Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurut SAK dan UU Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Pada PT. XL AXIATA Medan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM SI EKSTENSI

MEDAN

S K R I P S I

PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA

TETAP MENURUT SAK DAN UU PERPAJAKAN

SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LABA PADA

PT. XL AXIATA MEDAN

DIAJUKAN OLEH :

NOVI TANIA

NIM

: 080522133

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

2011


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

“Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurut SAK dan UU Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Pada PT. XL AXIATA Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain. Dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2011 Yang membuat pernyataan

Novi Tania NIM. 080522133


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Pada PT. XL AXIATA Medan”.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1 Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2 Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak, dan Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3 Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Dosen pembimbing yang telah bersedia memberi bimbingan dan masukan serta arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

4 Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak, selaku Dosen Penguji I beserta Bapak Drs. Zainal A.T. Silangit, Ak, selaku Dosen Penguji II.

5 Bapak Tirta Perdana Purba, SE, M.Si selaku General HRD PT. XL AXIATA Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan riset di perusahaan ini.


(4)

6 Tersayang buat keluarga, ayahanda Rawin S, dan ibunda Saniah serta abang-abang yang penulis sayangi Hendra, Suwandi serta kakak penulis Sartika Hana, yang tidak pernah lelah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil dengan penuh keikhlasan.

Kepada Allah SWT penulis panjatkan doa dan semoga amal dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari-Nya dan ilmu yang diperoleh bermanfaat untuk agama, bangsa, dan Negara.

Akhir kata, penulis juga mengharapkan semoga tulisan ini bermanfaat semua. Amin.

Medan, Januari 2011 Penulis

(Novi Tania) NIM. 080522133


(5)

ABSTRAK

Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau di bangun lebih dahulu, yang digunakan dalam aktivitas perusahaan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Aktiva tetap adalah salah satu faktor produksi dimana dana yang diinvestasikan perusahaan untuk memperolehnya sangat besar, oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan pengawasan yang baik oleh manajemen yaitu pertimbangan-pertimbangan yang tepat, misalnya kebijakan penentuan cara perolehan, metode penyusutan, dan pengeluaran-pengeluaran saat pemakaian aktiva tetap tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur akuntansi yang diterapkan perusahaan dalam memperlakukan aktiva tetapnya. Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder.

Penulis telah menganalisa aktiva tetap perusahaan dan tepat diambil suatu kesimpulan bahwa perusahaan telah menggolongkan aktiva tetapnya secara baik, harga perolehan aktiva tetap dicatat sesuai faktur dimana telah disepakati bersama pemasok harga tersebut termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan sampai aktiva tetap dapat dipergunakan. Perusahaan memakai metode garis lurus untuk menyusutkan aktiva tetapnya. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No.17. Perusahaan akan menghentikan pemakaian aktiva tetapnya karena umur ekonomis aktiva tetap telah habis atau aktiva tetap rusak karena bencana alam atau kerusuhan.

Kata Kunci : Aktiva Tetap, Perolehan Aktiva Tetap, Pengeluaran Atas Aktiva

Tetap, Penyusutan Atas Aktiva Tetap, Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap, Penyajian Aktiva Tetap dalam Neraca.


(6)

ABSTRACT

Plant asset is extant asset which obtained in the form of ready for use or in awaking up in advance, which used in corporate activity, having a period of the benefit more than one year, and don’t be meant to be resold. Plant asset is one of the factors of production where invested fund is company to get that, is therefore required by observation and planning which either by management that is correct considerations, for example policy of determination of acquirement way, decrease method, and expenditures of moment usage of plant asset.

This research aim to know applied by accounting procedure is company in treating plant asset him. To get needed by data is writer use data collecting technique in the form of documentation and interview. Data type the utilized is primary data and data of secondary..

Writer have analyzed company plant asset and is precisely taken by a conclusion that company have classified the plant asset of well, price acquirement of plant asset noted according to invoice where have agreed on with of price was including required costs until plant asset can be utilized. Company wear straight line method to shrink plant asset him. This matter have as according to PSAK No.17. Company will discontinue the usage of plant asset of because economic of plant asset have to finished or damage plant asset because natural disaster or riot.

Key Word : Plant Asset, Acquirement Of Plant Asset, Expenditure Of Plant

Asset, Decrease Of Plant Asset, Stop and Release Of Plant Asset, Presentation of Plant Asset in Balance.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Teoritis ... 6

1. Pengertian Aktiva ... 6

2. Jenis Aktiva Tetap ... 8

B. Pengertian Dan Tujuan Penyusutan Aktiva Tetap ... 10

C. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan ... 15

D. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan ... 32

E. Koreksi Terhadap Perbedaan Perhitungan Laba Usaha Dan Laba Fiskal Karena Perbedaan Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap ... 42

F. Tinjauan Penelitan Terdahulu ... 48


(8)

BAB III : METODE PENELITIAN ... 51

A. Jenis Data... 51

B. Teknik Pengumpulan Data ... 51

C. Metode Analisis Data ... 52

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 54

A. Data Penelitian ... 54

1.Gambaran Umum Perusahaan ... 54

1.1.Sejarah Singkat Perusahaan ... 54

1.2.Struktur Organisasi Perusahaan ... 56

2. Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. XL AXIATA Medan ... 63

2.1. Penggolongan Aktiva Tetap Perusahaan... 63

2.2. Kebijakan Akuntansi Dalam Perencanaan Pajak .... 65

2.3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan Keuangan Fiskal ... 67

B. Analisis Hasil Penelitian ... 68

1. Analisis Dan Evaluasi Struktur Organisasi... 68

2. Analisis Dan Evaluasi Penggolongan Aktiva Tetap ... 69

3. Analisis Perencanaan Penyusutan Terhadap Penghematan Pajak ... 70

4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial Dengan Laporan Keuangan Fiskal Dalam Kebijakan Akuntansi 73 BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Perhitungan Beban Penyusutan

Menurut Metode Garis Lurus ... 19 Tabel 2.2 : Perhitungan Beban Penyusutan

Menurut Metode Jumlah Angka Tahun ... 20 Tabel 2.3 : Perhitungan Beban Penyusutan

Menurut Metode Saldo Menurun ... 22 Tabel 2.4 : Perhitungan Beban Penyusutan

Menurut Metode Saldo Menurun Ganda... 23 Tabel 2.5 : Perhitungan Beban Penyusutan

Berdasarkan Metode Jam Jasa ... 25 Tabel 2.6 : Perhitungan beban Penyusutan

Menurut Metode Jumlah Unit Produksi ... 26 Tabel 2.7 : Perhitungan Beban Penyusutan

Menurut Metode Berdasarkan Jenis ... 28 Tabel 2.8 : Perhitungan Beban Penyusutan

Menurut Metode Berdasarkan Kelompok ... 29 Tabel 2.9 : Perhitungan Beban Penyusutan

Berdasarkan Metode Anuitas ... 31 Tabel 2.10 : Perhitungan Penyusutan

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan ... 39 Tabel 2.11 : Tarif Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan Undang-Undang

PPh No.17 Tahun 2000 Pasal 11 Ayat 6 ... 40 Tabel 2.12 : Perbedaan Biaya Penyusutan Menurut Akuntansi Komersial Dan

Akuntansi Fiskal ... 46 Tabel 2.13 : Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 48 Tabel 4.1 : Besarnya Biaya Penyusutan Pertahun Dihitung Dengan

Menggunakan Metode Garis Lurus Dan Saldo Menurun ... 71 Tabel 4.2 : Besarnya Biaya Penyusutan Dan Present Valuenya Dengan

Dicount Factor 20% ... 72 Tabel 4.3 : Besarnya Penghematan Pajak Antara Metode Garis Lurus


(10)

ABSTRAK

Aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau di bangun lebih dahulu, yang digunakan dalam aktivitas perusahaan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Aktiva tetap adalah salah satu faktor produksi dimana dana yang diinvestasikan perusahaan untuk memperolehnya sangat besar, oleh karena itu dibutuhkan perencanaan dan pengawasan yang baik oleh manajemen yaitu pertimbangan-pertimbangan yang tepat, misalnya kebijakan penentuan cara perolehan, metode penyusutan, dan pengeluaran-pengeluaran saat pemakaian aktiva tetap tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur akuntansi yang diterapkan perusahaan dalam memperlakukan aktiva tetapnya. Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Jenis data yang dipergunakan adalah data primer dan data sekunder.

Penulis telah menganalisa aktiva tetap perusahaan dan tepat diambil suatu kesimpulan bahwa perusahaan telah menggolongkan aktiva tetapnya secara baik, harga perolehan aktiva tetap dicatat sesuai faktur dimana telah disepakati bersama pemasok harga tersebut termasuk biaya-biaya yang dibutuhkan sampai aktiva tetap dapat dipergunakan. Perusahaan memakai metode garis lurus untuk menyusutkan aktiva tetapnya. Hal ini telah sesuai dengan PSAK No.17. Perusahaan akan menghentikan pemakaian aktiva tetapnya karena umur ekonomis aktiva tetap telah habis atau aktiva tetap rusak karena bencana alam atau kerusuhan.

Kata Kunci : Aktiva Tetap, Perolehan Aktiva Tetap, Pengeluaran Atas Aktiva

Tetap, Penyusutan Atas Aktiva Tetap, Penghentian dan Pelepasan Aktiva Tetap, Penyajian Aktiva Tetap dalam Neraca.


