BAB I ANALISA SITUASI AWAL TAHUN A. HAMBATAN TAHUN LALU - Laptah PTTKEK Tahun 2013

BAB I ANALISA SITUASI AWAL TAHUN A. HAMBATAN TAHUN LALU Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, memuat tentang delapan fokus prioritas

  dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan. Kedelapan fokus prioritas tersebut ditekankan lagi dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, yang meliputi: 1) peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, 2) perbaikan gizi masyarakat, 3) pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diiikuti penyehatan lingkungan, 4) pengembangan sumber daya manusia kesehatan, 5) peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan, 6) pengembangan sistem pembiayaan jaminan kesehatan, 7) pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan, dan 8) peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

  Pencapaian pembangunan jangka menengah ditandai dengan membaiknya beberapa indikator kesehatan, baik penyakit menular maupun tidak menulatr. Kondisi sekarang berbagai penyakit menular, terutama penyakit infeksi menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi ancaman bagi negara lain.

  Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, harus ikut berperan dalam upaya memperbaiki indikator kesehatan. Melalui penelitian dan pengembangan upaya untuk memperbaiki indikator kesehatan diarahkan dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

  Bidang litbang teknologi terapan, khususnya farmasi dan kedokteran difokuskan pada teknologi intervensi, baik untuk diagnosis maupun pengobatan terhadap suatu penyakit, termasuk di dalamnya kajian teknologi kesehatan (Health Technology

  

Assessment) dan penelitian obat bahan alam. Pengembangan teknologi intervensi tersebut

  dapat dilaksanakan oleh lembaga riset pemerintah maupun swasta (industri farmasi dan obat bahan alam). Pada bidang yang sama, teknologi terapan gizi dan makanan dilakukan terkait dengan teknologi intervensi gizi dan makanan dalam rangka meningkatkan status gizi dan juga menangani diet pada penyakit degeneratif, pengembangan teknologi intervensi gizi untuk penanggulangan gizi buruk pada balita, pengembangan teknologi intervensi pada upaya penanggulangan gizi lebih seperti berat badan lebih dan obesitas, pengembangan makanan fungsional.

  Bidang litbang epidemiologi klinik penyakit menular diarahkan pada upaya untuk perbaikan angka penyakit dan kualitas hidup pada penderita penyakit malaria, HIV/AIDS, dengue, influenza (Avian Influenza) dan tuberculosis. Selain penyakit neglected diseases, misalnya, Leptospirosis, Lepra, Patek, dan sebagainya. Trend kejadian penyakit tidak menular juga semakin meningkat, yang didominasi oleh penyakit degeneratif dan gangguan metabolik, seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM), asthma, diabetes mellitus, dan sebagainya. Upaya litbang epidemiologi klinik penyakit tidak menular, juga diarahkan untuk perbaikan angka kesakitan dan meningkatkan kualitas hidup.

  Permasalahan yang timbul selama pelaksanaan kegiatan meliputi; 1) belum adanya rumah sakit penelitian dan laboratorium penunjang, 2) terbaginya kantor Jakarta Bogor menyebabkan terhambatnya rentang kendali bidang manajemen dan administrasi, 3) masih rendahnya kemampuan untuk melaksanakan penelitian klinik, 2) masih sedikitnya peneliti yang berlatar belakang klinisis. Selama pelaksanaan ditahun berjalan, juga ditemuakan adanya kendala yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan, seperti; 1) adanya kebijakan pemotongan anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak, 2) adanya kebijakan pemotongan anggaran untuk pembayaran tunjangan kinerja, dimana belum ada kepastian besaran tunjangan kinerja yang akan dibayarkan, baik bulan maupun persentasenya sehingga berapa yang harus direvisi juga belum jelas, dan tidak semua satuan kerja bisa memenuhi kebutuhan tunjangan kinerja, sehingga harus disubsidi dari satuan kerja lain.

B. KELEMBAGAAN

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik mempunyai tugas mengelola, melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik.

  Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik menyelenggarakan fungsi :

  a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan & epidemiologi klinik; b. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; c. pelaksanaan pembinaan, koordinasi, dan fasilitasi teknis pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; d. pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik; dan e. pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga Pusat

  Penjabaran dari tugas dan fungsi tersebut, maka dalam susunan organisasi Pusat TTK EK yang terdiri dari:

  a. Bagian Tata Usaha (Bagian TU)

  b. Bidang Teknologi Terapan Kesehatan (Bidang TTK)

  c. Bidang Epidemiologi Klinik (Bidang EK)

  d. Sub Bagian Program dan Kerjasama (Sub Bagian PKS)

  e. Sub Bagian Keuangan, Kepegawaian dan Umum (Sub Bagian KKU)

  f. Sub Bidang Teknologi Terapan Farmasi dan Kedokteran (Sub Bidang TT FK)

  g. Sub Bidang Teknologi Terapan Gizi dan Makanan (Sub Bidang TT GM)

  h. Sub Bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Menular (Sub Bidang EK PM) i. Sub Bidang Epidemiologi Klinik Penyakit Tidak Menular (Sub Bidang EK PTM)

  

