Analisis Faktor Penentu Keberhasilan ser (1)
Trikonomika
Volume 9, No. 2, Desember 2010, Hal. 78–86
ISSN 1411-514X
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
Moh. Sidik Priadana
Program Doktor Ilm Manajemen
Pascasarjana Universitas Pasndan
Jl. Wartawan IV No. 22 Bandng
E-Mail: [email protected]
Effendi M. Guntur
STIE ADHI NIAGA
Jl. Jend. Sdirman No. 2 Kranji Bekasi 17135
E-Mail: ef emgnt[email protected]
ABSTRACT
Poverty is a problem that need to be addressed in a multi-sectoral, sustainable and synergistic. Ministry
of Social Affairs has introduced a Kelompok Usaha Bersama (KUBE) as one of the institutions to increase
household incomes and reducing poverty. Therefore, it is necessary to study what are the factors that the
determinant of the success of KUBE. The research should also extent to the success of KUBE impact on
increasing household incomes and poverty alleviation, especially in West Java Province. This study aims to
obtain empirical evidence of critical success of KUBE and its implications for society and the increase in
income poverty reduction in West Java Province. The method used is survey with research hypothesis testing.
Measuring perceptions of research variables taken against the perpetrators KUBE. In this measurement, the
questionnaire were randomly distributed to 225 respondents. Methods of data analysis used was path analysis
to test the research hypothesis. The conclusion of this research are: (i) KUBE critical success factors are:
entrepreneurship, institutional quality, capital adequacy, education and training, strategic partnerships, and
regulatory and organizational systems, (ii) The six factors are signiicant determinants of the success of KUBE,
either simultaneously or partially, (iii) The success of KUBE has a signiicant inluence on increasing people’s
income, (iv) The success of KUBE also has a signiicant inluence on poverty alleviation.
Keywords: KUBE, community empowerment, poverty alleviation, path analysis.
PENDAHULUAN
dan berkembangnya permasalahan sosial yang lain,
seperti anak terlantar, pengemis, gelandangan,
kelarga bermah tak layak hni, tna ssila dan
sebagainya. Oleh karena it, masalah kemiskinan
merpakan masalah yang hars ditangani secara
seris baik oleh pemerintah mapn masyarakat.
Permasalahan kemiskinan merpakan masalah
yang perl ditangani secara lintas sektoral, ber
kesinambngan dan sinergis. Hal ini dikarenakan
masalah kemiskinan merpakan smber mncl
78
Kemiskinan secara sosialpsikologis mennjk
pada kekrangan jaringan dan strktr sosial yang
mendkng dalam mendapatkan kesempatan
kesempatan peningkatan prodktivitas. Dimensi ke
miskinan ini jga dapat diartikan sebagai kemiskinan
yang disebabkan oleh adanya faktorfaktor peng
hambat yang mencegah ata merintangi seseorang
dalam memanfaatkan kesempatankesempatan yang
ada di masyarakat. Faktorfaktor penghambat tersebt
secara mm melipti faktor internal dan eksternal.
Faktor internal datang dari dalam diri si miskin it
sendiri, seperti rendahnya pendidikan ata adanya
hambatan bdaya.
Teori kemiskinan bdaya (cultural poverty) yang
dikemkakan Oscar Lewis, misalnya, menyatakan
bahwa kemiskinan dapat mncl sebagai akibat adanya
nilainilai ata kebdayaan yang diant oleh orang
orang miskin, seperti malas, mdah menyerah pada
nasib, krang memiliki etos kerja, dan sebagainya.
Faktor eksternal datang dari lar kemampan orang
yang bersangktan, seperti birokrasi ata peratran
peratran resmi yang dapat menghambat seseorang
dalam memanfaatkan smber daya. Kemiskinan
model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan
strktral. Menrt pandangan ini, kemiskinan terjadi
bkan dikarenakan ketidakmaan si miskin ntk
bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampan
sistem dan strktr sosial dalam menyediakan ke
sempatankesempatan yang memngkinkan si miskin
dapat bekerja.
Konsepsi kemiskinan yang bersifat mlti
dimensional ini kiranya lebih tepat jika dignakan
sebagai pisau analisis dalam mendeinisikan ke
miskinan dan mermskan kebijakan penanganan
kemiskinan di Indonesia. Sebagaimana akan di
kemkakan pada pembahasan beriktnya, konsepsi
kemiskinan ini jga sangat dekat dengan perspektif
pekerjaan sosial yang memfokskan pada konsep
keberfngsian sosial dan senantiasa melihat mansia
dalam konteks lingkngan dan sitasi sosialnya.
Krisis ekonomi telah meningkatkan jmlah
orang yang bekerja di sektor informal. Merosotnya
pertmbhan ekonomi, dilikidasinya sejmlah
kantor swasta dan pemerintah, dan dirampingkan
nya strktr indstri formal telah mendorong orang
untuk memasuki sektor informal yang lebih leksibel.
Berdasarkan data BPS tahn 2008, jmlah penddk
Indonesia yang mask dalam kategori miskin tercatat
sebanyak 36,17 jta jiwa (16,7%).
Kementerian Sosial membat sebah strategi
ntk melakkan pendekatan person-in-situation,
yait penanganan bagian yang hilang ntk dapat men
jamin terwjdnya pengentasan kemiskinan secara
permanen jika programprogram pengembangannya
dapat mencapai tjan sebagaimana mestinya. Salah
sat program dalam strategi ini adalah pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang diharapkan
dapat memtskan rantai kemiskinan.
Kemampan pengembangan KUBE dalam
meningkatkan aktivitasnya akan bergantng pada
keserisan pihak pemerintah dan peserta program,
serta paya menjalin kerja sama dengan pihak lain,
baik perbankan, para pengsaha, pergran tinggi,
dan pihakpihak lain yang mennjang keberhasilan
pengembangan KUBE.
Masalah penelitian yang ingin dijawab melali
penelitian ini adalah (i) bagaimanakah hbngan
antara faktorfaktor yang mempengarhi keberhasilan
pengembangan KUBE di Provinsi Jawa Barat, (ii)
sejahmana pengarh parsial dan pengarh simltan
dari faktorfaktor yang mempengarhi keberhasilan
pengembangan KUBE di Provinsi Jawa Barat, (iii)
sejahmana pengarh keberhasilan pengembangan
KUBE terhadap peningkatan pendapatan anggota
KUBE di Provinsi Jawa Barat, dan (iv) sejahmana
pengarh peningkatan pendapatan masyarakat miskin
terhadap paya pengentasan kemiskinan di Provinsi
Jawa Barat?
METODE
Metode yang dignakan dalam penelitian ini
menggnakan metode deskriptif dan metode indktif.
Dalam metode indktif menggnakan metode
penelitian srvey penjelasan (explanatory survey
method), yait srvey yang mencoba mengkaji
keeratan hbngan variabel bebas dan mengkaji
derajat asosiatif diantara variabel bebas dengan
variabel terikat, serta melakkan pengjian hipotesis
terhadap variabel penelitian. Untk malaksanakan
it sema dignakan analisis jalr, dengan skema
kerangka pemikiran pada Gambar 1.
Berdasarkan skema pemikiran tersebt, selanjtnya
dimodelkan dengan metode analisis jalr yang yang di
gambarkan dengan diagram alr pada Gambar 2.
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
79
Reglasi dan Sistem
Organisasi KUBE (X1)
F
E
E
D
B
A
C
K
Kelembagaan KUBE (X2)
Kemampan Modal Ekonomi
Anggota KUBE (X3)
Keberhasilan
Program KUBE
(Y)
Kemampan Pendidikan dan
Pelatihan Anggota KUBE (X4)
Peningkatan
Pendapatan
(Z1)
Pengentasan
Kemiskinan
(Z2)
F
E
E
D
Jiwa Kewirasahaan Anggota
KUBE (X5)
Strategi Kemitraan (X6)
Dasar Landasan TeoriTeori yang Merangng Kerangka Pemikiran
Tdaro (1997); Sseno (1991); Knarjo
(1999); Davis (2001); Gibson, et. al.