(11)

ABSTRACT

Plant asset is extant asset which obtained in the form of ready for use or in awaking up in advance, which used in corporate activity, having a period of the benefit more than one year, and don’t be meant to be resold. Plant asset is one of the factors of production where invested fund is company to get that, is therefore required by observation and planning which either by management that is correct considerations, for example policy of determination of acquirement way, decrease method, and expenditures of moment usage of plant asset.

This research aim to know applied by accounting procedure is company in treating plant asset him. To get needed by data is writer use data collecting technique in the form of documentation and interview. Data type the utilized is primary data and data of secondary..

Writer have analyzed company plant asset and is precisely taken by a conclusion that company have classified the plant asset of well, price acquirement of plant asset noted according to invoice where have agreed on with of price was including required costs until plant asset can be utilized. Company wear straight line method to shrink plant asset him. This matter have as according to PSAK No.17. Company will discontinue the usage of plant asset of because economic of plant asset have to finished or damage plant asset because natural disaster or riot.

Key Word : Plant Asset, Acquirement Of Plant Asset, Expenditure Of Plant

Asset, Decrease Of Plant Asset, Stop and Release Of Plant Asset, Presentation of Plant Asset in Balance.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak penghasilan merupakan salah satu pajak yang langsung dipungut oleh Pemerintah Pusat dari wajib pajak bersangkutan. Sistem pemungutan pajak diterapkan menurut Undang RI No 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan menganut sistem Self Assessment.

Akuntansi penyusutan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan untuk mengalokasikan sebagian biaya perolehan atas aktiva yang dimiliki perusahaan menjadi beban dalam periode akuntansi yang bersangkutan, sehingga dapat ditentukan besarnya beban penyusutan periode tersebut. Dalam menghitung besarnya penyusutan yang dibebankan dalam suatu periode akuntansi dapat menggunakan metode-metode penyusutan berdasarkan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum secara konsisten sehingga laporan keuangan yang disajikan adalah wajar. Untuk memenuhi kebutuhan penerapan akuntansi penyusutan aktiva tetap Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mengeluarkan standar akuntansi khusus untuk akuntansi penyusutan aktiva tetap sebagai pedoman yang harus diikuti berkaitan dengan penyusutan aktiva tetap perusahaan.

Untuk kepentingan pembayaran pajak, para wajib pajak harus menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Ketentuan KUP tersebut tidak selalu sama dengan ketentuan pembukuan yang diatur


(13)

dalam Standar Akuntansi Keuangan. Namun pembukuan yang dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan harus dapat digunakan untuk menghitung besarnya pajak penghasilan. Perusahaan dalam menyusun laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dituntut untuk dapat memilih dan menentukan metode-metode yang paling sesuai bagi situasi dan kondisi perusahaannya.

Akuntansi komersial memperbolehkan memilih metode penyusutan seperti garis lurus, metode jumlah angka tahun, dan metode saldo menurun/saldo menurun ganda, serta metode-metode yang lainnya. Dalam fiskal pemilihan metode penyusutan lebih terbatas, meliputi metode garis lurus dan saldo menurun untuk kelompok harta berwujud jenis non-bangunan, sedangkan untuk harta berwujud bangunan dibatasi pada metode garis lurus saja. Dalam akuntansi komersial, manajemen dapat menaksir sendiri umur ekonomis atau masa manfaat suatu aktiva, sedangkan dalam fiskal umur ekonomis diatur atau ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Demikian pula dalam akuntansi komersial diperbolehkan mengakui nilai residu sedangkan dalam fiskal tidak diperbolehkan memperhitungkan nilai residu dalam menghitung penyusutan.

Dari sekian banyak produk telekomunikasi yang ditawarkan ke masyarakat, PT. XL AXIATA, Tbk telah memasarkan produk unggulan yang diharapkan dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan yang menjadi tujuan dari pada bisnis jasa telekomunikasi dan salah satunya adalah kartu XL bebas. Penjualan merupakan aktivitas utama dalam setiap perusahaan, karena dari aktivitas inilah tujuan perusahaan yang paling utama yaitu memperoleh keuntungan (laba) dapat dicapai, dan dari aktivitas ini pula


(14)

kesempatan untuk melakukan kecurangan yang akan mengakibatkan kerugian sangat besar, karena itulah dalam aktivitas ini diperlukan suatu pemeriksaan yang memadai untuk menilai keefektifan kinerja penjualan. Dalam kegiatan penjualan untuk mencapai laba yang maksimum, perusahaan harus mempunyai prosedur penjualan yang mendukung tujuan perusahaan tersebut, mengingat begitu banyaknya persaingan dengan menawarkan berbagai kemudahan dalam penjualan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menetapkan alat pengelola dan pengendalian yang tepat sebagai alat bantu manajemen untuk mengadakan pemeriksaan dimana pengendalian intern yang memadai akan dapat menekan terjadinya kecurangan dan penyelewengan. Kalaupun terjadi maka hal itu akan dapat diketahui secepat mungkin dan selanjutnya dilakukan tindakan-tindakan perbaikan.

Dalam penyajian laporan keuangan perusahaan, aktiva tetap berpengaruh secara signifikan, hal ini menyangkut posisi keuangan dalam neraca dan di laporan laba rugi perusahaan. Salah satu kendala informasi yang relevan yang andal dalam penyajian laporan keuangan adalah keseimbangan antara biaya dan manfaat. Namun adakalanya dalam kegiatan operasional, manajemen harus membeli dahulu peralatan yang diperlukan seperti gedung, mesin, kendaraan, dan lain-lain. Pengeluaran kas untuk hal tersebut memberikan manfaat lebih dari satu periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran semacam ini dapat menimbulkan masalah dalam pajak penghasilan.

Dengan alasan untuk mengetahui sejauhmana perusahaan telah menerapkan akuntansi penyusutan aktiva tetap menurut ketentuan perpajakan, maka penulis tertarik


(15)

untuk membahas lebih jauh bentuk skripsi dengan memberi judul “Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Menurut SAK Dan UU Perpajakan Serta Pengaruhnya Terhadap Laba pada PT. XL AXIATA Medan”

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penulis mencoba untuk merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

Bagaimana tindakan manajemen dalam mengoreksi laba karena perbedaan perhitungan laba menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan peraturan perpajakan?

C. Tujuan Penelitan

Tujuan Penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana tindakan manajemen dalam mengoreksi laba perusahaan menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan peraturan perpajakan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penulis, untuk memahami berbagai metode penyusutan dan penerapannya dalam praktik dan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(16)

2. Perusahaan, untuk dapat menjadi sumbangan penulisan berupa saran atau usul bagi pihak manajemen dan sebagai bahan masukan untuk pencatatan lebih lanjut atas aktiva dan sebagai bahan evaluasi aktiva tetap yang selama ini dijalankan. 3. Pembaca, sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut dan menambah

pengetahuan serta bahan kepustakaan.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Aktiva Tetap

Untuk mengoperasikan kegiatan usahanya, perusahaan menggunakan berbagai macam peralatan, atau alat-alat yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional. Peralatan yang digunakan itu dapat berupa peralatan, mesin-mesin, bangunan, tanah, dan sebagainya yang disebut sebagai aktiva tetap. Untuk mengetahui aktiva tetap lebih jauh disini akan diuraikan mengenai pengertian aktiva tetap.

Pengertian aktiva tetap yang dikemukakan oleh para pakar berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama. Berikut ini pengertian aktiva tetap dari beberapa pakar, yaitu menurut Niswonger (2000 : 400), adalah :

“Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen yang merupakan aktiva berwujud (tangible assets) yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal”. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : hal 02), menyatakan bahwa:

“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digumakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun”.


(18)

Sesuai dengan defenisi menurut SAK di atas, maka aktiva tetap harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

a. Berwujud, artinya mempunyai bentuk fisik, dengan kata lain dapat dilihat maupun dapat diraba oleh manusia.

b. Digunakan dalam operasi perusahaan, artinya aktiva tetap tersebut benar-benar dipergunakan dalam operasi perusahaan. Oleh sebab itu aktiva yang mempunyai bentuk aktiva tetap, tetapi tidak dipergunakan dalam kegiatan normal perusahaan tidak dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap. Misalnya, perusahaan memiliki sebidang tanah yang telah beberapa tahun belum dimanfaatkan (masih dalam keadaan kosong), dan dalam waktu dekat juga belum ada rencana untuk memanfaatkannya, maka tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai aktiva tetap, tetapi dikelompokkan sebagai aktiva lain-lain.

c. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, artinya bahwa aktiva tersebut dimaksudkan tidak untuk dijual kembali. Misalnya, membeli mobil untuk dijual kembali dengan tujuan memperoleh keuntungan, maka mobil tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai aktiva tetap, tetapi rumah yang dimiliki oleh perusahaan “real estate”, yang dipakai sebagai kantor merupakan aktiva tetap, dan rumah yang telah selesai dibangun tetapi belum terjual bukan kelompok aktiva tetap melainkan sebagai persediaan.

d. Mempunyai masa manfaat lebih darin satu tahun, artinya berwujud tersebut digunakan lebih dari satu kali periode kegiatan perusahaan.


(19)

Aktiva tetap adalah jenis aktiva yang digunakan dalam operasi, namun keterlibatan atau peranan dari tiap-tiap perusahaan tidak sama. Keterlibatan aktiva tetap tergantung dari jenis dan sifat usahanya. Misalnya bangunan bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang perhotelan, merupakan aktiva tetap yang langsung berperan aktif dalam memberikan pendapatan. Tetapi bagi perusahaan angkutan, bangunan merupakan aktiva tetap yang bersifat sebagai sarana penunjang. Sebaliknya bagi perusahaan angkutan (bus, taksi, dan lain-lain) merupakan aktiva tetap yang berperan aktif (terlibat langsung) dalam rangka memperoleh pendapatan.

