AKSELERASI PERTUMBUHAN WILAYAH DARI SISI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Anhulaila M. Palampanga Jurnal
PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
AKSELERASI PERTUMBUHAN WILAYAH
DARI SISI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN SEKTORPERTANIAN DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Oleh
Anhulaila M. Palampanga
(Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako)
ABSTRAK
Sektor Pertanian termasuk unggulan di Kabupaten Parigi Moutong khususnya sub
sektor tanaman pangan(padi) dan sub sektor perkebunan (kakao) Untuk mengembangkan
komoditi unggulan berdasarkan analisis SWOT, ditemukan beberapa strategi untuk
pengembangan komoditas unggulan seperti padi dan kakao dengan strategi SO, yaitu : (a)
Merumuskan kebijakan pengembangan sumber daya alam khususnya pertanian berdasarkan
kesesuaian lahan dengan tanaman yang akan dikembangkan, (b) Mengoptimalkan produksi
dengan meningkatkan produktivitas melalui program intensifikasi dan extensifikasi, (c)
Merumuskan kebijakan penanaman modal melalui program kemitraan.Kata Kunci: Pertumbuhan wilayah, Komoditi Unggulan, Sektor Pertanian
1. PENDAHULUAN
Perkembangan suatu wilayah tidak terlepas dari kemampuan daya dukung sumberdaya yang dimiliki di mana manusia (penduduk) mempunyai posisi penting selain faktor produksi seperti lahan atau yang lainnya; dalam kenyataannya wilayah yang memiliki jumlah penduduk yang banyak belum serta merta mampu membangun ekonominya. Belum mampu artinya sumberdaya manusia tanpa keterampilan yang memadai maka perkembangan wilayah tersebut cenderung lambat. Hal ini menggambarkan perkembangan wilayah secara otomatis diikuti dengan perkembangan penduduk yang pesat dibarengi dengan skill yang memadai. Semakin cepat pertumbuhan penduduk berdampak pada berbagai aspek, baik itu aspek ekonomi, sosial maupun daya dukung suatu wilayah. Aspek wilayah sangat penting khususnya untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok penduduk, sedangkan aspek sosial berkaitan erat dengan pengetahuan, ketrampilan,dan kesehatan serta kemampuan daya dukung suatu wilayah.
Salah satu daerah yang menarik dikaji adalah Kabupaten Parigi Moutong yang memiliki areal pertanian yang luas demikian pula dengan areal perikanan, dan sebagian besar penduduk memanfaatkan potensi sumberdaya alam tersebut. Berbagai permasalahan pemanfaatan lahan untuk budidaya pertanian yang terjadi di Kabupaten Parigi Moutong, seperti ; terdapatnya peladang berpindah, intensifikasi pertanian belum optimal dilakukan, terbatasnya sistem pengairan, teknologi pertanian masih terbatas, dan lain-lain. Hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam perkembangan pembangunan wilayah. Pentingnya pengembangan wilayah dikajia dimaksudkan untuk mengetahui potensi daerah agar perencanaan pembangunan dapat disusun
Anhulaila M. Palampanga Jurnal
PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
lebih tepat guna dan berhasil guna, terutama perencanaan untuk pengembangan hasil-hasil pertanian khususnya komoditi unggulan
Ada dua masalah pokok yang dikemukakan dalam kajian ini adalah :
1. Komoditi pertanian apa saja yang tergolong unggulan dalam mendukung pertumbuhan wilayah Kabupaten Parigi Moutong; 2. Strategi apa yang cocok untuk pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian, berkaitan dengan percepatan pertumbuhan wilayah Kabupaten Parigi Moutong.
Pengembangan komoditas unggulan hendaknya menjadi sebuah konsep pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Pentingnya penetapan komoditas unggulan di suatu wilayah didasarkan pada pertimbangan ketersediaan dan kapabilitas sumber daya (alam, modal & sumberdaya manusia).
Rahmat Hendayana dalam syafaat dkk (2003), mengemukakan bahwa komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik domestik maupun internasional.
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan.