Struktur Organisasi Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

  Di samping itu, Pusat TTKEK, sebagai lembaga penelitian dan pengembangan, juga mempunyai struktur ad-hoc yakni:

  1. Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Tugas Panitia Pembina Ilmiah Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

  a) Memberikan masukan kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik tentang prioritas dan kualitas penelitian pengembangan bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik b) Memberikan saran dalam penyusunan rencana program dan kerjasama penelitian dan pengembangan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik serta pengembangan kemampuan institusi

  c) Melakukan seleksi dan menilai usulan penelitian sesuai dengan kriteria pedoman yang telah ditentukan dan memberikan saran perbaikan sebagai masukan untuk Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

  d) Melakukan pembinaan penelitian dari proposal, pelaksanaan penelitian, hingga penyusunan laporan akhir e) Memberikan saran-saran perbaikan terhadap laporan hasil penelitian, penyebarluasan hasil penelitian termasuk dalam seminar hasil penelitian dan publikasi

  f) Membina peneliti melalui seminar, diskusi ilmiah, kursus, perumusan pedoman dan lain sebagainya.

  g) Memupuk lingkungan kehidupan ilmiah

  2. Tim Penilai Peneliti Unit (TP2U) Tugas Tim Penilai Peneliti Unit Pusat TTK EK adalah sebagai berikut:

  a) Membantu para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional b) Memberikan saran perbaikan kepada para peneliti dalam proses penilaian dan perhitungan angka kredit jabatan fungsional c) Memberikan penjelasan kepada para peneliti tentang Angka Kredit Jabatan

  Fungsional Peneliti

  d) Melaporkan hasil kerjanya kepada Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik e) Mengecek kebenaran artikel/tulisan yang diajukan

  f) Mengingatkan/memberi peringatan pada peneliti yang angka kreditnya akan habis sesuai batas waktu yang ditentukan

C. SUMBER DAYA

  Sumber daya yang dipunyai Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi

Klinik meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, serta dana. Jabaran tentang

sumber daya dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia

  Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset vital dalam organisasi karena

merupakan penggerak sistem sehingga organisasi dapat berjalan. Berdasarkan data

kepegawaian sampai dengan 31 Oktober 2013, Pusat TTK EK memiliki 174 orang pegawai.

Berikut adalah penjabaran jumlah pegawai berdasarkan jabatan struktural dan fungsional,

kelompok umur, jenis kelamin, golongan, pendidikan, CPNS, pensiun dan non PNS.

  a. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jabatan Struktural dan Fungsional Menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1974 jabatan pegawai negeri sipil dikelompokkan

menjadi 2 yakni jabatan fungsional dan jabatan struktural. Dan berikut gambaran pegawai

berdasarkan jenjang jabatan tersebut:

  Berdasarkan jenjang jabatan, staf merupakan jumlah pegawai terbanyak dari sebanyak 174 pegawai. Struktural sebanyak 10 pegawai, dan dalam jenjang tersebut terdapat pegawain dengan jejang fungsional (merangkap jabatan, sebagai pejabat struktural namun yang bersangkutan juga memiliki jenjang fungsional).

  Apabila dipilah, maka jenjang jabatan fungsional, dapat dibagi menjadi peneliti, teknisi litkayasa dan analisis kepegawaian. Dan berikut adalah gambaran pegawai berdasarkan jenjang jabatan fungsional.

  Berdasarkan jenjang jabatan fungsional maka peneliti merupakan jenjang jabatan fungsional dengan jumlah pegawai terbanyak. Jumlah pegawai berdasarkan jenjang fungsional peneliti berbeda dengan Tabel 1.1. dikarenakan pada Tabel 1.2 ini sudah menjumlahkan jenjang penelitian yang rangkat jabatan struktural.

  Jenjang fungsional penelitipun bila dilihat lebih detil dapat dibagi lagi berdasarkan ketentuan Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yakni peneliti utama, peneliti madya, peneliti muda, dan peneliti pertama. Dan berikut gambaran jenjang fungsional peneliti berdasarkan kriteria LIPI.

  Berdasarkan jenjang jabatan fungsional peneliti maka peneliti madya merupakan jenjang jabatan fungsional peneliti dengan jumlah pegawai terbanyak.

  b. Jumlah Pegawai Berdasarkan Kelompok Umur

Menurut kelompok umur pegawai dikelompokkan menjadi 5 kelompok umur, yakni 1)

≤ 30 tahun, 2) 31- 40 tahun, 3) 41-50 tahun, 4) 51-

  55 tahun, dan 5) ≥ 56 tahun. Dan berikut jumlah pegawai berdasarkan umur.