2. Jenis Aktiva Tetap

Aktiva tetap sesuai dengan jenisnya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Aktiva tetap tidak dapat disusutkan.

Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan adalah aktiva yang mempunyai umur atau masa kegunaannya yang tidak terbatas. Termasuk dalam aktiva jenis ini misalnya, tanah untuk bangunan kantor, atau untuk bangun pabrik. Harga perolehan tanah ini tidak perlu disusutkan karena masa penggunaanya tidak terbatas dan fungsi tanah ini untuk kegiatan perusahaan dimasa mendatang tidak akan mengalami penurunan dalam keadaan normal.

2. Aktiva tetap dapat disusutkan.

Aktiva tetap yang dapat disusutkan adalah aktiva tetap yang umur atau masa penggunaannya terbatas. Jenis aktiva tetap yang dapat disusutkan terdiri dari 2 (dua) kelompok, yaitu:


(20)

a. Aktiva tetap yang bila masa penggunaannya atau umurnya telah berakhir dapat diganti dengan aktiva sejenis. Aktiva semacam ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan cara menyusutkan (depresiasi). Jenis aktiva ini misalnya: bangunan, kendaraan, mesin-mesin pabrik, alat-alat perbengkelan, peralatan kantor, dan sebagainya.

b. Aktiva tetap yang bila masa penggunaannya atau umurnya telah berakhir tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis. Jenis aktiva tetap ini harga perolehannya dapat dialokasikan dengan cara menyusutkan (depletion). Misalnya: tanah, tambang, hutan, dan lain sebagainya.

Selanjutnya untuk melengkapi pernyataan Ikantan Akuntan Indonesia (2004:16.3) menyatakan “suatu aktiva dapat digolongkan sebagai aktiva tetap harus memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian dimasa yang akan datang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir kedalam perusahaan.

2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.

Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan bermacam-macam jenisnya, tergantung dari kegiatan dan luas operasi perusahaan tersebut. Untuk tujuan akuntansinya, maka aktiva tetap perlu digolongkan berdasarkan suatu aturan tertentu. Harahap (2002:22) mengelompokkan aktiva tetap berdasarkan jenisnya sebagai berikut:

1. Lahan

Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan maupun yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang didirikan bangunan diatasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap sebagai bagian dari lahan tersebut atau yang dapat


(21)

meningkatkan nilai gunanya, seperti roil, jalan dan lain-lain maka dapat digabungkan dalam nilai lahan.

2. Bangunan Gedung

Bangunan adalah bangunan yang berdiri diatas bumi ini baik diatas lahan/air. Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi gedung itu.

3. Mesin

Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.

4. Kendaraan

Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, grader, tractor, mobil, kendaraan roda dua, dan lain-lain.

5. Perabot

Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboraturium, perabot pabrik yang merupakan isi dari suatu bangunan.

6. Inventaris/peralatan

Peralatan yang dianggap merupakan alat-alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor, inventaris pabrik, inventaris laboraturium, inventaris gudang dan lain-lain.

7. Prasarana

Di Indonesia adalah kebiasaan bahwa perusahaan membuat klasifikasi khusus prasarana seperti jalan, jembatan, riol, pagar dan lain-lain.

B. Pengertian Dan Tujuan Penyusutan Aktiva Tetap

Bersamaan dengan berlalunya waktu, semua aktiva tetap kecuali tanah akan kehilangan kemampuan menghasilkan jasa. Dengan demikian harga perolehan aktiva ini harus dipindahkan keperkiraan biaya secara teratur selama umur manfaatnya yang diharapkan. Biaya yang timbul akibat penggunaan aktiva tetap tidak boleh dibebankan langsung ke dalam periode akuntansi bersangkutan, tetapi harus dialokasikan selama periode pemakaian aktiva tersebut. Alokasi biaya yang di taksir karena berkurangnya kemampuan aktiva dalam suatu jangka waktu tertentu dalam akuntansi disebut dengan penyusutan atau depresiasi.


(22)

Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.1) menyatakan bahwa “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi”.

Peraturan pajak tidak memberikan pengertian yang jelas tentang penyusutan. Penjelasan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan hanya merujuk pada pengertian penyusutan menurut akuntansi, sehingga disimpulkan bahwa pengertian penyusutan menurut pajak diambil sesuai dengan pengertian penyusutan menurut Standar Akuntansi.

Selanjutnya menurut IKAPI (2000 : 148) mengenai penyusutan menyatakan bahwa: “penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 11 atau pasal 11 A”.

Tujuan penyusutan menurut perpajakan ada persamaan dengan konsep akuntansi keuangan yaitu untuk mengukur atau menentukan besarnya biaya atau beban penyusutan aktiva tetap, guna menentukan pendapatan kena pajak atas penghasilan pada suatu perusahaan didasarkan pada penghasilan bruto perusahaan dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan serta biaya-biaya yang diperkenankan dipotong menurut Undang-Undang pajak penghasilan tahun 2000.

Jadi akuntansi penyusutan bertujuan untuk mendistribusikan biaya atau nilai lainnya dan harta tetap berwujud dikurangi dengan nilai sisa (jika ada), selama masa manfaat dari umur unit-unit harta tetap yang bersangkutan dengan cara sistematis dan rasional.


(23)

Dari beberapa defenisi di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa penyusutan merupakan alokasi yang sistematis dan rasional dalam membebankan biaya dan bukan merupakan pengumpulan dana untuk menggantikan aktiva tersebut, yang berarti bahwa seiring dengan jasa yang diberikan suatu aktiva terhadap proses produksi maka sangat perlu untuk mengalokasikan harga perolehannya melalui metode perhitungan yang sistematis.

Menurut Baridwan (2004;309) cara pengalokasian harga perolehan aktiva dikenal dengan istilah-istilah sebagai berikut:

1. Depreciation (penyusutan) 2. Depletion (deplesi)

3. Amortization (amortisasi)

Ad 1. Depreciation (penyusutan)

Istilah penyusutan digunakan sebagai alokasi periodik biaya atas aktiva tetap yang digunakan oleh manusia berulang kali untuk pendapatan periodik yang dihasilkan.

Ad 2. Depletion (deplesi)

Istilah deplesi digunakan sebagai alokasi periodik dari biaya sumber daya alam, seperti cadangan minyak dan kayu, terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Aktiva ini tidak digunakan berulang-ulang karena sifat alamiahnya menjadi hasil produksi.


(24)

Ad 3. Amortization (amortisasi)

Istilah amortisasi digunakan sebagai alokasi periodik dari aktiva tak berwujud terhadap pendapatan periodik yang dihasilkan. Istilah amortisasi juga digunakan pada aktiva keuangan dan kewajiban, misalnya: patent, copyright, goodwill, dan biaya yang ditangguhkan.

Ada 4 (empat) faktor yang relevan dalam menentukan beban penyusutan periodik, yaitu:

1. Biaya Akuisisi Dan Biaya Setelah Akuisisi Yang Dikapitalisasikan.

Biaya akuisisi (cost) suatu aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan. Biaya akuisisi ini dikurangi nilai residu (jika ada) kemudian ditambahkan pengeluaran-pengeluaran yang dikapitalisasi setelah perolehan aktiva tetap tersebut. Ada beberapa cara perolehan aktiva tetap menurut Harahap (2002 : 25), yaitu:

- pembelian kontan;

- pembelian secara kredit jangka panjang; - pembelian dengan surat berharga;

- diterima dari sumbangan atau diketemukan sendiri; - dibangun sendiri;

- tukar tambah.

2. Estimasi Nilai Residu.

Estimasi nilai residu adalah nilai taksiran realisasi (penjualan tunai) bila aktiva tersebut telah berakhir masa manfaatnya. Nilai residu ini dipakai sebagai pengurangan harga perolehan aktiva tetap atau dengan kata lain nilai residu tidak


(25)

turut dialokasikan. Estimasi nilai residu aktiva tetap tergantung pada kebijakan penghentian penggunaan yang diterapkan perusahaan. Dalam menentukan besarnya nilai residu ini perlu diperhatikan:

a. Lama masa penggunaan aktiva.

b. Harga aktiva tersebut di pasar bila masa penggunaan berakhir.

c. Kebijaksanaan manajemen berdasarkan pengalaman atas penggunaan aktiva tersebut.

3. Estimasi Umur Manfaat

Aktiva tetap, selain tanah memiliki umur manfaat. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.1) masa manfaat atau umur ekonomis dari aktiva tetap adalah: a. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan,

Atau

b. Jumlah produksi serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan. Umur aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh cara, sifat, dan pola pemakaian aktiva tetap tersebut. Ketepatan pemakaian umur tergantung pada kecermatan dalam melakukan estimasi atas penggunaan dimasa yang akan datang. Dalam penggunaan aktiva tetap ada 2 (dua) jenis umur, yaitu:

a. Umur teknis, adalah umur potensial dari kondisi aktiva tetap atau kemampuan untuk dapat dipakai.

b. Umur ekonomis atau umur produktif, adalah umur sesuai dengan kemampuan aktiva tetap untuk dimanfaatkan secara ekonomis. Biasanya umur teknis lebih


(26)

lama dari umur ekonomis, tapi untuk keperluan penyusutan yang dipakai sebagai dasar adalah umur ekonomis.

