BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap Menurut Ketentuan Akuntansi Komersial Dan Fiskal Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT. Trimedya Primatech - Ubharajaya Repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Sudut Pandang Akuntansi

2.1.1.1. Definisi Aset Tetap

  Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 dinyatakan bahwa Aset Tetap adalah barang fisik (berwujud) yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu tahun.

  Aset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan operasi, produksi atau penyediaan barang dan jasa, atau untuk disewakan (rental) kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari 1 tahun atau tidak ada tujuan untuk dijual kembali atau diperjual belikan. (Wirawan,2015)

  PSAK No. 16 mengatur perlakuan asset akuntansi Aset Tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di Aset Tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Hal utama dalam akuntansi Aset Tetap adalah pengakuan asset, penentuan jumlah tercatat, pembebanan penyusutan, dan rugi penurunan nilai atas Aset Tetap. (Wirawan,2015).

  Pada dasarnya tidak ada perbedaan dalam definisi Aset Tetap, hanya saja pendapat tersebut saling melengkapi sehingga benar-benar diakui bahwa Aset Tetap adalah bagian asset yang dimiliki perusahaan utuk digunakan dalam kegitan operasional perusahaan yang umurnya digunakan lebih dari satu tahun atau satu periode.

  Selanjutnya, dijelaskan kembali pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Tahun 2015 No. 16 paragraf 7 disebutkan bahwa :

  “suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu Aset dan dikelompokkan sebagai Aset Tetap bila ” : a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari asset tersebut,dan b.

  Biaya perolehan Aset dapat diukur secara handal.

  Kecuali tanah, semua jenis Aset mempunyai umur terbatas, baik menurut akuntansi maupun ketentuan perpajakan nilai Aset Tetap tidak boleh dibebankan sekaligus sebagai biaya. Dalam ketentuan fiskal, Aset Tetap disebut dengan istilah harta berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan , menagih, dan memeliharan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Menurut akuntansi komersial, Aset Tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dicatat berdasarkan harga beli ditambah biaya yang terjadi dalam rangka menempatkan Aset tersebut pada kondisi dan yang siap dipergunakan. Seperti Bea Masuk, PPN, biaya pengangkutan, dan lain sebagainya.

  Aset Tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu a.

  

Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-

gedung perusahaan.

  b.

  

Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun

perusahaan, tempat parkir, pagar dan saluran air bawah tanah.

  c.

  

Gedung, seperti gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, dan

  gudang d.

  

Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, dan

kendaraan.

2.1.1.2. Perolehan Aset Tetap

  Menurut PSAK 16 paragraf 11, Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan Aset Tetap tersebut, meskipun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomi masa depan dari Aset Tetap tertentu yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomi masa depan dari asset lain. Aset tetap tersebut memenuhi syarat pengakuan asset, karena asset tersebut memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari asset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya asset tersebut tidak diperoleh. Sebagai contoh pabrik kimia mungkin menginstalasi proses penanganan kimiawi berbahaya, perbaikan pabrik yang terkait diakui sebagai asset karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat memproduksi dan menjual kimiawi. Akan tetapi tercatat asset tersebut dan asset terkait dikaji untuk penurunan nilai sesuai PSAK 48: penurunan nilai asset. Dan juga sesuai dengan prinsip pengakuan diparagraf 07, entitas tidak mengakui biaya perawatan sehari-hari Aset Tetap sebagai bagian dari Aset Tetap tersebut. Sebaliknya, biaya tersebut diakui dalam laba rugi pada saat terjadinya. Aset tetap yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai asset diukur pada biaya perolehan. Biaya perolehan Aset Tetap meliputi dibawah ini: a.

  Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.

  b.

  Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa asset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya asset tersebut siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.

  c.

  Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan Aset Tetap dan restorasi lokasi Aset Tetap, kewajiban tersebut timbul ketika Aset Tetap diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan Aset Tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk memproduksi persediaan selama periode tersebut.

2.1.1.3. Penyusutan

  Definisi penyusutan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2015) adalah sebagai berikut: “Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset selama umur manfaatnya.

  Definisi penyusutan menurut Rudianto (2012:260) adalah sebagai berikut: “Penyusutan adalah pengalokasian harga perolehan aset tetap menjadi beban ke dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat dari aset tetap tersebut.”

  Definisi penyusutan menurut Waluyo (2014:120) adalah sebagai berikut : “Penyusutan adalah biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi dengan nilai sisa.”

