Analisis Sistem Pemasaran Rumput Laut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman
jenis rumput laut dengan potensi produksi rumput laut kering rata-rata 16 ton per
ha (BEI News, 2005;ADB, 2006 dalam Bank Indonesia 2006). Area untuk
budidaya rumput laut juga cukup luas, mencapai 222.180 ha atau 20% dari luas
areal potensial (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012).
Secara nasional produksi rumput laut pada tahun 2011 hanya 4,3 juta ton
(Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012). Padahal apabila seluruh potensi
dimanfaatkan, produksi rumput laut yang dapat dihasilkan bisa mencapai sekitar
17,774 juta ton per tahun. Apabila dihitung dengan tingkat harga rata-rata Rp
9.000,-/kg, pendapatan dari penjualan rumput laut akan mencapai sekitar Rp.
159,970 triliun. Dengan demikian, apabila industri pengolahan rumput laut
dikembangkan, maka rumput laut dapat memberikan kontribusi signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta
penurunan angka kemiskinan di Indonesia.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi rumput laut, dan
rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan daerah ini. Areal budidaya
rumput laut daerah ini mencapai seluas 193.700 ha untuk budidaya di laut dan
32.000 ha untuk budidaya di tambak. Potensi produksinya mencapai 785.306 ton,

yang terdiri dari Eucheuma cotonii 465.306 ton dan Gracillaria varrucosa 320.000
ton. Namun potensi tersebut baru dimanfaatkan sekitar 10%. Meskipun rumput
laut merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan, namun
permasalahan masih sering muncul dalam pengembangan komoditas tersebut,
terutama daerah tertinggal. Diantaranya adalah usaha budidaya rumput laut
umumnya berskala kecil dengan lokasi yang tersebar sehingga biaya transportasi
per unit tinggi (Zakirah, 2008). Permasalahan lain yang menghambat
pengembangan komoditas rumput laut adalah struktur pasarnya yang cenderung
oligopsoni, yang ditandai oleh terbatasnya jumlah pedagang pengumpul.

Kabupaten Luwu Utara merupakan wilayah yang potensial untuk
membudidayakan komoditi rumput laut, bertempat di Desa Munte Kecamatan
Tanalili yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani rumput
laut. Masyarakat di daerah ini sangatlah menggantungkan nasibnya pada hasil dari
tanaman ini, bukanya mereka enggan bercocok tanam tanaman lain, namun karena
wilayah yang mereka tempati merupakan pesisir, jadi hanya tanaman inilah yang
memliki nilai lebih di banding komoditi lainya. Budidaya rumput laut telah lama
di laksanakan oleh masyarakat, namun pemasaran hasil rumput laut masih di
hadapkan pada berbagai masalah yang antara lain adalah lemahnya posisi tawar
petani sehingga harga jual rumput laut lebih banyak di tentukan oleh pedagang

tanpa banyak melibatkan petani selaku produsen.
Permasalahan yang sering di hadapi oleh petani rumput laut di Desa Munte
Kecamatan Tanalili dalam pengembangan perekonomian yang terkait dengan
pemasaran hasil. Sistem pemasaran hasil rumput laut yang efisien sudah tentu
merupakan faktor utama yang menentukan meningkat atau tidaknya produktivitas.
Informasi tentang pemasaran rumput laut di lakukan oleh petugas penyuluhan
lapangan di rasakan belum optimal karena sampai sekarang para petani masih
belum mendapatkan informasi pemasaran yang jelas tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan pemasaran hasil rumput laut, sebagai akibatnya petani tidak
dapat ikut ambil bagian dalam penentuan harga rumput laut.
Petani hanya sebagai penerima harga bukan penentu harga, dengan
demikian posisi tawar petani (Bargaining Position) lemah hal tersebut sering
menjadi kekuatan bagi para pedagang, di lain pihak petani menggantungkan mata
pencaharian dari rumput laut. Untuk itu perlu di lakukan penelitian tentang
analisis sistem pemasaran rumput laut di Desa Munte Kecamatan Tanalili, karena
keberhasilan kegiatan bertani tidak hanya bergantung dari usaha dan kerja petani
itu sendiri, tetapi juga di dukung oleh banyak hal lain itu sendiri di antaranya
adalah lembaga pemasaran yang jelas sehingga dengan itu masyarakat lebih
mengetahui kemana hasil pertanian mereka di bawa untuk di pasarkan.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

diatas,

dapat

dirumuskan

beberapa

permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk saluran pemasaran rumput laut di Desa Munte
Kecamatan Tanalili ?
2. Berapa jumlah margin dan keuntungan yang di peroleh masing-masing
lembaga pemasaran ?

3. Berapa persen tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk saluran pemasaran rumput laut di Desa Munte
Kecamatan Tanalili.
2. Untuk mengetahui jumlah margin dan keuntungan yang di peroleh masingmasing lembaga pemasaran.
3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran pada masing-masing
lembaga pemasaran.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum dan
informasi kepada petani rumput laut dalam rangka pengembangan
usaha budidaya rumput laut.
2. Luaran yang dapat diperoleh pada penelitian ini adalah

sebagai

bahan informasi tentang margin, keuntungan dan tingkat efisiensi yang
diperoleh setiap labaga


pemasaran

rumput

laut. Sekaligus

dapat

dijadikan pedoman oleh pemerintah dalam membuat kebijakan tentang
kegiatan usaha rumput laut di Desa Munte Kecamatan Tanalilli.
3. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai informasi dan referensi
tambahan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Rumput laut
Rumput laut merupakan tanaman berderajat rendah, biasanya tumbuh
melekat pada substrat tertentu, tidak mempunyai akar dan batang serta daun sejati,

tapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Pertumbuhan dan penyebaran
rumput laut sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk
beradaptasi dengan faktor-faktor lingkungan seperti substrak, salinitas, temperatur,
intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi.