(2006); Matterson (2006); Hikmat (2007)
Marbn (1996)
Hikmat (2007); Salvatore
(2002); Kncoro (2000);
Davis (2001); Gibson (2006)
Morales dan Sheafor
(1989); Sharto (2005);
Kncoro (2000);
Tambnan (2000)
Kncoro (2000); Esmara
(2000); Davis (2001); Gibsn
(2006); Tambnan (2000)
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
X1
ρ YX1
r X1X2
r X1X3
r X1X5
ρ YX2
X3
r X2X4
r X3X4
r X3X5
X4
X5
r X5X6
ρ YX3
Y
ρ Z 1Y
Z1
ρ Z 2Z 1
Z2
ρ YX4
ρ YX5
r X4X5
r X2X6
ε3
X2
r X2X3
r X1X6
ε2
ε1
r X5X6
ρ YX6
X6
Gambar 2. Diagram Jalr
80
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
B
A
C
K
Dari diagram jalr tersebt dapat ditliskan
persamaan regresi ntk masingmasing sb strktr
sebagai berikt.
Sb strktr 1:
Y
Y
ρ Y1X1
0.231
0.322
0.134
= f (X1, X2, X3, X4, X5, X6)
=
X1
0.157
X1 + ρ Y1X2 X2 + ρ Y1X3 X3 + ρ Y1X4 X4
X2
+ ρ Y1X5 X5 + ρ Y1X6 X6 + ε1
Dimana:
Y
= Keberhasilan Program KUBE
X1 = Reglasi dan Sistem organisasi.
X2 = Kalitas Kelembagaan KUBE
X3 = Kemampan Modal Ekonomi Anggota
X4 = Pendidikan dan Pelatihan
X5 = Jiwa Kewirasahaan
X6 = Strategi kemitraan
= Koeisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y1
ρ Y1X1
ε1
= Pengarh variabel lain di lar model
Sb strktr 2:
Z1 = f (Y)
Z1 = ρ Z1 Y Y + ε2
Dimana:
Z1 = Peningkatan Pendapatan Anggota KUBE
Y
= Kemampan manajemen
= Koeisen jalur variabel Y terhadap variabel Z1
ρ Z1 Y
ε2
= Pengarh variabel lain dilar model
Sb strktr 3:
Z2 = f (Z1)
Z2 = ρ Z2 Z1 Y2 + ε3
Dimana:
Z2 = Pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar.
Z1 = Peningkatan Pendapatan Anggota KUBE
= Koeisen jalur variabel Z1 terhadap Z2
ρ Z2 Z1
ε3
= Pengarh variabel lain dilar model
Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel penelitian yang di
gnakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
HASIL
Hbngan antara variabel reglasi dan sistem
organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, kemampan
modal, pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan,
jiwa kewirasahaan, dan strategi kemitraan. Untk
Lebih jelasnya dapat dijelaskan pada Gambar 3.
0.244
0.223
X3
0.165
0.226
Y1
0.226
0.303
ε1
0.373
0.126
0.257
0.142
0.086
X4
0.206
0.182
0.485
X5
0.226
0.152
0.099
X6
Gambar 3. Pengarh variabel Pengarh Bersamaan
dan Parsial Variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6. Terhadap
Pengembangan KUBE (Y)
Dari gambar tersebt dapat diperoleh, bahwa
semangat kewirausahaan mempunyai koeisien jalur
tertinggi dibandingkan dengan variabel reglasi dan
sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE,
kekampan modal ekonomi anggota, pendidikan dan
pelatihan, strategi kemitraan. Berdasarkan Gambar 3.
Dapat ditliskan persamaan jalr sebagai berikt.
Y = 0.086 X1 + 0.373 X2 + 0.226 X3 + 0.182 X4
+ 0.485 X5 + 0.152 X6 + ε1
Dari persamaan jalr tersebt dapat diartikan
bahwa (1) adanya hbngan asosiatif antara reglasi
dan sistem organisasi dengan pengembangan
kelompok saha bersama yang besarannya sebesar
0.086 (ρ Y X1); (2) adanya hbngan asosiatif
antara kalitas kelembagaan KUBE dengan
pengembangan Kelompok Usaha Bersama yang
besarannya sebesar 0.373 (ρ Y X2); (3) adanya
hbngan asosiatif antara kemampan modal
ekonomi anggota dengan Pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.226
(ρ Y X3); (4) adanya hbngan asosiatif antara pendidikan
dan pelatihan dengan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.182
(ρ Y X4); (5) adanya hbngan asosiatif antara semangat
kewirasahaan dengan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.485
(ρ Y X5); dan (6) adanya hbngan asosiatif antara
strategi kemitraan dengan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.152
(ρ Y X6).
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
81
Tabel 1. Operasionalisasi VariabelVariabel Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Variabel
Kualitas regulasi &
sistem organisasi (X1)
Kualitas kelembagaan
KUBE (X2)
Kemampuan Modal
Ekonomi Anggota (X3)
Kualitas Pendidikan
dan Pelatihan (X4)
Jiwa Kewirusahaan (X5)
Strategi Kemitraan (X6)
Keberhasilan Program
KUBE (Y)
Sub Variabel
Indikator
Regulasi
Ketersediaan regulasi, sosialisasi & pemahaman; konsistensi
pelaksanaan; kemudahan pelaksanaan
Sistem pengembangan
Sistem bersifat sentralisasi atau desentralisasi; Ketersediaan sistem
dalam pengelolaan organisasi; Pemahaman dan penguasaan
terhadap sistem; Kemudahan dalam proses operasionalisasi
Perencanaan
Adanya perencanaan; Keikutsertaan semua pihak dalam
pembuatan; Sosialisasi perencanaan
Pengorganisasian
Struktur organisasi; Struktur organisasi; Kualitas SDM; Kemudahan
dalam pengorganisasian
Pelaksanaan
Ketersediaan daya dukung, anggaran yang memadai, keefektivan
pelaksanaan
Pengawasan
Kemudahan pengawasan; Kontinuitas pengawasan
Aset tetap yang dimiki
anggota
Kemampuan modal tunai, Aset tanah dan bangunan; Aset mesin
dan peralatan; Stok bahan baku yang ada
Bantuan modal dari
pelaksana KUBE
Bantuan modal tunai; Bantuan mesin dan peralatan kerja; Bantuan
bahan baku
Tambahan modal dari
pihak lain
Bantuan pinjaman bank; Bantuan pinjaman pihak non bank;
Bantuan peralatan dan bahan baku)
Tenaga pendidik dan
pelatih
Ketersediaan tenaga pendidik dan pelatih; Kualitas tenaga
pendidik dan pelatih
Sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana; Kualitas sarana dan Prasarana;
Pemanfaatan sarana dan prasarana
Motivasi dan pelayanan
Motivasi peserta; Pelayanan pada peserta; Sikap pimpinan atau staf
Evaluasi dan kualitas
pengetahuan & keahlian
Metode pengajaran; Materi perkuliahan; Masa studi; Nilai
kelulusan
Penguasaan teknologi
Kersediaan teknologi terapan; Kemudahan akses dan penggunaaa
teknologi
Persepsi terhadap
Pemahaman terhadap perencanaan dan persaingan; Kemauan
perencanaan dan pesaing untuk bersaing
Persepsi terhadap inovasi
Kemauan untuk mengembangkan diri; Kemauan untuk tampil
beda dengan yang lain
Persepsi terhadap
tindakan proaktif
Kemauan untuk mencari informasi; Kemampuan untuk bertidak
cepat
Persepsi terhadap risiko
Memahami akan terjadinya resiko; Berani mengambil resiko dari
tindakannya; Selalu belajar dari pengalaman dan kegagalan
Kerja sama internal
Kerja sama penyelenggara dengan pengelola perusahaan; Kerja
sama di antara pimpinan/manajer/karyawan; Kerja sama diantara
karyawan
Kerja sama eksternal
Kerja sama dengan lembaga/ perusahaan lainnya; Kerja sama
diantara lembaga/ perusahan dengan pemakai/ konsumen;
Kerja sama diantara lembaga/ perusahan dengan Pemerintah
Daerah setempat; Kerja sama antara lembaga/ perusahan dengan
perbankan/asosiasi/ lembaga profesi yang terkait
Peningkatan produksi
dan usaha
Jumlah produksi; Kualitas produksi; Penambahan jenis produksi
Peningkatan kemampuan Kapabilitas manajer; Peningkatan teknik; Tim work; Peningkatan
operasional
produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kerja sama
dan akses pasar
8.
Peningkatan Pendapatan
Anggota (Z1)
9.