  Definisi penyusutan menurut Hery (2015:274) adalah sebagai berikut: “Penyusutan adalah alokasi secara periodik dan sistematis dari harga perolehan aset selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan aset tetap”

  Dari beberapa bagian Aset Tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh asset harus disusutkan secara terpisah. Penyusutan suatu asset dimulai ketika asset siap digunakan, yaitu ketika asset berada pada lokasi dan kondisi yang diperlukan supaya asset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan asset dihentikan lebih awal ketika asset tersebut diklasifikasi sebagai asset dimiliki untuk dijual. (PSAK 16 tahun 2015 h. 55)

  Biaya penyusutan adalah biaya yang bukan merupakan biaya yang dikeluarkan dari kas. Penyusutan dilakukan sebab masa manfaat dan potensi Aset yang dimiliki semakin berkurang, Pengurangan nilai Aset tersebut dibebankan sebagai biaya secara berangsur-angsur atau proporsional.

  Alokasi biaya Aset Tetap dilakukan dengan membukukan ke rekening biaya (debet) dan ke rekening akumulasi pennyusutan (kredit). Rekening biaya akan tampak dalam perhitunngan laba rugi, sedangkan akumulasi penyusutan terlihat dalam neraca.

a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyusutan

   Menurut Rudianto (2012:260) terdapat tiga faktor yang perlu

  dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode, yaitu: 1.

  Harga Perolehan Yaitu keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.

2. Nilai Sisa (Residu)

  Yaitu taksiran harga jual aset tetap pada akhir masa manfaatnya. Setiap perusahaan akan memiliki taksiran yang berbeda satu dengan lainnya atas suatu jenis aset tetap yang sama. Jumlah taksiran nilai residu juga akan sangat dipengaruhi oleh umur ekonomisnya, inflasi, nilai tukar mata uang, bidang usaha, dan sebagainya.

3. Taksiran Umur Kegunaan

  Yaitu taksiran masa manfaat dari aset tetap. Masa manfaat adalah taksiran umur ekonomis dari aset tetap, bukan umur teknis. Taksiran masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi, atau satuan jam kerja.

2.1.1.4. Metode Penyusutan

  Aset tetap berwujud dapat disusutkan dalam beberapa metode, oleh karena itu pemilihan metode penyusutan yang akan dipakai terhadap suatu aset berwujud harus dipertimbangkan dengan baik. Metode penyusutan yang dipilih dan dianggap tepat untuk jenis aset tertentu, belum dapat dipastikan akan tepat untuk diterapkan pada jenis aset lain karena perbedaan sifat dan pola penggunaan aset tersebut.

  Menurut Hery (2016:279) ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam prakteknya, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aset yang dimilikinya. Beberapa metode tersebut yaitu:

1. Berdasarkan Waktu a.

  Metode Garis Lurus Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini menghubungkan alokasi biaya dengan berlalunya waktu, dan mengakui pembebanan periodik yang sama sepanjang umur aset. Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus akan dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut ini terpenuhi, yaitu beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan sepanjang umur aset, tingkat efisiensi operasi aset pada periode berjalan sama baiknya dengan periode- periode sebelumnya, pendapatan (arus kas bersih) yang bisa dicapai dengan mempergunakan aset tersebut jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur aset, dan semua estimasi yang diperlukan, termasuk estimasi masa manfaat diprediksi dengan tingkat kepastian yang memadai. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan periodik dapat dihitung sebagai berikut: Rumus Metode Garis Lurus: b.

  Metode Pembebanan yang Menurun Metode ini terdiri atas metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda. Beberapa kondisi yang memungkinkan penggunaan metode beban penurunan adalah sebagai berikut: kontribusi jasa tahunan yang menurun, efisiensi operasi atau prestasi operasi yang menurun, terjadi kenaikan beban perbaikan dan pemeliharaan, turunnya aliran masuk kas atau pendapatan, dan adanya ketidakpastian mengenai besarnya pendapatan dalam tahun-tahun belakangan.

