS ada empat, yaitu dimensi bernasyarakat.
pengetahuan, dimensi keterampilan, dimensi
2) Dimensi ketera mpilan (skills) nilai dan sikap, dan dimensi tindakan. Kecakapan mengolah dan menerapkan
Metode Pembelajaran Time Token
informasi merupakan keterampilan yang Metode pembelajaran Time Token sangat penting untuk mempersiapkan siswa
merupakan salah satu pendekatan struktural menjadi warga negara yang mampu
dalam
pembelajaran kooperatif yang pembelajaran kooperatif yang
dan sukar berbicara, (4) Semua siswa belajar. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan
mendapat waktu untuk bicara yang sama sebagai alternatif untuk
sehingga tidakakanterjadi pendominasian keterampilan sosial yang bertujuan untuk
mengajarkan
pembicaraan dalam berlangsungnya diskusi. menghindari siswa mendominasi atau siswa
Sedangkan kelemahan diam sama sekali dan menghendaki siswa
pembelajaran Time Token menurut Agus saling membantu dalam kelompok kecil dan
Suprijono (2011: 11), yaitu: Guru harus lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif
menyiapkan pertanyaan yang begitu banyak. daripada individu (Slavin, 2010: 113).
Sedangkan membuat pertanyaan tidaklah Pembelajaran
mudah. Siswa yang memiliki banyak melibatkan lebih banyak siswa dalam
Time
Token
pendapat akan sulit mengutarakan menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pendapatnya karena waktu yang diberikan pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terbatas.
terhadap isi pelajaran tersebut. Metode Dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran ini sangat tepat digunakan
metode Time Token menekankan agar siswa untuk pembelajaran struktur yang dapat
mengungkapkan pendapat ataupun menjawab digunakan untuk mengajar keterampilan
pertanyaan sesuai dengan kemampuannya, sosial untuk menghindari siswa mendominasi
sehingga tidak ada dominasi pembicaraan dari pembicaraan atau siswa diam.
siswa yang lebih pintar.
Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah metode Time Token
dalam Agus Suprijono (2011: 133) metode Langkah-langkah dalam pembelajaran Time Token, sebagai berikut:
penerapan metode time token adalah guru
1. Guru menjelaskan
menjelaskan tujuan pembelajaran, guru pembelajaran/KD.
tujuan
mengkondisikan kelas untuk pelaksanaan
2. Guru mengkondisikan kelas untuk diskusi, pemberian sejumlah 2 kupon melaksanakan diskusi (Cooperative
berbicara oleh guru kepada setiap siswa untuk Learning /CL).
dapat berbicara dengan waktu 30 detik per
3. Tiap siswa diberi sejumlah kupon kupon, setelah selesai berbicara kupon berbicara dengan waktu lebih kurang 30
diberikan kepada guru, dan siswa yang sudah detik per kupon. Setiap siswa diberi
habis kuponnya tidak boleh berbicara lagi. sejumlah nilai sesuai waktu yang
Menggunakan metode Time Token untuk digunakan.
proses pembelajaran juga mempunyai
4. Bila telah selesai bicara, kupon yang kelebihan dan kelemahan. dipegang siswa diserahkan kepada guru.
Keaktifan Siswa dalam Belajar
Setiap tampil berbicara satu kupon.
belajar sangatlah Siswa dapat tampil lagi setelah
Dalam
diperlukan adanya aktivitas. Aktivitas di sini bergiliran dengan siswa lainnya.
dapat bersifat fisik maupun mental. Menurut
5. Siswa yang telah habis kuponnya tidak Sardiman (2003: 48) keaktifan siswa dalam boleh berbicara lagi. Siswa yang masih
belajar dapat diklasifikasikan menjadi memegang kupon harus bicara sampai
beberapa macam, yaitu sebagai berikut: (a) semua kuponnya habis.