Pengentasan
Kemiskinan (Z2)
82
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
Peningkatan kerja sama; Peningkatan daerah pemasaran;
Peningkatan kepercayan dari konsumen
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
Selanjtnya berdasarkan hasil pengjian statistik
diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signiikan
dari masingmasing variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) dengan perincian pertama, variabel
reglasi dan sistem organisasi (X1), berpengarh secara
signiikan terhadap Pengembangan Kelompok Usaha
Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terkecil dari keenam variabel bebas tersebt. Keda,
kalitas kelembagaan KUBE (X2), berpengarh secara
signiikan terhadap pengembangan Kelompok Usaha
Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terbesar keda dari keenam variabel bebas tersebt.
Ketiga, kekampan modal ekonomi (X3) berpengarh
secara signiikan terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terbesar ketiga dari keenam variabel bebas tersebt.
Keempat, pendidikan dan pelatihan (X4), berpengarh
secara signiikan terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terbesar keempat dari enam variabel bebas penelitian.
Kelima, jiwa kewirasahaan (X5) berpengarh
secara signiikan terhadap terhadap pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (Y). Adapn besaran
koeisien jalurnya terbesar pertama dari keenam
variabel bebas tersebt. Keenam, Strategi kemitraan
(X6) berpengaruh secara signiikan terhadap terhadap
pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Y).
Adapun besaran koeisien jalurnya terbesar kelima
dari keenam variabel bebas tersebt.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan
KUBE, kemampan modal ekonomi anggota,
pendidikan dan pelatihan, jiwa kewirasahaan, strategi
kemitraan, terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama, dengan besaran pengarhnya
sebesar 86,70%, sedangkan pengarh variabel lain
dilar model sebesar 13,30%. Hal ini berarti keenam
variabel bebas tersebt merpakan variabel dominan
yang mengembangkan KUBE.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Y)
terhadap variabel peningkatan pendapatan anggota
KUBE (Z1). Adapn besaran pengarhnya sebesar
97,00% sedangkan sisanya sebesar 3,00%.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
peningkatan pendapatan anggota KUBE (Z1) terhadap
variabel pengentasan kemiskinan (Z2). Adapn
besaran pengarhnya sebesar 97,70% sedangkan
sisanya sebesar 2,30%.
Berdasarkan hasil perhitngan analisis jalr
dan hasil pengjian secara parsial dan simltan dari
pengarh variabel reglasi dan sistem organisasi,
kalitas kelembagaan KUBE, kemampan modal
ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan,
jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan terhadap
Pengembangan Kelompok Usaha Bersama,maka
dapat disimplkan bahwa keenam variabel bebas (X)
tersebt secara masingmasing memberikan pengarh
yang signiikan (penjumlahan besaran pengaruh
langsng dan pengarh tidak langsng).
Besaran pengarh dari variabel bebas tersebt,
maka variabel jiwa kewirasahaan yang dimiliki oleh
anggota KUBE merpakan variabel yang memberikan
pengarh terbesar terhadap pengembangan kegiatan
KUBE. Adapn rtan besaran kontribsi pengarh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikt.
Tabel 2. Pengarh Langsng dan Tidak Langsng
Variabel X terhadap Variabel Y
Variabel
Pengaruh Total Pengaruh
Total
Langsung Tidak Langsung Pengaruh
Peringkat
Pengaruh
X1
0.007
0.024
0.032
Keenam
X2
0.139
0.092
0.231
Kedua
X3
0.051
0.065
0.116
Ketiga
X4
0.033
0.053
0.086
Keempat
X5
0.235
0.109
0.345
Kesatu
X6
0.023
0.034
0.057
Kelima
Pengembangan
Kelompok Usaha
Bersama (Y)
0.9700
Peningkatan
Pendapatan Anggota
KUBE (Z1)
Gambar 4. Analisa Jalr Variabel Pengembangan KUBE
terhadap Variabel Peningkatan Pendapatan Anggota
KUBE
Persamaan hasil regresi dapat ditliskan sebagai
berikt.
Z1 = 0, 9700 Y + ε2
Dimana:
Z1 = Peningkatan pendapatan anggota KUBE
Y = Kemampan manajemen
ε2 = Pengarh variabel lain dilar model
Pengembangan
Peningkatan
Pendapatan (Z1)
0.977
Pengentasan
Kemiskinan (Z2)
Gambar 5. Analisa jalr variabel Pengembangan
Peningkatan Pendapatan terhadap variabel Pengentasan
Kemiskinan
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
83
Adapn persamaan jalr ntk variabel Z1
terhadap Z2, yait Z2 = 0, 9770 Z1 + ε3
Dimana:
Z2 = Pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar.
Z1 = Peningkatan pendapatan anggota KUBE
= Koeisen jalur variabel Z1 terhadap Z2
ρ Z2Z1
ε3 = Pengarh variabel lain dilar model
PEMBAHASAN
Pada hakekatnya tjan akhir yang diharapkan
oleh pemerintah dalam pengembangan program
KUBE ini adalah paya mengentaskan ata
mengrangi kemiskinan masyarakat Jawa Barat.
Usaha pengrangan kemiskinan yang dilakkan dalam
program KUBE berbeda dengan program bantan
tnai langsng. Program ini lebih menekankan pada
bentk pemberdayaan masyarakat miskin daripada
hanya membant langsng orang miskin, sehingga
mereka ini akan menjadi mansia prodktif dan
mandiri tidak hanya mengharapkan belas kasihan
saja. Oleh karena it, pengentasan kemiskinan hanya
dapat dilakkan dengan cara memberikan aktivitas
saha yang akan menghasilkan pandapatan dan
sekaligs mamp meningkatkan keahlian, sehingga
dalam jangka panjang akan menjadi masyarakat
miskin yang prodktif dan mandiri.
Peningkatan pendapatan tersebt, memberikan
implikasi yang sangat las, bkan hanya ntk
kehidpannya saja, melainkan jga adanya ke
mampan modal tambahan ntk lebih meningkatkan
aktivitas saha, sehingga pada akhirnya akan mamp
menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak.
Jika program KUBE ini ters berkembang, maka akan
mendapatkan kepercayaan dari pihak pemerintah dan
pihak pengsaha ntk ters membant pengembangan
saha lebih lanjt, sehingga dalam jangka wakt
panjang program ini akan dapat menampng lebih
banyak lagi tenaga kerja bar.
Seiring dengan kebijakan pemerintah kepada
pihak dnia saha, ntk lebih memberikan kontribsi
terhadap programprogram pengentasan kemiskinan,
sebagai bentk tanggng jawab sosial terhadap
masyarakat sekitar ata masyarakat lainnya CSR
(Corporate Social Responsibility), maka program
KUBE akan menjadi sasaran ata target oleh pihak
pengsaha dalam memberikan bantannya. Karena
pengsaha menyenangi programprogram yang sifat
nya prodktif, membangn kemandirian, dan ada
kaitannya dengan aktivitas saha it sendiri. Demikian
apabila program ini didkng oleh pemerintah yang
seris dan pihak pengsaha yang tinggi, serta dari
84
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
pihak lainnya yang terkait it jga tinggi, maka peneliti
mempnyai keyakinan bahwa program ini sangat
bermanfaat dan akan berkembang dengan baik, serta
akan mamp meningkatkan pendapatan masyarakat
miskin yang sekaligs dapat mengentaskan ata
mengrangi penddk yang miskin.
Disadari bahwa setiap program dalam pe
laksanaannya sangat dipengarhi oleh adanya bdaya
kearifan lokal, sehingga sangat memngkinkan adanya
inovasi dan penyesaian dengan kondisi setempat
sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan
yang telah ditetapkan. Berhasilnya pelaksanaan,
penanganan KUBE fakir miskin di lapangan akan
sangat tergantng pada semangat dan kalitas kerja
para penyelenggara di daerah serta derajat jaringan
kerja yang berhasil dibangn. Oleh karena it prinsip
tata kelola (governance) yang baik yait akntabilitas,
transparansi, ketepatan sasaran, ketepatan wakt,
efektivitas dan eisiensi perlu dijunjung tinggi
sebagai rambramb bagi setiap penangng jawab
dan pelaksana program.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan
analisis indktif yang telah dilakkan dalam
penelitian ini, maka peneliti menemkan beberapa
hal yang dapat dikembangkan dalam paya lebih
mengoptimalisasikan keberhasilan program KUBE,
dan jga menghantarkan anggota KUBE yang telah
berhasil agar mamp mengembangkan aktivitas
sahanya menjadi aktivitas saha mikro, yang
setersnya diharapkan ntk ters berkembang
menjadi pengsaha kecil dan menengah.
