Analisis Perkembangan Teori Manajemen makalah
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Disadari atau tidak manajemen telah hadir dalam kehidupan manusia sejak tumbuhnya
kebutuhan untuk bekerja sama mencapai tujuan. Apapun dasar dari kerja sama tersebut, namun
sejarah membuktikan bahwa manajer sudah hadir sejak manusia memutuskan untuk
memposisikan sebagian dari yang lain sebagai bawahannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Rekam jejak sejarah kuno bangsa Roma dan Mesir misalnya, menunjukkan
adanya pengorganisasian dalam pembangunan kuil atau istana yang dilakukan oleh penguasa
pada para budaknya. peninggalan fisik tersebut menggambarkan adanya aktifitas yang teratur
dan bertahap di masa lalu yang saat ini dinamakan manajemen.
Sekalipun praktek manajemen sudah dilakukan sangat lama, namun sebagai kajian ilmiah
yang terus dikembangkan, teori manajemen baru dimulai pada abad ke 20 atau pada tahun 1950an. Sejumlah pendekatan atau mashab, atau gerakan, atau sudut pandang, telah dikembangkan
untuk menjelaskan hakikat dari konsep, teori, dan teknik yang mendasari praktik manajemen.
Dalam manajemen, dikenal dua pendekatan untuk mengkaji beberapa sumber daya yang
tergolong ke dalam kelompok statis. Teori atau pendekatan tersebut terbagi menjadi dua, yakni,
pendekatan manajemen sains atau dapat disebut dengan manajemen ilmiah, dan manajemen
perilaku. Manajemen ilmiah terdapat pada aliran klasik, sementara manajemen perilaku berada di
sub pokok bahasan yang berbeda.
Dalam aliran klasik, pendekatan manajemen ilmiah lebih menekankan ke pendekatan
mekanistik. Sedangkan dalam pendekatan manajemen perilaku menggunakan metode penelitian
yang lebih mendalam dalam psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Hilma Nurzakia Arrohaya
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah terciptanya pendekatan manajemen sains ?
2. Bagaimana langkah – langkah pendekatan manajemen sains ?
3. Apa saja penerapan dari pendekatan manajemen sains ?
4. Apa saja penilaian dari pendekatan manajemen sains ?
5. Bagaimana sejarah terciptanya pendekatan manajemen perilaku ?
6. Bagaimana langkah – langkah pendekatan manajemen perilaku ?
7. Siapakah kontributor dalam pendekatan manajemen perilaku itu sendiri ?
8. Apa saja penilaian dari pendekatan manajemen perilaku ?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengidentifikasi permasalahan mengenai
perbedaan pendekatan manajemen sains dan pendekatan manajemen perilaku, kemudian didapat
sebuah kesimpulan yang dapat diharapkan menjadi sedikit ilmu pengetahuan tambahan bagi
pembaca.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah dapat membantu pemahaman
peneliti sendiri mengenai masalah yang di ulas dalam makalah ini, sedangkan bagi pembaca
dapat dijadikan sumber referensi atau acuan.
Hilma Nurzakia Arrohaya
2
BAB 2
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Pendekatan Manajemen Sains
Manajemen sains merupakan salah satu bagian dari aliran manajemen kuantitatif.
Aliran manajemen kuantitatif mulai tumbuh dan berkembang setelah perang dunia kedua. Dalam
peperangan yang terkait dengan Amerika Serikat dan Inggris, para petinggi militer mereka
memerlukan para pekerja pemerintah dan ilmuwan untuk memberikan masukan bagaimana agar
penggunaan sumber daya militer dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan
semakin kompleksnya komputer elektronik, transportasi dan komunikasi, dan sebagainya,
teknik-teknik riset operasi menjadi semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan
keputusan. Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformalisasikan dan disebut
aliran management science.
Aliran manajemen kuantitatif seringkali dirujuk sebagai manajemen ilmiah, meski
dalam aliran ini kita masih bisa mengenali 3 fokus yang berbeda, yakni, management science,
operation research, dan manajemen information sistem (MIS). Fokus utamanya pada prosesproses dalam manajemen yang menggunakan teknik-teknik matematika dan statistik. Maka dari
itu, manajemen sains menggunakan prinsip model matematika dalam menyelesaikan seluruh
persoalan manajemen.