4. Metode Penyusutan

Penentuan metode penyusutan berhubungan dengan pola pemakaian aktiva tetap suatu perusahaan harus mempertimbangkan suatu metode penyusutan yang cocok dan sesuai dengan pola pendapatan yang bervariasi yang dihasilkan oleh suatu aktiva. Untuk menerapkan suatu metode penyusutan, diperlukan adanya pertimbangan yang rasional dalam pemilihan salah satu metode. Penerapan suatu metode berhubungan dengan prinsip konsistensi, yaitu terus menerus dari suatu periode ke periode selanjutnya. Dengan adanya konsistensi metode maka dapat diukur peningkatan/penurunan pendapatan operasi.

C. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur tentang aktiva tetap mencakup kerangka dasar penyusunan dan menyajikan laporan keuangan adalah PSAK No. 16, sedangkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan terdapat pada PSAK No. 17 tentang akuntansi penyusutan.

Tujuan PSAK tentang penyusutan ini adalah mengatur tentang pembebanan penyusutan aktiva yang dapat disusutkan. Masalah utama dalam penyusutan suatu aktiva adalah menetukan jumlah yang dapat disusutkan, metode penyusutan, dan penentuan masa manfaat keekonomian.


(27)

Aktiva yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aktiva perusahaan. Penyusutan yang terjadi karena hal ini dapat berpengaruh dalam menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable) suatu aktiva tetap harus dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaatnya. Manfaat keekonomian yang diwujudkan dalam suatu pos aktiva tetap dipergunakan oleh perusahaan sepanjang masa manfaat. Tetapi faktor lain seperti keusangan teknis dan aus serta rusak saat suatu aktiva menganggur juga dapat mengurangi manfaat keekonomian.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 16.9), faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan masa manfaat suatu aktiva adalah:

1. Penggunaan aktiva yang diharapkan oleh perusahaan.

Penggunaan dinilai dengan pedoman kapasitas aktiva yang diharapkan atau output fisik.

2. Keusangan fisik yang diharapkan, yang tergantung pada operasional seperti jumlah penggantian dari perusahaan, dan perawatan aktiva pada saat menganggur (idle)

3. Keusangan teknis yang timbul dari perubahan atau perbaikan produksi, atau dan perubahan permintaan pasar untuk produk atau jasa yang dihasilkan oleh aktiva, dan

4. Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aktiva, seperti habisnya waktu dari sewa guna usaha yang berkaitan.

Tanah dan bangunan harus diperlakukan sebagai aktiva yang terpisah untuk tujuan akuntansi, walaupun diperoleh secara sekaligus. Tanah biasanya memiliki usia tidak terbatas oleh karena itu tidak disusutkan, sedangkan bangunan memiliki usia terbatas, oleh karena itu disusutkan. Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva ditentukan setelah mengurangi nilai sisa.


(28)

Jumlah yang dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi masa manfaat aktiva dengan berbagai metode. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, sebagai penyedia daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode. Walaupun prinsip konsistensi tidak melarang adanya perubahan metode penyusutan apabila adanya perubahan ke metode yang baru dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih wajar dan dapat diandalkan.

Metode penyusutan yang lazim digunakan dalam praktek akuntansi seperti halnya menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.1) menyatakan metode penyusutan dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:

(a) Berdasarkan Waktu

(i). Metode garis lurus (straight line method) (ii). Metode pembebanan yang menurun

a) Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years-digit-method)

b) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double

Declining method)

(b) Berdasarkan penggunaannya.

(i). Metode jam-jasa (service-hours method)

(ii). Metode jumlah unit produksi (productive-output method) (c) Berdasarkan kriteria lainnya.

(i). Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method) (ii). Metode anuitas (annuity method)


(29)

Ad 1. Berdasarkan Waktu.

Adapun metode penyusutan berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode penyusutan aktiva ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling umum dipakai. Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa sebuah aktiva tetap menurun kegunaannya dengan tingkat yang konstan. Dalam metode garis lurus, beban penyusutan setiap tahunnya merupakan fungsi dari lewatnya waktu dan bukan fungsi penggunaan aktiva. Juga dalam metode penyusutan ini, beban penyusutan tiap periodenya adalah sama tanpa memperdulikan tingkat penggunaan aktiva yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan menurut metode garis lurus adalah

Beban penyusutan =

Atau n

n ,

% 100

= taksiran umur manfaat

Contoh:

Tanggal 1 September 2005 perusahaan membeli sebuah mesin dengan harga Rp 6.600.000,-. Diperkirakan nilai residu mesin ditaksir Rp 600.000,- dan taksiran

umur penggunaannya 5 tahun. Hitunglah penyusutan mesin tersebut. Diketahui :

Biaya akuisisi = Rp 6.600.000,-

Biaya akuisisi – nilai residu Estimasi umur manfaat dalam tahun


(30)

Umur aktiva (n) = 5 tahun, maka Beban penyusutan =

Tahun

6.600.000-600.000 5

= Rp 1.200.000,-

Atau 100%: 5 = 20%, maka tarif yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutannya adalah 20%.

Untuk melihat penyusutannya tiap tahun dapat dilihat dari table berikut. Tabel 2.1: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus

Harga perolehan

Beban penyusutan Akumulasi

penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Rp 6.600.000 -

4/12x1.200.000 = 400.000 12/12x1.200.000 = 1.200.000 12/12x1.200.000 = 1.200.000 12/12x1.200.000 = 1.200.000 12/12x1.200.000 = 1.200.000 8/12x1.200.000 = 800.000

- 400.000 1.600.000 2.800.000 4.000.000 5.200.000 6.600.000 6.200.000 5.000.000 3.800.000 2.600.000 1.400.000 600.000 6.600.000

Sumber : Harahap (2002)

− Metode Pembebanan Yang Menurun

Metode beban yang menurun seringkali disebut juga dengan metode penyusutan dipercepat untuk menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode mendatang. Secara umum ada metode beban menurun yang digunakan, yaitu:

- Metode jumlah angka tahun (sum-of-the-years-digit-method)

Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal – nilai sisa). Setiap


(31)

pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, misalnya umur ekonomis 5 tahun maka (5+4+3+2+4=15) 15 sebagai penyebut, atau n (n + 1)/2. Dan jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang.

Contoh :

Seperti pada kasus terdahulu, harga perolehan Rp 6.600.000,- Nilai sisa Rp 600.000,-, dan umur penggunaan aktiva 5 tahun. Untuk menghitung penyusunan tiap tahunnya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2.2: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun

Tahun Harga

perolehan

Beban penyusutan Akumulasi

penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010

6.600.000,- -

5/15x4/12x6.000.000 = 666.667 (5/15x8/12x6.000.000)+

(4/15x4/12x6.000.000) = 1.866.667 (4/15x8/12x6.000.000)+

(3/15x4/12x6.000.000) =1.466.667 (3/15x8/12x6.000.000)+

(2/15x4/12x6.000.000) =1.066.667 (2/15x8/12x6.000.000)+

(1/15x4/12x6.000.000) = 666.667 1/15x8/12x6.000.000 = 266.667

- 666.667 2.533.334 4.000.000 5.066.667 5.733.334 6.000.000 6.600.000 5.933.333 4.066.666 2.600.000 1.533.333 866.666 600.000 Sumber : Harahap (2002)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beban penyusutan pada periode awal taksiran umur manfaat tinggi dan periode selanjutnya menurun. Pandangan yang dianut metode ini adalah bahwa aktiva pada umur awalnya dianggap memberikan performance yang lebih besar pada perusahaan sehingga penyusutannya pada awal pemakaiannya besar.


(32)

- Metode saldo menurun (declining-balance method)

Metode ini sama halnya seperti metode jumlah angka tahun, dalam metode saldo menurun beban penyusutan secara periodik akan menurun selama taksiran umur aktiva. Hanya saja beban penyusutan dihitung dengan cara mengalikan suatu tariff persentase tertentu dengan nilai buku aktiva, Persentase tarif penyusutan dapat dihitung dengan rumus :

C S rn

Dimana :

r (ratio) = tarif penyusutan

S (solvage value) = nilai residu

C (cost) = harga perolehan aktiva

n = taksiran umur manfaat

Contoh :

Seperti kasus terdahulu, dimana: C = Rp 6.600.000,-

S = Rp 600.000,- n = 5 tahun

Maka r = 5

000 . 600 . 6 000 . 600 1−

= 5

910 . 0 1−

= 1- 0,6191 = 38,09%


(33)

Beban penyusutan tiap tahunnya dapat dilihat melalui table berikut :

Tabel 2.3: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun

Tahun Harga

perolehan

Beban penyusutan Akumulasi

penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010

6.600.000 -

38,09%x4/12x6.600.000 = 837.980 38,09%x8/12x6.600.000 = 1.675.960 38,09%x4/12x4.086.060 = 518.793 38,09%x8/12x4.086.060 = 1.037.587 38,09%x4/12x2.529.680 = 321.185 38.09%x8/12x2.529.680 = 642.370 38,09%x4/12x1.566.125 = 198.846 38,09%x8/12x1.566.125 = 397.691 38,09%x4/12x 969.588 = 123.105 38,09%x8/12x 969.588 = 246.211

- 837.980 2.513.940 3.032.733 4.070.320 4.391.505 5.033.875 5.232.721 5.630.412 5.753.517 6.000.000 6.600.000 5.762.020 4.086.060 3.567.267 2.529.680 2.208.495 1.566.125 1.367.279 969.588 846.483 600.000 Sumber : Harahap (2002)

- Metode saldo menurun ganda (double-declining-balance method)

Metode saldo menurun ganda menghasilkan beban penyusutan secara periodik semakin menurun sepanjang umur manfaat aktiva. Beban penyusutan diperoleh dengan mengalikan tarif penyusutan yang tiap periodenya tetap dengan nilai buku aktiva yang semakin menurun. Sama seperti perhitungan untuk menentukan beban penyusutan menurut metode saldo menurun, dalam metode ini nilai residu juga tidak diperhitungkan. Cara yang paling umum dan mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan metode saldo menurun ganda adalah dengan melipatgandakan tarif penyusutan garis lurus.