1. Metode Jumlah Angka Tahun

  Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya. Perhitungannya dilakukan dengan mengalihkan suatu seri pecahan ke nilai perolehan aset yang dapat disusutkan. Besarnya nilai perolehan aset yang dapat disusutkan adalah selisih antara harga perolehan aset dengan estimasi nilai residunya. Pecahan yang dimaksud didasarkan pada masa manfaat aset bersangkutan. Unsur pembilang dari pecahan ini merupakan angka tahun yang diurutkan secara berlawanan (dengan kata lain mencerminkan banyaknya tahun dari umur ekonomis yang masih tersisa pada awal tahun bersangkutan), sedangkan unsur penyebut dari pecahan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh angka tahun dari umur ekonomis aset, atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : (variable n yang dimaksud dalam rumus ini adalah lamanya estimasi masa manfaat aset). Rumus Metode Jumlah Angka Tahun:

  ( ) Keterangan : n : Lamanya estimasi masa manfaat aset

2. Metode Saldo Menurun Ganda

  Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodik yang menurun selama estimasi umur ekonomis aset. Jadi, metode ini pada hakekatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya beban penyusutan akan menurun setiap tahunnya. Beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif prosentase (konstan) ke nilai buku aset yang kian menurun. Besarnya tarif penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tarif penyusutan garis lurus, sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun ganda. Aset tetap dengan estimasi masa manfaat 5 tahun akan memiliki tarif penyusutan garis lurus 20% dan tarif penyusutan saldo menurun ganda 40%, sedangkan aset tetap dengan estimasi masa manfaat 10 tahun akan memiliki tarif penyusutan garis lurus 10% dan tarif penyusutan saldo menurun ganda 20% dan seterusnya.

  Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya estimasi nilai residu tidak digunakan dalam perhitungan, dan penyusunan tidak akan dilanjutkan apabila nilai buku aset telah sama atau mendekati estimasi nilai residunya. Besarnya penyusutan untuk tahun terakhir dari ekonomis aset harus disesuaikan agar supaya nilai buku di akhir masa manfaat aset tetap tersebut mencerminkan besarnya estimasi nilai residu. Rumus Metode Saldo Menurun Ganda:

  Tarif Penyusutan = 2 x Tarif Penyusutan Garis Lurus

  2. Berdasarkan Penggunaan

  a. Metode Jam Jasa Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatu aset menunjukan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya beban penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aset berupa jumlah jam jasa yang dapat diberikan oleh aset bersangkutan. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total jam jasa, menghasilkan besarnya tarif penyusutan untuk setiap jam pemakaian aset. Pemakaian aset sepanjang periode (jumlah jam jasanya) dikalikan dengan tarif penyusutan tersebut akan menghasilkan besarnya beban penyusutan periodik. Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada jumlah konstribusi jam jasa yang diberikan oleh aset bersangkutan. Rumus Metode Jam Jasa: b.

  Metode Unit Produksi Metode unit produksi didasarkan pada anggapan bahwa aset yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit output yang dapat dihasilkan aset. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi mengenai total unit output yang dapat dihasilkan selama suatu periode dikalikan dengan tarif penyusutan per unit menghasilkan besarnya beban penyusutan periodik. Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada konstribusi yang dibuat oleh aset dalam unit yang dihasilkannya.

  Rumus Metode Unit Produksi:

2.1.2. Sudut Pandang Perpajakan

2.1.2.1. Definisi Pajak

  Pengertian Pajak menurut Djajadiningrat adalah pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Menurut PJ. A.Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dan sedangkan menurut MJH Smeets, Pajak merupakan prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adannya kontra prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintahan.

  Menurut Undang Undang Pajak Penghasilan dalam Pasal 1 UU No. 36 tahun 2008. Undang undang ini mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diprolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam undang-undang ini disebut wajib pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

  Dalam istilah “tahun pajak” dalam undang undang ini adalah tahun kalender, tetapi wajib pajak dapat menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender, dalam sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 bulan.

  Menurut Undang Undang Pajak penghasilan dalam pasal 2 UU No. 36 Tahun 2008. Yang Menjadi Subjek Pajak adalah: a.

1. Orang pribadi

  Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun diluar Indonesia.

  2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

  b.

  Badan, dan c. Bentuk Usaha Tetap

  Bentuk usaha tetap merupakan subjek badan yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orag pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

  Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jagka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Sedangkan Subjek Pajak Luar Negeri adalah Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

  Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipai untuk konsumsi atau untuk untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk gaji, tunjangan, hononarium, komisi, bonus, hadiah, laba usaha, keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta dan lain-lain.

  2.1.2.2. Definisi Aset Tetap

  Secara umum Aset Tetap adalah harta berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap atau dibangun sendiri yang harus memenuhi kriteria yaitu tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal dan dimiliki dan digunakan dalam usaha atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, dengan suatu masa manfaat yang lebih dari satu tahun.