2. Konsep Daya Saing
Soeriotno (2006), mengemukakan bahwa daya saing sebuah komoditas tergantung kepada kapasitas usaha untuk berinovasi dalam berproduksi dan pemasaran. Suatu komoditas memperoleh keunggulan komparatif & kompetitif dilihat dari segi kommponen-komponen yang bisa membuatnya unggul. Sebab ketangguhan sektor pertanian tercermin dalam kemampuan pelaku pembangunan pertanian dalam mendorong terwujudnya suatu sistem pertanian secara berkelanjutan.
B. BERBAGAI KONSEP PENDUKUNG
1. Komoditi Unggulan
Menurut Afiff (1994), keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu negara dengan melakukan spesialisasi terhadap barang- barang yang menetapkan harga relatif lebih rendah daripada negara lain. Komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif berarti komoditas yang paling efisien dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki sehingga dapat menghemat devisa.
Sudaryanto, dkk (1993), mengemukakan bahwa keunggulan komparatif merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar devisa yang dapat dihemat apabila suatu komoditas diproduksi di dalam negeri dan merupakan ukuran keunggulan potensial, sementara kompetitif yaitu merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual.
3. Teori Pertumbuhan Wilayah
Berdasarkan konsep dan teori pertumbuhan wilayah yang dapat memberikan sumbangan bagi arahan perbaikan dan pertumbuhan wilayah,
Anhulaila M. Palampanga Jurnal
Beberapa sasaran export base sebagai teori umum pembangunan ekonomi wilayah adalah (i) Teori
maka akan dikemukakan beberapa teori yang mendukung konsep pengembangan wilayah ditinjau dari aspek ekonomi yaitu : (1) Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita, geografis dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti ini disebut daerah Homogen; (2) Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut daerah Nodal; (3) Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada dibawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administratif suatu negara. Daerah dalam pengertian seperti ini dinamakan daerah perencanaan atau daerah administrasi. (Lincolyn Arsyad, 1999;108).
Perkembangan teori pertumbuhan wilayah dimulai dari model dinamika wilayah yang sederhana sampai dengan model yang lebih komprehensif. Teori- teori tersebut meliputi teori resource
endowment, teori export base, teori
pertumbuhan wilayah neoklasik, model teori ketidakseimbangan.
lebih, diperuntukkan bagi wilayah-wilayah kecil dengan ekonomi sederhana dan untuk penelitian jangka pendek tentang pengembangan ekonomi wilayah, dan (ii) Teori economic base gagal menjelaskan bagaimana pengembangan wilayah dapat terjadi walaupun terjadi penurunan ekspor.
economic base
4. Teori Export Base
PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
economic base,
Teori Export Base atau teori
C. LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini terkait dengan berbagai aspek, sehingga untuk membatasi kajian maka lingkup bahasan diarahkan pada : Kajian untuk mencari strategi yang tepat bagi pengembangan komoditi unggulan di
Kabupaten Parigi Moutong, sehingga berdampak pada pertumbuhan wilayah di Kabupaten Parigi Moutong;
Kabupaten Parigi Moutong dipilih sebagai lokasi penelitian karena pertimbangan, sebagai berikut :
pertama kali dikembangkan oleh C. North (1955). Menurut North, pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegiatan industri ekspornya. Kekuatan utama dalam pertumbuhan wilayah adalah permintaan eksternal akan barang dan jasa. Permintaan eksternal ini, mempengaruhi penggunaan modal, tenaga kerja dan teknologi untuk menghasilkan komoditas ekspor. Dengan kata lain, permintaan komoditas ekspor akan membentuk keterkaitan ekonomi, baik ke belakang (kegiatan produksi) maupun ke depan (sektor pelayanan). Suatu wilayah memiliki sektor ekspor itu menghasilkan keuntungan dalam memproduksi barang dan jasa, mempunyai lokasi pemasaran yang unik dan mempunyai beberapa tipe keuntungan transportasi. Dalam perkembangannya, perekonomian wilayah cenderung membentuk kegiatan pendukung yang dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor-sektor di wilayah itu. Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat meningkatkan aliran modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk kelanjutan pembangunan wilayah.