  

Berdasarkan umur, dari 174 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan umur 31-40

tahun.

  c. Jenis Kelamin Menurut jenis kelamin, pegawai dibagi berdasarkan jenis kelamin laki laki dan perempuan. Dan berikut jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin ;

Berdasarkan jenis kelamin, dari 174 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan jenis

kelamin perempuan.

  d. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Menurut golongan, pegawai dibagi berdasarkan golongan I, II, III, dan IV. Dan berikut jumlah pegawai berdasarkan golongan;

  

Berdasarkan golongan, dari 174 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan golongan

III.

  e. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut tingkat pendidikan, pegawai dibagi berdasarkan tingkat pendidikan SD, SLTP.,

SLTA/D1, D2/D3, S1, S2, dan S3. Dan berikut jumlah pegawai berdasarkan tingkat

pendidikan;

Berdasarkan tingkat pendidikan, dari 174 pegawai banyak didominasi oleh pegawai dengan

tingkat pendidikan S2.

  f. Berdasarkan golongan jumlah pegawai CPNS, Pensiun, dan non pns, sebagai berikut: Sumber daya manusia selain yang disebutkan diatas juga didukung oleh pegawai non-

PNS. Selain itu, sumber daya manusia juga menggalami penambahan dan pengurangan.

Penambahan berupa penerimaan pegawai yang masih berstatus CPNS (calon pegawai

negeri sipil) dan pengurangan dalam bentuk pegawai yang pensiun. Dan berikut, jumlah

pegawai CPNS, pensiun dan non PNS.

Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Baru (CPNS), Pensiun dan Non PNS

  Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2013

  No Instansi CPNS Pensiun Non PNS

1 Pusat Teknologi Terapan Kesehatan

  5

  11 dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2013, Pusat TTK EK tidak menerima pegawai baru. Sedangkan pegawai yang

pensiun sebanyak 5 orang, jadi terdapat pengurangan jumlah pegawai dari 179 tahun 2012

menjadi 174 tahun 2013.

2. Sarana dan Prasarana

  Sarana dan prasarana yang ada di Pusat TTK EK meliputi yang bergerak maupun tidak

bergerak. Secara umum sarana yang tidak begerak meliputi: gedung perkantoran, gedung

pelatihan, gedung peneliti, gedung laboratorium, gedung perpustakaan.

  Tabel 1.2. Sarana dan Prasarana

  Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2013

  Kondisi No Sarana dan Prasarana Jumlah (Baik/Rusak)

  I Tanah

  1 Tanah persil 21.442 m²

  II Peralatan dan Mesin

  1 Alat bantu 1 unit Baik

  2 Alat angkutan darat bermotor 5 unit Baik

  3 Alat angkutan darat tak bermotor 14 unit Baik

  4 Alat bengkel bermesin 1 buah Baik

  5 Alat bengkel tak bermesin 3 buah Baik

  6 Alat ukur 115 buah Baik

  7 Alat kantor 940 Baik

  8 Alat rumah tangga 2.951 buah Baik

  9 Alat studio 64 buah Baik

  10 Alat komunikasi 48 buah Baik

  11 Alat kedokteran 204 buah Baik

  12 Alat kesehatan umum 6 buah Baik

  13 Unit alat laboratorium 602 buah Baik

  14 Unit alat laboratorium kimia nuklir 363 buah Baik

  15 Alat laboratorium fisika nuklir elektronika 31 buah Baik

  16 Alat proteksi radiasi/ proteksi lingkungan 2 buah Baik

  17 Alat laboratorium lingkungan hidup 15 buah Baik

  18 Alat laboratorium standarisasi kalibrasi dan 1 buah Baik instrumentasi

  19 Komputer unit 121 buah Baik

  20 Peralatan komputer 41 buah Baik

  III Gedung dan bangunan

  1 Bangunan gedung tempat kerja 14 unit Baik

  2 Bangunan gedung tempat tinggal 15 unit Baik

  IV Jalan dan jembatan

  1 Baik

  Alokasi terbanyak adalah alokasi untuk belanja barang. Apabila dipilah berdasarkan output maka alokasi anggaran tersebut sebagai berikut:

  3 Belanja Modal Rp. 244.490.000,- Jumlah Rp. 79.822.167.000,-

  2 Belanja Barang Rp. 68.083.021.00,-

  1 Belanja Pegawai Rp. 11.494.656.000,-

  No Alokasi Jumlah

  Tahun 2013

  Alokasi Anggaran Berdasarkan Belanja Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

  alokasi masing-masing belanja sebagai berikut: Tabel 1.3.

  

rupiah), yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan belanja modal. Besaran

  Pada tahun 2013 Pusat TTK EK mendapat anggaran sebesar Rp. 79.822.167.000,-,- (Tujuh puluh sembilan milyar delapan ratus dua puluh dua juta seratus enam puluh tujuh ribu