  2.1.2.3. Penyusutan

  Penyusutan menurut Undang-undang tentang Pajak Penghasilan Pasal 11 ayat (1) dan (2) pengertian penyusutan ialah “Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta berwujud melalui penyusutan.

  Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan Undang-undang no. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 11 dilakukan:

  1. Dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight line method)

2. Dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method).

  Berdasarkan Undang-undang no.36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal mengenai masa manfaat Aset Tetap dan tarif penyusutan yang berlaku untuk menghitung beba penyusutan dengan menggunakan metode penyusutan Aset Tetap berdasarkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance method).

  Menurut Undang Undang No.17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan, penyusutan merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. UU No. 17 tahun 2000 pasal 11 ayat (3) dan ayat (4), menentukan saat penyusutan dimulai pada:

1. Tahun dikeluarkannya pengeluaran, atau 2.

  Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun harta tersebut selesai, atau

  3. Dengan ijin Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada tahun harta berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada tahun harta tersebut penghasilan.

  4. Jadi saat dimulainya penyusutan adalah awal tahun pembelian/pengeluaran atau pada awal tahun selesainya pengerjaan harta atau awal tahun harta berwujud tersebut mulai digunakan. Sedangkan saat berakhirnya penyusutan adalah awal tahun penarikan Aset tersebut dari pemakaian.

2.1.2.4. Cara dan Tarif Penyusutan Aset Tetap

  Undang-Undang No.17 Tahun 2000 pasal 11 ayat (6) menyatakan bahwa harta tetap berwujud digolongkan menjadi dua golongan, yaitu: a.

  Golongan bukan bangunan yang dirinci menjadi empat kelompok, dan b. Golongan bangunan yang dirinci menjadi dua kelompok, yaitu bangunan yang bersifat permanen dan tidak permanen

  

Tabel 2.1.

Cara penyusutan dan tarif penyusutan Aset Tetap dengan UU No. 17 tahun

2000 pasal 11 ayat (6)

  Masa Manfaat (Tahun) Tarif Penyusutan

  Straight Line Method (Ayat1) Double Declining Method (Ayat 2)

  1.Bukan Bangunan Kelompok 1 4 25% 50% Kelompok 2 8 12,5% 25% Kelompok 3 16 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 5% 10%

  2.Bangunan Permanen 20 5% -

  Tidak 10 10% -

  Sumber: Undang-Undang Pajak RI

  Cara penentuan penyusutan menurut UU No. 17 tahun 2000 pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) metode penyusutan yang digunakan adalah: (1)

  Metode garis lurus (straight line method) untuk semua harta berwujud dan (2)

  Metode pembenanan menurun (declining balance method), untuk harga berwujud selain bangunan.

  Selain itu tarif penyusutan tiap golongan dan kelompok berbeda- beda menurut masa manfaat. Tabel diatas telah menyajikan cara penyusutan dan tarif penyusutan Aset Tetap sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 pasal 11 ayat (6).

  2.1.2.5. Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan Tabel 2.2. Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Kelompok 1 No Jenis Usaha Jenis Harta 1.

  Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.

  2. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner

dan sejenisnya.

  3. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi dan

  1 Semua jenis usaha sejenisnya.

  4. Sepeda motor, sepeda dan becak.

  5. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.

  6. Dies, jigs, dan mould.

  7. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.

Pertanian, perkebunan, Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti

  2 kehutanan, cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.

  Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, Industri makanan dan

3 huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan

minuman sejenisnya.

  

Transportasi dan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai

  4 Pergudangan angkutan umum.

  

Industri semi Falsh memory tester, writer machine, biporar test

  5 konduktor system, elimination (PE8-1), pose checker.

  Jasa Persewaan Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys,

  6 Peralatan Tambat Air Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris.

  Dalam Jasa telekomunikasi

  7 Base Station Controller selular

Tabel 2.3. Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok 2 No Jenis Usaha Jenis Harta 1.

  Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari dan sejenisnya yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Alat pengatur udara seperti AC, kipas angin dan sejenisnya.

1 Semua jenis usaha 2.

  Mobil, bus, truk, speed boat dan sejenisnya.

  3. Container dan sejenisnya.

  1. Mesin pertanian/perkebunan seperti traktor dan mesin bajak, penggaruk, penanaman, penebar benih dan sejenisnya. Pertanian, perkebunan,

  2 kehutanan, perikanan

  2. Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.