Umunya rumput laut sering dijumpai

tumbuh pada daerah yang memiliki perairan yang dakal dengan kondisi dasar
permukaan air berpasir, sedikit lumpur atau campuran keduanya (Anggadiredja
dkk., 2010).
Rumput laut (sea weeds) didalam dunia ilmu pengetahuan dikenal dengan
nama (algae). Tumbuhan yang akrab disapa dengan ganggang oleh masyarakat
pesisir ini adalah salah satu komoditas hasil perikanan dan sebagai sumber utama
penghasil agar-agar, alginat dan karaginan yang banyak dimanfaatkan dalam
industri makanan, komestik, farmasi, dan industri lainnya. Berdasarkan manfaat
tersebut dapat dilihat bahwa prospek pengembangan rumput laut sebagai
komoditas perdagangan sangat cerah, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri (Kordi, 2011).
Berdasarkan kandungan pigmennya ganggang (algae) dibagi dalam empat
kelas yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat),

Chlorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophycae (ganggang hijau-biru).
Namun rumput laut yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, industri
farmasi, kosmetik, tekstil, kulit dan lain-lain adalah jenis ganggang merah karena
banyak mengandung agar-agar, karaginan, porpitan, maupun furcelaran. Jenis
ganggang merah dan ganggang coklat merupakan jenis yang komersial dan
potensial untuk dikembangkan (Indriani dan Suminarsih, 2003).

Klasifikasi rumput laut menurut Soegiarto, et. Al. (1985) adalah sebagai berikut:
Divisi

:

Rhodophyta

Kelas

:

Rhodophyceae


Ordo

:

Bangiales

Famili

:

Solieriaceae

Genus

:

Eucheuma

Species


:

Eucheuma cottonii

Rumput laut jenis Eucheuma pada umumnya diekspor karena rumput laut
jenis ini mengandung karbohidrat dalam jumlah yang besar, sedikit protein dan
vitamin serta kandungan kimiawi (algin dan carrageenan) dimanfaatkan sebagai
bahan baku dan tambahan dalam industri makanan, obat-obatan dan kosmetik
(Soegiarto et. al. 1985). Karaginan merupakan ekstrak rumput laut yang tidak lain
adalah senyawa kompleks polisakarida yang dibangun dari sejumlah unit
galaktosa dan 3,6 anhydro-galaktosa baik mengandung sulfat maupun tidak
dengan ikatan alfa 1,3- D-Galaktosa dan beta 1,4 - 3,6-anhydro –galaktosa secara
bergantian. Echeuma cottonii terutama dimanfaatkan dalam bentuk kappacarrageenan. (Yunizal dkk, 2000) menyatakan bahwa sebagai bahan baku
pengolahan, rumput laut harus dipanen pada umur yang tepat, dan dipanen setelah
berumur 1,5 bulan atau lebih.
a. Habitat rumput laut
Eucheuma cottonii adalah salah satu kelompok algae penghasil karaginan.
Rumput laut jenis ini mempunyai thallus silindris, permukaan licin, cartilogeneus,
warna tidak terlalu tetap terkadang hijau, hijau kuning, abu-abu dan merah, hal ini
terjadi karena kualitas pencahayaan yang ditangkap. (Aslan, 1998) mengatakan

bahwa Eucheuma cottonii mempunyai habitat khas berupa daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap, variasi suhu yang kecil dan substrat batu
karang mati. Habitat rumput laut E. cottonii memerlukan sinar matahari untuk
proses fotosintesis. Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin hidup
pada lapisan fotik yaitu kedalam sejauh sinar matahari masih mampu
mencapainya. Rumput laut jenis ini tumbuh di dataran terumbu karang dangkal
sampai kedalaman 6 m, melekat di batu karang, cangkang kerang, dan benda keras

lainnya. Faktor yang sangat berpengaruh pada pertumbuhan jenis ini yaitu arus
yang cukup dengan salinitas (kadar garam) yang stabil, yaitu berkisar 28 – 34 per
mil. Oleh karenanya, rumput laut jenis ini akan hidup baik bila jauh dari muara
sungai (Anggadiredja, dkk., 2010).
b. Perkembangbiakan rumput laut
Perkembangbiakan rumput laut dapat terjadi melalui dua cara, yaitu
vegetatif dengan thallus dan secara generatif dengan thallus dipploid yang
menghasilkan spora. Perbanyakan secara vegetatif dikembangkan dengan cara
setek, yaitu potongan thallus yang kemudian tumbuh menjadi tanaman baru.
Sementara, perbanyakan secara generatif dikembangkan melalui spora, baik
secara alamiah maupun melalui budidaya. Pertemuan dua gamet membentuk
zygot yang selanjutnya berkembang menjadi sporofit (Anggadiredja, dkk., 2010).

c. Budidaya eucheuma sp.
Menurut

(Anggadiredja,

dkk.,

2010),

syarat-syarat

utama

dalam

keberhasilan budidaya rumput laut adalah:
a) Pemilihan lokasi
Keberhasilan budidaya rumput laut sangat ditentukan pada pemilihan
lokasi yang tepat.