Mengingat hasil analisis deskriptif dan analisis
indktif, dimana keberkasilan KUBE sangat di
tentkan oleh variabel entrepreneurship dan kalitas
kelembagaan serta keempat variabel lainnya, apabila
keda aspek tersebt di atas mendapat perhatian
tama, maka tentnya anggota KUBE yang telah
dibina dengan baik dan mempnyai kemampan
yang tinggi, tentnya akan mamp mengembangkan
dirinya pada tingkatan aktivitas saha yang lebih
tinggi dan lebih las lagi.
Berdasarkan kondisi dan pemikiran tersebt,
maka pola pengembangan KUBE yang selama ini
masih terbatas perl dibagi menjadi tiga tahapan
yait jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
Strategi pengembangan dalam jangka pendek
lebih cenderng pada payapaya yang lebih bersifat
sosial, dimana titik beratnya pada paya sosial safety
net (jaring pengaman sosial). Tentnya dalam hal
ini program tersebt, lebih menekankan bagaimana
anggota KUBE memperoleh ata mengerjakan
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
aktivitas dan bagaimana yang bersangktan
memperoleh pendapatan,sehingga dari pendapatan
tersebt yang bersangktan dengan kelarganya dapat
makan dan membiayai kebthan hidp lainnya.
Oleh karena it sangat wajar dasar
pengembangan lebih didasari oleh dinamika sosial.
Dengan demikian lembaga yang bertanggng
jawab terhadap pengembangan program tersebt
tepat dilaksanakan oleh departemen sosial. Seiring
dengan perkembangan wakt yang diperlkan ntk
pembinaan dan pengembangan KUBE, maka tentnya
menghasilkan peningkatan pengalaman, peningkatan
wawasan,peningkatan keahlian, dan bahkan me
ningkatkan kemampan bersaha yang diimbangi
oleh kemampan entrepreneurship sehingga
mamp menabng dan peningkatan kesejahteraan
kelarganya.
Dalam jangka menengah seiring dengan
meningkat dan bertambahnya kemampan anggota
KUBE dalam aktivitas saha tersebt, maka pola
pembinaan dan pengembangan KUBE tidak lagi
hanya terbatas pada dinamika sosial, melainkan hars
ada peningkatan menjadi dinamika sosial ekonomi.
Sehingga para anggota KUBE sdah memahami
prinsipprinsip dasar ekonomi, seperti aspek eisiensi,
aspek prodktivitas kerja, dan pengenalan terhadap
pasar,serta membat pembkan yang terssn
dengan baik dan terdokmentasikan. Dengan
demikian diharapkan para pelak dapat mlai mamp
meningkatkan, kapasitas prodksi ata volme
aktivitas saha, meningkatkan kalitas prodksi,
meningkatkan kalitas pelayanan,dan bahkan sdah
mamp meningkatkan kentngan yang disertai
dengan mlainya perilak ntk menabng.
Sejalan dengan peningkatan kemampan saha
tersebt, maka rang lingkp pembinaan tidak lagi
hanya menjadi tanggng jawab departemen sosial,
melainkan hars dikembangkan oleh departemen
lain yang lebih relevan dengan pola pembinaan
saha tersebt. Dalam hal ini departemen sosial
lebih berperan melaksanakan inisiasi dalam jaring
pengaman sosial,yang selanjtnya dihantarkan
kepada pihak lainnya ntk dikembangkan lebih
lanjt. Berdasarkan penelaahan, maka departemen
yang paling relevan adalah departemen KUKM di
tingkat Psat dan Dinas KUKM di tingkat Provinsi/
Kota/Kabpaten. Ata kepada pihakpihak lainnya
yang terkait, seperti menjadi binaan dari BUMN
sebagai saha mikro yang mendapatkan bantan dana
dan bantan teknis dari program Corporate Social
Responsibility (CSR) BUMN, dari para pengsaha
ata pihakpihak lainnya. Tanggng jawab pembinaan
ata pengembangannya menjadi tanggng jawab
bersama diantara departemen sosial dengan pihak
departemen lainnya, BUMN, dan pihakpihak lainnya
yang terkait pengembangan KUBE tersebt.
Keberhasilan saha yang dicapai oleh anggota
KUBE pada jangka menengah tersebt, diharapkan
bkan hanya pada kemampan dalam mempertahan
kan hidp seharihari, menambah modal saha,
jaminan sosial UPKS, amal bersama, membayar
pajak (sesai dengan skema pengembangan KUBE),
melainkan jga hars di kembangkan lebih jah.
Dalam jangka panjang pengembangan anggota KUBE
yang telah berhasil hars di dorong ntk lebih jah
mengembangkan diri menjadi pengsaha mikro yang
selanjtnya diharapkan lebih berkembang menjadi
pengsaha kecil.
Oleh karena it pola pembinaan tidak ckp
ditangani oleh Departemen Sosial, melainkan
dikembangkan jga oleh beberapa departemen terkait
lainnya, seperti Departemen KUKM, Departemen
Perdagangan, Departemen Tenaga kerja, Departemen
Perindstrian, dan BUMN, bahkan melibatkan pihak
pihak lainnya sebagai nsr pennjang, diantaranya
perbankan ata lembagalembaga keangan non
perbankan, pergran tinggi, lembaga penelitian
dan pengembangan, serta dnia saha (Kadin ata
asosiasiasosiasi).
Keberhasilan anggota KUBE yang telah
berbah menjadi pengsaha mikro ata pengsaha
kecil tersebt tetap kita kaitkan dengan program
pengembangan KUBE sebelmnya (Anggota KUBE
yang bar dibina). Dalam hal ini anggota KUBE
yang telah berhasil tersebt di jadikan mitra saha
ata mitra bisnis bagi anggota KUBE yang mlai
mengembangkan sahanya. Begit jga ntk
anggota KUBE yang bar dibina, maka anggota
KUBE yang berhasil tersebt dilibatkan sebagai
pembina ata tenaga pendampingan. Dengan
demikian bagi anggota KUBE, baik yang bar
dibina mapn yang bar mengembangkan sahanya
dapat memberikan motivasi pada dirinya, dan ingin
mencontoh keberhasilannya. Begit jga bagi yang
telah berhasil tersebt akan mncl rasa solidaritas
dan kesetiakawanan sosial yang lebih baik.
Apabila pembinaan KUBE dalam tahapan
jangka panjang tersebt berhasil dengan baik, dalam
artian mendapatkan perhatian dan direspon oleh
sema pihak, maka peneliti mempnyai keyakinan
bahwa program ini dapat dikembangkan di daerah
daerah lainnya,sehingga program KUBE tersebt
akan menyebar di selrh Indonesia. Dengan
demikian kala program KUBE sdah menyebar di
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
85
selrh daerah dan berhasil, maka dengan sendirinya
paya orang yang ingin mencari pekerjaan di kota
besar seperti Jakarta ini akan berkrang, sehingga
tingkat rbanisasi di kota kota besar akan berkrang,
dan kerawanan sosial dari para pendatang dapat
diminimalisir.
Begit jga dengan keberhasilan pengembangan
KUBE yang selanjtnya menhasilkan pengsaha
mikro dan pengsaha kecil yang berhasil, akan
mengrangi kesenjangan sosial diantara masyarakat
kaya dan masyarakan miskin, bahkan pengembangan
saha yang diselenggarakan KUBE tersebt mamp
menciptakan lapangan pekerjaan bar dan bahkan
menmbhkan para wirasahawan bar yang
selanjtnya mamp membant pemerintah dalam
menmbhkan dan mengembangkan pembangnan
ekonomi.
KESIMPULAN
Program KUBE merpakan program nasional
yang diselenggarakan di selrh provinsi di Indonesia
yang bentknya terdiri dari KUBEKUBE Anak
Terlantar, KUBE Anak Jalanan, KUBE Lansia,
KUBE Fakir Miskin, KUBE BLPS, KUBE Kelarga
Mda Mandiri.
Besaran alokasi dana yang disediakan oleh
pemerintah daerah dari tahn ketahn ntk
pengembagan KUBE semakin meningkat, begit jga
bantan teknis dan pendampingan semakin meningkat
dan ada mlai perhatian dan kepercayaan dari mitra
saha terhadap aktivitas yang dikembangkan oleh
KUBE tersebt.