Misalnya, umur aktiva ditaksir adalah 4 tahun, beban penyusutan dasar garis lurus adalah 100% : 4 = 25%. Maka tarif beban penyusutan metode saldo menurun ganda adalah : 2 x 25% = 50%.


(34)

Contoh:

Seperti kasus terdahulu, maka depresiasi untuk hal diatas adalah: Depresiasi = 2x 100%

n = 2x 100%

Tahun

= 40% 5

Beban penyusutan tiap tahunnya dihitung melalui table berikut:

Tabel 2.4: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Saldo Menurun Ganda

Harga perolehan

Beban penyusutan Akumulasi

penyusutan Nilai buku 2005 2005 2006 2007 2008 2009 2010

6.600.000 -

40%x4/12x6.600.000 = 880.000 40%x8/12x6.600.000 = 1.760.000 40%x4/12x3.960.000 = 528.000 40%x8/12x3.960.000 = 1.056.000 40%x4/12x2.376.000 = 316.800 40%x8/12x2.376.000 = 633.000 40%x4/12x1.425.600 = 190.080 40%x8/12x1.425.600 = 380.160 40%x4/12x 855.360 = 399.168 40%x8/12x 855.360 = 228.096

- 880.000 2.640.000 3.168.000 4.224.000 4.540.800 5.174.400 5.364.480 5.744.640 6.143.808 6.371.904 6.600.000 5.720.000 3.960.000 3.432.000 2.376.000 2.059.200 1.425.600 1.235.520 855.360 456.192 228.096 Sumber : Harahap (2002)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai residunya tidak sama dengan yang diperkirakan yaitu Rp 600.000,-. Ini dapat dialihkan penggunaan metode saldo menurun ganda ke metode garis lurus atau metode jumlah angka tahun, karena jumlah nilai residualnya melebihi dari penyusutan yang dihitung. Tujuan diubahnya metode adalah untuk mencapai nilai residual yang sama seperti taksiran pada awal perolehan aktiva tetap bersangkutan. Perubahan metode ini tidak memerlukan jurnal koreksi.


(35)

Ad 2. Berdasarkan Penggunaan.

Metode yang digunakan atas dasar penggunaan lebih memandang faktor berlalunya waktu daripada faktor penggunaan sebagai dasar penyusutan. Metode penyusutan berdasarkan faktor penggunaan memandang faktor teknis aktiva yang sangat berhubungan dengan tingkat pemakaian aktiva tersebut. Penyusutan berdasarkan penggunaan dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

(i). Metode Jam Jasa (Service-hours method)

Metode jam jasa didasarkan suatu anggapan bahwa pembelian aktiva tetap adalah merupan pembelian sejumlah jam pemakaian/penggunaan jam kerja aktiva dikalikan dengan tarif penyusutan. Harga perolehan dikurangi dengan nilai residu (jika ada) dibagi dengan taksiran jam kerja produktif seluruhnya adalah merupakan tarif penyusutan. Dalam rumus dapat ditulis:

Penyusutan perjam =

n s c

Dimana:

C (cost) = harga perolehan aktiva

S (solvage value) = nilai residu

n = taksiran total jamkerja

Contoh:

Seperti kasus terdahulu, harga perolehan mesin adalah Rp 6.600.000,-, nilai residu Rp 600.000,- bila estimasi umur pemakaiannya adalah 25.000 jam, maka penyusutan per jam dapat dihitung sebagai berikut:


(36)

Penyusutan per jam = jam 000 . 25 000 . 600 000 . 600 . 6 −

= Rp 240, perjam

Untuk penyusutan berdasarkan metode jam jasa dapat disajikan melalui table berikut: Tabel 2.5: Perhitungan Beban Penyusutan Berdasarkan Metode Jam Jasa.

Tahun Jam

Pemakaian

Penyusutan Akumulasi

Penyusutan

Nilai Buku

Perhitungan Jumlah

2005 2005 2006 2007 2008 2009 - 4.000 5.000 6.000 3.000 7.000 - 4.000xRp240 5.000xRp240 6.000xRp240 3.000xRp240 7000xRp240 - Rp 960.000 Rp 1.200.000 Rp 1.440.000 Rp 720.000 Rp 1.680.000

- Rp 960.000 Rp 2.160.000 Rp 3.600.000 Rp 4.320.000 Rp 6.000.000 Rp 6.600.000 Rp 5.640.000 Rp 4.440.000 Rp 3.000.000 Rp 2.280.000 Rp 600.000

25.000 Rp 6.600.000

Sumber : Harahap (2002)

(ii). Metode Jumlah Unit Produksi (Productive-Output Method)

Dengan metode ini beban penyusutan dihitung berdasarkan jumlah unit yang diproduksi dalam periode tersebut. Perhitungan penyusutan dilakukan dengan membagi nilai perolehan dikurangi nilai residu (jika ada) dengan taksiran total unit yang diproduksi aktiva untuk periode tersebut. Rumus untuk menghitung

penyusutan adalah :

Penyusutan per unit =

n S C

C = nilai perolehan aktiva S = nilai residu


(37)

Jika dalam contoh kasus sebelumnya ditaksir bahwa mesin tersebut akan dapat menghasilkan 500.000 unit, maka penyusutan per unit produksi dihitung sebagai berikut:

Penyusutan per unit =

000 . 500 000 . 600 000 . 600 . 6 −

= Rp 12

Misalkan selama tahun pertama mesin tersebut diharapkan akan menghasilkan produksi 75.000 unit, tahun kedua 125.000 unit, tahun ketiga 100.000 unit, tahun keempat 150.000 unit dan tahun kelima 50.000 unit, maka daftar penyusutan untuk mesin tersebut dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.6 : Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Jumlah Unit Produksi

Tahun Harga Perolehan

Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Tarif Peny (Rp) Nilai Barang yang Disusutkan Beban Penyusutan 2005 2005 2006 2007 2008 2009 6.600.000

12 x 75.000 = 900.000 12 x 125.000 = 1.500.000 12 x100.000 = 1.200.000 12 x150.000 = 1.800.000 12 x 50.000 = 600.000

900.000 2.400.000 3.600.000 5.400.000 6.000.000 6.600.000 5.700.000 4.200.000 3.000.000 1.200.000 600.000 500.000 6.000.000

Sumber : Harahap (2002)

Metode jumlah unit produksi sebaiknya dipakai bila aktiva tetap tersebut kondisinya menjadi menurun karena banyaknya pemakaian dan bukannya karena untuk memproduksi suatu barang, semakin banyak barang yang dihasilkan, semakin besar penyusutan yang akan dibebankan.


(38)

Ad 3. Metode Berdasarkan Kriteria Lainnya.

Dalam menentukan beban penyusutan dengan metode ini dapat dibedakan atas: (i). Metode berdasarkan jenis dan kelompok (Group And Compisite Method) - Metode berdasarkan jenis (group depreciation method)

Untuk menghitung penyusutannya terlebih dahulu harus ditentukan tarif rata-rata dari sekelompok aktiva tetap yang mempunyai jenis dan manfaat yang sama, sehingga biaya penyusutan adalah hasil kali antara tarif rata-rata tersebut dengan harga perolehan sekelompok aktiva tetap tersebut setelah dikurangi nilai sisanya.

Contoh:

Sepuluh buah peralatan sejenis mempunyai cost total Rp 15.000.000,- ditaksir mempunyai masa manfaat rata-rata 5 tahun. Tiga buah peralatan tersebut akan berhenti dari operasinya pada akhir tahun ke-4, dan empat buah pada akhir tahun ke-5, dan sisanya akhir tahun ke-6. Dengan menggunakan group depreciation method, berdasarkan rata-rata umur tersebut 20% dari cost akan dibebankan sebagai penyusutan, ikhtisar penyusutan dibuat pada tabel berikut.


(39)

Tabel 2.7: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Jenis Akhir tahun Biaya peny. 20% pertahun

Harga perolehan Akumulasi penyusutan Nilai Buku Debet Kredit Saldo Debet Kredit Saldo

1 2 3 4 5 6 400.000 400.000 400.000 400.000 280.000 120.000 2.000.000 600.000 800.000 600.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 1.400.000 600.000 - 600.000 800.000 600.000 400.000 400.000 400.000 400.000 280.000 120.000 400.000 800.000 1.200.000 1.000.000 480.000 - 2.000.000 1.600.000 1.200.000 800.000 400.000 120.000 -

Sumber : Harahap (2002)

Maka pada akhir tahun ke-1, 2, 3, dan 4 dicatat penyusutan sebagai berikut: Beban penyusutan peralatan Rp 400.000,-

Akumulasi penyusutan peralatan Rp 400.000,-

Pada akhir tahun ke-5 dan ke-6 akan dicatat biaya penyusutan masing-masing sebesar Rp 280.000,- dan Rp 120.000,-

- Metode berdasarkan kelompok (Composite Depreciation Method)

Jika dalam metode jenis aktiva yang dikelompokkan adalah sejenis, maka dalam metode ini aktiva yang dikelompokkan itu tidak sejenis, penyusutannya dihitung dengan cara mencari rate terlebih dahulu. Penyusutan harus dicatat dalam perkiraan tersendiri untuk setiap aktiva. Jika terjadi penarikan salah satu aktiva yang dikelompokkan maka dijurnal dengan mengkredit perkiraan aktiva itu dan mendebet