Teknik Manajemen sains digunakan dalam kegiatan penganggaran modal, manajemen
aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program
pengembangan sumber daya manusia, penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan sebagainya.
Penggunaan teknik-teknik untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan telah terbukti
banyak membantu manajer dalam kegiatan-kegiatan perencanaan dan pengawasan.
Langkah-langkah pendekatan management sains biasanya adalah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan suatu model matematis
3. Mendapatkan penyelesaian dari model
Hilma Nurzakia Arrohaya
3
4. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model.
5. Penetapan pengawasan atas hasil-hasil.
6. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan-implementasi.
Di antara contoh perspektif manajemen sains dengan menggunakan model matematika ini
adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Bank of England ketika mereka menentukan berapa
banyak jumlah teller yang diperlukan oleh Bank of England di seluruh kantor cabang yang
dimilikinya.Salah satu metode manajemen sains yang sekarang banyak digunakan adalah
pendekatan Six Sigma yang mengadopsi model statistika untuk meningkatkan produktivitas
perusahaan.
2.1.2 Pendekatan Manajemen Perilaku
Pendekatan manajemen perilaku (behavioral management perspective) justru
menekankan pada pentingnya manajemen memerhatikan perilaku dan kebiasaan individu
manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya pula manajemen melakukan
perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada dalam organisasi agar organisasi dapat
berjalan dengan baik. Pendekatan manajemen perilaku banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep
psikologi yang diaplikasikan dalam sebuah industri.
Munculnya perspektif manajemen perilaku disebabkan para manajer menemukan
bahwa dengan pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keselarasan kerja yang sempurna tidak
dapat diwujudkan. Seringkali para bawahan kurang mengikuti pola perilaku yang rasional dalam
mengoprasikan pekerjaannya.
Perkembangan pemikiran aliran perilaku terutama didorong oleh 3 sebab :
a) Memudarnya masa keemasan revolusi industri dengan produksi massalnya yang
kemudian menyebabkan perekonomian mengalami Depresi Besar;
b) Pembentukan organisasi Serikat Buruh yang kemudian diakui haknya oleh
Konstitusi AS;
c) Studi Hawthorne oleh Elton Mayo dan kawan-kawan.
Sejarah terus bergulir, jika masa keemasan produksi massal menjadi pendorong
tumbuhnya studi awal Manajemen sampai tahap ditemukannya aplikasi manajemen secara ilmiah,
Hilma Nurzakia Arrohaya
4
maka masa keruntuhan industri massal juga menjadi penyebab ditinggalkannya pendekatan
tersebut (yang kemudian disebut sebagai aliran klasik). Seperti layaknya siklus kehidupan,
produksi massal yang berlimpah akhirnya tak lagi mampu diserap oleh konsumen, padahal
investasi yang sangat besar sudah terlanjur ditanamkan pada sektor industri, mengawali masa
Depresi Besar yang melanda negara-negara industri pada tahun 1929. Banyak industri yang
gulung tikar dan terpaksa melakukan PHK buruh secara besar-besaran karena stok barang yang
menumpuk tak terbeli akibat suksesnya revolusi industri.
Masa depressi besar tersebut diikuti oleh pembentukan berbagai organisasi buruh yang
merasa hak-haknya terancam. Negara (AS) kemudian memberikan pengakuan atas hak mereka
untuk membentuk serikat pekerja pada tahun 1935. Kondisi inilah yang akhirnya memunculkan
kebutuhan adanya bagian
Kepegawaian atau Human Relation dalam manajemen (yang
sebelumnya umumnya hanya ada 3 bagian utama dalam struktur keorganisasian : Keuangan;
Produksi dan Pemasaran) untuk menjembatani benturan kepentingan antara perusahaan dan
karyawan.
Selain Depresi Besar dan tumbuhnya Serikat Buruh, hal lain yang mendorong
munculnya aliran Behavioralist adalah studi yang dilakukan oleh Hawthorne (dengan tokohnya
Elton Mayo).
Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang perilaku manusia dalam
bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik perusahaan Western Electric dengan temuan
bahwa kelompok kerja informal lingkungan sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap
produktivitas.
McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi
diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia yaitu manusia X dan manjusia Y atau
lebih dikenal dengan teori X dan teori Y. Manusia tipe X adalah manusia yang harus selalu
diawasasi agar mau melakukan usaha dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya,
ia bersemangat bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan
sekalipun.
Di samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia, dikembangkan juga
aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan manusia dalam manajemen berada
Hilma Nurzakia Arrohaya
5
dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg,
Edgar Schein.
Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1) Organisasi adalah satu keseluruhan jangan dipandang bagian perbagian.
2) Motivasi karyawan sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk pencapaian
tujuan organisasi.
3) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat (peranan,
prosedur dan prinsip)
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Penilaian Pendekatan Manajemen Sains
Sebagaimana pendekatan manajemen lainnya, perspektif manajemen kuantitatif telah
memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang terkait
dengan model pengambilan keputusan dan pengangkatan efisiensi. Namun, karena pendekatan
ini merupakan pendekatan model, pendekatan ini memiliki keterbatasan, terutama jika dikaitkan
dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dalam organisasi tidak mudah untuk dipahami dan
dikuantifikasi. Selain itu, model matematika yang dibuat sering kali mensyaratkan pemberlakuan
berbagai asumsi yang kadangkala tidak mudah atau kurang realistis untuk dipenuhi. Kadangkala,
variable-variabel yang terlibat dalam kegiatan manajemen begitu banyak sehingga pola interaksi
antarvariabel sukar untuk ditentukan sehingga model-model matematis dan riset operasi tidak
sepenuhnya dapat diaplikasikan.
Hilma Nurzakia Arrohaya
6
2.2.2 Penilaian Pendekatan Manajemen Perilaku
Penekanan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam pendekatan perilaku melengkapi
pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Aliran hubungan
manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap karyawan akan memberikan keuntungan.
Sebagai tambahan, Mayo menekankan pentingnya gaya manajer dan oleh karenanya organisasi
perlu merubah latihan manajemennya. Di samping itu, manajer diingatkan pentingnya perhatian
terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawan secara
individual.
Teori pendekatan manajemen perilaku ini mengilhami para ilmuan perilaku manusia
seperti Abraham, Maslow, dan McGregor untuk membahas lebih lanjut motivasi manusia.
Konsep “mahluk sosial” tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu
dalam tempatnya bekerja. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan teori pendekatan
manajemen. Di samping itu perbaikan-perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak
menghasilkan peningkatan produktivitas yang dramatis seperti yang diharapkan. Juga,
lingkungan sosial di tempat hanya salah satu dari beberapa faktor yang saling berinteraksi yang
memperngaruhi produktivitas. Tingkat upah, seberapa jauh pekerjaan itu menarik, struktur
organisasi dan hubungan perburuhan juga memainkan peranan. Jadi, produktivitas dan
kepuasaan kerja menjadi semakin kompleks dari yang dipikirkan semula.
Hilma Nurzakia Arrohaya
7
BAB 3
3. 1 KESIMPULAN
1) Pendekatan manajemen sains merupakan salah satu dari aliran manajemen kuantitatif .
Pendekatan ini menggunakan prinsip model matematika. Penggunaan pendekatan ini telah
memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang
terkait dengan model pengambilan keputusan dan pengangkatan efisiensi. Namun, karena
pendekatan ini merupakan pendekatan model, pendekatan ini memiliki keterbatasan,
terutama jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dalam organisasi tidak
mudah untuk dipahami dan dikuantifikasi.
2) Pendekatan manajemen perilaku menggunakan prinsip sosiologi, antropologi dan
psikologi. Munculnya perspektif manajemen perilaku disebabkan para manajer
menemukan bahwa dengan pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keselarasan kerja
yang sempurna tidak dapat diwujudkan. Pendekatan manajemen perilaku (behavioral
management perspective) justru menekankan pada pentingnya manajemen memerhatikan
perilaku dan kebiasaan individu manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan
pentingnya pula manajemen melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang
ada dalam organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Namun, konsep tersebut
menjadi keterbatasan dalam pendekatan ini karena masih banyak hal yang lain yang lebih
kompleks lagi yang harus seorang manajer pikirkan.