Keenam veriabel (variabel reglasi dan sistem
organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, Kekampan
modal ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan,
jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan) merpakan
variabel dominan yang mengembangkan KUBE.
Variabel pengembangan Kelompok Usaha Bersama
memberikan pengarh terhadap peningkatan pen
dapatan anggota KUBE, variabel peningkatan
pendapatan anggota KUBE jga ikt memberikan
pengarh terhadap pengentasan kemiskinan
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harn. 1994. Analisis Jalur Sebagai
Sarana Statistik dalam Analisis Kausal, Makalah
pada Lokakarya Sehari Lab. Penelitian Pengabdian
Pada Masyarakat LP3E, FE Unpad. Bandng:
tidak diterbitkan.
86
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
Anwar, Arsjad. 2003. Peta Kondisi Ketenagakerjaan
Indonesia. Jurnal Indonesia, 10 (Oktober).
Arief, Srita. 1980. Ekonomi Kerakyatan Indonesia:
Mengenang Bung Hatta Bapak Ekonomi
Kerakyatan Indonesia. Mhammadiyah University
Press.
Davis, D. 2001. Operation strategy, environment
ncertainty, and performance: a path analytic model
of indstries in developing contry. International
Journal of Management Science, 28: 155173.
Departemen Sosial RI. 2005. Rencana Strategis
Penanggungan Kemiskinan Program Pemberdayaan
Fakir Miskin Tahun 2006-2010. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bantan dan Jaminan Sosial.
Ellis, Frank. 1988.
Peasant Economics Farm
Households and Agrarian Development.
Cambridge: Cambridge University Press.
Han, J. K., et. al.,. 1998. Market orientation and
organizational performance: is innovation a
missing link ?. Journal of Marketing, 62(October):
3045.
Handayani, Wiwik. 2001. Peranan Kepemimpinan
Transformasional dalam Permberdayaan Smber
Daya Mansia. 2001. Kajian Ekonomi dan
Bisnis,7(AgstsNopember).
Hikmat, Harry. 2005. Panduan Operasional: Program
Pemberdayaan Fakir Miskin di wilayah Sub Urban
dan Perkotaan. Jakarta: Departemen Sosial RI.
Iwantono, Strisno. 2002. Kiat Sukses Berwirausaha:
Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan
Menengah. Jakarta: Grasindo.
Lado, N., et. al.,. 1998. Measring Market Orientation
in Several Poplations: A Strctral Eqation
Model. European Journal of Marketing, 32(1/2):
2339.
Laffety, B. A., & Hlt, G. T. M., 2001. A Synthesis
of Contemporary Market Orientation Perspective.
European Journal of Marketing, 35(1/2): 92109.
Marbn, 1996. Manajemen Perusahaan Kecil, Seri
Manajemen No. 176 (cetakan ke1). Jakarta: PT.
Pstaka Binaman Pressindo.
Masyita, Dian. 2000. Disain Strktr Organisasi
dalam Implementasi Strategi Persahaan: Kajian
Teoritik Manajemen. Usahawan, 9(September).
Narver, J.C., et. al.,. 2000. Total Market Orientation,
bsiness performance, and innovation. Working
Paper Series-Marketing Science Institute, 116.
Nastion, H. N. 2004. Orientasi Pasar : Konsep, Relevansi,
dan Konsekensi. USAHAWAN, 06 (Jni).
Wirasasmita, Yyn. 1999. Aspek-aspek Ekonomi
Mikro Perusahaan Kecil Tradisional Keluarga.
Bandng: Universitas Padjajaran.
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
Volume 9, No. 2, Desember 2010, Hal. 78–86
ISSN 1411-514X
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
Moh. Sidik Priadana
Program Doktor Ilm Manajemen
Pascasarjana Universitas Pasndan
Jl. Wartawan IV No. 22 Bandng
E-Mail: [email protected]
Effendi M. Guntur
STIE ADHI NIAGA
Jl. Jend. Sdirman No. 2 Kranji Bekasi 17135
E-Mail: ef emgnt[email protected]
ABSTRACT
Poverty is a problem that need to be addressed in a multi-sectoral, sustainable and synergistic. Ministry
of Social Affairs has introduced a Kelompok Usaha Bersama (KUBE) as one of the institutions to increase
household incomes and reducing poverty. Therefore, it is necessary to study what are the factors that the
determinant of the success of KUBE. The research should also extent to the success of KUBE impact on
increasing household incomes and poverty alleviation, especially in West Java Province. This study aims to
obtain empirical evidence of critical success of KUBE and its implications for society and the increase in
income poverty reduction in West Java Province. The method used is survey with research hypothesis testing.
Measuring perceptions of research variables taken against the perpetrators KUBE. In this measurement, the
questionnaire were randomly distributed to 225 respondents. Methods of data analysis used was path analysis
to test the research hypothesis. The conclusion of this research are: (i) KUBE critical success factors are:
entrepreneurship, institutional quality, capital adequacy, education and training, strategic partnerships, and
regulatory and organizational systems, (ii) The six factors are signiicant determinants of the success of KUBE,
either simultaneously or partially, (iii) The success of KUBE has a signiicant inluence on increasing people’s
income, (iv) The success of KUBE also has a signiicant inluence on poverty alleviation.
Keywords: KUBE, community empowerment, poverty alleviation, path analysis.
PENDAHULUAN
dan berkembangnya permasalahan sosial yang lain,
seperti anak terlantar, pengemis, gelandangan,
kelarga bermah tak layak hni, tna ssila dan
sebagainya. Oleh karena it, masalah kemiskinan
merpakan masalah yang hars ditangani secara
seris baik oleh pemerintah mapn masyarakat.
Permasalahan kemiskinan merpakan masalah
yang perl ditangani secara lintas sektoral, ber
kesinambngan dan sinergis. Hal ini dikarenakan
masalah kemiskinan merpakan smber mncl
78
Kemiskinan secara sosialpsikologis mennjk
pada kekrangan jaringan dan strktr sosial yang
mendkng dalam mendapatkan kesempatan
kesempatan peningkatan prodktivitas. Dimensi ke
miskinan ini jga dapat diartikan sebagai kemiskinan
yang disebabkan oleh adanya faktorfaktor peng
hambat yang mencegah ata merintangi seseorang
dalam memanfaatkan kesempatankesempatan yang
ada di masyarakat. Faktorfaktor penghambat tersebt
secara mm melipti faktor internal dan eksternal.
Faktor internal datang dari dalam diri si miskin it
sendiri, seperti rendahnya pendidikan ata adanya
hambatan bdaya.
Teori kemiskinan bdaya (cultural poverty) yang
dikemkakan Oscar Lewis, misalnya, menyatakan
bahwa kemiskinan dapat mncl sebagai akibat adanya
nilainilai ata kebdayaan yang diant oleh orang
orang miskin, seperti malas, mdah menyerah pada
nasib, krang memiliki etos kerja, dan sebagainya.
Faktor eksternal datang dari lar kemampan orang
yang bersangktan, seperti birokrasi ata peratran
peratran resmi yang dapat menghambat seseorang
dalam memanfaatkan smber daya. Kemiskinan
model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan
strktral. Menrt pandangan ini, kemiskinan terjadi
bkan dikarenakan ketidakmaan si miskin ntk
bekerja (malas), melainkan karena ketidakmampan
sistem dan strktr sosial dalam menyediakan ke
sempatankesempatan yang memngkinkan si miskin
dapat bekerja.
Konsepsi kemiskinan yang bersifat mlti
dimensional ini kiranya lebih tepat jika dignakan
sebagai pisau analisis dalam mendeinisikan ke
miskinan dan mermskan kebijakan penanganan
kemiskinan di Indonesia. Sebagaimana akan di
kemkakan pada pembahasan beriktnya, konsepsi
kemiskinan ini jga sangat dekat dengan perspektif
pekerjaan sosial yang memfokskan pada konsep
keberfngsian sosial dan senantiasa melihat mansia
dalam konteks lingkngan dan sitasi sosialnya.
Krisis ekonomi telah meningkatkan jmlah
orang yang bekerja di sektor informal. Merosotnya
pertmbhan ekonomi, dilikidasinya sejmlah
kantor swasta dan pemerintah, dan dirampingkan
nya strktr indstri formal telah mendorong orang
untuk memasuki sektor informal yang lebih leksibel.