Visual activities , (b) Listening activities, (c)
1. Demikian seterusnya. Writing activities , (d) Drawing activities, (e) Menurut
Motor activities , (f) Mental activities, (g) (2011:10) Kelebihan metode pembelajaran
Agus
Suprijono
Emotional activities , seperti. Time Token , yaitu: (1) Semua siswa aktif
Interaksi antara guru dan siswa memberikan pendapat dalam kegiatan
sangat berguna bagi pembelajaran, penjelasan pembelajaran.. (2) Siswa terlatih untuk
dari teman biasanya juga lebih bisa dipahami membaca buku terlebih dahulu, (3) Dapat
oleh siswa. Belajar berkelompok juga akan menumbuhkan dan melatih keberanian siswa
menimbulkan rasa malu jika tidak bisa menimbulkan rasa malu jika tidak bisa
kolaborator, objeknya yaitu siswa kelas VII memperkuat motivasi dan keinginan yang
sehingga akan
.A SMPN 3 Praya Tengah yang berjumlah 36 kuat mempelajari materi itu. Belajar bersama-
siswa, sebagai obsever yaitu rekan sejawat. sama juga akan terasa menyenangkan,
Kelas yang dipilih adalah kelas VII .A SMPN suasana ini diperlukan untuk mencapai tujuan
3 Praya Tengah dengan tujuan untuk pembelajaran yang efektif dan efisien.
mengetahui yang sesungguhnya sejauh mana Dari pengertian-pengertian di
peningkatan hasil belajar siswa dengan atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan
adanya penerapan metode pembelajaran Time siswa adalah aktivitas fisik dan mental siswa
Token .
dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat
Rancangan Penelitian
dari berbagai aspek. Aspek-aspek dalam Prosedur pelaksanaan penelitian keaktifan siswa dapat dilihat dengan melihat
melalui tahapan atau siklus, yang setiap siklus aktivitas siswa yang diklasifikasikan menjadi
langkah, yaitu: tahap aktivitas mata, telinga, mulut, tangan, gerak,
berisi empat
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap mental, dan emosi.
observasi dan tahap refleksi. Tindakan yang
METODE PENELITIAN
ditempuh dimaksudkan untuk kondisi atau Jenis
perilaku yang mencakup rencana. dilaksanakan ini adalah Penelitian Tindakan
penelitian
yang
Siklus I
Kelas (Classroom
Action
Research ),
Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini mengambil Pada tahap perencanaan dimulai desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan
dari penemuan masalah yang terjadi di Mc Taggart yang merupakan pengembangan
lapangan dengan cara mengamati proses dari konsep Kurt Lewin. Skema Model
pembelajaran dan hasilnya, kemudian Kemmis & Mc Taggart (Suwarsih Madya,
merancang tindakan yang akan dilakukan. 2007: 67) dapat dilihat pada gambar berikut.
Setelah diadakan pengamatan langkah selanjutnya adalah sebagai berikut; (1) Membuat instrumen pembelajaran yang terdiri dari satuan pelajaran dan skenario pembelajaran untuk siklus I. (2) Membuat instrumen penilaian pembelajaran dan soal lembar kerja individu. (3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam siklus I. (4) Menyiapkan lembar observasi untuk
mengamati proses pembelajaran. Pelaksanaan Tindakan
Perencanaan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya akan dilaksanakan pada tahap ini. Perencanaan yang dibuat
Empat tahapan dalam penelitian harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap
tindakan kelas, yaitu sebagai berikut
dalam (Suharsimi Arikunto, 2008: 17-21) yaitu (1)
perubahan-perubahan
Dengan kata lain Menyusun Rancangan Tindakan (Planning),
pelaksanaannya.