Anhulaila M. Palampanga
1. sektor pertanian 68,29 %),
Perkembangan dan pertumbuhan Kabupaten Parigi Moutong sudah Kecamatan Bolano Lambunu berdasarkan kemampuan sumberdaya (Kontribusi sektor pertanian 64,76 lokal, namun masih perlu strategi %). pengembangan yang terarah dan 2.
Tahap Kedua, menentukan desa berkelanjutan (Suistanable); terpilih berdasarkan potensi paling
2. besar untuk komoditi-komoditi yang
Beragamnya potensi sumberdaya alam yang dapat dijadikan sebagai diteliti pada setiap kecamatan terpilih. komoditi unggulan di Kabupaten Adapun desa terpilih setiap Parigi Moutong; kecamatan seperti disajikan dalam 3. tabel 1. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang terjadi nampaknya
3. Tahap ketiga, penentuan pelaku belum bertumpuh pada suatu atau usaha berdasarkan batas minimal beberapa sektor unggulan; usaha (BMU > 2 Ha) dan lama
1. Populasi dan Sampel berusaha petani (4 Tahun), pada
A) Populasi setiap desa terpilih. Gambaran secara
Objek penelitian, yakni pelaku lengkap rumah tangga petani terpilih usaha (rumah tangga petani) yang disajikan pada tabel berikut : bergerak pada sub-sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor perkebunan kurun waktu 4 tahun terakhir.
a.
Pelaku usaha yang mengelola komoditi-komoditi setiap subsektor basis atau yang potensi menjadi unggulan; b.
Kepala Dinas instansi yang terkait dengan sektor atau sub sektor yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB Kabupaten.
B) Sampel
Penentuan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu : Teknik Purposive
Sampling melalui tahapan sebagai
berikut : 1.
Tahap pertama, penentuan kecamatan terpilih, dilakukan secara purposive (secara sengaja) berdasarkan hasil kajian literatur dan pertimbangan geografis. Adapun kecamatan terpilih adalah Kecamatan Sausu (Kontribusi sektor pertanian 72,00 %), Kecamatan Parigi Selatan (Kontribusi sektor pertanian 68,77 %), Kecamatan Toribulu (Kontribusi
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
Anhulaila M. Palampanga
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Petani Terpilih Menurut Kecamatan
dan Desa, Tahun 2007Rumah Rumah Tangga No. Kecamatan Desa Tangga Petani Terpilih Petani
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Sausu Sausu trans
82
8 Balinggi jati
62
6
2. Parigi Selatan Dolago 188
18 Tindaki
70
7
3. Toribulu Pinotu
95
9 Toribulu
75
7
4. Bolanu Lambunu Wanamukti 208
20 Tinombala 184
17 Jumlah Sampel Rumah Tangga Petani 964
91 Sampel ditetapkan secara
a) Metode Location Quotient (LQ)
proporsional dengan menggunakan Teknik analisis LQ merupakan rumus (Nasir,1989: 38) sebagai berikut : cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
N n 2
sektor/subsektor kegiatan tertentu, tapi
N ( d )
1 Dimana : cara ini belum memberikan kesimpulan n = Jumlah sampel yang diambil akhir. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien N = Jumlah pelaku usaha pada dengan menggunakan jumlah Nilai
Tambah Bruto (NTB) masing-masing sektor unggulan
2 sektor yang dijadikan sebagai kriteria.
d = presisi yang ditetapkan Perbandingan relatif ini dinyatakan
2 secara matematis (Lincolin
Penentuan presisi (d ), ditetapkan Arsyad,1999:142), sebagai berikut : dengan menggunakan persentase terkecil
S / N S / S i i i LQ = =
S / N N / N yaitu sebesar 10 %. i
Dimana : N 964
LQ = Location Quotient n = = = 90,60
2 S = Jumlah NTB sektor i di i
N. d + 1 964 (0,01)+ 1 Kabupaten Parigi Moutong
S = Jumlah NTB semua sektor di Kabupaten Parigi Moutong
Dengan demikan, dari 964 rumah N = Jumlah NTB sektor i di Provinsi
i
tangga petani, diambil sebanyak 91 Sulawesi Tengah N = Jumlah NTB semua sektor di responden
Provinsi Sulawesi Tengah Interpretasi dari hasil penghitungan
2. Metode Analisis yaitu :
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
- Apabila LQ i > 1 mengindikasikan potensi sektor i tersebut cukup besar atau sektor basis (B)
- Apabila LQ i < 1 mengindikasikan potensi sektor i tersebut tidak besar atau sektor non basis (NB).