  1. Mesin yang mengolah produk asal binatang, unggas dan perikanan, misalnya pabrik susu, pengalengan ikan .

  2. Mesin yang mengolah produk nabati, misalnya mesin minyak kelapa, margarin, penggilingan

Industri makanan dan kopi, kembang gula, mesin pengolah biji-bijian

  3 minuman seperti penggilingan beras, gandum, tapioka.

  3. Mesin yang menghasilkan/memproduksi minuman dan bahan-bahan minuman segala jenis.

  4. Mesin yang menghasilkan/memproduksi bahan- bahan makanan dan makanan segala jenis. Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin ringan

  4 Industri mesin (misalnya mesin jahit, pompa air).

  1. Mesin dan peralatan penebangan kayu.

  5 Perkayuan, kehutanan 2.

  Mesin yang mengolah atau menghasilkan atau memproduksi bahan atau barang kehutanan. Peralatan yang dipergunakan seperti truk berat, dump

  6 Konstruksi truck, crane buldozer dan sejenisnya.

  1. Truk kerja untuk pengangkutan dan bongkar muat, truk peron, truck ngangkang, dan sejenisnya; Transportasi dan

  7 2.

  Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus Pergudangan dibuat untuk pengangkutan barang tertentu

  No Jenis Usaha Jenis Harta 3.

  (misalnya gandum, batu – batuan, biji tambang dan sebagainya) termasuk kapal pendingin, kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat sampai dengan 100 DWT;

  4. Kapal yang dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal-kapal suar, kapal pemadam 7 kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan sejenisnya yang mempunyai berat sampai dengan

  100 DWT; 5. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat sampai dengan 250 DWT;

  Kapal balon.

  1. Perangkat pesawat telepon;

  8 Telekomunikasi 2.

  Pesawat telegraf termasuk pesawat pengiriman dan penerimaan radio telegraf dan radio telepon. Auto frame loader, automatic logic handler, baking oven, ball shear tester, bipolar test handler (automatic), cleaning machine, coating machine, curing oven, cutting press, dambar cut machine, dicer, die bonder, die shear test, dynamic burn-in system oven, dynamic test handler, eliminator (PGE-01), full automatic handler, full

  Industri semi automatic mark, hand maker, individual mark, inserter

  9 konduktor remover machine, laser marker (FUM A-01), logic test system, marker (mark), memory test system, molding, mounter, MPS automatic, MPS manual, O/S tester manual, pass oven, pose checker, re-form machine, SMD stocker, taping machine, tiebar cut press, trimming/forming machine, wire bonder, wire pull tester.

  Jasa Persewaan

  10 Peralatan Tambat Air Spoolling Machines, Metocean Data Collector Dalam Mobile Switching Center, Home Location Register, Visitor Location Register. Authentication Centre,

  Jasa Telekomunikasi Equipment Identity Register, Intelligent Network

  11 Seluler Service Control Point, intelligent Network Service Managemen Point, Radio Base Station, Transceiver Unit, Terminal SDH/Mini Link, Antena

Tabel 2.4. Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Kelompok 3 No Jenis Usaha Jenis Harta

  Pertambangan Mesin-mesin yang dipakai dalam bidang pertambangan, 1 selain minyak dan termasuk mesin-mesin yang mengolah produk pelikan. gas 1.

  Mesin yang mengolah/menghasilkan produk- produk tekstil (misalnya kain katun, sutra, serat- serat buatan, wol dan bulu hewan lainnya, lena

  Permintalan, rami, permadani, kain-kain bulu, tule). 2 pertenunan dan pencelupan

  2. Mesin untuk yang preparation, bleaching, dyeing, printing, finishing, texturing, packaging dan sejenisnya.

  1. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk- produk kayu, barang-barang dari jerami, rumput

  3 Perkayuan dan bahan anyaman lainnya.

2. Mesin dan peralatan penggergajian kayu.

  1. Mesin peralatan yang mengolah/menghasilkan produk industri kimia dan industri yang ada hubungannya dengan industri kimia (misalnya bahan kimia anorganis, persenyawaan organis dan anorganis dan logam mulia, elemen radio aktif, isotop, bahan kimia organis, produk farmasi, pupuk, obat celup, obat pewarna, cat, pernis, minyak eteris dan resinoida-resinonida wangi- wangian, obat kecantikan dan obat rias, sabun,

  4 Industri kimia detergent dan bahan organis pembersih lainnya, zat albumina, perekat, bahan peledak, produk pirotehnik, korek api, alloy piroforis, barang fotografi dan sinematografi.

  2. Mesin yang mengolah/menghasilkan produk industri lainnya (misalnya damar tiruan, bahan plastik, ester dan eter dari selulosa, karet sintetis, karet tiruan, kulit samak, jangat dan kulit mentah).