Hal ini dikarenakan produksi dan kualitas rumput laut

dipengaruhi oleh faktor-faktor ekologi meliputi kondisi substrat perairan, kualitas
air, iklim dan geografis dasar perairan. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
dalam penentuan lokasi yaitu faktor kemudahan (aksesibilitas), risiko (masalah
keamanan), serta konflik kepentingan (pariwisata, perhubungan dan tanaman laut
nasional). (Anggadiredja, dkk., 2010)
b) Persiapan Penanaman
Persiapan penanaman rumput laut Eucheuma sp. meliputi penyediaan
peralatan budidaya yang sesuai dengan metode yang akan digunakan serta
penyediaan bibit yang baik. Peralatan yang diperlukan harus disesuaikan dengan
metode yang akan digunakan. Secara garis besar, peralatan yang digunakan antara
lain patok kayu, bambu, jangka, tali poietilen (tambang plastik), tali rafia dan
pelampung. Persiapan penanaman yang paling penting yaitu pemilihan dan
penanganan bibit rumput laut Eucheuma sp. sebelum ditanam.
(Anggadiredja, dkk., 2010)

c) Penanaman
Penanaman rumput laut Eucheuma sp. dapat dilakukan menggunakan
beberapa metode. Terdapat tiga metode yang sudah dikenal masyarakat serta
dikembangkan secara luas, yaitu metode lepas dasar (off bottom method), rakit
apung (floating rack method), dan rawai (long line method). Pemilihan metode ini
tergantung pada kondisi geografis lokasi. Saat yang baik untuk penanaman adalah
pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan paling baik adalah pagi hari atau sore
hari menjelang malam. (Anggadiredja, dkk., 2010)
d) Pemeliharaan
Selama rumput laut berada di wadah budidaya, selama itu pula beberapa
kegiatan terus dilakukan untuk memastikan rumput laut dalam kondisi baik.
Pemeliharaan pertumbuhan rumput laut yang dilakukan secara rutin, yaitu
membersihkan lumpur dan kotoran yang melekat pada rumput laut; menyulam
tanaman yang rusak atau lepas dari ikatan; mengganti tali, patok, bambu, dan
pelampung yang rusak; serta menjaga tanaman dari serangan pedator seperti ikan
dan penyu. (Anggadiredja, dkk., 2010)
2.1.2 Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan suatu kesatuan urutan
lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk
memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen
akhir, sebaliknya juga memperlancar aliran uang, nilai produk yang tercipta oleh
kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran. Sistem
pemasaran merupakan kegiatan yang produktif yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran yang dilakukan dalam urutan horizontal maupun vertikal. (Kotler,
2001).
Tingkat ptoduktivitas sistem pemasaran dapat dilihat dari efisiensi dan
efektifitas seluruh kegiatan fungsional kegiatan pemasaran, yang juga menentukan
kinerja operasi dan proses sistem. Efisiensi pemasaran dapat ditinjau dari
terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat, terjadi
pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku (Harits Intan, 2001).

Sistem pemasaran mempunyai peranan penting sebagai bagian dari
subsistem agribisnis. Kegiatan pemasaran akan sangat mempengaruhi kegiatan
subsistem lainnya dan mekanisme agribisnis secara keseluruhan. Pemasaran
seperti disebutkan sebelumnya merupakan kegiatan yang produktif karena dalam
kegiatannya proses pemasaran meciptakan nilai guna bagi barang yang diproduksi
salah satunya pemasaran memenuhi kegunaan waktu (time utility). Maksudnya
adalah kegiatan pemasaran mendorong tersedianya produk sesuai dengan waktu
dibutuhkannya oleh konsumen baik dari segi kualitas, kuantitas maupun
kontinuitas. (Kotler, 2001).
Kegiatan pemasaran tidak hanya proses pemindahan produk dari tangan
produsen ke tangan konsumen. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang
sangat kompleks meliputi proses pengumpulan produk dari para petani,
pengepakan, penyimpanan, pendistribusian, termasuk di dalamnya pemilihan
saluran pemasaran. Kegiatan-kegiatan tersebut bukan tanpa biaya. Efisiensi
pemasaran dapat dinilai dari biaya akumulasi semua proses tersebut. Sistem
pemasaran akan semakin efisien apabila semua kegiatan tersebut di atas dilakukan
dengan mengeluarkan biaya minimum. Sistem pemasaran yang efisien akan
mendorong rendahnya margin pemasaran sehingga perbaikan pendapatan di pihak
produsen, harga yang relatif murah bagi konsumen serta keuntungan yang normal
bagi para pelaku kegiatan pemasaran akan tercapai. (Kotler, 2001).
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan kegiatan yang sangat
kompleks dibanding dengan produk selain pertanian. Hal ini berkaitan dengan
kekhasan produk pertanian itu sendiri. Seperti diketahui produk pertanian
memiliki sifat umum yaitu rawan rusak (perishable), memiliki ukuran yang besar
per tumpukan (bulky/ voluminous) dan beraneka ragam mutu (quality variation).
Sifat produk yang tidak tahan lama menyebabkan sistem pengangkutan harus
dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Selain itu fungsi penyimpanan berperan
mengurangi resiko produk rusak dan busuk serta melindungi produk dari serangan
binatang parasit yang dapat merusak kualitas produk pertanian. Menjaga kualitas
produk pertanian agar tahan lama bisa juga melalui pengolahan sederhana dengan
bantuan pengembangan teknologi industri. (Kotler, 2001).