b) Analisis Deskriptif
Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1;
Teknik analisis deskriptif dilakukan untuk dapat mengakumulasi dan menjustifikasi data-data kualitatif yang tidak dapat dikuantitatifkan, tapi berpengaruh sebagai variabel penelitian. Salah satu bentuk analisis deksriptif yaitu dengan teknik analisis SWOT (Strength,
Weakneses, Opportunities, and Threat ).
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi pengembangan suatu objek, dalam hal ini adalah strategi pengembangan komoditi unggulan sektor pertanian.
Rangkuti (2006:18,21), mengemukakan bahwa analisis SWOT adalah bagian dari proses perencanaan strategi yang dilakukan dalam tiga tahap pengumpulan data, analisis dan pengambilan keputusan. Dalam tahap pengumpulan data, dilakukan pengklarifikasian data eksternal dan internal. Adapun analisis faktor strategis eksternal maupun internal, sebagai berikut :
Faktor Strategis Eksternal untuk mengamati peluang dan ancaman:
Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.
Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor; 5)
Anhulaila M. Palampanga Jurnal
4) Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3.
Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1;
3) Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1.
1. Analisis Faktor Strategis Eksternal
Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1; 2)
Summary/EFAS ), dengan langkah
Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis
Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi.
PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
sebagai berikut : 1)
Anhulaila M. Palampanga Tabel 2. Faktor-Faktor Strategis Eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysi
Summary/EFAS) Faktor-faktor
Skor (Bobot x Bobot Rating Strategis Eksternal Rating)
Peluang (Opportunities/O) : bobot peluang 1 rating peluang 1
1. Peluang 1 bobot peluang 2 rating peluang 2
2. Peluang 2
Jumlah O a B
Ancaman (Threats/T) : bobot ancaman 1 rating ancaman 1
1. Ancaman 1 bobot ancaman 2 rating ancaman 2
2. Ancaman 2
Jumlah T c D
T o t a l (a+c) = 1 (b+d)
Sumber : Rangkuti, 2006 mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis
2. Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan cara yang sama
menyusun tabel Faktor-faktor Strategis
Internal
Analisis faktor strategis internal Internal (Internal Strategic Factors adalah analisis yang menilai Analysis Summary/IFAS). Bentuk tabel prestasi/kinerja yang merupakan faktor IFAS adalah sepeti terlihat pada Tabel 3. kekuatan dan kelemahan yang ada untuk
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
Anhulaila M. Palampanga Tabel 3. Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis
Summary/IFAS) Skor Faktor-faktor Bobot Rating (Bobot x Strategis Internal
Rating)
Kekuatan bobot kekuatan 1 rating kekuatan (Stregths/S) :
1 bobot kekuatan 2 1. rating kekuatan
Kekuatan 1 2.