  1 Baik

  4 Laboratorium hewan coba

  1 Baik

  3 Gedung pelatihan

  2 Laboratorium Terpadu

  1 Jalan 4.500 m² Baik

  1 Baik

  1 Gizi Klinis/Klinik Gizi

  VIII Laboratorium

  3 Koleksi barang-barang perpustakaan/non buku 1 buah Baik

  2 Non eksakta 1 buah Baik

  1 Eksakta 1 buah Baik

  VII Aset tetap lainnya

  3 Jaringan listrik 1 unit Baik

  2 Instalasi gas 2 unit Baik

  1 Instalasi gardu listrik 1 unit Baik

  VI Jaringan

  1 Bangunan air irigasi 1 unit Baik

  V Irigasi

  2 Jembatan 105 m² Baik

3. Dana

  Tabel 1.4. Alokasi Anggaran Berdasarkan Output

  Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2013

  No Output Jumlah

  1. Layanan Perkantoran Rp. 14.321.572.000,-

  2. Penelitian Bidang Teknologi Terapan Rp. 2.767.697.000,- Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

  3. Dokumen perencanaan program dan anggaran Rp. 236.880.000,-

  4. Laporan Kinerja Rp. 72.840.000,-

  5. Dokumen Keuangan, kekayaan negara dan Rp. 202.284.000,- tata usaha

  6. Sarana dan prasarana lingkungan kantor Rp. 85.490.000,-

  7. Manajemen Laboratorium Rp. 17.125.000,-

  8. Dokumen informasi, publikasi dan diseminasi Rp. 462.100.000,-

  10. Dokumen hukum, organisasi dan kepegawaian Rp. 235.956.000,-

  11. Dokumen bidang ilmiah dan etik Rp. 1.561.909.000,-

  12. Data status kesehatan masyarakat hasil Riset Rp. 59.724.314.000,- Kesehatan Nasional Wilayah I

  Jumlah Rp. 79.822.167.000,-

BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA A. DASAR HUKUM Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Pusat TTK EK mengacu pada dasar

  hukum sebagai berikut: 1) Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,

  Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219);

  2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

  3) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

  4) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3609);

  5) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Nasional Tahun 2010-2014

  6) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 2012

  7) Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tentang Prioritas Pembangunan Nasional 8) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 29 Tahun 2010 Tentang

  Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

  9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;

  10) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/X/2002 tentang Persetujuan Penelitian Kesehatan Terhadap Manusia;

  11) Keputusan Menteri Kesehatan No. 375 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-2025

  12) Peraturan Menteri Kesehatan No. 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan 13) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana

  Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010

  • – 2014 14) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1099/Menkes/SK/VI/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Tingkat Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014

  15) DR. Dr. Trihono, MSc. (2011): Rencana Besar Pengembangan Badan Litbangkes, Jakarta.

16) Rencana Aksi Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Tahun 2011 – 2015.

  17) Pernyataan Penetapan Kinerja Tahun 2013

B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR

  Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.1144 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan, serta menapis teknologi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Dan untuk mencapai tugas pokok fungsi tersebut telah ditetapkan, visi, misi, tujuan, sasaran, dan indikator.

  1. Visi

  Visi yang ingin dicapai adalah menjadi institusi unggulan penelitian dan pengembangan

  2. Misi

  Untuk mencapai visi tersebut telah ditetapkan beberapa misi, yang dilaksanakan oleh segenap jajaran dilingkungan Pusat TTK EK. adapun misi yang telah ditetapkan meliputi: a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang kedokteran dan farmasi.

  b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian teknologi terapan kesehatan dalam bidang gizi dan makanan.

  c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui penelitian dan epidemiologi klinis penyakit menular dan penyakit tidak menular.

  d. Menjadikan Badan Litbangkesmenjadi oordinator jejaring penelitian klinis di Indonesia melalui Pusat TTKEK.

  e. Menjadikan Indonesia sebagai salah satu simpul (hub) penelitian klinis di Asia Tenggara

  3. Tujuan

  Tujuan organisasi ditetapkan berdasarkan yang ingin dicapak dalam jangka panjang selam 5 tahun dan jangka pendek selama satu tahun. Untuk tahun 2013, tujuan yang ingin dicapai meliputi:

  a. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik b. Melaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik c. Melaksanakan penelitian skala nasional berupa Riset Kesehatan Dasar

  4. Sasaran

  Untuk mencapai tujuan telah ditetapkan beberapa sasaran. Sasaran ini merupakan haisl nyta akan akan dicapai dengan rumusan yang spesifik, terarah. Adapun sasran yang telah ditetapkan meliputi:

  a. Terlaksananya penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang ditandai dengan jumlah produk/model intervensi/prototipe/ standar/formula di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik b. Terlaksanakan publikasi hasil penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang ditandai dengan publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik, baik nasional maupun internasional c. Terlaksanakan penelitian skala nasional berupa Riset Kesehatan Dasar yang ditandai dengan jumlah data status kesehatan masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional

5. Indikator Kinerja Kegiatan

  Kegiatan yang telah ditetapkan akan diukur setiap akhir tahun anggaran, dan selama tahun tersebut dilakukan monitoring dan evaluasi dan pencapaiannya. Indikator kinerja kegiatan yang ditetapkan tahun 2013, adalah:

  Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2013

  No Sasaran Target

  1 Jumlah produk/model intervensi/prototipe/ standar/ formula

  8 di bidang klinik terapan dan epidemiologi klinik

  2 Jumlah publikasi di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik, yang dimuat pada media cetak dan elektronik

  • Nasional

  13

  • Internasional

  2

  3 Jumlah laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil Riset

  7 Kesehatan Nasional Wilayah 1

BAB III STRATEGI PELAKSANAAN A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN Strategi pencapaian sasaran dilakukan dengan menyusun program tahun 2013,

  dengan mengacu pada RPJMN, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, dan Rencana Aksi Kegiatan Pusat TTK EK Tahun 2011 - 2015. Secara umum strategi pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan 3 kegiatan, yakni;