pelaksanaan bersifat dinamis menyesuaikan (2) Pelaksanaan Tindakan (Acting) (3)
situasi dan kondisi kelas. Adapun tindakan Pengamatan (Observing) (4) Refleksi
yang akan dilaksanakan pada siklus I adalah (Reflecting)
sebagai berikut:
Setting Penelitian
Kegiatan Awal
Penelitian ini dilaksanakan di Guru menyampaikan pengarahan SMPN 3 Praya Tengah pada mata pelajaran
umum tentang (a) topik, (b) persoalan utama IPS siswa kelas VII.A pada semester genap
yang akan dipelajari, dan (c) tujuan tahun
pembelajaran yang ingin dicapai. bekerjasama dengan teman sejawat sebagai
pelajaran
Peneliti
Kegiatan Inti
tindakan, pengamatan/ observasi dan refleksi. Kegiatan inti meliputi; (a)
Pada refleksi siklus II digunakan untuk Mengerjakan soal tes awal (pre test). (b) Guru
membedakan apakah ada peningkatan mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang
keaktifan dan hasil belajar siswa atau tidak. ingin dicapai. (c) Guru mempersiapkan kupon
Jika belum ada peningkatan maka siklus dapat dan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
diulang kembali sampai perbaikan atau dengan tujuan pembelajaran. (d) Melalui
peningkatan yang diharapkan tercapai sesuai diskusi kelompok 6 orang siswa, hasil diskusi
kriteria keberhasilan tindakan. dari analisa kartu pertanyaan tersebut dicatat
Teknik Pengumpulan Data
pada kertas. (e) Tiap kelompok diberi Teknik pengumpulan data dalam kesempatan membacakan hasil diskusinya. (f)
penelitian ini dilakukan melalui; (a) Mulai dari komentar siswa satu persatu di
Observasi pelaksanaan metode Time Token. mana tiap siswa (sudah diberi kupon) yang
Dalam kegiatan ini disiapkan lembar ingin berbicara menyerahkan kupon kepada
observasi yang terdiri atas observasi kegiatan guru. (g) Mengerjakan soal tes evaluasi (post
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. (b) test ).
Dokumentasi digunakan untuk mencari data
Kegiatan Akhir
mengenai karakteristik sekolah, data guru dan Siswa dan guru menyimpulkan
karyawan, dan data siswa.(c) Tes bersama materi yang telah dipelajari
Tes digunakan untuk mengetahui kemudian
dan mengukur tingkat penguasaan siswa kehidupan sehari-hari. Kemudian guru
merefleksikannya
terhadap
terhadap materi atau sub pokok bahasan yang menginformasikan
diajarkan dengan menggunakan metode selanjutnya dan kegiatan pembelajaran
materi
pertemuan
pembelajaran Time Token. Untuk menyatakan ditutup.
hasil belajar siswa pada tiap siklus digunakan Observasi
tes yang terdiri atas tes awal (pre test) dan tes Pengamatan merupakan upaya
akhir (post test).
dalam mengamati pelaksanaan tindakan.
Instrumen Penelitian
instrumen yang berlangsung di dalam kelas dilakukan untuk
Observasi terhadap
digunakan untuk mengambil data dalam mendokumentasi pengaruh tindakan yang
penelitian adalah sebagai berikut; (a) Lembar dilaksanakan terhadap permasalahan di kelas
Observasi, (b) Lembar Dokumentasi (c) dan memberikan dasar bagi kegiatan
Lembar Tes
refleksi yang merujuk pada perbaikan dan
Teknik Analisis Data
pada siklus berikutnya. Teknik analisis data digunakan
Refleksi
dalam penelitian ini adalah model analisis Refleksi dilakukan
kualitatif dengan model interaktif (Milles dan upaya guru sebagai peneliti untuk
sebagai
Hubberman, 1992: 16-17). Model analisis mengoreksi masalah yang muncul yang
interaktif mempunyai 3 komponen pokok terjadi selama pelaksanaan tindakan pada
yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan siklus I. Pada tahap refleksi peneliti
kesimpulan (verifikasi). Adapun rincian merencanakan
model tersebut dapat diuraikan sebagai berikutnya. Pada tahap ini peneliti
pembelajaran
tindakan
berikut; (a) Reduksi Data yaitu proses merencanakan pembelajaran bersama guru
menentukan fokus, IPS.
pemilihan,
penyederhanaan, serta mengolah data mentah
Siklus II
yang ada dilapangan dicatat menjadi Siklus II disusun setelah siklus I
informasi yang bermakna. (b) Penyajian Data
yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memperbaiki kekurangan dari siklus I.
terlaksana. Siklus II dilakukan untuk
memberi kemungkinan adanya penarikan Langkah-langkah pada siklus II sama dengan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. siklus I, yaitu perencanaan, pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian penyajian.
