Keunggulan Kompetitif via Supply Chain (1)
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Keunggulan Kompetitif via Supply Chain
EKOJI999 Nomor
393, 6 Oktober 2013
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
Di atas telah dijelaskan bagaimana mencapai keunggulan kompetitif
melalui aktivitas logistik yang pada hakekatnya juga menunjang
aktivitas supply chain, hanya seperti telah diterangkan di atas bahwa
pada hakekatnya aktivitas supply chain adalah perpanjangan dan
perluasan kegiatan logistik kearah upstream dan downstream.
Oleh karena itu pada hakekatnya usaha-usaha seperti yang sudah
diterangkan di atas sama, hanya saja lebih luas. Kegiatan-kegiatan
dalam supply chain yang mendukung pencapaian keunggulan
kompetitif tadi adalah antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
Mendukung Secara Umum
Menghilangan sikap ‘membangun kerajaan sendiri’ khususnya di bagian seperti marketing dan
manufacturing
Menyadari bahwa ‘competitive advantage’ perlu diusahakan agar perusahaan tetap dapat
bertahan dan memelihara market share
Mengembangkan logistic management menjadi supply chain management
Mengusahakan sekaligus ke dua advantages, yaitu value advantage dan cost dan productivity
advantage
Mengembangkan hubungan partnership dengan organisasi upstream dan downstream
Mengembangkan hubungan co-makership dengan para supplier
Mengusahakan flow of information baik upstream maupun downstream secara akurat dan real
time
Menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi yang users’ friendly
Melakukan training bersama dengan organisasi upstream dan downstream mengenai masalah
yang menyangkut supply chain management
Dan sebagainya
Mendukung value advantage
Mencari jenis dan tingkat layanan yang dikehendaki oleh para konsumen
Menciptakan dan mengembangkan tailored services yang lebih unggul berdasarkan kehendak
konsumen tersebut
Khusus di bidang logistik, layanan dapat berupa penyediaan barang setiap kali diperlukan,
delivery time yang cepat sesuai pesanan, penyediaan spare parts, penyediaan door to door
service, penyediaan transpor yang handal dan sebagainya (reliability dan responsiveness)
Dan sebagainya
Mendukung productivity advantage
Mengurangi inventory sampai tingkat yang direncanakan (asset turnover)
Menggunakan kapasitas yang ada semaksimal mungkin (capacity utilization)
Melakukan perencanaan bersama dengan semua mata rantai yang ada mengenai inventory
Perencanaan ini meliputi juga antara fungsi procurement, inventory control, manufacturing dan
distribution
Mengoptimalkan harga pembelian barang
Dan sebagainya
HALAMAN 1 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa filosofi dari supply chain management adalah mengelola supply of
goods sejak dari sumber bahan mentah sampai pada customers sebagai suatu kesatuan yang integratif
dan bukan mengelola supply of goods sebagai suatu seri dari kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah.
Jadi misi logistik dalam supply chain management adalah :
“To link the marketplace, the distribution network, the manufacturing process and the
procurement activity in such a way
that customers are serviced at higher levels and
yet at lower cost. In other words to achieve the goal of competitive advantage through
both cost reduction and service echancement” (Martin Christopher)
Selanjutnya Martin Christopher memberikan uraian lebih lanjut mengenai peran logistik ini sebagai
berikut:
“In this scheme of things, logistics is therefore essentially an integrative concept that
seeks to develop a system-wide view of the firm. It is fundamentally a planning concept
that seek to create a framework through which the needs of the market place can be
translated into strategy and plan for procurement. Ideally there should be a ‘one
plan’ mentality within the business which seeks to replace the conventional standalone and separate plans of marketing, distribution, production and procurement. This,
quite simply, is the mission of logistics in supply chain management”
Salah satu hal yang perlu digaris bawahi adalah mengembangkan hubungan partnering dan comakership dengan organisasi baik upstream maupun downstream. Kedua istilah ini pada hakekatnya
mengenai hal yang hampir sama hanya yang satu menekankan ‘kemitraan’ yang berlainan dengan
‘kemusuhan’ dan yang lain menekankan ‘kerjasama membuat barang bersama’ yang berlainan dengan
‘membuat barang sendiri’ seperti dijelaskan sebagai berikut :
“The basic philosophy of co-makership is that the supplier should be considered to be
an extention of the customer’s factory with the emphasis on continuity and a
‘seamless’ end-to-end pipeline. As the trend to out-sourcing continues so must the move
towards co-makership”.
--- akhir dokumen ---
HALAMAN 2 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Keunggulan Kompetitif via Supply Chain
EKOJI999 Nomor
393, 6 Oktober 2013
oleh Prof. Richardus Eko Indrajit - indrajit@post.harvard.edu
Artikel ini merupakan satu dari 999 bunga rampai pemikiran Prof. Richardus Eko Indrajit di bidang sistem dan
teknologi informasi. Untuk berlangganan, silahkan kirimkan permohonan anda melalui alamat email indrajit@rad.net.id.