  1. Melaksanakan penelitian dan pengembangan

  2. Melaksanakan penyebarluasan dan pemanfaatan hasil litbang

  3. Melaksanakan riset kesehatan nasional berupa Riset Kesehatan Dasar

  B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI

  Dalam melaksanakan strategi pencapaian tujuan dan sasaran, dirasakan adanya beberapa hambatan. Hambatan tersebut berasal dari internal maupun eksternal Pusat TTK EK. Adapaun hambatan yang dirasakan meliputi:

  1. Adanya pembagian kantor Jakarta Bogor, dimana manajemen administrasi berada di Bogor, memberikan kesulitan dalam rentang kendali manajemen dan administrasi

  2. Tidak adanya rumah sakit dan laboratorium penunjang penelitian

  3. Kurangnya peneliti yang mempunyai kepakaran dibidang penelitian klinik

  4. Sarana dan prasarana untuk mendukung penelitian klinik juga sangat minim

  5. Sedikitnya jumlah publikasi dibidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

  6. Riset Kesehatan Dasar memerlukan sumber daya manusia yang banyak, sementara di Pusat jumlah sumber daya manusia terbatas. Belum lagi kegiatan penelitian lain di luar riset nasional juga perlu dilakukan.

  C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN

  Terobosan telah dilakukan untuk meminimalisasi hambatan yang ada agar tidak menganggu dalam pencapaian tujuan. Terobosan yang dilakukan berupa:

  1. Adanya pembagian kantor Jakarta Bogor, dimana manajemen administrasi berada di Bogor, terobosan yang dilakukan agar tidak kesulitan dalam rentang kendali manajemen dan administrasi, adalah dengan melaksanakan komunikasi melalui internet, short massage service, black berry massanger. Semua komunikasi dilakukan secara elektronik, termasuk adanya disposisi, dilakukan pengarsipan secara elektornik selanjutnya dikirimkan kepada yang bersangkutan.

  2. Tidak adanya rumah sakit dan laboratorium penunjang penelitian dilakukan diansipasi dengan melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi yang mempunyai rumah sakit dan laboratorium penunjang.

  3. Kurangnya peneliti yang mempunyai kepakaran dibidang penelitian klinik dilakukan antisipasi dengan mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.

  4. Sarana dan prasarana untuk mendukung penelitian klinik juga sangat minim dilaksanakan dengan membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

  5. Sedikitnya jumlah publikasi dibidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik diantisipasi dengan melaksanakan pelatihan penulisan publikasi.

  6. Riset Kesehatan Dasar memerlukan sumber daya manusia yang banyak, sementara di Pusat jumlah sumber daya manusia terbatas, maka untuk melaksanakan Riset Kesehatan Dasar melibatkan perguruan tinggi, dinas kesehatan, poli teknik kesehatan untuk menjadi penanggung jawab teknis kabupaten. Sedangkan untuk tenaga pengumpul data melibatkan dinas kesehatan amupun lulusan politeknik kesehatan.

  7. Membuat panduan dan regulasi tekait dengan penelitian klinik yang dirasakan masih sangat kurang dan belum ada yang mengatur.

BAB IV HASIL KERJA A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN Pencapaian tujuan dan sasaran dilakukan dengan kegiatan berupa input dan output. Detil capaian dari masing-masing kegiatan adalah:

1. Masukan (Input)

  Untuk melaksanakan kegiatan agar diperoleh output maka telah dilakukan dengan masukan berupa: a. Sumber daya manusia sebanyak 174 sangat mendukung untuk pelaksanaan

  kegiatan. Sumber daya manusia yang terbagi antara struktural dan fungsional, fungsional yang terbagi penelitian dan litkayasa serta analis kepegawaian, jnjang pendidikan yang lebih banyak S2, jenjang peneliti yang lebih didominasi peneliti madya, umur pegawai yang lebih didominasi usia produksi 31-40 tahun.

  b. Sarana dan Prasarana yang dimiliki meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, irigasi, dan jaringan. Sarana berupa kantor, ruang peneliti, laboratorium, gedung pelatihan, alat laboratorium dll.

  c. Biaya yang teralokasi sebesar Rp. 79.822.167.000,- (Tujuh puluh sembilan milyar

  delapan ratus dua puluh dua ribu seratus enam puluh tujuh ribu rupiah), sangat

  membantu untuk kelancaran kegiatan. Biaya ini termasuk penelitian yang berasal dari hibah luar negeri.

  d. Komunikasi dengan menggunaan internet, short massage service, black berry massanger. Semua komunikasi dilakukan secara elektronik, termasuk adanya disposisi, dilakukan pengarsipan secara elektornik selanjutnya dikirimkan kepada yang bersangkutan.

  e. Melaksanakan jejaring penelitian dengan institusi yang mempunyai rumah sakit dan laboratorium penunjang f. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik.