2 Kekuatan 2
Jumlah S a B
Kelemahan Bobot kelemahan rating kelemahan (Weaknesses/W):
1
1 1. bobot kelemahan rating kelemahan
Kelemahan
1
2
2 2. Kelemahan
2 Jumlah W c D
T o t a l (a+c) = 1 (b+d)
Sumber : Rangkuti, 2006 Selanjutnya berdasarkan analisis 2)
Strategi WO bertujuan memperbaiki faktor-faktor strategis eksternal dan kelemahan internal dengan internal, maka disusun matriks SWOT memanfaatkan peluang dari yang dikembangkan adalah matriks lingkungan luar. TOWS. Dalam matriks TOWS 3)
Strategi ST digunakan untuk tampaknya lebih mendahulukan analisis menghindari atau paling tidak ancaman dan peluang untuk kemudian memperkecil dampak ancaman yang melihat sejauhmana kapasitas internal akan datang dari luar. sesuai dan cocok dengan faktor-faktor 4)
Strategi WT digunakan untuk eksternal tersebut. Strategi mendapatkan memperkecil kelemahan internal dan matriks TOWS terdiri atas empat strategi menghindari ancaman eksternal. yang akan ditampilkan :
Berdasarkan strategi yang 1) digunakan dalam matriks TOWS maka
Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang model matriks yang digunakan adalah tersedia dalam lingkup eksternal. sebagai berikut :
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
Anhulaila M. Palampanga Matriks Analisis SWOT Internal
Strenghts (S) Weaknesses (W)
Susunan daftar kekuatan Susunan daftar kelemahan
Eksternal Strategi WO
Opportunities (O) Strategi SO
Tanggulangi kelemahan Susunan daftar Pakai kekuatan untuk dengan memanfaatkan peluang memanfaatkan peluang peluang
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
Susunan daftar Pakai kekuatan untuk Perkecil kelemahan dan ancaman menghindari ancaman hindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2006
Sesuai data dan informasi awal e.
Pembangunan prasarana dan sarana yang dapat dari pengamatan di lapangan, transportasi sehingga dapat maka faktor-faktor analisis SWOT mempertinggi aksesbilitas, yang adalah, sebagai berikut : dapat berpengaruh terhadap pengembangan komoditi unggulan.
1. Kekuatan (Strength)
Beberapa faktor potensi yang 1.
Kelemahan (Weakness)
dimiliki oleh suatu wilayah kabupaten
a. sektor yang Pengembangan dapat dilihat sebagai aspek kekuatan berorientasi ekspor masih relatif
(strength) pengembangan komoditi rendah, baik oleh pemerintah maupun unggulan sektor pertanian Kabupaten oleh pelaku dunia usaha; Parigi Moutong terdiri atas : b.
Pembinaan terhadap dunia usaha kecil dan menengah oleh pemerintah a. masih relatif rendah, sehingga
Letak Geografis Letak geografis merupakan faktor kualitas produk masih rendah pula; pendorong tumbuh tidaknya suatu c.
Pelaku dunia usaha masih berusaha kegiatan ekonomi, maka sehubungan pada kegiatan yang bernuansa lokal, dengan hal tersebut, maka tingkat nampak belum mengarah produk aksesbilitas eksternal yang dapat bernuansa ekspor; mendukung pengembangan komoditi d.
Belum terdapatnya kebijakan pada unggulan; tingkat Pemerintah yang mengarah ke b. berbagai potensi masyarakat, swasta dan pelaku dunia
Memiliki sumberdaya alam yang selama ini usaha, tentang pentingnya belum dikelola secara optimal; pengembangan komoditi unggulan.
c.
2. Kesempatan (Opportunity)
Terdapat berbagai sarana dan prasarana yang dapat mendukung a.
Terjaminnya pasar dari produksi pengembangan komoditi unggulan; komoditi unggulan secara d. berkelanjutan baik dalam negeri
Jenis tanah termasuk dalam kategori subur, yang masih terhampar luas dan maupun luar negeri; dapat dijadikan sebagai b.
Adanya kestabilan harga dari pengembangan sektor; produksi komoditi unggulan;
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
Anhulaila M. Palampanga Jurnal
1. Penentuan Komoditas Unggulan
Peningkatan sarana dan prasarana dasar dalam wilayah seperti telepon, air, listrik, jalan, parkir, dan lain-lain, dari tahun ke tahun meningkat; d.
Adanya program pemanfaatan limbah dari produksi pertanian seperti komoditi kakao sebagai pakan ternak; e. Tersedianya sumber pembiayaan baik yang berasal dari lembaga perbankan maupun non bank; f. Tersedianya sarana informasi guna meningkatnya promosi mulai tingkat regional, nasional sampai ke tingkat international melalui media cetak seperti pembuatan buku penuntun/booklet dalam berbagai bahasa media elektronik melalui televisi dan internet.