Di atas telah dijelaskan bagaimana mencapai keunggulan kompetitif
melalui aktivitas logistik yang pada hakekatnya juga menunjang
aktivitas supply chain, hanya seperti telah diterangkan di atas bahwa
pada hakekatnya aktivitas supply chain adalah perpanjangan dan
perluasan kegiatan logistik kearah upstream dan downstream.
Oleh karena itu pada hakekatnya usaha-usaha seperti yang sudah
diterangkan di atas sama, hanya saja lebih luas. Kegiatan-kegiatan
dalam supply chain yang mendukung pencapaian keunggulan
kompetitif tadi adalah antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :
Mendukung Secara Umum
Menghilangan sikap ‘membangun kerajaan sendiri’ khususnya di bagian seperti marketing dan
manufacturing
Menyadari bahwa ‘competitive advantage’ perlu diusahakan agar perusahaan tetap dapat
bertahan dan memelihara market share
Mengembangkan logistic management menjadi supply chain management
Mengusahakan sekaligus ke dua advantages, yaitu value advantage dan cost dan productivity
advantage
Mengembangkan hubungan partnership dengan organisasi upstream dan downstream
Mengembangkan hubungan co-makership dengan para supplier
Mengusahakan flow of information baik upstream maupun downstream secara akurat dan real
time
Menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak teknologi informasi yang users’ friendly
Melakukan training bersama dengan organisasi upstream dan downstream mengenai masalah
yang menyangkut supply chain management
Dan sebagainya
Mendukung value advantage
Mencari jenis dan tingkat layanan yang dikehendaki oleh para konsumen
Menciptakan dan mengembangkan tailored services yang lebih unggul berdasarkan kehendak
konsumen tersebut
Khusus di bidang logistik, layanan dapat berupa penyediaan barang setiap kali diperlukan,
delivery time yang cepat sesuai pesanan, penyediaan spare parts, penyediaan door to door
service, penyediaan transpor yang handal dan sebagainya (reliability dan responsiveness)
Dan sebagainya
Mendukung productivity advantage
Mengurangi inventory sampai tingkat yang direncanakan (asset turnover)
Menggunakan kapasitas yang ada semaksimal mungkin (capacity utilization)
Melakukan perencanaan bersama dengan semua mata rantai yang ada mengenai inventory
Perencanaan ini meliputi juga antara fungsi procurement, inventory control, manufacturing dan
distribution
Mengoptimalkan harga pembelian barang
Dan sebagainya
HALAMAN 1 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013
SERI 999 E-ARTIKEL SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
PROF. RICHARDUS EKO INDRAJIT
Sekali lagi perlu ditekankan bahwa filosofi dari supply chain management adalah mengelola supply of
goods sejak dari sumber bahan mentah sampai pada customers sebagai suatu kesatuan yang integratif
dan bukan mengelola supply of goods sebagai suatu seri dari kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah.
Jadi misi logistik dalam supply chain management adalah :
“To link the marketplace, the distribution network, the manufacturing process and the
procurement activity in such a way
that customers are serviced at higher levels and
yet at lower cost. In other words to achieve the goal of competitive advantage through
both cost reduction and service echancement” (Martin Christopher)
Selanjutnya Martin Christopher memberikan uraian lebih lanjut mengenai peran logistik ini sebagai
berikut:
“In this scheme of things, logistics is therefore essentially an integrative concept that
seeks to develop a system-wide view of the firm. It is fundamentally a planning concept
that seek to create a framework through which the needs of the market place can be
translated into strategy and plan for procurement. Ideally there should be a ‘one
plan’ mentality within the business which seeks to replace the conventional standalone and separate plans of marketing, distribution, production and procurement. This,
quite simply, is the mission of logistics in supply chain management”
Salah satu hal yang perlu digaris bawahi adalah mengembangkan hubungan partnering dan comakership dengan organisasi baik upstream maupun downstream. Kedua istilah ini pada hakekatnya
mengenai hal yang hampir sama hanya yang satu menekankan ‘kemitraan’ yang berlainan dengan
‘kemusuhan’ dan yang lain menekankan ‘kerjasama membuat barang bersama’ yang berlainan dengan
‘membuat barang sendiri’ seperti dijelaskan sebagai berikut :
“The basic philosophy of co-makership is that the supplier should be considered to be
an extention of the customer’s factory with the emphasis on continuity and a
‘seamless’ end-to-end pipeline. As the trend to out-sourcing continues so must the move
towards co-makership”.
--- akhir dokumen ---
HALAMAN 2 DARI 2
(C) COPYRIGHT BY RICHARDUS EKO INDRAJIT, 2013