  g. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

  h. Melaksanakan pelatihan penulisan publikasi. i. Melaksanakan Riset Kesehatan Dasar dengan metode atau tahapan yang berjenjang untuk menjaga mutu kualitas penelitian, dikarenakan dalam pelaksanaannya melibatkan perguruan tinggi, dinas kesehatan, poli teknik kesehatan untuk menjadi penanggung jawab teknis kabupaten. Sedangkan untuk tenaga pengumpul data melibatkan dinas kesehatan maupun lulusan politeknik kesehatan. j. Membuat panduan dan regulasi terkait penelitian klinik k. Mengoptimalkan fungsi Panitia Pembina Ilmiah

  2. Keluaran (Output) Output yang dicapai setelah dilakukan upaya dengan memberikan masukan baik berupan sumber daya manusia, dana, saran dan prasarana, teknologi meliputi: a. Jejaring yang terbentuk untuk antisipasi ketiadaan rumah sakit dan laboratorium penunjang yakni;

  Indonesia Research Partnership on Infectious Disease = INA RESPOND,

  yang terdiri dari 8 rumah sakit dan 7 fakultas kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Dr Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr Kariadi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr Soetomo, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah dan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin/RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo. i. South East Asia Infectious disease Clinical Research Network (SEAICRN) ii. Stroke Registry (Perdossi

  • – Pusat TTKEK) iii. Pharmacovigillance obat TB (ICE EBM: UGM, UNILA
  • – Pusat TTKEK) iv. RSPI, RS Darmais, RS Marzuki Mahdi

  b. Mengirimkan peneliti dalam sebuah forum ilmiah, mengirimkan penelitian melalui jenjang pendidikan, dan membuat workshop terkait penelitian klinik, serta dengan mentandemkan peneliti menjadi bagian dari sebuah tim penelitian institusi lain yang sudah ahli di bidang penelitian klinik telah dilakukan seperti: i. Mengirimkan peneliti dalam jenjang pendidikan, seperti 1) Patologi Klinik di

  Universitas Diponegoro (Dr. Srilaning Driyah), 2) Mikrobiologi Universitas Indonesia (Dr. Fitriana), 3) Epidemiologi Klinik Universitas Indonesia (Dr. Bona Simanungkalit, DHSM, M.Kes). Yang sudah selesai S3 adalah Nurhayati, SKM, Mkes untuk peminatan biostatistik Universitas Indonesia.

  ii. Mengirimkan penelitian magang dalam pengelolaan penelitian klinik ke National Institute of Health Merryland USA, seperti Dr. Siswanto, MHP, DTM,; Dr. M. Karyana, M.Kes; Dr. Delima, M.Kes; Dr. Dona Arlinda; Agus Dwi Harso, S.Si iii. Terlibat dalam penelitian pharmacovigillance, Ully Adie Mulyani, S.Si c. Membuat kerjasama dengan institusi penelitian lain.

  d. Melaksanakan pelatihan penulisan publikasi berupa systematic review, dan melaksanan diseminasi hasil penelitian.

  e. Panitia Pembina Ilmiah melakukan monitoring setiap pelaksanaan penelitian, dan dengan bersama tim manajemen melakukan supervisi penelitian f. Melaksanakan publikasi hasil penelitian dalah satu diseases registry stroke.

  Gambar 4.1. Diseminasi Registri Penyakit Stroke

  g. Tahapan untuk pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar meliputi: i. Workshop Master of The Trainer (MOT) yang dilaksanakan tanggal 28

  Februari

  • – 9 Maret 2013. Peserta adalah para penanggung jawab teknis provinsi yang akan menjadi pengajar pada workshop Training of The Trainer, dan mengkoordinasikan seluruh aspek pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar di setiap provinsi. Maksud dari MOT adalah mendapatkan PJT provinsi yang handal untuk melatih PJT Kabupaten/kota dan mengkoordinir pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar di provinsi terkait.

  ii. Workshop Training of The Trainer (TOT) yang dilaksanakan tanggal 19

  • – 22 Maret 2013 di Koordinator Wilayah. Peserta adalah para penanggung jawab teknis kabupaten yang akan menjadi pengajar pada workshop Training

  Center, dan mengkoordinasikan seluruh aspek pelaksanaan Riset Kesehatan

  Dasar di setiap kabupaten. Maksud dari TOT adalah mendapatkan PJT kabupaten/kota yang handal untuk melatih tenaga pengumpul data dan mengkoordinir pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar di kabupaten terkait. iii. Rapat Koordinasi Teknis pelaksanaan Riset Kesehatan Dasar dilaksanakan disetiap provinsi dengan waktu yang menyesuaikan kondisi masing-masing provinsi. Tujuan dari pelaksanaan Rakornis adalah mendapatkan kesamaan persepsi tentang pelaksanaan Riskesdas, meliputi perekrutan tenaga pengumpul data, pelaksanaan pelatihan tenaga pengumpulan data, pelaksanaan pengumpulan data, bahkan mekanisme pengelolaan administrasi dan keuangan selama pelaksanaan pengumpulan data. iv. Workshop Training Center yang dilaksanakan tanggal akhir April