  Mesin yang menghasilkan/memproduksi mesin

  5 Industri mesin menengah dan berat (misalnya mesin mobil, mesin kapal).

  No Jenis Usaha Jenis Harta 1.

  Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang-barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkapan ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.

  2. Kapal dibuat khusus untuk mengela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam Transportasi dan 6 kebakaran, kapal keruk, keran terapung dan

  Pergudangan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 100 DWT sampai dengan 1.000 DWT.

  3. Dok terapung.

  4. Perahu layar pakai atau tanpa motor yang mempunyai berat di atas 250 DWT.

  5. Pesawat terbang dan helikopter-helikopter segala jenis.

  7 Telekomunikasi Perangkat radio navigasi, radar dan kendali jarak jauh.

Tabel 2.5. Jenis-Jenis Harta Yang Termasuk Dalam Kelompok Kelompok 4 No Jenis Usaha Jenis Harta

  1 Konstruksi Mesin berat untuk konstruksi 1.

  Lokomotif uap dan tender atas rel.

  2. Lokomotif listrik atas rel, dijalankan dengan batere atau dengan tenaga listrik dari sumber luar. Transportasi dan

  2 Pergudangan 3.

  Lokomotif atas rel lainnya.

  4. Kereta, gerbong penumpang dan barang, termasuk kontainer khusus dibuat dan diperlengkapi untuk.

  No Jenis Usaha Jenis Harta

  2 Transportasi dan Pergudangan 5. barang tertentu (misalnya gandum, batu-batuan, biji tambang dan sejenisnya) termasuk kapal pendingin dan kapal tangki, kapal penangkap ikan dan sejenisnya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT.

  6. Kapal dibuat khusus untuk menghela atau mendorong kapal, kapal suar, kapal pemadam kebakaran, kapal keruk, keran-keran terapung dan sebagainya, yang mempunyai berat di atas 1.000 DWT. ditarik dengan satu alat atau beberapa alat pengangkutan.

  7. Kapal penumpang, kapal barang, kapal khusus dibuat untuk pengangkutan barang Dok-dok terapung.

2.1.3. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

2.1.3.1. Definisi Penghasilan Kena Pajak

  Definisi Penghasilan Kena Pajak Menurut Wikipedia adalah Penghasilan Wajib pajak yang menjadi dasar untuk menghitung pajak penghasilan. Penghasilan Kena Pajak didapat dengan menghitung penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. (Wikipedia)

  Menurut Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2008 : Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk :

a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan

  usaha, antara lain: 1.

  Biaya pembelian bahan 2. Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang

3. Bunga, sewa, royalty 4.

  Biaya perjalanan 5. Biaya pengolahan limbah 6. Premi asuransi 7. Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan peraturan

  Menteri Keuangan

  

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi

  atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan pasal

  11A

  

c. Iuran kepada dana pension yang pendirinya telah disahkan oleh menteri

  keuangan

  

d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan

  dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan

  e. Kerugian selisih kurs

  

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia

  g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan

  h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat: 1.

  Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial 2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak dan,

  3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utamanya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.

  4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf k.

  Yang pelaksanaanya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan

i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

  

j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

  Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah

  

k. Biaya pembangunan infrasutruktur social yang ketentuannya diatur dengan

  Peraturan Pemerintah

  

l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

  Pemerintah

  

m. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

  Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut turut sampai dengan 5 tahun.

  Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 7.

2.1.4. Perbedaan Metode Penyusutan Menurut Standar Keuangan Akuntansi dan Perpajakan

  Menurut Azizah et.al, (2014), Penyusutan untuk kepentingan perpajakan secara substansial berbeda dengan penyusutan kepentingan akuntansi. Metode penyusutan menurut akuntansi didesain untuk mempersandingkan antara pengeluaran investasi modal dengan penghasilan sesuai prosedur investasi. Periode Penyusutan atau masa manfaat yang digunakan untuk kepentingan perpajakan didasarkan kepada ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sama sekali tidak terkait dengan masa manfaat Aset Tetap yang bersangkutan atau dengan perkataan lain tidak ada usaha untuk memperbandingkan antara penghasilan dan pengeluaran.