Sifat produk pertanian yang bulky dan voluminous menyebabkan
pengangkutan dalam ruang yang luas yang memakan biaya angkut yang tinggi.
Hal ini tentu saja menyebabkan kegiatan pemasaran menjadi tidak efisien. Hal
tersebut dapat diantisipasi dengan jarak produsen yang sebisa mungkin dekat
dengan konsumen target sehingga pengangkutan dapat berjalan dengan biaya
rendah. Selain itu jarak produsen dan konsumen dapat memenuhi kebutuhan
konsumen jauh lebih cepat dilihat dari sisi waktu. (Kotler, 2001).
Sifat produk pertanian lain yang juga sangat mempengaruhi mekanisme
pemasaran adalah sifat produk pertanian yang musiman. Sehingga penentuan
sistem pemasaran harus mempertimbangkan keberimbangan antara proses
produksi atau panen yang bersifat musiman dengan kebutuhan konsumen yang
sepanjang waktu. Mengatasi hal tersebut maka hal yang harus diperbaiki dalam
sistem pemasaran adalah distribusi antar produsen di setiap daerah serta informasi
pasar dari konsumen yang akan sangat berguna bagi produsen memenuhi
kebutuhan pasar. Distribusi yang lancar dari setiap produsen antar daerah adalah
untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang pasti akan berbeda di setiap pasar.
Distribusi yang efisien diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar sesuai
dengan kuantitas yang diinginkan dan kontinuitas. Selain itu teknologi
penyimpanan antar panen akan mampu mengantisipasi kendala kesenjangan
antara penawaran produk pertanian yang musiman dengan permintaan konsumen
yang sepanjang waktu. (Kotler, 2001).
a. Definisi pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena
pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung
berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai
kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Kotler (2001)
mengemukakan definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar sasaran untuk
mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan
dan keinginan manusia.

Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan pemasaran merupakan kunci
kesuksesan dari suatu perusahaan. Menurut Stanton (2001), definisi pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Setelah melihat definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran
merupakan usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang
diarahkan kepada usaha pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen untuk
memperoleh keuntungan yang diharapkan melalui proses pertukaran atau
transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen.
Perusahaan harus secara penuh tanggung jawab tentang kepuasan produk yang
ditawarkan tersebut. Dengan demikian, maka segala aktivitas perusahaan,
harusnya diarahkan untuk dapat memuaskan konsumen yang pada akhirnya
bertujuan untuk memperoleh laba. Pemasaran merupakan faktor penting untuk
mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang
terlibat didalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran
(marketing concept). Konsep pemasaran tersebut dibuat dengan menggunakan tiga
faktor dasar yaitu:
a) Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada
konsumen/ pasar.
b) Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan, dan
bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri.
c) Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan secara organisasi.
Menurut Swastha dan Irawan, (2005) mendefinisikan konsep pemasaran
sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen
merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang sangat penting
dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan tercapainya
sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian pemasaran

dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Penjualan dan
pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya berbeda. Tujuan utama konsep
pemasaran adalah melayani konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba, atau
dapat diartikan sebagai perbandingan antara penghasilan dengan biaya yang layak.
Ini berbeda dengan konsep penjualan yang menitikberatkan pada keinginan
perusahaan. Falsafah dalam pendekatan penjualan adalah memproduksi sebuah
pabrik, kemudian meyakinkan konsumen agar bersedia membelinya. Sedangkan
pendekatan konsep pemasaran menghendaki agar manajemen menentukan
keinginan konsumen terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan bagaimana
caranya memuaskan
b. Jenis jenis saluran pemasaran
Pemasaran hasil pertanian merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pemasaran suatu produk, kita harus
mempertimbangkan saluran pemasaran yang dapat dipakai untuk menyalurkan
produk

dari

produsen

ke

konsumen.

Menurut

Philip

Khotler

(1996)

mengemukakan bahwa saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang
saling tergantung dan terlibat dalam proses menjadikan suatu produk atau jasa siap
untuk digunakan atau di konsumsi. Sedangkan menurut Basu Swastha (1999)
saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai kekonsumen atau pemakai
industry.
Setelah melihat pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saluran
pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dalam rangka
proses penyaluran barang dari produsen kepada konsumen.Suatu barang dapat
berpindah melalui beberapa tangan sejak dari produsen sampai kepada konsumen.
Ada beberapa saluran distribusi yang dapat digunakan untuk menyalurkan barangbarang yang ada. Jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang
paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke
konsumen tanpa amenggunakan perantara. Disni produsen dapat menjual
barangnya melalui pos atau mendangi langsung rumah konsumen, saluran ini
bisa juga diberi istilah saluran nol tingkat (zero stage chanel).

b) Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan
produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang
kepada produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran
ini biasa disebut dengan saluran satu tingkat (one stage chanel).
c) Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan
pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh
produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar
kepada pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh
pengecer dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya
dilayani oleh pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga saluran
distribusi dua tingkat (two stage chanel).
d) Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini
produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya
kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada took-toko kecil.
Saluran distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi tiga
tingkat (three stage chanel), Philip Kotler (1996).
c. Margin pemasaran
Produktivitas hasil pertanian selalu mengalami fluktuasi, sedangkan harga
hasil pertanian ditingkat prodesen cenderung mengalami peningkatan yang cukup
berarti, hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari hasil
pertanian. Singh dalam Sahara (2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang
tinggi di sektor pertanian merupakan suatu fenomena yang umum akibat
ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran.
Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh sifat alami dari
produksi pertanian, yaitu dalam jangka pendek tidak dapat merespon tambahan
permintaan atau tidak dapat mengurangi produksi pada saat harga yang rendah.
Pengaruh fluktuasi harga pertanian lebih besar bila dibandingkan dengan fluktuasi
produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan petani menderita kerugian dalam
jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya keinginan untuk melakukan
investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih ke komoditas yang memiliki
harga jual yang lebih tinggi. Selanjutnya banyaknya lembaga tataniaga yang
terlibat dalam pemasaran hasil pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya

rantai tataniaga dan besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan
mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan
konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan harga
yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada struktur pasar yang
menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila semakin besar margin pemasaran
ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil
dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien
(Tomek&Robinson, 1990). Persoalan mutu dan harga hasil pertanian merupakan
bagian dari masalah tataniaga hasil pertanian yang tidak dapat dipisahkan karena
mempunyai dampak langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dalam
perdagangan hasil pertanian.
Selain itu keberadaan lokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar dan
jauh dari pusat perekonomian yang mengarah pada terbentuknya rantai tataniaga
yang panjang karena adanya peran hierarki dari pedagang perantara yang
cenderung menambah kompleksitas upaya perbaikan mutu hasil pertanian.
Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari
setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara serta
bagian harga yang diterima petani. Atau dengan kata lain analisis margin
pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran/disribusi (Tomeck&Robinson, 1990).
d. Beberapa fungsi dalam pemasaran
Dalam proses pemasaran, hasil pertanian ada beberapa fungsi yang harus
ditampung oleh pihak produsen dan elemen-elemen terlibat dalam penyaluran
yang seringkali funsi-fungsi ini menimbulkan masalah yang harus diperlukan oleh
produsen maupun elemen-elemen yang terlibat dalam rantai pemesaran. Fungsifungsi tersebut terdiri dari :
a) Pembelian dan pengumpulan ini merupakan fungsi yang bersangkutan dengan
pemendihan atau memiliki sejumlah barang yang dimaksudkan sebagai
persedian produksi atau untuk mencukupi kebutuhan. Dalam menganalisa
pembelian ini ada beberapa tindakan yang harus diperhatikan yaitu penatapan
kebutuhan, pencarian sumber kebutuhan, perundingan harga dan transaksi
resmi.

b) Penjualan dan penyebaran ini merupakan kegiatan untuk mencari dan
mengusahakan agar barang-barang yang telah diproduksi atau dimiliki dapat
dipasarkan secara menguntungkan.
c) Pengangkutan dan transportasi, merupakan suatu fungsi yang berarti
memindahkan suatu produk dari sumber penghasilanya ke pasar atau konsumen
pada waktu tertentu yang tepat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan
pasar atau konsumen. Jadi transportasi menciptakan kegunaan tempat dan
kegunaan waktu.
d) Menyimpan produk (storage), fungsi ini merupakan fungsi yang hampir
ditemukan pada setiap lembaga pemasaran, ini merupakan suatu pengumpulan
sementara produk sebelum dipasarkan.
e) Pengolahan produk, dalam tataniaga pemasaran disini bukan pengolahan
bentuk, ukuran luar dan sebagainya, tetapi berupa penyortiran produk-produk
tersebut.
f) Pendanaan atau pembiayaan (financing), yaitu penyediaan sejumlah uang guna
suatu transaksi jual beli produk.
g) Resiko, merupakan fungsi yang bersangkutan dengan kerugian yang timbul
akibat kurang matangnya pertimbangan dalam pembuatan rencana.
h) Keterangan pasar, yaitu fungsi pencarian informasi tentang pasar yang
diperlukan untuk penyusunan kebijakan pemasaran produk, Mubyarto (1997).
2.3 Efisiensi pemasaran
Secara teoritis, pemasaran yang efisien adalah pemasaran pada pasar
persaingan sempurna dimana keuntungan yang dimiliki oleh pelaku kegiatan
ekonomi baik itu produsen maupun lembaga pemasar adalah normal profit. Akan
tetapi, realitanya pasar ini tidak ditemukan. Ukuran efisiensi adalah kepuasan dari
konsumen, produsen maupun lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan
barang dan jasa mulai dari petani sampai ke konsumen akhir, ukuran untuk
menentukan tingkat kepuasan tersebut adalah sulit dan sangat relatif (Raju dan
Oppen, 1982; Kohls dan Uhl, 2002). Oleh karenanya banyak pakar yang
mempergunakan indikator efisiensi operasional dan efisiensi harga dalam
menunjukkan efisiensi pemasaran.

Efisiensi operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas
yang dapat meningkatkan rasio dari output-input pemasaran. Input pemasaran
adalah sumber daya yang meliputi tenaga kerja, pengepakan, mesin-mesin, dan
lain-lain yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran. Output
pemasaran termasuk didalamnya adalah kegunaan waktu, bentuk, tempat dan
kepemilikan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen (Asmarantaka, 2009).
Sehingga bagaimana pemasaran mampu memenuhi peranaannya dalam empat
kegunaan tersebut. suatu sistem pemasaran dikatakan efisien apabila pemasaran
mampu menyalurkan produk yang sesuai dengan yang diinginkan konsumen,
mampu menyalurkan produk ke pasar yang sesuai dengan kualitas, kuantitas dan
kontinuitas yang tepat konsumen, mampu menyalurkan produk tepat dengan
waktu permintaan konsumen.
Dari pemaparan di atas maka diperoleh bahwasanya sumber daya
merupakan biaya sedangkan kegunaan adalah benefits dari rasio efisiensi
pemasaran. Biaya pemasaran secara sederhana adalah jumlah dari semua harga
sumber daya yang dipergunakan dalam proses pemasaran. Oleh sebab itu nilainya
lebih mudah dihitung atau diprediksi dibanding indikator/ nilai kepuasan
konsumen (output pemasaran). Rasio efisiensi pemasaran (operasional) dapat
dilihat dari peningkatan dalam dua cara yaitu (Asmarantaka, 2009) :
a) Pada perubahan sistem pemasaran dengan mengurangi biaya perlakuan pada
fungsi-fungsi pemasaran tanpa mengubah manfaat/ kepuasan konsumen
b) Meningkatkan kegunaan output dari proses pemasaran tanpa meningkatkan
biaya pemasaran.
Kedua cara di atas mempunyai implikasi terjadi peningkatan efisiensi
pemasaran. Faktanya, untuk mengetahui seberapa besar efisiensi pemasaran
seringkali kali analisis margin pemasaran atau sebaran harga antara harga di
tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen menjadi indikator. Efisiensi
harga adalah bentuk kedua dari efisiensi pemasaran. Efisiensi ini menekankan
pada kemampuan sistem pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Sasaran dari efisiensi harga adalah efisien alokasi sumber daya dan maksimum
output. Efisiensi harga dapat dicapai apabila masing-masing pihak yang terlibat
dengan pemasaran puas atau responsif terhadap harga yang berlaku.