Hilma Nurzakia Arrohaya
8
3.2 SARAN
Mengenai masalah dalam pendekatan manajemen ini, kunci keberhasilan untuk
bermanajemen adalah untuk mengetahui bagaimana dan kapan untuk menerapkan secara tepat
masing-masing pendekatan secara parsial atau simultan. Setiap sistem yang dibuat manusia pasti
ada kekurangan dan kelebihannya, maka dari itu sebagai penulis alangkah baiknya sebelum
melakukan apapun, sebelum membuat keputusan apapun yang sangat berpengaruh pada
kepentingan pribadi bahkan golongan hendaklah dipikirkan sebelum-sebelumnya. Agar didapat
keputusan yang lebih bagus lagi untuk mencapai tujuan yang kita inginkan dalam mencapai
kesuksesan menjalankan sebuah perusahaan atau menjadi seorang manajer yang baik.
Meskipun dalam makalah ini hanya dibahas dua pendekatan manajemen, namun masih
banyak lagi jenis-jenis, aliran, bahkan mazhab manajemen yang lain yang terdapat dari sumber –
sumber lain, baik itu berupa buku, jurnal, maupun internet, yang dapat menambah pengetahuan
kita mengenai pendekatan-pendekatan dalam perkembangan ilmu manajemen.
Hilma Nurzakia Arrohaya
9
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Ulber. (2011). Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT Refika Aditama.
Sule, Erni T dkk. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Triana, Rochyati W. (2007). Azas Manajemen 1. Surabaya: FISIP UNAIR.
Siswanto, H. B.(2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hilma Nurzakia Arrohaya
10
1.1 Latar Belakang Masalah
Disadari atau tidak manajemen telah hadir dalam kehidupan manusia sejak tumbuhnya
kebutuhan untuk bekerja sama mencapai tujuan. Apapun dasar dari kerja sama tersebut, namun
sejarah membuktikan bahwa manajer sudah hadir sejak manusia memutuskan untuk
memposisikan sebagian dari yang lain sebagai bawahannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Rekam jejak sejarah kuno bangsa Roma dan Mesir misalnya, menunjukkan
adanya pengorganisasian dalam pembangunan kuil atau istana yang dilakukan oleh penguasa
pada para budaknya. peninggalan fisik tersebut menggambarkan adanya aktifitas yang teratur
dan bertahap di masa lalu yang saat ini dinamakan manajemen.
Sekalipun praktek manajemen sudah dilakukan sangat lama, namun sebagai kajian ilmiah
yang terus dikembangkan, teori manajemen baru dimulai pada abad ke 20 atau pada tahun 1950an. Sejumlah pendekatan atau mashab, atau gerakan, atau sudut pandang, telah dikembangkan
untuk menjelaskan hakikat dari konsep, teori, dan teknik yang mendasari praktik manajemen.
Dalam manajemen, dikenal dua pendekatan untuk mengkaji beberapa sumber daya yang
tergolong ke dalam kelompok statis. Teori atau pendekatan tersebut terbagi menjadi dua, yakni,
pendekatan manajemen sains atau dapat disebut dengan manajemen ilmiah, dan manajemen
perilaku. Manajemen ilmiah terdapat pada aliran klasik, sementara manajemen perilaku berada di
sub pokok bahasan yang berbeda.
Dalam aliran klasik, pendekatan manajemen ilmiah lebih menekankan ke pendekatan
mekanistik. Sedangkan dalam pendekatan manajemen perilaku menggunakan metode penelitian
yang lebih mendalam dalam psikologi, sosiologi, dan antropologi.
Hilma Nurzakia Arrohaya
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah terciptanya pendekatan manajemen sains ?
2. Bagaimana langkah – langkah pendekatan manajemen sains ?
3. Apa saja penerapan dari pendekatan manajemen sains ?
4. Apa saja penilaian dari pendekatan manajemen sains ?
5. Bagaimana sejarah terciptanya pendekatan manajemen perilaku ?
6. Bagaimana langkah – langkah pendekatan manajemen perilaku ?
7. Siapakah kontributor dalam pendekatan manajemen perilaku itu sendiri ?
8. Apa saja penilaian dari pendekatan manajemen perilaku ?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengidentifikasi permasalahan mengenai
perbedaan pendekatan manajemen sains dan pendekatan manajemen perilaku, kemudian didapat
sebuah kesimpulan yang dapat diharapkan menjadi sedikit ilmu pengetahuan tambahan bagi
pembaca.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah dapat membantu pemahaman
peneliti sendiri mengenai masalah yang di ulas dalam makalah ini, sedangkan bagi pembaca
dapat dijadikan sumber referensi atau acuan.