  • – awal Mei 2013 di setiap provinsi. Peserta adalah para tenaga pengumpul data yang berasal dari tenaga minimal D3 lulusan kesehatan yang sudah diseleksi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Maksud dari pelaksanaan training center adalah mendapatkan tenaga pengumpul data yang handal.

  v. Pelaksanaan pengumpulan data yang dilakukan periode Mei

  • – Juni 2013, dengan lama waktu selama ± 50 hari. Setiap tim mengerjakan 6 Blok Sensus, setiap Blok Sensus terdiri dari 25 Rumah Tangga, dan setiap rumah tangga terdiri 4,5 anggota rumah tangga. Satu tim terdiri dari 4 orang. Identifikasi rumah tangga adalah daftar sampel bangunan sensus yang sudah diperoleh
dari Badan Pusat Statistik, berdasarkan Sensus Penduduk 2010. Acuan berupa bangunan sensus, jadi siapapun yang menghuni bangunan tersebut dijadikan sampel. Tugas tenaga pengumpul data melaksanakan wawancara dan melakukan pengukuran, kepada kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga mengenai kondisi kesehatan dari yang berangkutan, serta melakukan pertanyaan dan pengamatan tengan kondisi rumah yang dihuni. vi. Terkait dengan keterbatasan peneliti di lingkungan Pusat Teknologi Terapan

  Kesehatan dan Epidemiologi Klinik untuk menjadi penanggung jawab teknis kabupaten/kota, maka bBeberapa perguruan tinggi, dinas kesehatan, poli teknik kesehatan dilibatkan untuk menjadi penanggung jawab teknis kabupaten, seperti Universitas Indonesia, Politeknik Kesehatan Jawa Tengah, Politeknis Kesehatan Yogyakarta, Universitas Jenderal Sudirman, Politeknis Kesehatan Kupang, dll vii. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan turun langsung supervisi ke lokasi penelitian, seperti Semarang dan Banjarnegara Jawa Tengah, Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, maupun monitoring secara jarak jauh yang dilakukan melalui pengamatan pencapaian kemajuan pengumpulan data berdasarkan data jumlah blok sensus yang sudah terkirim ke manajemen data. Selanjutnya dilakukan rapat untuk antisipasi setiap permasalahan dan memberikan jalan pemecahannya. viii. Analisis dan penyusunan laporan dilakukan secara bersama-sama antara penanggung jawab data disetiap provinsi dengan tim provinsi yang terdiri dari penanggung jawab teknis provinsi dan para penanggung jawab teknis kabupaten/kota terpilih.

  h. Penerbitan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Registri Penelitian Klinik, yang diterbitkan bulan Oktober 2013 dan mulai paling lambat satu tahun berikutnya. Peraturan ini dimaksudkan mengatur penyelenggaraan penelitian klinik, bahwa setiap pelaksanaan penelitian klinik harus diregistrasi oleh pihak yang ditunjukan Menteri Kesehatan dalam hal ini Badan Litbangkes sebagai pengelola registri penelitian klinik. Ketentuan WHO menyebutkan bahwa setiap penelitian klinik yang akan dipubliksi dalam jurnal ilmiah harus diregistrasi, jadi dengan terbitnya Permenkes ini lebih memudahkan kepada pelaksana penelitian klinik, dalam hal ini Ketua Pelaksana untuk melakukan registrasi. Sebagai tahap awal registrasi diwajibkan bagi penelitian klinik yang bersumber dana dan lokasi penelitian di institusi penelitian atau sarana pelayanan kesehatan dibawah Kementerian Kesehatan. Salah satu syarat dalam registrasi adalah bahwa penelitian tersebut sudah dilolos secara etik, sehingga waktu melakukan registrasi secara elektornik harus mencantumkan nomor surat persetujuan etik. Dan nantinya setiap penelitian klinik akan mendapatkan satu nomor registrasi. Registri dilakukan melalui web:(Indonesia Diseases Registry Web Portal).

  Secara filosofi ilmu, sebenarnya Permenkes ini lebih memudahkan Ketua Pelaksana penelitian klinik untuk mendiseminasikan hasil penelitian melalui publikasi ilmiah. Bukan untuk mempersulit.

  B. PENCAPAIAN KINERJA Berbagai upaya yang dilakukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran baik berupa masukan maupun keluaran berujung pada pencapaian indikator kinerja kegiatan. Dan berikut capaian IKK tersebut:

Tabel 4.1. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan

  nafas dengan bahan cortikosteroid Produk Informasi Tentang Penggunaan Pelega Nafas Pada Penderita Asma

  TB profilaksis pada balita yang kontak erat dengan penderita TB Produk Informasi Penanggulangan TB

  3 Studi pengamatan prospektif kejadian

  ikutan pemberian obat anti tuberculosis Produk Informasi Penanggulangan TB

  4 Systematic review pencegahan stunting

  pada anak usia di bawah tiga tahun Produk Informasi Tentang Penanggulangan Gizi Buruk

  5 Systematic review penggunaan pelega

  6 Studi Epidemiologi Plasmodium knowlesi

  penggunaan antibiotik pada anak dengan gejala infeks saluran nafas Produk Informasi Penggunaan Antibiotik