Berdasarkan data BPS tahn 2008, jmlah penddk
Indonesia yang mask dalam kategori miskin tercatat
sebanyak 36,17 jta jiwa (16,7%).
Kementerian Sosial membat sebah strategi
ntk melakkan pendekatan person-in-situation,
yait penanganan bagian yang hilang ntk dapat men
jamin terwjdnya pengentasan kemiskinan secara
permanen jika programprogram pengembangannya
dapat mencapai tjan sebagaimana mestinya. Salah
sat program dalam strategi ini adalah pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang diharapkan
dapat memtskan rantai kemiskinan.
Kemampan pengembangan KUBE dalam
meningkatkan aktivitasnya akan bergantng pada
keserisan pihak pemerintah dan peserta program,
serta paya menjalin kerja sama dengan pihak lain,
baik perbankan, para pengsaha, pergran tinggi,
dan pihakpihak lain yang mennjang keberhasilan
pengembangan KUBE.
Masalah penelitian yang ingin dijawab melali
penelitian ini adalah (i) bagaimanakah hbngan
antara faktorfaktor yang mempengarhi keberhasilan
pengembangan KUBE di Provinsi Jawa Barat, (ii)
sejahmana pengarh parsial dan pengarh simltan
dari faktorfaktor yang mempengarhi keberhasilan
pengembangan KUBE di Provinsi Jawa Barat, (iii)
sejahmana pengarh keberhasilan pengembangan
KUBE terhadap peningkatan pendapatan anggota
KUBE di Provinsi Jawa Barat, dan (iv) sejahmana
pengarh peningkatan pendapatan masyarakat miskin
terhadap paya pengentasan kemiskinan di Provinsi
Jawa Barat?
METODE
Metode yang dignakan dalam penelitian ini
menggnakan metode deskriptif dan metode indktif.
Dalam metode indktif menggnakan metode
penelitian srvey penjelasan (explanatory survey
method), yait srvey yang mencoba mengkaji
keeratan hbngan variabel bebas dan mengkaji
derajat asosiatif diantara variabel bebas dengan
variabel terikat, serta melakkan pengjian hipotesis
terhadap variabel penelitian. Untk malaksanakan
it sema dignakan analisis jalr, dengan skema
kerangka pemikiran pada Gambar 1.
Berdasarkan skema pemikiran tersebt, selanjtnya
dimodelkan dengan metode analisis jalr yang yang di
gambarkan dengan diagram alr pada Gambar 2.
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
79
Reglasi dan Sistem
Organisasi KUBE (X1)
F
E
E
D
B
A
C
K
Kelembagaan KUBE (X2)
Kemampan Modal Ekonomi
Anggota KUBE (X3)
Keberhasilan
Program KUBE
(Y)
Kemampan Pendidikan dan
Pelatihan Anggota KUBE (X4)
Peningkatan
Pendapatan
(Z1)
Pengentasan
Kemiskinan
(Z2)
F
E
E
D
Jiwa Kewirasahaan Anggota
KUBE (X5)
Strategi Kemitraan (X6)
Dasar Landasan TeoriTeori yang Merangng Kerangka Pemikiran
Tdaro (1997); Sseno (1991); Knarjo
(1999); Davis (2001); Gibson, et. al.
(2006); Matterson (2006); Hikmat (2007)
Marbn (1996)
Hikmat (2007); Salvatore
(2002); Kncoro (2000);
Davis (2001); Gibson (2006)
Morales dan Sheafor
(1989); Sharto (2005);
Kncoro (2000);
Tambnan (2000)
Kncoro (2000); Esmara
(2000); Davis (2001); Gibsn
(2006); Tambnan (2000)
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
X1
ρ YX1
r X1X2
r X1X3
r X1X5
ρ YX2
X3
r X2X4
r X3X4
r X3X5
X4
X5
r X5X6
ρ YX3
Y
ρ Z 1Y
Z1
ρ Z 2Z 1
Z2
ρ YX4
ρ YX5
r X4X5
r X2X6
ε3
X2
r X2X3
r X1X6
ε2
ε1
r X5X6
ρ YX6
X6
Gambar 2. Diagram Jalr
80
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
B
A
C
K
Dari diagram jalr tersebt dapat ditliskan
persamaan regresi ntk masingmasing sb strktr
sebagai berikt.
Sb strktr 1:
Y
Y
ρ Y1X1
0.231
0.322
0.134
= f (X1, X2, X3, X4, X5, X6)
=
X1
0.157
X1 + ρ Y1X2 X2 + ρ Y1X3 X3 + ρ Y1X4 X4
X2
+ ρ Y1X5 X5 + ρ Y1X6 X6 + ε1
Dimana:
Y
= Keberhasilan Program KUBE
X1 = Reglasi dan Sistem organisasi.
X2 = Kalitas Kelembagaan KUBE
X3 = Kemampan Modal Ekonomi Anggota
X4 = Pendidikan dan Pelatihan
X5 = Jiwa Kewirasahaan
X6 = Strategi kemitraan
= Koeisien jalur variabel X1 terhadap variabel Y1
ρ Y1X1
ε1
= Pengarh variabel lain di lar model
Sb strktr 2:
Z1 = f (Y)
Z1 = ρ Z1 Y Y + ε2
Dimana:
Z1 = Peningkatan Pendapatan Anggota KUBE
Y
= Kemampan manajemen
= Koeisen jalur variabel Y terhadap variabel Z1
ρ Z1 Y
ε2
= Pengarh variabel lain dilar model
Sb strktr 3:
Z2 = f (Z1)
Z2 = ρ Z2 Z1 Y2 + ε3
Dimana:
Z2 = Pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar.
Z1 = Peningkatan Pendapatan Anggota KUBE
= Koeisen jalur variabel Z1 terhadap Z2
ρ Z2 Z1
ε3
= Pengarh variabel lain dilar model
Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel penelitian yang di
gnakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
HASIL
Hbngan antara variabel reglasi dan sistem
organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, kemampan
modal, pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan,
jiwa kewirasahaan, dan strategi kemitraan. Untk
Lebih jelasnya dapat dijelaskan pada Gambar 3.
0.244
0.223
X3
0.165
0.226
Y1
0.226
0.303
ε1
0.373
0.126
0.257
0.142
0.086
X4
0.206
0.182
0.485
X5
0.226
0.152
0.099
X6
Gambar 3. Pengarh variabel Pengarh Bersamaan
dan Parsial Variabel X1, X2, X3, X4, X5, X6. Terhadap
Pengembangan KUBE (Y)
Dari gambar tersebt dapat diperoleh, bahwa
semangat kewirausahaan mempunyai koeisien jalur
tertinggi dibandingkan dengan variabel reglasi dan
sistem organisasi, kalitas kelembagaan KUBE,
kekampan modal ekonomi anggota, pendidikan dan
pelatihan, strategi kemitraan. Berdasarkan Gambar 3.
Dapat ditliskan persamaan jalr sebagai berikt.
Y = 0.086 X1 + 0.373 X2 + 0.226 X3 + 0.182 X4
+ 0.485 X5 + 0.152 X6 + ε1
Dari persamaan jalr tersebt dapat diartikan
bahwa (1) adanya hbngan asosiatif antara reglasi
dan sistem organisasi dengan pengembangan
kelompok saha bersama yang besarannya sebesar
0.086 (ρ Y X1); (2) adanya hbngan asosiatif
antara kalitas kelembagaan KUBE dengan
pengembangan Kelompok Usaha Bersama yang
besarannya sebesar 0.373 (ρ Y X2); (3) adanya
hbngan asosiatif antara kemampan modal
ekonomi anggota dengan Pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.226
(ρ Y X3); (4) adanya hbngan asosiatif antara pendidikan
dan pelatihan dengan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.182
(ρ Y X4); (5) adanya hbngan asosiatif antara semangat
kewirasahaan dengan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.485
(ρ Y X5); dan (6) adanya hbngan asosiatif antara
strategi kemitraan dengan pengembangan Kelompok
Usaha Bersama yang besarannya sebesar 0.152
(ρ Y X6).