  Adanya pengelompokkan harta berwujud berdasarkan masa manfaat dan sekaligus penetapan presentase tarif penyusutan yang telah diatur dalam pasal 11 Undang-undang pajak penghasilan mengakibatkan adanya perbedaan yang dikenal dengan beda waktu (time difference). Untuk asset yang disusutkan harus dikelompokkan terlebih dahulu sesuai masa manfaat. Akuntansi komersial mengatur estimasi masa manfaat suatu asset yang dapat disusutkan dengan dasar pertimbangan yang biasanya didasarkan pada pengalaman dengan jenis asset yang serupa.

2.1.5. Perbedaan Perlakuan Penyusutan Dari Sudut Pandang Akuntansi Dan Pajak.

  

Tabel 2.6.

Perbedaan Perlakuan Penyusutan dari Sudut Pandang Akuntansi dan Pajak. Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal

  Masa manfaat:

  a. Masa manfaat ditentukan Aset berdasarkan taksiran umur ekonomis maupun teknis b. Ditelaah ulang secara periodik

  c. Nilai residu bisa diperhitungkan Masa manfaat:

  a. Ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan

  b. Nilai residu tidak diperhitungkan Harga perolehan:

  a. Untuk pembelian menggunakan harga sesungguhnya b. Untuk pertukaran Aset tidak sejenis menggunakan harga wajar

  c. Untuk pertukaran sejenis berdasarkan nilai buku Aset yang lepas

  d. Aset sumbangan berdasarkan harga pasar Harga perolehan:

  a. Untuk transaksi yang tidak mempunyai hubungan istimewa berdasarkan harga yang sesungguhnya b. Untuk transaksi yang mempunyai hubungan istimewa berdasarkan harga pasar

  c. Untuk transaksi tukar

  • – menukar adalah berdasarkan harga pasar
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau penggabungan adalah harga pasar kecuali ditentukan lain oleh Menteri Keuangan

  e. Jika direvaluasi adalah sebesar nilai setelah revaluasi

  a. Penyusutan individual

  b. Dengan izin Menteri Keuangan dapat dilakukan pada tahun penyelesaian atau tahun mulai menghasilkan

  a. Saat perolehan

  b. Saat penyelesaian Saat dimulainya penyusutan:

  a. Saat perolehan

  Saat dimulainya penyusutan:

  a. Penyusutan secara individual kecuali untuk peralatan kecil, boleh secara golongan

  b. Penyusutan gabungan / kelompok Sistem penyusutan:

  Sistem penyusutan:

  Metode penyusutan:

  a. Untuk Aset Tetap bangunan adalah garis lurus b. Untuk Aset Tetap bukan bangunan Wajib Pajak dapat memilih garis lurus atau saldo menurun ganda asal diterapkan secara taat asas

  Metode penyusutan:

  g. Sistem persediaan Perusahaan dapat memilih salah satu metode yang dianggap sesuai, namun harus diterapkan secara konsisten dan harus ditelaah secara periodik

  f. Anuitas

  e. Unit produksi

  c. Saldo menurun / menurun ganda d. Metode jam jasa

  b. Jumlah angka tahun

  a. Garis lurus

  Sumber:Early Suandy, Perencanaan Pajak

2.2. Penelitian Terdahulu

  Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penyusutan Aset Tetap, yaitu dengan tabel dibawah ini !

Tabel 2.7.

  No Judul Penelitian Peneliti Hasil penelitian

  1 Perbedaan kebijakan Nur Amalia Kebijakan akuntansi dan fiskal akuntansi dan fiskla : (2005) banyak memiliki perbedaan- penyusutan perbedaan ini lebih disebabkan amortisasi, leasing oleh perbedaan tujuan dari dan revaluasi Aset masing-masing kebijakan Tetap tersebut 2 beda akuntansi dan Yongki terdapat perbedaan konsep dan fiskal dalam Cahyaningrum tujuan pelaporan penghasilan menentukan pada tahun (2005) menurut PSAK dan UU PPh Penghasilan Kena dimana dalam PSAK mengacu Pajak dan Pajak pada bertambahnya Aset atau Penghasilan Badan penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi dari kontribusi penanam modal sedangkan dalam UU PPh mengacu pada penerapan broad based

  taxation yang mengenakan

  pajak atas semua tambahan kemampuan ekonomis yang diperoleh dari Indonesia maupun luar Indonesia.