Efisiensi harga dapat dianalisa melalui ada atau tidaknya keterpaduan
pasar antara pasar acuan dengan pasar pengikut misalnya pasar di tingkat petani
dengan pasar di tingkat eksportir atau di konsumen akhir. Terkait dengan pihakpihak yang turut dalam kegiatan pemasaran, suatu sistem pemasaran dikatakan
efisien apabila bagian pendapatan yang diperoleh produsen sebanding dengan
biaya produksi yang dikeluarkan. Selain itu efisiensi pemasaran akan dicapai
apabila lembaga pemasaran tidak mengambil keuntungan atas kegiatannya dengan
jumlah yang sangat besar dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen sesuai
dengan yang diinginkan baik dari aspek kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Di
pihak konsumen sendiri efisiensi pemasaran tercapai apabila konsumen merasakan
kepuasan atas kegiatan pemasaran yang dilakukan dengan disertai harga produk
yang murah.
Efisiensi pemasaran pun perlu dikondisikan oleh pemerintah sebagai pihak
yang mengatur dan mengawas mekanisme pemasaran. Pemerintah dengan
perangkat kebijakan yang dimilikinya perlu mengkondisikan sistem pemasaran
untuk mencapai efisien diantaranya dengan menciptakan kondisi yang ideal agar
produk pertanian mampu menjadi primadona bagi pasar domestik dan mampu
bersaing dengan produk pertanian impor. Dukungan informasi dan teknologi
mampu mempercepat efisiensi pemasaran.
2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Wa Ode Astuti (2006) dengan judul “Analisis Pemasaran
Rumput Laut Di Kecamatan Kulisusu Kabupaten Muna”. Dengan menggunakan
analisis margin pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa margin
pemasaran rumput laut di Kecamatan Kalisusu Kabupaten Muna sangat besar.
Yaitu sebesar Rp. 2000. Hal ini disebabkan oleh panjang nya saluran pemasaran
yang ada di daerah tersebut.
Penelitian Kustiawati Ningsih (2011) yang berjudul Analisis Saluran Dan
Margin Pemasaran Petani Jambu Air Camplong (Syzygium Aqueum). Metode
analisis yang digunakan adalah analisis margin dan share harga. Hasil penelitian
ini menunjukan nilai margin di tingkat pengumpul Rp 5.000,00/100 biji pada
saluran 1 dan Rp 3.500/00 biji pada saluran 2. Untuk share harganya sendiri petani

menerima 95,45% sedagakan untuk saluran 2 nya sebesar 86,95%. Kecilnya share
harga di saluran II disebabkan oleh panjangnya saluran pemasaran II.
Penelitian Asri Hidayati (2000) yang berjudul Analisis Kinerja Sistem
Pemasaran Kaitanya Dengan Pengembangan Produksi Rumput Laut Di Kabupaten
Lombok Timur. Metode yang digunakan adalah metode metode survey dengan
responden petani, pengumpul dan eksportir. Hasil yang didapat kan berupa harga
rumput laut ditentukan sebelumnya oleh eksportir, sehingga petani berada pada
posisi yang lemah, namun karena penawaran rumput laut relatif sedikit, petani
masih dapat menerima harga yang cukup baik.
Penelitian Rahayu Puji (2007) yang berjudul Efisiensi Pemasaran Buah
Manggis Di Kecamatan Lingsar Lombok Barat. Analisis yang digunakan adalah
kualitatif dan kuantitatif, kualitatif dilakukan untuk mengkaji saluran serta
lembaga pemasaran, sedangkan kuantitatifnya digunakan untuk

menganalisis

margin dan volume penjualan. Hasil yang didapatkan yaitu sistem pemasaran buah
manggis Kecamatan Lingsar Lombok Barat meliputi sistem tebasan dan sistem
eceran dan pemasaran buah manggis nya belum efisien. Jenis pengguna
(konsumen) buah manggis didominasi oleh eksportir dan wilayah distribusi
buahnya mencakup wilayah Kota Mataram, Kabupaten/Kota di Provinsi NTB,
Bali dan ekspor dengan melalui Bali.
Penelitian Narulita Sari (2008) Analisis Efisiensi Pemasaran Belimbing
Dewa Di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, kualitatif di gunakan untuk
mengetahui saluran serta lembaga pemasaran yang terlibat di dalam menyalurkan
belimbing dewa dari petani produsen ke konsumen. Sedang analisis kuantitatifnya
di gunakan untuk menganalisis margin pemasaran, farmer share, serta rasio
keuntungan dan biaya. Hasil penelitian kualitatif menunjukan pemasaran
belimbing dewa di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok Jawa Barat terdiri dari
lima saluran pemasaran. Lembaga pemasaran yang terlibat diantaranya petani,
tengkulak, pusokop, pedagang besar, dan pengecer. Sruktur pasar yang dihadapi
petani dan tengkulak adalah pasar oligopoli. Untuk hasil penelitian kuantitatifnya
dengan analisis margin, farmer share,