(40)

perkiraan akumulasi penyusutan sebesar perbedaan harga pokok dengan nilai residu. Untuk menghitung tarif (rate) tersebut diperlihatkan melalui contoh berikut:

Tabel 2.8: Perhitungan Beban Penyusutan Menurut Metode Berdasarkan Kelompok

Peralatan Harga Perolehan Nilai Residu Jumlah Dapat Disusutkan Taksiran Umur Penyusutan Pertahun A B C D 200.000 120.000 80.000 50.000 50.000 20.000 10.000 5.000 150.000 100.000 70.000 45.000 20 10 8 5 7.500 10.000 8.750 9.000

450.000 85.000 365.000 35.250

Sumber : Harahap (2002)

Tarif penyusutan dihitung sebagai berikut:

Tarif penyusutan = 100%

arg tan x perolehan a h total penyusu biaya total

= 100%

000 . 450 000 . 365 x = 81,11%

Tarif penyusutan tersebut dikenakan terhadap total harga perolehan untuk memperoleh biaya penyusutan setiap tahunnya yaitu: 81,11% x Rp 450.000,- = Rp 365.000,-

Biaya penyusutan dicatat sebagai berikut:

Biaya penyusutan peralatan Rp 365.000,-


(41)

(ii). Metode Anuitas (Anuity Method)

Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehanya dianggap sebagai present value yang didiskontokan dari jasa yang akan diberikannya secara merata selama umur teknisnya. Dalam metode ini, penyusutan dianggap sebagai angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. Rumus untuk mencari beban penyusutan dengan metode anuitas adalah:

Penyusutan (d) =

ni

PVIF NS C

Dimana:

C = harga perolehan N = present value S = nilai residu n = umur aktiva i = bunga Contoh:

Dalam contoh kasus sebelumnya, yaitu: C = Rp 6.600.000,-

S = Rp 600.000,- n = 5 tahun i = 10%


(42)

% 10 : 5 % 10 :

5 600.000)

( 000 . 600 . 6 PVIF x PV

d = −

7908 , 3 ) 000 . 600 6209 . 0 ( 000 . 600 . 6 x

d = −

7908 , 3 540 . 372 000 . 600 . 6 − = d 782 . 642 . 1 . Rp d =

Beban penyusutan pertahun adalah Rp 1.642.782,-. Angka tersebut akan didistribusikan sebagai Implicit Interest Revenue dan penyusutan, Interest revenue adalah 10% dari nilai buku.

Tabel 2.9 : Perhitungan Beban Penyusutan Berdasarkan Metode Anuitas

Tahun Penyusutan Implicit

interest revenue 10% Akumulasi penyusutan pertahun Akumulasi penyusutan Nilai buku 0 1 2 3 4 5 Rp 1.642.782 1.642.782 1.642.782 1.642.782 1.642.782 Rp 660.000 561.721 453.615 334.699 203.890 Rp 982.782 1.081.061 1.189.167 1.308.083 1.438.392 Rp 982.782 2.063.843 3.253.010 4.561.093 5.999.985 Rp 6.600.000 5.617.218 4.536.157 3.346.990 2.038.907 600.000 Rp 8.213.910 Rp2.213.925 Rp5.999.485

Sumber : Harahap (2002)

(iii). Sistem Persediaan (Inventory System)

Sistem persediaan adalah tipe sistem yang digunakan dalam situasi dimana jumlah aktiva itu besar dengan harga perolehan yang kecil-kecil, seperti peralatan untuk sebuah perusahaan industri atau perkakas untuk sebuah restauran. Metode ini cukup mudah di pakai tetapi tidak sistematis dan rasional karena ada unsur


(43)

penafsiran yang dilakukan dalam perhitungan penyusutan, disamping itu juga sulit untuk menentukan nilai aktiva tersebut pada akhir periode.

Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambahkan persediaan awal aktiva tetap yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi dengan persediaan akhir aktiva tetap tersebut.

D. Akuntansi Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Undang-Undang Perpajakan

Pengaturan penyusutan menurut ketentuan perundang-undangan perpajakan diatur dalam pasal 11 Undang-Undang No.17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No.7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Ketentuan tersebut menegaskan bahwa penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

Menurut Waluyo (2000 : 94) syarat aktiva tetap yang dapat disusutkan menurut ketentuan perpajakan meliputi :

1. Harta yang dapat disusutkan adalah harta berwujud ;

2. Harta tersebut mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun ;

3. Harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara


(44)

Undang-undang pajak penghasilan secara khusus menetapkan saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Penyusutan harus dilakukan sebulan penuh. Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut : a. Harta / aktiva dalam pengerjaan

b. Harta / aktiva dalam usaha leasing

c. Wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak.

Ad a. Harta / Aktiva Dalam Pengerjaannya

Untuk Harta / aktiva tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya pekerjaan tersebut. Jadi walaupun pada umumnya penyusutan atas harta / aktiva dimulai pada tahun perolehan tetapi untuk harta / aktiva yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat selesainya harta / aktiva yang bersangkutan.

Ad b. Harta / Aktiva Dalam Usaha Sewa Guna Usaha (Leasing)

Penyusutan terhadap dalam usaha sewa guna (leasing) khususnya sewa guna usaha tanpa hak opsi dimulai pada bulan harta tersebut disewa-guna-usahakan.

Ad c. Persetujuan Direktur Jenderal Pajak

Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderalm Pajak, apabila tidak mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya penyusutan baru dilakukan pada tahun harta / aktiva tersebut menghasilkan.


(45)

Dalam sistem penyusutan menurut undang-undang PPh, semua aktiva tetap berwujud yang mempunyai syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :

a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan b. Harta berwujud kelompok bangunan.

Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 ayat (2) undang-undang PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara dibebankan melalui penyusutan, hal ini sesuai dengan kelaziman dunia usaha dan selaras dengan prinsip penandingan antara pengeluaran dan penerimaan. Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada tahun pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tarif penyusutan untuk keperluan pajak perlu diperhitungkan dasar hukum penyusutan fiskal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial).

Dalam arti metode dan dasar penyusutan yang dipakai tetap sama, sebagaimana tertera pada berikut ini menurut IKAPI (2000 : 148)

Pasal 11

1. Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau pengubahan harta berwujud kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

2. Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus,


(46)

3. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukan pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.

4. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, wajib pajak diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai dihasilkan.

5. Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.

6. Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan sebagai berikut :

Kelompok harta berwujud Masa

Manfaat

Tariff penyusutan sebagaimana dimaksud

dalam

Ayat 1

Ayat 2

1) Bukan Bangunan

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 2) Bangunan Permanen Tidak Permanen 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 20 tahun 10 tahun 25% 12,5% 6,25% 5% 5% 10% 50% 25% 12,5% 10% - -

7. Menyimpang dari ketentuan sebagaimana diatur dalam ayat (1), ketentuan tentang penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam usaha tertentu, ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.

8. Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah sisa buku tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.

9. Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti dimasa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, jumlah sebesar kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) dibukukan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.

10.Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dengan huruf b, yang berupa harta yang berwujud, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang mengalihkan.


(47)

Dalam ayat 1 pasal 11 UU Pajak No.17 tahun 2000 dijelaskan pengeluaran-pengeluaran yang dialokasikan melalui penyusutan yaitu pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat tersebut melalui penyusutan.

Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik, termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha dan hak pakai pertama kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bara.

Yang dimaksud dengan pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna dan hak pakai yang pertama kali adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna bangunan. Hak guna usaha dan hak pakai diamortisasi selama jangka waktu hak-hak tersebut.

Dalam ayat 1 dan 2 pasal 11 UU Pajak No.17 tahun 2000 dijelaskan metode penyusutan menurut fiskal. Metode penyusutan yang dibolehkan dalam ketentuan ini adalah :

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Dalam ketentuan fiskal metode ini disebut penyusutan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta tersebut.


(48)

Contoh :

Sebuah gedung yang harga perolehannya Rp 100.000.000,- dan masa manfaatnya 20 (dua puluh) tahun, penyusutan setiap tahun adalah sebesar Rp 5.000.000,- (Rp 100.000.000,- : 20)

2. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)

Penyusutan atas harta berwujud dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan dengan syarat dilakukan secara taat azas.

Contoh penggunaan metode saldo menurun adalah ;

Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2000 dengan harga perolehan sebesar Rp 150.000.000,- masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50%, maka perhitungan penyusutan adalah sebagai berikut :

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

2000 Harga Perolehan Rp 150.000.000,-

2000 50 % Rp 75.000.000,- Rp 75.000.000,-

2001 50 % Rp 37.500.000,- Rp 37.500.000,-

2002 50 % Rp 18.750.000,- Rp 37.500.000,-


(49)

Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat azas. Harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus. Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Dalam hal Wajib Pajak memilih penggunaan metode saldo menurun, nilai sisa buku pada akhir masa manfaat harus disusutkan sekaligus. Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.

Ayat 3 dan 4 pasal 11 UU Pajak No.17 tahun 2000 menjelaskan kapan dimulainya penyusutan. Penyusutan dimulai pada bulan pertama dilakukannya pengeluaran, atau pada bulan selesainya pengerjaan suatu harta sehingga penyusutan pada tahun pertama dihitung secara pro rata. Wajib Pajak diperbolehkan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta digunakan dalam proses produksi atau untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, atau pada saat harta yang bersangkutan mulai menghasilkan. Yang dimaksud menghasilkan dalam ketentuan fiskal ini dikaikan dengan saat dimulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan saat diterima atau diperolehnya penghasilan. Untuk memberikan penjelasan yang lebih baik ada tiga contoh dari UU yang dikutip yaitu:

Contoh 1.