  No Judul Penelitian Peneliti Hasil penelitian

  3 Perhitungan Ajeng Data tentang metode penyusutan aseet Citralarasati penyusutan aset tetap yang tetap menurut standar Mardjani (2013) ditetapkan pada PT. Hutama akuntansi keuangan Karya. Perusahaan dan peraturan mengidentifikasi aset tetap perpajakan sebagai operasional kegiatan pengaruhnya perusahaan, tidak dimaksudkan terhadap laporan untuk dijual dan mempunyai keuangan masa manfaat lebih dari satu tahun. PT Hutama Karya menggunakan metode penyusutan garis lurus dalam laporan keuangan. Metode garis lurus adalah adalah metode penyusutan yang menghasilkan nilai penyusutan yang sama dimana selisih antara harga perolehan aset tetap dengan nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aset yang akan menghasilkan beban penyusutan periodik.

2.3. Kerangka Pemikiran

  Aset Tetap adalah aset yang digunakan dalam menjalankan operasional usaha perusahaan guna menghasilkan barang atau jasa, untuk tujuan administratif dan diharapkan digunakan untuk waktu yang lama atau lebih dari satu periode. Kecuali tanah, semua aset tetap dikenai penyusutan karena tanah mempunyai umur tidak terbatas dan nilainya akan semakin tinggi seiring bertambahnya waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai aset tetap pada PT. Trimedya Primatech.

  Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaat. Dalam penyusutan Aset Tetap menurut akuntansi mempunyai jenis jenis metode penyusutan yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun, metode jumlah angka tahun, metode penyusutan satuan jam kerja dan metode penyusutan satuan hasil produksi.

  Untuk mengetahui metode penyusutan yang digunakan PT. Trimedya Primatech menurut ketentuan akuntasi komersial dan fiskal. Penulis ingin melakukan analisis data dan melakukan perbandingan sehingga dapat diketahui berapa nilai koreksi yang timbul dari perhitungan biaya penyusutan aset tetap menurut ketentuan akuntansi komersial dan ketentuan fiskal terhadap penghasilan kena pajak. Penulis menuliskan kerangka pemikiran tersebut dalam bagan dibawah ini: Gambar 2.1.

  Kerangka Pemikiran Data aset tetap PT.

  Trimedya Primatech Metode Penyusutan

  Akuntansi Komersial Fiskal Penghasilan Kena Pajak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan

  penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penentuan peneliti pada seluruh proses penelitian. Wiratna Sujarweni (2014,h 41). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif, penetapan sumber data sangat terkait dengan research question yang ditetapkan sebelumnya. Pemilihan sumber data yang tetap akan sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisien penelitian.

  Desain penelitian yang digunakan untuk menganalisis penelitian mengenai “Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap Ditinjau dari Sudut Pandang PSAK 16 Dan Perundang-undangan Pajak Penghasilan adalah penelitian deskriptif.

Gambar 3.1 Desain Penelitian

  Populasi dan Sampel Analisis

  

Perumusan

Perumusan Landasan Pengumpulan Data

Hipotesis

  Permasalahan Teori Data Kesimpulan dan Saran

3.2. Tahapan Penelitian

  Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksaan, pengumpulan data, sampai dengan penyusunan pelaporan. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1.

  No Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan Tahap Akhir

  1. Menyusun rancangan penelitian Melakukan survey ke PT.

  Trimedya Primatech Penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian

  2. Menentukan lokasi penelitian Mendapat ijin penelitian Pengadaan hasil laporan

Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

19 155 54

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurut SAK dan UU Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Pada PT. XL AXIATA Medan.

20 120 95

Penerapan Undang-Undang Pajak No. 17 Atas Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap pada PT. Harfa Rahmat Utama Medan

2 55 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Pajak - Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

0 0 29

Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 (Studi Kasus Pada PT. Indokarya Tri Utama) - Ubharajaya Repository

0 0 16

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Perlakuan Akuntansi Pajak Penghasilan Pasal 21 (Studi Kasus Pada PT. Indokarya Tri Utama) - Ubharajaya Repository

0 0 6

Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Karyawan Tetap pada PT. Hirose Electric Indonesia - Ubharajaya Repository

0 0 14

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perhitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Karyawan Tetap pada PT. Hirose Electric Indonesia - Ubharajaya Repository

0 0 7

Analisis Penerapan Rekonsiliasi Fiskal Terhadap Laporan Laba Rugi Komersial Untuk Menghitung Pajak Penghasilan Badan (Studi Kasus PT. Laju Abadi) - Ubharajaya Repository

0 3 15

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Perencanaan Pajak Atas Pajak Penghasilan Badan Sebagai Upaya Efisiensi Pembayaran Behan Pajak Penghasilan Pada PT. Putra Utama Aluminium - Ubharajaya Repository

0 0 9