Penyajian data yang lebih baik merupakan
HASIL PENELITIAN DAN
suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif
PEMBAHASAN
yang valid. (c) Penarikan Kesimpulan
Hasil Penelitian
Indikator Keberhasilan Tindakan
Penelitian ini dimulai pada
Meningkatnya keaktifan siswa dalam
tanggal 30 Januari 2017 sampai dengan 20
proses pembelajaran,
April 2017. Penelitian ini dilaksanakan dalam Meningkatnya keaktifan siswa
2 siklus dengan masing- masing siklus terdiri dalam proses pembelaajaran dapat dilihat dari
dari 2 kali tindakan. Penelitian dilaksanakan peningkatan rata-rata yang diperoleh dari
sesuai jadwal pelajaran IPS seminggu dua persentase (%) keaktifan siswa selama proses
kali, yaitu setiap hari Senin dan Kamis yang pembelajaran. Apabila mencapai 70% dari
berlangsung selama 4 x 40 menit. Subyek jumlah siswa maka penggunaan Metode
penelitian adalah siswa kelas VII.A SMPN 3 Pembelajaran
Praya Tengah. Penelitian yang dilaksanakan meningkatkan keaktifan siswa. Hal ini
pada setiap siklus memiliki 4 komponen, merujuk pernyataan Zainal Aqib (2009: 41),
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan apabila rata-rata keaktifan peserta didik
tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut ini mencapai 70% sudah mencapai tingkat
adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran keberhasilan dalam kategori tinggi.
IPS melalui metode pembelajaran Time Token Tabel 1. Kriteria Tingkat Keberhasilan
di SMPN 3 Praya Tengah . Keaktifan Siswa dalam %
Adapun materi pokok yang Tingkat
digunakan, yaitu peta, atlas, globe dan sketsa. keberhasilan
Keterangan
Standar Kompetensinya, yaitu memahami >80%
manusia untuk mengenali perkembangan 60-79%
Sangat tinggi
lingkungannya dengan 2 Kompetensi Dasar 40-59%
Tinggi
yaitu menggunakan peta, atlas, dan globe 20-39%
Sedang
untuk mendapatkan informasi keruangan dan <20%
Rendah
Sangat rendah
membuat sketsa dan peta wilayah yang
Meningkatnya hasil belajar yang dicapai
menggambarkan obyek geografi. Proses Meningkatnya
secara sistematis setelah pelaksanaan pembelajaran sebagai
hasil
belajar
penelitian tindakan
dideskripsikan sebagai berikut. nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Siklus I
adalah 70. Apabila siswa mendapat nilai
Perencanaan Tindakan
sesuai KKM 70 keatas mencapai 70% dari Kegiatan yang dilakukan pada jumlah siswa maka penggunaan Metode
tahap perencanaan ini adalah menyusun Pembelajaran
instrumen-instrumen yang akan digunakan meningkatkan hasil belajar siswa pada
dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran IPS. Menurut Suharsimi
yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai Arikunto (2002: 210), Hasil data dapat di
berikut:
a) Perencanaan tindakan dimulai dengan Tabel 2. Kategori Pencapaian Hasil
analisis dengan pedoman sebagai berikut
mempersiapkan materi yang akan Belajar
disampaikan dan akan diberikan dalam Persentase
Kategori Pencapaian kegiatan pembelajaran dengan materi membedakan peta, atlas, dan globe dan
> 80% Sangat Tinggi mengidentifikasi jenis, bentuk, komponen, 61% - 80%
Tinggi dan pemanfaatan peta. 41% - 60%
b) Menyusun rencana pelaksanaan 21% - 40%
Sedang
Rendah pembelajaran yang akan digunakan sebagai acuan guru dalam pelaksanaan
0% - 20% Sangat rendah
pembelajaran.
c)
Menyediakan media yang berupa kartu Menyediakan media yang berupa kartu
d) Menyediakan lembar observasi dan lembar
tindakan berlangsung. tes.