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
81
Tabel 1. Operasionalisasi VariabelVariabel Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Variabel
Kualitas regulasi &
sistem organisasi (X1)
Kualitas kelembagaan
KUBE (X2)
Kemampuan Modal
Ekonomi Anggota (X3)
Kualitas Pendidikan
dan Pelatihan (X4)
Jiwa Kewirusahaan (X5)
Strategi Kemitraan (X6)
Keberhasilan Program
KUBE (Y)
Sub Variabel
Indikator
Regulasi
Ketersediaan regulasi, sosialisasi & pemahaman; konsistensi
pelaksanaan; kemudahan pelaksanaan
Sistem pengembangan
Sistem bersifat sentralisasi atau desentralisasi; Ketersediaan sistem
dalam pengelolaan organisasi; Pemahaman dan penguasaan
terhadap sistem; Kemudahan dalam proses operasionalisasi
Perencanaan
Adanya perencanaan; Keikutsertaan semua pihak dalam
pembuatan; Sosialisasi perencanaan
Pengorganisasian
Struktur organisasi; Struktur organisasi; Kualitas SDM; Kemudahan
dalam pengorganisasian
Pelaksanaan
Ketersediaan daya dukung, anggaran yang memadai, keefektivan
pelaksanaan
Pengawasan
Kemudahan pengawasan; Kontinuitas pengawasan
Aset tetap yang dimiki
anggota
Kemampuan modal tunai, Aset tanah dan bangunan; Aset mesin
dan peralatan; Stok bahan baku yang ada
Bantuan modal dari
pelaksana KUBE
Bantuan modal tunai; Bantuan mesin dan peralatan kerja; Bantuan
bahan baku
Tambahan modal dari
pihak lain
Bantuan pinjaman bank; Bantuan pinjaman pihak non bank;
Bantuan peralatan dan bahan baku)
Tenaga pendidik dan
pelatih
Ketersediaan tenaga pendidik dan pelatih; Kualitas tenaga
pendidik dan pelatih
Sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana; Kualitas sarana dan Prasarana;
Pemanfaatan sarana dan prasarana
Motivasi dan pelayanan
Motivasi peserta; Pelayanan pada peserta; Sikap pimpinan atau staf
Evaluasi dan kualitas
pengetahuan & keahlian
Metode pengajaran; Materi perkuliahan; Masa studi; Nilai
kelulusan
Penguasaan teknologi
Kersediaan teknologi terapan; Kemudahan akses dan penggunaaa
teknologi
Persepsi terhadap
Pemahaman terhadap perencanaan dan persaingan; Kemauan
perencanaan dan pesaing untuk bersaing
Persepsi terhadap inovasi
Kemauan untuk mengembangkan diri; Kemauan untuk tampil
beda dengan yang lain
Persepsi terhadap
tindakan proaktif
Kemauan untuk mencari informasi; Kemampuan untuk bertidak
cepat
Persepsi terhadap risiko
Memahami akan terjadinya resiko; Berani mengambil resiko dari
tindakannya; Selalu belajar dari pengalaman dan kegagalan
Kerja sama internal
Kerja sama penyelenggara dengan pengelola perusahaan; Kerja
sama di antara pimpinan/manajer/karyawan; Kerja sama diantara
karyawan
Kerja sama eksternal
Kerja sama dengan lembaga/ perusahaan lainnya; Kerja sama
diantara lembaga/ perusahan dengan pemakai/ konsumen;
Kerja sama diantara lembaga/ perusahan dengan Pemerintah
Daerah setempat; Kerja sama antara lembaga/ perusahan dengan
perbankan/asosiasi/ lembaga profesi yang terkait
Peningkatan produksi
dan usaha
Jumlah produksi; Kualitas produksi; Penambahan jenis produksi
Peningkatan kemampuan Kapabilitas manajer; Peningkatan teknik; Tim work; Peningkatan
operasional
produktivitas tenaga kerja
Peningkatan kerja sama
dan akses pasar
8.
Peningkatan Pendapatan
Anggota (Z1)
9.
Pengentasan
Kemiskinan (Z2)
82
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
Peningkatan kerja sama; Peningkatan daerah pemasaran;
Peningkatan kepercayan dari konsumen
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
Selanjtnya berdasarkan hasil pengjian statistik
diperoleh bahwa terdapat pengaruh yang signiikan
dari masingmasing variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y) dengan perincian pertama, variabel
reglasi dan sistem organisasi (X1), berpengarh secara
signiikan terhadap Pengembangan Kelompok Usaha
Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terkecil dari keenam variabel bebas tersebt. Keda,
kalitas kelembagaan KUBE (X2), berpengarh secara
signiikan terhadap pengembangan Kelompok Usaha
Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terbesar keda dari keenam variabel bebas tersebt.
Ketiga, kekampan modal ekonomi (X3) berpengarh
secara signiikan terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terbesar ketiga dari keenam variabel bebas tersebt.
Keempat, pendidikan dan pelatihan (X4), berpengarh
secara signiikan terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama (Y). Adapun besaran koeisien jalurnya
terbesar keempat dari enam variabel bebas penelitian.
Kelima, jiwa kewirasahaan (X5) berpengarh
secara signiikan terhadap terhadap pengembangan
Kelompok Usaha Bersama (Y). Adapn besaran
koeisien jalurnya terbesar pertama dari keenam
variabel bebas tersebt. Keenam, Strategi kemitraan
(X6) berpengaruh secara signiikan terhadap terhadap
pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Y).
Adapun besaran koeisien jalurnya terbesar kelima
dari keenam variabel bebas tersebt.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
reglasi dan sistem organisasi, kalitas kelembagaan
KUBE, kemampan modal ekonomi anggota,
pendidikan dan pelatihan, jiwa kewirasahaan, strategi
kemitraan, terhadap pengembangan Kelompok
Usaha Bersama, dengan besaran pengarhnya
sebesar 86,70%, sedangkan pengarh variabel lain
dilar model sebesar 13,30%. Hal ini berarti keenam
variabel bebas tersebt merpakan variabel dominan
yang mengembangkan KUBE.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
pengembangan Kelompok Usaha Bersama (Y)
terhadap variabel peningkatan pendapatan anggota
KUBE (Z1). Adapn besaran pengarhnya sebesar
97,00% sedangkan sisanya sebesar 3,00%.
Terdapat pengaruh yang signiikan dari variabel
peningkatan pendapatan anggota KUBE (Z1) terhadap
variabel pengentasan kemiskinan (Z2). Adapn
besaran pengarhnya sebesar 97,70% sedangkan
sisanya sebesar 2,30%.
Berdasarkan hasil perhitngan analisis jalr
dan hasil pengjian secara parsial dan simltan dari
pengarh variabel reglasi dan sistem organisasi,
kalitas kelembagaan KUBE, kemampan modal
ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan,
jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan terhadap
Pengembangan Kelompok Usaha Bersama,maka
dapat disimplkan bahwa keenam variabel bebas (X)
tersebt secara masingmasing memberikan pengarh
yang signiikan (penjumlahan besaran pengaruh
langsng dan pengarh tidak langsng).
Besaran pengarh dari variabel bebas tersebt,
maka variabel jiwa kewirasahaan yang dimiliki oleh
anggota KUBE merpakan variabel yang memberikan
pengarh terbesar terhadap pengembangan kegiatan
KUBE. Adapn rtan besaran kontribsi pengarh
dari variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikt.
Tabel 2. Pengarh Langsng dan Tidak Langsng
Variabel X terhadap Variabel Y
Variabel
Pengaruh Total Pengaruh
Total
Langsung Tidak Langsung Pengaruh
Peringkat
Pengaruh
X1
0.007
0.024
0.032
Keenam
X2
0.139
0.092
0.231
Kedua
X3
0.051
0.065
0.116
Ketiga
X4
0.033
0.053
0.086
Keempat
X5
0.235
0.109
0.345
Kesatu
X6
0.023
0.034
0.057
Kelima
Pengembangan
Kelompok Usaha
Bersama (Y)
0.9700
Peningkatan
Pendapatan Anggota
KUBE (Z1)
Gambar 4. Analisa Jalr Variabel Pengembangan KUBE
terhadap Variabel Peningkatan Pendapatan Anggota
KUBE
Persamaan hasil regresi dapat ditliskan sebagai
berikt.