Tahapan awal penentuan komoditas unggulan Kabupaten Parigi Moutong dilakukan terlebih dahulu dengan mengindentifikasi sektor basis. Dari 9 sektor dilakukan penghitungan dengan metode LQ dihasilkan terdapat empat sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi dengan kriteria nilai LQ > 1 sebagai berikut:
Penyediaan dan distribusi pupuk yang tidak berjalan dengan baik; c.
Tidak terjaga kestabilan harga, akibat krisis ekonomi atau keuangan baik lokal maupun international; d. Adanya penurunan konsumsi hasil produk primer (pertanian) akibat turunnya daya beli masyarakat.
D. PEMBAHASAN
4. Ancaman (Treath) a.
Banyaknya produksi komoditi unggulan di pasar regional maupan internasional yang berasal dari daerah lain; b.
1.21
0.43 PDRB 4 788 014 28 151 502 Sumber : Diolah dari data BPS, Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka Atas dasar sektor unggulan tersebut kemudiandilakukan analisis tentang strategi yang tepat untuk pengembangan komoditi dari sektor basis, melalui analisis SWOT.
9. Jasa-Jasa 322 849 4 461 090
0.20
8. Keu. Persewaan, & J. Prsh 44 505 1 283 392
1.12
7. Pengangkutan & Komunikasi 369 959 1 949 036
1.24
6. Perdag., Hotel & Restoran 706 150 3 348 777
5. Bangunan 362 535 1 762 747
Tabel 4. Sektor Basis Berdasarkan Perhitungan LQ Kabupaten Parigi Moutong Sektor Ekonomi NTB (Juta Rp) LQ Parigi
Moutong
Sulawesi0.31
4. Listrik, Gas & Air Bersih 9 320 174 633
0.95
3. Industri Pengolahan 339 972 2 108 897
PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli c.
2. Pertambangan & Penggalian 79 027 1 166 251
1.26
1. Pertanian 2 553 698 11 896 679
Tengah (1) (2) (3) (4)
0.39
Anhulaila M. Palampanga Jurnal
2. Strategi dan Pengembangan Komoditas Unggulan
- –faktor strategi eksternal dapat diketahui bahwa posisi internal dan eksternal usaha tani komoditi Padi dalam posisi kuadran I (1,05; 0,69).
PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
Dalam penentuan strategi dan pengembangan komoditas unggulan (metode penentuan komoditi unggulan tidak disajikan seperti metode skoring, AHP), maka perumusan strategi yang tepat bagi pengembangan komoditi unggulan dilakukan dengan metode SWOT. Langkah awal yaitu penentuan faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi usahatani komoditi Padi (Tanaman Pangan) dan Kakao (Perkebunan) sebagai komoditi unggulan.
Mengikuti langkah-langkah dan kaidah perhitungan SWOT maka diperoleh kesimpulan bahwa:
a. Komoditi Padi
Dari matriks faktor-faktor strategi internal dan matriks faktor
Gambar 4.2 menujukkan posisi usaha tani komoditi padiPeluang Posisi Usaha Tani Padi (1,05;0,69)
Kuadran III Kuadran I Kelemahan
Kekuatan Kuadran IV Kuadran II
Ancaman
Gambar 4.2 Posisi Kuadran Usaha Tani PadiDari hasil analisis melalui matriks SWOT diperoleh alternatif strategi bagi pengembangan komoditi Padi di Kabupaten Parigi Moutong, yang merupakan kombinasi (pencocokan) antara kekuatan - peluang, kekuatan - ancaman, kelemahan - ancaman dan kelemahan - peluang.
Penentuan alternatif strategi yang tepat berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang berada pada posisi kuadran I maka strategi yang tepat adalah strategi SO yaitu: (1) Merumuskan kebijakan pengembangan sumber daya alam dalam pembangunan pertanian, (2) Mengoptimalkan pengembangan produk yang berorientasi pasar, khususnya lokal serta target pasar utama yaitu Kawasan Timur Indonesia, (3) menjalin dan meningkatkan kemitraan.