terjadi selama
Pengamatan ini dilakukan oleh teman sejawat
Pelaksanaan Tindakan
peneliti yang sudah diberi penjelasan Siklus pertama dilaksanakan dalam
mengenai proses pembelajaran yang menjadi dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4
fokus penelitian. Adapun rincian hasil jam pelajaran, yaitu pada tanggal 30 Januari
observasi proses pembelajaran siklus I, yaitu 2017 dan 2 Februari 2017. Adapun
sebagai berikut:
pelaksanaan yang dilakukan adalah mengacu
Pengamatan terhadap guru
pada rencaana pelaksanaan pembelaajaran. Pada pelaksanaan tindakan siklus
Hasil tes
menjalankan proses Tes yang diberikan berupa soal
pembelajaran menggunakan metode Time individu. Soal tes terdiri atas 20 soal obyektif
Token dengan materi Pengertian Ruang dan berbentuk pilihan ganda. Adapaun hasil
Ruang. Tata cara penelitian pada siklus I adalah ssebagai
Interaksi
Antar
pembelajaran Time Token sudah disampaikan berikut:
oleh guru kepada siswa dengan jelas sehingga Tabel 3. Hasil post test Siklus I
pembelajaran dapat dilaksanakan. Saat proses pembelajaran berlangsung, guru belum
Nilai (X) Frekuensi (f) f% maksimal mengontrol siswa sehingga ≥ 70
5 25 beberapa siswa terlihat ngobrol dengan teman ˂ 70
15 75 lainnya. Hanya sebagian kelompok yang ∑f=20
dikontrol, sedangkan kelompok lainnya bebas dari pengawasan guru. Pada saat berlangsung
diskusi kelompok pemberian batasan waktu Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa
sudah sesuai, banyak juga siswa yang masih jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke
ngobrol. Ada tiga kriteria yang belum atas hanya berjumlah 5 siswa (25%) dan yang
sepenuhnya terpenuhi oleh guru, yaitu memperoleh nilai di bawah 70 berjumlah 15
pemberian motivasi pembelajaran yang siswa (75 %).
dengan tujuan Nilai 70 adalah ketuntasan belajar,
menarik
berkaitan
pemberian pengalaman hasil post test menunjukkan bahwa siswa
pembelajaran,
berbahasa kepada siswa, dan pemberian yang menguasai materi secara baik,hanya 5
tindak lanjut yang berupa pengayaan atau orang sehingga dapat mencapai ketuntasan
perbaikan. Pada siklus I dapat dikatakan guru belajar sebanyak 5 siswa (25%) dan yang
belum maksimal dalam menjalankan belum mencapai ketuntasan sebanyak 15
perannya untuk memantau, mengarahkan atau siswa (75%). Hasil tes ini akan dijadikan
membimbing siswa.
dasar untuk melakukan perbaikan karena
Pengamatan terhadap metode Time Token
belum ada 70% dari jumlah siswa yang Dalam observasi metode Time mencapai ketuntasan belajar. Sehingga pada
Token ini guru sudah memenuhi semua siklus selanjutnya penguasaan siswa terhadap
indikator yang telah ditetapkan, juga dapat materi selanjutnya dapat ditingkatkan.
diartikan bahwa skenari pembelajaran siklus I
Observasi
sudah berjalan dengan lancar. Observer Kegiatan
memberikan catatan bahwa meskipun pengamatan
observasi
atau
indikator sudah tercapai, tetapi guru belum mengamati jalannya proses pembelajaran.
maksimal dalam menjalankan metode, Pelaksanaan pengamatan yang dilakukan
observer memberikan saran agar kedepannya meliputi
guru dalam melaksanakan langkah-langkah pengamatan terhadap metode penmbelajaran,
pembelajaran tidak tergesa-gesa agar siswa dan pengamatan terhadap keaktifan siswa.
tidak terlalu bingung. Observer juga Kegiatan pengamatan ini dilakukan bersama
memberikan saran-saran agar guru lebih akrab dengan pelaksanaan tindakan, karena yang memberikan saran-saran agar guru lebih akrab dengan pelaksanaan tindakan, karena yang
materi masih perlu ditingkatkan karena hanya guru
5 siswa (25%) dari 20 orang siswa yang telah pembelajaran dengan metode Time Token.
belum pernah
melaksanakan
mencapai standar ketuntasan yang telah
Pengamatan terhadap keaktifan siswa
ditetapkan, yaitu 70.