Pengeluaran untuk pembangunan sebuah gedung adalah sebesar Rp 100.000.000,- Pembangunan dimulai pada bulan Oktober 2000 dan selesai untuk digunakan pada bulan Maret 2001. Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tersebut dimulai pada saat bulan Maret tahun pajak 2001.


(50)

Contoh 2.

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2000 dengan harga perolehan sebesar Rp 100.000.000,- masa manfaat dari mesin tersebut adalah 4 (empat) tahun. Kalau tarif penyusutan misalnya ditetapkan 50% (lima puluh persen), maka perhitungan penyusutannya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.10: Pehitungan Penyusutan Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan.

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku

2000 2000 2001 2002 2003 2004

Harga Perolehan 6/12 X 50%

50% 50% 50%

Disusutkan sekaligus

-

Rp 25.000.000,- Rp 37.500.000,- Rp 18.750.000,- Rp 9.375.000,- Rp 9.375.000,-

Rp 100.000.000,- Rp 75.000.000,- Rp 37.500.000,- Rp 18.750.000 Rp 9.375.000

- Sumber : IKAPI (2000)

Contoh 3.

PT. X yang bergerak dibidang perkebunan membeli traktor pada tahun 2000. Perusahaan tersebut mulai menghasilkan (panen) pada tahun 2000. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, penyusutan traktor tersebut dapat dilakukan mulai tahun 2001.

Ayat 5 menyebutkan wajib pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan pemerintah, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut. Misalnya karena adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan dibidang moneter dapat menyebabkan kekurangserasian antara pembiayaan dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Dalam keadaan demikian, Menteri Keuangan


(51)

diberi wewenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva tetap (revaluasi) atau indeksasi biaya dan penghasilan.

Untuk memberikan kepastian hukum bagi wajib pajak dalam melakukan penyusutan atas pengeluaran harta berwujud, ayat 6 dari pasal 11 ini mengatur kelompok masa manfaat dan tarif penyusutan baik menurut metode garis lurus maupun saldo menurun. Table 2.11 : Tarif Penyusutan Aktiva Tetap Berdasarkan UU PPh No.17

Tahun 2000 Pasal 11 Ayat 6 Kelompok Harta

Berwujud

Masa Manfaat Tarif penyusutan sebagaimana dimaksud pada

Ayat (1) Ayat (2)

I. Bukan Bangunan Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 II. Bangunan Permanen Tidak permanen 4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun 20 tahun 10 tahun 25 % 12,5 % 6,25 % 5 % 5 % 10 % 50 % 25 % 12,5 % 10 %

Sumber : IKAPI (2000)

Bangunan tidak permanen maksudnya yang bersifat sementara dan terbuat dari bahan yang tidak tahan lama atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan, yang masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun. Misalnya barak atau asrama yang dibuat dari kayu untuk karyawan.

Ayat 7 menyebutkan dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang usaha tertentu, seperti pertambangan minyak dan gas bumi, perkebunan tanaman keras, perlu diberikan pengaturan tersendiri untuk penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam usaha tersebut yang ketentuannya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.


(52)

Ayat 8 dan 9 menjelaskan bahwa pada dasarnya keuntungan atau kerugian karena peralihan atau penarikan harta menurut UU No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) huruf d adalah karena :

a. Penjualan;

b. Pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

c. Pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;

d. Pengalihan karena likuiditas, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;

e. Pengalihan karena hibah, bantuan atau sumbangan.

Apabila terjadi pengalihan harta atau penarikan harta maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan harta dikenakan pajak dalam tahun harta tersebut diahlikan.

Apabila harta wajib pajak dijual, penerimaan netto dari penjualan harta tersebut dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penjualan. Penerimaan netto adalah selisih antara harga penjualan dengan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan penjualan. Nilai sisa buku dari harta wajib pajak dibebankan sebagai kerugian dalam tahun pajak yang bersangkutan.

Ayat 10 menyebutkan jika menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), dalam hal peralihan harta berwujud yang memenuhi syarat sebagaimana


(53)

dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, nilai sisa bukunya tidak boleh dibebankan sebagai kerugian oleh pihak yang mengalihkan.

Ayat 11 menyebutkan dalam rangka memberikan keseragaman kepada wajib pajak untuk melakukan penyusutan, Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan jenis-jenis harta yang termasuk dalam setiap kelompok masa manfaat yang harus diikuti oleh wajib pajak. Kelompok harta berwujud sesuai dengan masa manfaat sebagaimana yang dimaksud diatas ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan No. 520/KMK.04/2000, tanggal 14 Desember 2000 (terlampir).

E. Koreksi Terhadap Perhitungan Laba Usaha Dan Laba Fiskal Karena

Perbedaan Penerapan Akuntansi Penyusutan Aktiva tetap

Adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya antara akuntansi komersial dengan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Dalam penyusunan laporan keuangan fiskal wajib pajak harus mengacu kepada peraturan perpajakan, sehingga laporan keuangan komersial yang dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan harus disesuaikan/koreksi terlebih dahulu sebelum menghitung besarnya penghasilan kena pajak.

Menurut Gunadi dalam ketentuan dasar pajak penghasilan (2001:128), menyebutkan bahwa ada 2 koreksi yang ada, yaitu :

a. Koreksi Fiskal Positif

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti deviden, termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.


(54)

3. Pembentukan atau penumpukan dana cadangan, kecuali;

a) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, dan asuransi.

b) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan. 4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan (Wajib Pajak yang dipotang PPh pasal 21)

5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali;

1) Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh karyawan secara

bersama-sama.

2) Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan didaerah terpencil.

3) Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.

6. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.

7. Harta yang dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama Islam atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada Badan Amil Zakat atau lembaga Amil Zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh Pemerintah.

8. Pajak Penghasilan.

9. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang menjadi tanggungannya.

10.Gaji yang dibayarkan kepada anggota Persekutuan, Firma, atau Perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

11.Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan dibidang perpajakan.

12.Pajak masukan atau perolehan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak

(BKJ/JKP) yang tidak dapat dikreditkan, kecuali :

1) Faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang PPN (faktur pajak standar cacat)

2) Pajak masukan atas perolehan BKP/JKP yang termasuk dalam Pasal 9 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

3) Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final.


(55)

4) Pajak penghasilan yang telah dipotong pemberi kerja, kecuali pajak penghasilan pasal 26, sepanjang pajak penghasilan tersebut ditambahkan sebagai dasar perhitungan untuk pemotongan pajak penghasilan pasal 26 tersebut.

b. Koreksi Fiskal Negatif

1) Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;

2) Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajad, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

3) Warisan;

4) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham /sebagai pengganti penyertaan modal;

5) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan kenikmatan dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;

6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, dan asuransi beasiswa;

7) Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN/BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD yang menerima deviden paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut;

8) Iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disyahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja, maupun pegawai;

9) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana dimaksud pada huruf h, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

10)Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi;

11)Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha; 12)Penghasilan yang diterima atau diperolah perusahaan modal ventura berupa


(1)

Struktur Organisasi PT. XL AXIATA Medan

VICE PRESIDEN

DIREKTUR

USAHA

SMB

PEMASARAN

SMB

PELAYANAN

JASA

SMB PEMB

ANEKA USAHA

DIREKTUR

TEKNIK

SMB

BANGUNAN

SMB

PERALATAN

SMB

PERENCANAAN

DIREKTUR

KEUANGAN

SMB

AKUNTANSI

MANAJEMEN

SMB

AKUNTANSI

KEUANGAN

SMB

PERBENDAHARAAN

DIREKTUR

PERSONALIA

ADM. UMUM

SMB

PEMBINAAN

SDM

SMB HUKUM

& HUBUNGAN

INTL

SMB

HUKUM


(2)

LAMPIRAN 2

PT. XL AXIATA

DAFTAR REKAPITULASI AKTIVA TETAP DAN AKUMULASI PENYUSUTAN

PER 31 DESEMBER 2009

NAMA AKTIVA TAHUN

PERO- LEHAN

NILAI PEROLEHAN

%

AKUMULASI PENYUSUTAN NILAI BUKU

31-12-2008 TAHUN 2009 31-12-2009 31-12-2008 TAHUN 2009 31-12-2009 31-12-2008 31-12-2009

Tanah 1,924,000,000 (1,146,000,000) 778,000,000 - - - 1,924,000,000 778,000,000

Kendaraan bermotor 3.256,255,747 374,651,594 3,630,907,341 20 2,505,448,623 34,489,644 2,539,938,267 750,807,124 1,090,969,074

Alat – alat berat 2,250,608,496 194,625,000 2,445,433,496 10 1,565,039,106 (148,124,949) 1,416,914,158 685,569,390 1,028,319,339

Bangun – bangunan 3,184,429,455 (735,076,800) 2,449,352,655 5 1,109,365,654 (788,313719) 249,842,316 2,075,063,801 2,199,510,339

Inventaris 397,287,602 - 397,287,602 20 397,287,602 - 397,287,602 - -

Mesin dan instalasi 22,543,500 - 22,543,500 20 22,543,500 - 22,543,500 - -

Inventaris kantor 584,690,481 246,832,050 795,522,531 20 306,922,621 97,504,425 404,427,046 241,767,861 391,095,486

Total 9,659,815,280 81,031,844 9,740,847,124 5,906,607,105 (804,444,599) 5,030,952,888 3,753,208,175 4,709,894,237