serta rasio keuntungan dan biaya

didapatkan saluran pemasaran ke 4 adalah saluran yang paling efisien karena

memiliki nilai margin terendah dan farmer share tertinggi, dengan penyebaran
RPM nya merata jika dibandingkan dengan saluran lainya.
2.5 Kerangka Pikir
Tidak banyak petani yang dapat menjual sendiri hasil usahataninya ke
pedagang besar. Pedagang besar tersebut terlalu jauh bagi petani. Petani juga
tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan fungsi pemasaran seperti
pembiayaan, penjualan, transportasi dan tindakan lainnya yang berhubungan
dengan pemasaran. Hal ini dikarenakan petani tidak memiliki pengetahuan dan
fasilitas yang diperlukan untuk berbagai keperluan tersebut. Mereka juga tidak
memiliki sarana untuk mengangkut hasil taninya ke pasar. Karena itu diperlukan
lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi dari sentra produksi ke
konsumen.
Pelaksanaan fungsi pemasaran oleh lembaga lembaga pemasaran
menyebabkan terbentuknya biaya pemasaran. Semakin panjang saluran pemasaran
suatu produk, maka semakin besar pula biaya pemasaran yang harus dikeluarkan.
Setiap lembaga pemasaran yang terlibat akan mengambil profit atau keuntungan
untuk jasa yang telah mereka berikan. Dengan demikian apabila semakin banyak
lembaga lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran rumput lau maka
akan semakin tidak efektif dan efisien sistem pemasaran rumput laut tersebut.
Besarnya biaya pemasaran akan berpengaruh terhadap harga beli
konsumen, karena biaya pemasaran ini merupakan tambahan harga pada barangbarang yang harus ditanggung oleh konsumen. Semakin tinggi biaya pemasaran,
akan

mengurangi

meningkatkan

tingkat

efisiensi

efisiensi
pemasaran

pemasaran.
dapat

Oleh
dilakukan

kerana

itu untuk

dengan

cara

memperkecil biaya pemasaran.
Pelaksanaan fungsi pemasaran oleh masing-masing lembaga tersebut akan
menyebabkan terbentuknya biaya pemasaran yang selanjutnya akan berpengaruh
terhadap terbentuknya harga jual. Semakin banyak lembaga yang terlibat dalam
pemasaran suatu komoditi maka akan semakin banyak pula biaya pemasaran
yang terbentuk sehingga akan berpengaruh pada tingkat efisiensi pemasaran pada
saluran pemasaran tersebut.

Petani
Fugsi
Pemasaran :
1. pembelian
/penjualan

Tengkulak

2. transport
3. pembiayaan

Pengumpul

4. dll

Eksportir

Biaya
pemasaran

Harga jual

Keuntungan

Efisiensi

Gambar 1 : Skema Kerangka Pikir Sistem Pemasaran Rumput Laut
: Saluran Pemasaran
: Menyatakan Hubungan

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Sesuai dengan penelitian ini yaitu analisis sistem pemasaran rumput laut di
Desa Munte Kecamatan Tanalili, maka penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yaitu penelitian yang menggambarkan sistem pemasaran serta itemitem yang membentuknya, diantaranya saluran pemasaran, margin pemasaran, dan
juga efisiensi pemasaran yang diterima oleh pelaku pemasaranya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Munte Kecamatan Tanalili pada
Bulan Desember Tahun 2016. Alasan penulis memilih lokasi ini di karenakan
mayoritas peduduk di Desa Munte berprofesi sebagai petani rumput laut.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari petani rumput laut dan pedagang
yang terlibat dalam pemasaran rumput laut. Pada penelitian ini, metode
pengambilan sampel menggunakan metode sampling bola salju (snowball
sampling), yaitu pengambilan

sampel

tingkat

pertama dalam hal ini adalah

petani rumput laut ditentukan secara acak sederhana (simple random sampling)
yaitu dipilih 30 orang petani

dari

jumlah

populasi

petani rumput laut

sebanyak 150 orang yang dianggap dapat mewakili petani yang mengusahakan
rumput laut.
Sedangkan sampel berikutnya dalam hal ini adalah pedagang ditentukan
oleh petani dimana petani yang telah dipilih tersebut di identifikasi (digali
datanya), kemudian responden ini disuruh untuk mengidentifikasikan responden
lain (pedagang) yang merupakan bagian dari populasi target. Proses ini akan
berhenti bilamana jumlah sampel dianggap telah memadai.

Berdasarkan

informasi dari petani : Pedagang tengkulak berjumlah 4 orang dan pedagang
pengumpul berjumlah 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1
berikut:
Tabel 1. Lembaga Pemasaran

No

Macam Lembaga Pemasaran

Populasi

Sampel

1

Petani

150

30

2

Pedagang pengumpul

4

4

3

Pedagang Besar

2

2

Jumlah

156

36

(Sumber : Kantor Desa Munte)

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang di kumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer terdiri dari, (1) Identitas responden (umur, jumlah anggota keluarga,
tingkat pendidikan, pengalaman bertani atau berdagang rumput laut), (2) Bentuk
saluran pemasaran rumput laut (lembaga yang di lalui dalam memasarkan rumput
laut), (3) Margin dan keuntungan yang di peroleh lembaga pemasaran (harga beli,
harga jual, jumlah rumput laut yang di jual setiap lembaga pemasaran, dan biaya
yang di keluarkan setiap lembaga pemasaran), (4) Tingkat efisiensi pemasaran
pada masing – masing lembaga pemasaran (harga beli, harga jual (eceran), dan
biaya yang di keluarkan.
Data sekunder merupakan data yang di peroleh dari kantor – kantor atau
instansi terkait yang erat kaitanya dengan penelitian ini. Kantor – kantor yang di
jadikan sumber data adalah Dinas Kelautan/Perikanan. Biro Pusat Statistik, Kantor
Kecamatan dan Kantor Kabupaten setempat. Adapun jenis data sekunder yang di
butuhkan adalah : Keadaan umum wilayah, jumlah petani rumput laut, jumlah
produksi rumput laut, jumlah penduduk keseluruhan.
3.5 Tehnik Analisis Data
Data yang telah di peroleh akan memberikan gambaran fenomena saluran
pemasaran, gambaran fenomena tersebut akan di kaji menggunakan analisis
kuantitatif dan dijelaskan secara deskriptif.
Sedangkan data mengenai margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran
yang diterima lembaga pemasaran akan juga akan di analisis menggunakan alat
analisis kuantitatif berdasarkan rumus sebagai berikut :
1. Untuk menghitung jumlah margin pemasaran yang diperoleh pada masingmasing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut :

M =Hp – Hb

( Hanafiah dan Saefuddin, 1986 )

Dimana

M
=
Margin Pemasaran
Hb
=
Harga Pembelian
Hp
=
Harga Penjualan
2. Untuk menghitung persentase margin, digunakan rumus :
%M=

M
x 100
HE

( Hanafiah dan Saefuddin, 1986 )

Dimana

%M =
Presentase Margin
HE
=
Harga Eceran
M
=
Margin
3. Untuk mengetahui jumlah keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga
pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut :
Π=M – Bp

(Adiwilaga, 1996)

Dimana

Π
=
Keuntungan Lembaga Pemasaran
M
=
Margin Pemasaran
Bp
=
Biaya Penjualan
4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran rumput laut pada masing-masing
lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut :
Eps=

Bp
x 100
HE

Dimana

Eps
Bp
HE

(Soekartawi, 2002)
=
=
=

Efisiensi Pemasaran
Biaya Pemasaran
Harga Eceran

Kriteria :
Eps5 tidak Efisien
3.6 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Petani Rumput Laut, adalah individu ataupun kelompok orang yang
melakukan budidaya rumput laut.
2. Pedagang pengumpul adalah mereka yang memiliki modal kerja- aktif
membeli dan mengumpulkan rumput laut dari petani rumput laut.
3. Pedagang besar adalah individu atau badan yang membeli rumput laut dari
pedagang pengumpul

4. Eksportir adalah orang atau perusahaan yang melakukan pemasaran
rumput laut ke Luar Negeri, baik dalam bentuk bahan baku, setengah jadi
dan lain-lain
5. Biaya pemasaran adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
dalam memasaran rumput laut
6. Margin pemasaran adalah selisih antara harga jual dengan harga beli
rumput laut yang dilakuan oleh suatu lembaga pemasaran.
7. Efisiensi pemasaran adalah perbandingan antara biaya pemasaran dengan
total nilai penjualan rumput laut yang dinyatakan dalam bentuk persen.
8. Keuntungan pemasaran adalah selisi dari margin yang diterima dengan
biaya yang dikeluarkan pada setiap lembaga pemasaran.
9. Rantai pemasaran adalah lembaga-lembaga yang

terlibat

dalam

proses pemasaran rumput laut dari petani rumput laut sampai kepada
eksportir rumput laut.
10. Lembaga pemasaran adalah individu atau badan yang melaksanakan
kegiatan pemasaran rumput laut, misalnya produsen (petani rumput laut,
pedagang pengumpul, pedagang besar dan eksportir.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Alumni Bnadung. Bandung
Assauri. 1987. Prinsip Margin Pemasaran. Erlangga, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. 2007. Sulawesi Selatan Dalam Angka.
Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. Makassar.
Downey, W.B and Ericson 1992. Manajemen Agribisnis Penerbit Erlangga.
Jakarta.

Hanafiah dan Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Kottler, Philip dan Gary Armstrong. 2000. Dasar-Dasar Pemasaran. Prenhallindo.
Jakarta.
Kotler P. 1991. Prinsip Pemasaran. Edisis Bahasa Indonesia. Jakarta. Mubyarto.
1998. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Yakarta
Masyrofie. 1994. Tataniaga Hasil Pertanian Fakultas
Brawijaya. Malang.
Nur,

Pertanian

Universitas

S. 2007. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangkep Di Bidang
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Sektor Perikanan dan
Perkebunan Dalam Rangka Mempercepat Pembangunan Daerah.
Disampaikan Pada Seminar Dalam Rangka Dies Natalis Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep.

Rahardi, dkk. 1993. Manajemen Produksi Perikanan, Erlangga. Yakarta
Saptana, Sayaka, B. 2008. Pengembangan Kelembagaan Partnership dalam
Pemasaran Komoditas Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor
Suparta, N. 2005. Pendekatan Holistik Membangun Agribisnis. CV Bali Media
Adhikarsa. Denpasar.
Sudiyono. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah. Malang.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sa’id, E.G dan Intan A.H. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia
Jakarta.
Saununu, P C. 2007. Analisis Pengembangan Agribisnis Jagung di Kabupaten
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Disertasi tidak di terbitkan.
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Saefuddin, A,M. 1995. Harga Margin Pemasaran. Universitas Kelautan Bogor.
Bogor.
Soekartawi. 1993. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Soekartawi, DR. 1998. Prinsip Dasar Manajemen Pemasran Hasil-hasil
Pertanian. Rajawali Pres. Yogyakarta.

Soekartawi, DR. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasran Hasil-hasil
Pertanian. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Komposisi Struktur Modal Pada PT Bank Syariah Mandiri (The Analysis of Capital Structure Composition at PT Bank Syariah Mandiri)

23 288 6

Analisis Konsep Peningkatan Standar Mutu Technovation Terhadap Kemampuan Bersaing UD. Kayfa Interior Funiture Jember.

2 215 9

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63