Berdasarkan pengamatan terhadap Selain itu guru bersama peneliti keaktifan siswa pada siklus I, menunjukkan
sepakat mengadakan perubahan pada anggota bahwa siswa telah berusaha untuk aktif dalam
yang menjadi kegiatan pembelajaran. Berikut perolehan
pertimbangan dalam perubahan kelompok masing-masing aspek keaktifan siswa secara
yaitu agar siswa dapat mudah beradaptasi rinci, yaitu:Besarnya persentase keaktifan
dalam bekerjasama dengan teman lainnya, siswa pada siklus I, yaitu sebagai berikut.
serta untuk mengetahui ada tidaknya ∑Prosentase
peningkatan penguasaan materi bila pada x 100%
siklus II diterapkan perubahan dalam susunan ∑aitem
kelompok karena fokus penelitian siklus II = 720,94 : 15 = 59,44%
ini pada penguasaan materi Jadi besarnya persentase keaktifan siswa
Kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah 59,44 %.
tahap perencanaan ini adalah menyusun
Refleksi
instrumen-instrumen yang akan digunakan Refleksi
dalam kegiatan penelitian tindakan dan menentukan apakah tindakan siklus I sudah
digunakan
untuk
refleksi siklus II. Perencanaan yang dilakukan berhasil atau belum, sehingga dapat menjadi
pada siklus II adalah sebagai berikut: (a) acuan dalam tindakan siklus berikutnya. Ada
Perencanaan tindakan dimulai dengan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan
materi yang akan pada siklus I, yaitu:
mempersiapkan
disampaikan dan akan diberikan dalam
e) Beberapa siswa ada yang tidak kegiatan pembelajaran dengan materi memperhatikan penjelasan materi yang
membuat sketsa wilayah, membuat peta disampaikan oleh guru.
wilayah objek geografi, dan simbol geografi
f) Belajar kelompok belum berjalan pada peta, (b) Menyusun rencana pelaksanaan dengan baik karena masih ada
pembelajaran yang akan digunakan sebagai kelompok
acuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran, mengerjakan lembar kerja secara
yang
anggotanya
(c) Menyediakan media yang berupa kartu individu.
pertanyaan, (d)
Menyediakan lembar
g) Saat mengerjakan tes, ada siswa yang
observasi dan lembar tes.
menyontek buku atau bertanya kepada
Pelaksanaan Tindakan
teman. Siklus pertama dilaksanakan
h) Belum semua siswa berani dalam dua kali pertemuan dengan alokasi mengungkapkan pendapat.
waktu 4 jam pelajaran, yaitu pada tanggal 13
Siklus II
Februari 2017 dan 20 Februari 2017. Adapun
Perencanaan Tindakan
pelaksanaan yang dilakukan adalah mengacu Pelaksanaan
pada rencana pelaksanaan pembelajaaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus
siklus
II ini
yang telaah di tetapkan.
sebelumnya yang menunjukkan belum
Hasil tes
tercapainya target atau standar minimal yang Tes yang diberikan berupa kuis telah ditetapkan sebagai kriteria keberhasilan
individu. Soal tes terdiri atas 10 soal obyektif Nilai (X)
Frekuensi (f) f% berbentuk pilihan ganda. Adapaun hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada ≥70 15 75 rekapitulasi hasil post test siswa seperti ≤70 5 25 terlihat pada tabel berikut.
∑f= 20
Tabel 4 rekapitulasi hasil post test siklus II
Refleksi
Dari tabel di atas diketahui bahwa Pada siklus II kerjasama siswa jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke
dalam kelompoknya lebih aktif. Guru mampu atas berjumlah 15 siswa (75%) dan yang
mengelola kelas dengan baik sehingga memperoleh nilai di bawah 70 berjumlah 5
tercipta suasana yang kondusif. Saat siswa (25%).
pelaksanaan tes pada siklus II ini Nilai 70 adalah ketuntasan belajar,
kemampuan siswa untuk menjawab dan hasil post test menunjukkan bahwa siswa yang