Anhulaila M. Palampanga
b. Komoditi Kakao eksternal usaha tani komoditi kakao Dari matriks faktor-faktor strategi dalam posisi kuadran I (1,05; 1,13).
internal dan matriks faktor Gambar berikut menujukkan posisi
- –faktor strategi eksternal (diolah secara terpisah) dapat usaha tani komoditi kakao: diketahui bahwa posisi internal dan
Peluang Posisi Usaha Tani kakao (1,05;1,13)
Kuadran III Kuadran I Kelemahan
Kekuatan Kuadran IV Kuadran II
Ancaman
Gambar 4.3. Posisi Kuadran Usaha Tani KakaoStrategi yang tepat berdasarkan
E. KESIMPULAN
faktor-faktor strategis internal dan Berdasarkan hasil analisis, maka eksternal yang berada pada posisi dapat ditarik beberapa kesimpulan kuadran I adalah strategi SO, yaitu : (1) sebagai berikut : Merumuskan kebijakan pengembangan 1.
Sektor Pertanian termasuk unggulan sumber daya alam khususnya pertanian di Kabupaten Parigi Moutong (kakao) berdasarkan kesesuaian lahan khususnya sub sektor tanaman dengan tanaman yang akan pangan(padi) dan sub sektor dikembangkan, (2) Mengoptimalkan perkebunan (kakao) produksi biji kakao dengan
2. Untuk mengembangkan komoditi meningkatkan produktivitas melalui unggulan berdasarkan analisis program intensifikasi dan extensifikasi, SWOT, ditemukan beberapa strategi (3) Merumuskan kebijakan penanaman untuk pengembangan komoditas modal melalui program kemitraan guna unggulan seperti padi dan kakao mendukung pasca panen biji kakao. dengan strategi SO, yaitu : (a)
Merumuskan kebijakan pengembangan sumber daya alam khususnya pertanian berdasarkan kesesuaian lahan dengan tanaman
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli
Anhulaila M. Palampanga
yang akan dikembangkan, (b) Patta Tope,2006. Komoditi Unggulan Mengoptimalkan produksi dengan Sektor Pertanian di Kawasan Sentra meningkatkan produktivitas melalui Produksi kabupaten Banggai program intensifikasi dan Kepulauan. Jurnal Agroland, Vol. 13 extensifikasi, (c) Merumuskan No. 1 Maret 2006, Hal. 53-58. kebijakan penanaman modal melalui Rahmat Hendayana, 2003. Aplikasi program kemitraan. Metode Location Quotient (LQ)
Dalam Penentuan Komoditi
DAFTAR PUSTAKA Unggulan. Jurnal Informatika
Pertanian Bogor 2003.Affif Faisal, 1994. Menuju Pemasaran Rangkuti Freddy. (2006). Analisis Global. Trend Pemasaran SWOT Teknik Membedah Kasus Internasional Ersco, Bandung. Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Blake J.E., 1994. Planing Local Jakarta.
Economic Development , Theory and Saaty, T. L., 1993. Pengambilan practice, second edition, Sage Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT.
Publication, London . Pustaka Binaman Pressindo,Jakarta Hasan M I.,2002. Metodologi Penelitian Soetriono,2006. Daya Saing Pertanian dan Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Dalam Tinjauan Analisis. Bayu
Jakarta Media Publishing. Malang Jawa Iskandar S., 1999. Kebijaksanaan Timur. Pendayagunaan Sumber daya Lahan Sugiyono, 2007. Statistik Non untuk Pengembangan Wilayah,UI Parametrik. CV. Alfabeta, Bandung Press, Jakarta Wiroatmojo P.,2005. Otonomi Dan
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pembangunan Daerah. Lembaga Pengambilan Keputusan Kriteria Administrasi Negara, Jakarta Majemuk, PT. Graemdia Widiasarana
B. Dokumen Indonesia,Jakarta. BPS. 2007, Kabupaten Parigi Moutong
Nasir, M. 1989, Metode Penelitian, Dalam Angka. BPS Parigi Moutong, Gahlia, Indonesia Parigi
Jurnal PERSEPSI, Edisi No.2/Thn.XV/Juli