Unit Kantor

Jalan dan saluran air 388,460,698 200,000,000 588,460,698 5 108,504,064 26,089,702 134,593,766 279,956,634 453,866,932

Lokasi kantor / emplasmen 442,256,725 - 442,256,725 5 442,256,725 - 442,256,725 - -

Bangunan konstruksi 4,437,539,419 - 4,437,539,419 5 2,965,740,053 148,437,060 3,114,177,113 1,471,799,366 1,323,362,306

Mesin – mesin dan instalasi 24,660,299,962 2,400,399,113 27,060,699,075 5.71 13,331,274,651 1,162,350,873 14,493,625,524 11,329,025,311 12,567,073,551

Kendaraan bermotor 528,031,868 - 528,031,868 20 378,324,412 74,068,817 452,393,229 149,707,456 75,638,639

Inventaris Kantor 111,695,168 9,705,000 121,400,168 20 93,166,128 8,605,462 101,771,590 18,529,040 19,628,578

Inventaris Mess 35,012,700 2,765,000 37,777,700 20 19,023,683 5,268,817 24,292,500 15,989,017 13,485,200

Inventaris Bengkel 46,011,406 - 46,011,406 20 45,762,239 130,000 45,892,239 249,167 119,167

Inventaris Panel 54,261,114 - 54,261,114 20 34,543,615 5,046,000 39,589,615 19,717,499 14,671,499

Inventaris Pos Jaga 67,870,790 - 67,870,790 20 64,420,790 2,070,000 66,490,790 3,450,000 1,380,000

Inventaris lain – lain 14,838,228 - 14,838,228 20 6,005,728 2,410,000 8,415,728 8,832,500 6,422,500

Inventaris Kantor / Camp 25,553,710 9,395,000 34,948,710 20 24,983,159 1,315,900 26,299,059 570,551 8,649,651

Total 30,811,831,788 2,622,264,113 33,434,095,901 17,514,005,247 1,435,792,631 18,949,797,878 13,297,826,541 14,484,298,023

Unit Kantor Cabang


(3)

PT. XL. AXIATA

NERACA

PER 31 DESEMBER 2009

AKTIVA Kewajiban dan Ekuitas

Aktiva Lancar Kewajiban lancar

Kas / Bank 10,395,521,656 Hutang 49,046,271,888

Piutang 21,584,730,304 Hutang Pajak – pajak 814,746,086

Uang Muka Dibayar 104,833,300 Uang Muka yang diterima dahulu 250,000,000

Biaya Bayar Dimuka 285,721,352 Biaya yang akan dibayar 6,348,240,282

Perkiraan Sementara 2,585,997 Perkiraan Sementara 624,911,014

Persediaan Bahan Pembantu & Pelengkap 4,786,381,386 Hubungan Rekening Koran Dengan :

Persediaan Hasil Produksi 3,494,856,272 R/K PT. Surya Indah -

Hubungan Rekening Koran Dengan : R/K PT. Citra Penerapan 722,501,935

R/K PT. Dharma Agung 3,296,024,154 R/K PT. Sejahtera Makmur -

R/K PT. Teunggulon Raya 12,289,772,535 R/K PT. Sumber Asih -

R/K PT. Mazdah - R/K PT. Sumatera Jaya 174,308,675

R/K PT. Gading Bakti 1,615,059,006 Bahagian Hutang Jangka Panjang

R/K PT. Wijaya Kesuma 277,825,500 Yang Segera Akan Jatuh Tempo 6,807,250,000

R/K PT. Utama Sejahtera 6,556,940,323 Hutang Lancar Lainnya 10,204,569

R/K PT. Aloer Timur 8,375,315,359 Kewajiban Pajak Tangguhan 4,133,829,515

R/K PT. Adidaya Indonesia 5,416,598,828

Jumlah Aktiva Lancar 78,482,165,971 Jumlah Kewajiban Lancar 68,950,263,964

Penyertaan / Investasi 30,348,389,290 Kewajiban Jangka Panjang 25,099,048,590

Aktiva Tetap Ekuitas

Tanah 778,000,000 Modal Saham 120,000,000,000

Tower (TB) 47,912,439,053 Saham Dalam Portepel (65,000,000,000)

Tower (TBM) 21,422,922,381 Ditempatkan dan Disetor 55,000,000,000

Tower (TSM) 1,399,446,981 Uang Muka Modal Saham 3,874,346,881

Jalan Dan Saluran Air 9,532,262,443 Jumlah Modal Ditempatkan Atau Disetor

Bangunan – Bangunan 20,303,016,647 Serta Uang Muka Modal Saham 58,874,346,881

Mesin / Instalasi & Perlengkapan 27,083,242,574 Laba Ditahan 73,392,948,335

Kenderaan Bermotor & Alat Berat 10,200,822,505 Jumlah Ekuitas 132,267,295,216

Inventaris / Alat Kantor 1,838,759,732

Mesin / Instalasi Air & Listrik 26,011,945,860

Harga Perolehan 166,482,858,176

Akumulasi Penyusutan (50,602,894,547)

Jumlah Aktiva Tetap 115,879,963,629

Aktiva Lain – Lain

HGU atau Ganti Rugi Tanah 1,997,897,471

Konstruksi Dalam Pembangunan 67,731,994

Harga Perolehan 2,065,629,465

Akumulasi Amortisasi (459,540,548)

Jumlah Aktiva Lain – lain 1,606,088,881


(4)

LAMPIRAN 4

Presentase Penyusutan Aktiva Tetap

PT. XL AXIATA Medan

JENIS AKTIVA TETAP

Taksiran

umur

Penyusutan

JALAN DAN BANGUNAN

1. Jalan

2. Gedung Kantor Permanen

3. Gedung Kantor Semi Permanen

4. Gedung Persediaan Permanen

5. Gedung Persediaan Semi Permanen

6. Panel Dan Garasi permanen

7. Panel Dan Garasi Semi Permanen

8. Rumah Dinas Permanen

9. Rumah Dinas Semi Permanen

10. Pos Jaga Permanen

11. Pos Jaga Semi Permanen

12. Pagar Permanen

13. Pagar Semi Permanen

14. Bangunan Lainnya Permanen

15. Bangunan Lainnya Semi Permanen

20 tahun

40 tahun

10 tahun

30 tahun

10 tahun

30 tahun

10 tahun

25 tahun

10 tahun

25 tahun

10 tahun

25 tahun

10 tahun

30 tahun

10 tahun

5.00%

2.50%

10.00%

3.33%

10.00%

3.33%

10.00%

4.00%

10.00%

4.00%

10.00%

4.00%

10.00%

3.33%

10.00%

PERALATAN

1. Alat-alat Teknik

2. Alat-alat Perkantoran

3. Komputer

4. Main Frame

5. PC dan perlengkapannya

6. Perlengkapan Rumah Dinas

5 tahun

10 tahun

5 tahun

5 tahun

4 tahun

5 tahun

20.00%

10.00%

20.00%

20.00%

25.00%

20.00%


(5)

1. Mobil

2. Sepeda Motor

3. Lainnya

5 tahun

5 tahun

5 tahun

20.00%

20.00%

20.00%

Emplasement

1. Lapangan Parkir

2. Taman

3. Riol Dan Selokan

25 tahun

25 tahun

25 tahun

4.00%

4.00%

4.00%


(6)

LAMPIRAN 5

NO/KODE

REK

URAIAN

JUMLAH

I

II

01.09

06.09

06.99

08.04

08.05

08.06

08.12

09.02

09.06

09.07

09.08

09.17

09.18

09.21

09.22

09.23

09.99

891.09

891.99

III

707.1&2

791.05

791.06

IV

V

1

LABA SEBELUM PAJAK

KOREKSI FISKAL POSITIF

Tunjangan Khusus PPh

Biaya Asuransi Kecelakaan Kerja

Biaya Asuransi Lainnya

Biaya Surat Kabar, Majalah, Buletin

Biaya Rapat Dan Jamuan Rapat

Biaya Rumah Tangga

Biaya adm. Lainnya (pembelian buku-buku)

Biaya Penyisihan Piutang

Biaya Promosi

Biaya Humas

Hubungan Internasional

Biaya Olah Raga dan Kesenian

Biaya Pakaian Dinas

Biaya Bantuan Sosial

Biaya Perawatan Kesehatan

BPMT

Biaya Lainnya

PUKK

Biaya Diluar Usaha Lainnya

Jumlah Koreksi Fiskal Positif

Jumlah Pendapatan setelah koreksi fiskal positif

KOREKSI FISKAL NEGATIF

Pendapatan Persewaan Tanah & Bangunan

Pend. Bunga Deposito

Pend. Jasa Giro

Jumlah Koreksi Fiskal Negatif

Jumlah Pendapatan Setelah Koreksi Fiskal Negatif

LABA (DASAR PERHITUNGAN PAJAK)

PERHITUNGAN PAJAK TERUTANG

Tarif………..10 % x Rp

Tarif………..15 % x Rp

1,932,965,000

4,441,008,000

11,429,000

220,850,000

221,755,000

2,218,017,200

25,878,000

154,089,000

684,953,500

409,726,000

350,000,000

1,002,269,000

850,000,000

461,840,000

4,610,089,000

812,477,000

412,464,000

241,214,000

2,071,800

19,063,095,700

344,524,117,700

4,300,309,800

35,100,000,000

925,902,000

40,326,211,800

325,461,022,000

5,000,000

7,500,000

304,197,905,900

304,197,905,000

50,000,000

50,000,000

PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

RKAP TAHUN 2009