  Di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan

  Produk Informasi Tentang Penyebarang Plasmodiom Knowlesi

  7 Pengembangan pedoman penanganan

  Hipertensi & Stroke di RS Tipe C Model Penanggulangan Hipertesi dan Stroke

  8 Regisrty Penyakit Stroke Produk informasi tentang penyakit stroke

  9 Kajian kecelakaan Lalu Lintas Selama

  2 Systematic review intervensi pemberian

  1 Systematic review penundaan

  

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2013

  b. Internasional

  No Indikator Tahun 2013 %

  Capaia n Target Realisasi

  1. Jumlah produk/ model intervensi /prototipe/standar/formula di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik

  8 9 112,5%

  2. Jumlah publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak dan elektronik:

  a. Nasional

  13

  

Indikator Kinerja Kegiatan Produk/Model Intervensi /Prototipe/Standar/Formula

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2013 No Penelitian Output Akhir

  2

  13

  4 100% 200%

  3 Jumlah laporan Status Kesehatan Masyarakat hasil Riset Kesehatan Nasional Wilayah 1 7 7 100%

  Dari target sebanyak 8 dokumen, telah dilakukan pencapaian sebesar 9 dokumen terakit dengan jumlah produk informasi dibidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik. Sedangkan publikasi ilmiah internasional capaianya sebanyak 200%. Jumlah produk/ model intervensi /prototipe/standar/formula di bidang teknologi terapan kesehatan dan epidemiologi klinik dicapai oleh berbagai penelitian seperti:

Tabel 4.2. Judul Penelitian dan Output

  Mudik Lebara 2012 Produk informasi tentang kecelakaan lalu lintas selama mudik lebaran 2012 Kesembilan capaian indikator tersebut dapat diperoleh dari berbagai kegiatan litbang yang bersumber dari DIPA Pusat TTK EK maupun Sekretariat Badan Litbangkes. Judul penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3.

  

Daftar Judul Penelitian

Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

Tahun 2013

  5 Systematic review penggunaan pelega nafas dengan bahan cortikosteroid

  4 Kajian Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas

  3 Kajian Penyakit Menular (Non Neglected Diseases)

  2 Kajian Penyakit Menular Neglected Diseases

  1 Kajian Anemia pada Ibu Hamil

  II DIPA Sekretariat Badan Litbangkes

  dengan dosis 3-hari dihydroartemisinin-piperaquine untuk pengobatan malaria tanpa komplikasi pada subjek anak Indonesia.

  9 Uji banding efikasi dan keamanan dosis tunggal artemisininnaphthoquine

  8 Registrasi penyakit stroke di Indonesia

  7 Pengembangan pedoman penanganan Hipertensi & Stroke di RS Tipe C

  Kalimantan Selatan

  6 Studi Epidemiologi Plasmodium knowlesi Di Kalimantan Tengah dan

  4 Systematic review pencegahan stunting pada anak usia di bawah tiga tahun

  Publikasi ilmiah di bidang teknologi terapan kesehatan & epidemiologi klinik yang dimuat pada media cetak & elektronik, baik nasional maupun internasional, dicapai dengan judul artikel sebagai berikut: Tabel 4.4.

  3 Studi pengamatan prospektif kejadian ikutan pemberian obat anti tuberculosis

  erat dengan penderita TB

  2 Systematic review intervensi pemberian TB profilaksis pada balita yang kontak

  infeksi saluran nafas

  1 Systematic review penundaan penggunaan antibiotik pada anak dengan gejala

  I DIPA Pusat TTK EK

  Bunga S.,dkk Jurnal Gizi dan Makanan, 2013, 35 (1) No Judul Penelitian

  2. Faktor Determinan Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi Baru Lahir di Kelurahan Kebon Kelapa dan Ciwaringin Kota bogor

  Komari, dkk Jurnal Gizi dan Makanan, 2013, 35 (1)

  1. Komposisi Gizi Dan Daya Terima Makan Terapi Siap Santap (Ready To Use Therapeutic Food) Untuk Anak Gizi Buruk

  I Nasional

  Judul Artikel Publikasi Ilmiah Nasional dan Internasional Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Tahun 2013 No Judul Artikel Nama penulis Media Publikasi

  5 Kajian Kecelakaan Lalu Lintas Arus Mudik Lebaran

  No Judul Artikel Nama penulis Media Publikasi

  12. Akurasi data asupan energi dan zat gizi makro-mikro hasil food recall Nazarina Jurnal Gizi dan Makanan, 2013, 35

  Emilana tjitra Journal Infectious Diseases, Juni 12

  4. Gametocyte dynamic and teh role of drugs in redicung the transmission potenstial of Plasmodium vivax.

  Emilana tjitra Journal Infectious Diseases, Juni 3

  3. Impaired pulmonanry nitric oxide bioavailability in pulmonary tuberculosis; Association with disease severity an delayed mycobacterial clearance with treatment

  Emilana tjitra Malaria Journal 2013, 12;209

  2.. Haemoglobin dynamic in Papuan and non Papuan adults in northeast Papua, Indonesia with acute, uncomplicated vivax of falciparum malaria