Hilma Nurzakia Arrohaya
2
BAB 2
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Pendekatan Manajemen Sains
Manajemen sains merupakan salah satu bagian dari aliran manajemen kuantitatif.
Aliran manajemen kuantitatif mulai tumbuh dan berkembang setelah perang dunia kedua. Dalam
peperangan yang terkait dengan Amerika Serikat dan Inggris, para petinggi militer mereka
memerlukan para pekerja pemerintah dan ilmuwan untuk memberikan masukan bagaimana agar
penggunaan sumber daya militer dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Sejalan dengan
semakin kompleksnya komputer elektronik, transportasi dan komunikasi, dan sebagainya,
teknik-teknik riset operasi menjadi semakin penting sebagai dasar rasional untuk pembuatan
keputusan. Prosedur-prosedur riset operasi tersebut kemudian diformalisasikan dan disebut
aliran management science.
Aliran manajemen kuantitatif seringkali dirujuk sebagai manajemen ilmiah, meski
dalam aliran ini kita masih bisa mengenali 3 fokus yang berbeda, yakni, management science,
operation research, dan manajemen information sistem (MIS). Fokus utamanya pada prosesproses dalam manajemen yang menggunakan teknik-teknik matematika dan statistik. Maka dari
itu, manajemen sains menggunakan prinsip model matematika dalam menyelesaikan seluruh
persoalan manajemen.
Teknik Manajemen sains digunakan dalam kegiatan penganggaran modal, manajemen
aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program
pengembangan sumber daya manusia, penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan sebagainya.
Penggunaan teknik-teknik untuk pemecahan masalah dan pembuatan keputusan telah terbukti
banyak membantu manajer dalam kegiatan-kegiatan perencanaan dan pengawasan.
Langkah-langkah pendekatan management sains biasanya adalah sebagai berikut :
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan suatu model matematis
3. Mendapatkan penyelesaian dari model
Hilma Nurzakia Arrohaya
3
4. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model.
5. Penetapan pengawasan atas hasil-hasil.
6. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan-implementasi.
Di antara contoh perspektif manajemen sains dengan menggunakan model matematika ini
adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Bank of England ketika mereka menentukan berapa
banyak jumlah teller yang diperlukan oleh Bank of England di seluruh kantor cabang yang
dimilikinya.Salah satu metode manajemen sains yang sekarang banyak digunakan adalah
pendekatan Six Sigma yang mengadopsi model statistika untuk meningkatkan produktivitas
perusahaan.
2.1.2 Pendekatan Manajemen Perilaku
Pendekatan manajemen perilaku (behavioral management perspective) justru
menekankan pada pentingnya manajemen memerhatikan perilaku dan kebiasaan individu
manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan pentingnya pula manajemen melakukan
perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang ada dalam organisasi agar organisasi dapat
berjalan dengan baik. Pendekatan manajemen perilaku banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep
psikologi yang diaplikasikan dalam sebuah industri.
Munculnya perspektif manajemen perilaku disebabkan para manajer menemukan
bahwa dengan pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keselarasan kerja yang sempurna tidak
dapat diwujudkan. Seringkali para bawahan kurang mengikuti pola perilaku yang rasional dalam
mengoprasikan pekerjaannya.
Perkembangan pemikiran aliran perilaku terutama didorong oleh 3 sebab :
a) Memudarnya masa keemasan revolusi industri dengan produksi massalnya yang
kemudian menyebabkan perekonomian mengalami Depresi Besar;
b) Pembentukan organisasi Serikat Buruh yang kemudian diakui haknya oleh
Konstitusi AS;
c) Studi Hawthorne oleh Elton Mayo dan kawan-kawan.
Sejarah terus bergulir, jika masa keemasan produksi massal menjadi pendorong
tumbuhnya studi awal Manajemen sampai tahap ditemukannya aplikasi manajemen secara ilmiah,
Hilma Nurzakia Arrohaya
4
maka masa keruntuhan industri massal juga menjadi penyebab ditinggalkannya pendekatan
tersebut (yang kemudian disebut sebagai aliran klasik). Seperti layaknya siklus kehidupan,
produksi massal yang berlimpah akhirnya tak lagi mampu diserap oleh konsumen, padahal
investasi yang sangat besar sudah terlanjur ditanamkan pada sektor industri, mengawali masa
Depresi Besar yang melanda negara-negara industri pada tahun 1929. Banyak industri yang
gulung tikar dan terpaksa melakukan PHK buruh secara besar-besaran karena stok barang yang
menumpuk tak terbeli akibat suksesnya revolusi industri.
Masa depressi besar tersebut diikuti oleh pembentukan berbagai organisasi buruh yang
merasa hak-haknya terancam. Negara (AS) kemudian memberikan pengakuan atas hak mereka
untuk membentuk serikat pekerja pada tahun 1935. Kondisi inilah yang akhirnya memunculkan
kebutuhan adanya bagian
Kepegawaian atau Human Relation dalam manajemen (yang
sebelumnya umumnya hanya ada 3 bagian utama dalam struktur keorganisasian : Keuangan;
Produksi dan Pemasaran) untuk menjembatani benturan kepentingan antara perusahaan dan
karyawan.
Selain Depresi Besar dan tumbuhnya Serikat Buruh, hal lain yang mendorong
munculnya aliran Behavioralist adalah studi yang dilakukan oleh Hawthorne (dengan tokohnya
Elton Mayo).
Elton Mayo dan F.J. Roethlisberger melakukan studi tentang perilaku manusia dalam
bermacam situasi kerja di pabrik Hawthorner milik perusahaan Western Electric dengan temuan
bahwa kelompok kerja informal lingkungan sosial karyawan memiliki pengaruh besar terhadap
produktivitas.
McGregor memandang perlu adanya perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi
diri karyawan dengan menjunjukan dua kategori manusia yaitu manusia X dan manjusia Y atau
lebih dikenal dengan teori X dan teori Y. Manusia tipe X adalah manusia yang harus selalu
diawasasi agar mau melakukan usaha dalam pekerjaan mereka. Sedangkan manusia Y sebaliknya,
ia bersemangat bekerja sebagai kesempatan untuk mengaktualisasikan diri tanpa ada pengawasan
sekalipun.
Di samping penelitian yang focus terhadap perilaku manusia, dikembangkan juga
aliran perilaku organisasi yang memandang bahwa hubungan manusia dalam manajemen berada
Hilma Nurzakia Arrohaya
5
dalam konteks organisasi. Diantara tokohnya adalah Abraham Maslow, Frederick Herzberg,
Edgar Schein.
Aliran perilaku organisasi menganut prinsip bahwa:
1) Organisasi adalah satu keseluruhan jangan dipandang bagian perbagian.
2) Motivasi karyawan sangat penting yang menghasilkan komitmen untuk pencapaian
tujuan organisasi.
3) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknis secara ketat (peranan,
prosedur dan prinsip)
2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Penilaian Pendekatan Manajemen Sains
Sebagaimana pendekatan manajemen lainnya, perspektif manajemen kuantitatif telah
memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang terkait
dengan model pengambilan keputusan dan pengangkatan efisiensi. Namun, karena pendekatan
ini merupakan pendekatan model, pendekatan ini memiliki keterbatasan, terutama jika dikaitkan
dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dalam organisasi tidak mudah untuk dipahami dan
dikuantifikasi. Selain itu, model matematika yang dibuat sering kali mensyaratkan pemberlakuan
berbagai asumsi yang kadangkala tidak mudah atau kurang realistis untuk dipenuhi. Kadangkala,
variable-variabel yang terlibat dalam kegiatan manajemen begitu banyak sehingga pola interaksi
antarvariabel sukar untuk ditentukan sehingga model-model matematis dan riset operasi tidak
sepenuhnya dapat diaplikasikan.
Hilma Nurzakia Arrohaya
6
2.2.2 Penilaian Pendekatan Manajemen Perilaku
Penekanan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam pendekatan perilaku melengkapi
pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Aliran hubungan
manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap karyawan akan memberikan keuntungan.
Sebagai tambahan, Mayo menekankan pentingnya gaya manajer dan oleh karenanya organisasi
perlu merubah latihan manajemennya. Di samping itu, manajer diingatkan pentingnya perhatian
terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawan secara
individual.
Teori pendekatan manajemen perilaku ini mengilhami para ilmuan perilaku manusia
seperti Abraham, Maslow, dan McGregor untuk membahas lebih lanjut motivasi manusia.
Konsep “mahluk sosial” tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu
dalam tempatnya bekerja. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan teori pendekatan
manajemen. Di samping itu perbaikan-perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak
menghasilkan peningkatan produktivitas yang dramatis seperti yang diharapkan. Juga,
lingkungan sosial di tempat hanya salah satu dari beberapa faktor yang saling berinteraksi yang
memperngaruhi produktivitas. Tingkat upah, seberapa jauh pekerjaan itu menarik, struktur
organisasi dan hubungan perburuhan juga memainkan peranan. Jadi, produktivitas dan
kepuasaan kerja menjadi semakin kompleks dari yang dipikirkan semula.
Hilma Nurzakia Arrohaya
7
BAB 3
3. 1 KESIMPULAN
1) Pendekatan manajemen sains merupakan salah satu dari aliran manajemen kuantitatif .
Pendekatan ini menggunakan prinsip model matematika. Penggunaan pendekatan ini telah
memberikan kontribusi berharga bagi peningkatan produktivitas organisasi, terutama yang
terkait dengan model pengambilan keputusan dan pengangkatan efisiensi. Namun, karena
pendekatan ini merupakan pendekatan model, pendekatan ini memiliki keterbatasan,
terutama jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa perilaku manusia dalam organisasi tidak
mudah untuk dipahami dan dikuantifikasi.
2) Pendekatan manajemen perilaku menggunakan prinsip sosiologi, antropologi dan
psikologi. Munculnya perspektif manajemen perilaku disebabkan para manajer
menemukan bahwa dengan pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keselarasan kerja
yang sempurna tidak dapat diwujudkan. Pendekatan manajemen perilaku (behavioral
management perspective) justru menekankan pada pentingnya manajemen memerhatikan
perilaku dan kebiasaan individu manusia yang terdapat dalam sebuah organisasi dan
pentingnya pula manajemen melakukan perubahan perilaku dan kebiasaan manusia yang
ada dalam organisasi agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Namun, konsep tersebut
menjadi keterbatasan dalam pendekatan ini karena masih banyak hal yang lain yang lebih
kompleks lagi yang harus seorang manajer pikirkan.
Hilma Nurzakia Arrohaya
8
3.2 SARAN
Mengenai masalah dalam pendekatan manajemen ini, kunci keberhasilan untuk
bermanajemen adalah untuk mengetahui bagaimana dan kapan untuk menerapkan secara tepat
masing-masing pendekatan secara parsial atau simultan. Setiap sistem yang dibuat manusia pasti
ada kekurangan dan kelebihannya, maka dari itu sebagai penulis alangkah baiknya sebelum
melakukan apapun, sebelum membuat keputusan apapun yang sangat berpengaruh pada
kepentingan pribadi bahkan golongan hendaklah dipikirkan sebelum-sebelumnya. Agar didapat
keputusan yang lebih bagus lagi untuk mencapai tujuan yang kita inginkan dalam mencapai
kesuksesan menjalankan sebuah perusahaan atau menjadi seorang manajer yang baik.
Meskipun dalam makalah ini hanya dibahas dua pendekatan manajemen, namun masih
banyak lagi jenis-jenis, aliran, bahkan mazhab manajemen yang lain yang terdapat dari sumber –
sumber lain, baik itu berupa buku, jurnal, maupun internet, yang dapat menambah pengetahuan
kita mengenai pendekatan-pendekatan dalam perkembangan ilmu manajemen.
Hilma Nurzakia Arrohaya
9
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, Ulber. (2011). Asas-Asas Manajemen. Bandung: PT Refika Aditama.
Sule, Erni T dkk. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Triana, Rochyati W. (2007). Azas Manajemen 1. Surabaya: FISIP UNAIR.
Siswanto, H. B.(2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hilma Nurzakia Arrohaya
10