Z1 = 0, 9700 Y + ε2
Dimana:
Z1 = Peningkatan pendapatan anggota KUBE
Y = Kemampan manajemen
ε2 = Pengarh variabel lain dilar model
Pengembangan
Peningkatan
Pendapatan (Z1)
0.977
Pengentasan
Kemiskinan (Z2)
Gambar 5. Analisa jalr variabel Pengembangan
Peningkatan Pendapatan terhadap variabel Pengentasan
Kemiskinan
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
83
Adapn persamaan jalr ntk variabel Z1
terhadap Z2, yait Z2 = 0, 9770 Z1 + ε3
Dimana:
Z2 = Pengentasan kemiskinan masyarakat sekitar.
Z1 = Peningkatan pendapatan anggota KUBE
= Koeisen jalur variabel Z1 terhadap Z2
ρ Z2Z1
ε3 = Pengarh variabel lain dilar model
PEMBAHASAN
Pada hakekatnya tjan akhir yang diharapkan
oleh pemerintah dalam pengembangan program
KUBE ini adalah paya mengentaskan ata
mengrangi kemiskinan masyarakat Jawa Barat.
Usaha pengrangan kemiskinan yang dilakkan dalam
program KUBE berbeda dengan program bantan
tnai langsng. Program ini lebih menekankan pada
bentk pemberdayaan masyarakat miskin daripada
hanya membant langsng orang miskin, sehingga
mereka ini akan menjadi mansia prodktif dan
mandiri tidak hanya mengharapkan belas kasihan
saja. Oleh karena it, pengentasan kemiskinan hanya
dapat dilakkan dengan cara memberikan aktivitas
saha yang akan menghasilkan pandapatan dan
sekaligs mamp meningkatkan keahlian, sehingga
dalam jangka panjang akan menjadi masyarakat
miskin yang prodktif dan mandiri.
Peningkatan pendapatan tersebt, memberikan
implikasi yang sangat las, bkan hanya ntk
kehidpannya saja, melainkan jga adanya ke
mampan modal tambahan ntk lebih meningkatkan
aktivitas saha, sehingga pada akhirnya akan mamp
menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak.
Jika program KUBE ini ters berkembang, maka akan
mendapatkan kepercayaan dari pihak pemerintah dan
pihak pengsaha ntk ters membant pengembangan
saha lebih lanjt, sehingga dalam jangka wakt
panjang program ini akan dapat menampng lebih
banyak lagi tenaga kerja bar.
Seiring dengan kebijakan pemerintah kepada
pihak dnia saha, ntk lebih memberikan kontribsi
terhadap programprogram pengentasan kemiskinan,
sebagai bentk tanggng jawab sosial terhadap
masyarakat sekitar ata masyarakat lainnya CSR
(Corporate Social Responsibility), maka program
KUBE akan menjadi sasaran ata target oleh pihak
pengsaha dalam memberikan bantannya. Karena
pengsaha menyenangi programprogram yang sifat
nya prodktif, membangn kemandirian, dan ada
kaitannya dengan aktivitas saha it sendiri. Demikian
apabila program ini didkng oleh pemerintah yang
seris dan pihak pengsaha yang tinggi, serta dari
84
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
pihak lainnya yang terkait it jga tinggi, maka peneliti
mempnyai keyakinan bahwa program ini sangat
bermanfaat dan akan berkembang dengan baik, serta
akan mamp meningkatkan pendapatan masyarakat
miskin yang sekaligs dapat mengentaskan ata
mengrangi penddk yang miskin.
Disadari bahwa setiap program dalam pe
laksanaannya sangat dipengarhi oleh adanya bdaya
kearifan lokal, sehingga sangat memngkinkan adanya
inovasi dan penyesaian dengan kondisi setempat
sepanjang tidak bertentangan dengan kebijakan
yang telah ditetapkan. Berhasilnya pelaksanaan,
penanganan KUBE fakir miskin di lapangan akan
sangat tergantng pada semangat dan kalitas kerja
para penyelenggara di daerah serta derajat jaringan
kerja yang berhasil dibangn. Oleh karena it prinsip
tata kelola (governance) yang baik yait akntabilitas,
transparansi, ketepatan sasaran, ketepatan wakt,
efektivitas dan eisiensi perlu dijunjung tinggi
sebagai rambramb bagi setiap penangng jawab
dan pelaksana program.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan
analisis indktif yang telah dilakkan dalam
penelitian ini, maka peneliti menemkan beberapa
hal yang dapat dikembangkan dalam paya lebih
mengoptimalisasikan keberhasilan program KUBE,
dan jga menghantarkan anggota KUBE yang telah
berhasil agar mamp mengembangkan aktivitas
sahanya menjadi aktivitas saha mikro, yang
setersnya diharapkan ntk ters berkembang
menjadi pengsaha kecil dan menengah.
Mengingat hasil analisis deskriptif dan analisis
indktif, dimana keberkasilan KUBE sangat di
tentkan oleh variabel entrepreneurship dan kalitas
kelembagaan serta keempat variabel lainnya, apabila
keda aspek tersebt di atas mendapat perhatian
tama, maka tentnya anggota KUBE yang telah
dibina dengan baik dan mempnyai kemampan
yang tinggi, tentnya akan mamp mengembangkan
dirinya pada tingkatan aktivitas saha yang lebih
tinggi dan lebih las lagi.
Berdasarkan kondisi dan pemikiran tersebt,
maka pola pengembangan KUBE yang selama ini
masih terbatas perl dibagi menjadi tiga tahapan
yait jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
Strategi pengembangan dalam jangka pendek
lebih cenderng pada payapaya yang lebih bersifat
sosial, dimana titik beratnya pada paya sosial safety
net (jaring pengaman sosial). Tentnya dalam hal
ini program tersebt, lebih menekankan bagaimana
anggota KUBE memperoleh ata mengerjakan
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur
aktivitas dan bagaimana yang bersangktan
memperoleh pendapatan,sehingga dari pendapatan
tersebt yang bersangktan dengan kelarganya dapat
makan dan membiayai kebthan hidp lainnya.
Oleh karena it sangat wajar dasar
pengembangan lebih didasari oleh dinamika sosial.
Dengan demikian lembaga yang bertanggng
jawab terhadap pengembangan program tersebt
tepat dilaksanakan oleh departemen sosial. Seiring
dengan perkembangan wakt yang diperlkan ntk
pembinaan dan pengembangan KUBE, maka tentnya
menghasilkan peningkatan pengalaman, peningkatan
wawasan,peningkatan keahlian, dan bahkan me
ningkatkan kemampan bersaha yang diimbangi
oleh kemampan entrepreneurship sehingga
mamp menabng dan peningkatan kesejahteraan
kelarganya.
Dalam jangka menengah seiring dengan
meningkat dan bertambahnya kemampan anggota
KUBE dalam aktivitas saha tersebt, maka pola
pembinaan dan pengembangan KUBE tidak lagi
hanya terbatas pada dinamika sosial, melainkan hars
ada peningkatan menjadi dinamika sosial ekonomi.
Sehingga para anggota KUBE sdah memahami
prinsipprinsip dasar ekonomi, seperti aspek eisiensi,
aspek prodktivitas kerja, dan pengenalan terhadap
pasar,serta membat pembkan yang terssn
dengan baik dan terdokmentasikan. Dengan
demikian diharapkan para pelak dapat mlai mamp
meningkatkan, kapasitas prodksi ata volme
aktivitas saha, meningkatkan kalitas prodksi,
meningkatkan kalitas pelayanan,dan bahkan sdah
mamp meningkatkan kentngan yang disertai
dengan mlainya perilak ntk menabng.
Sejalan dengan peningkatan kemampan saha
tersebt, maka rang lingkp pembinaan tidak lagi
hanya menjadi tanggng jawab departemen sosial,
melainkan hars dikembangkan oleh departemen
lain yang lebih relevan dengan pola pembinaan
saha tersebt. Dalam hal ini departemen sosial
lebih berperan melaksanakan inisiasi dalam jaring
pengaman sosial,yang selanjtnya dihantarkan
kepada pihak lainnya ntk dikembangkan lebih
lanjt. Berdasarkan penelaahan, maka departemen
yang paling relevan adalah departemen KUKM di
tingkat Psat dan Dinas KUKM di tingkat Provinsi/
Kota/Kabpaten. Ata kepada pihakpihak lainnya
yang terkait, seperti menjadi binaan dari BUMN
sebagai saha mikro yang mendapatkan bantan dana
dan bantan teknis dari program Corporate Social
Responsibility (CSR) BUMN, dari para pengsaha
ata pihakpihak lainnya. Tanggng jawab pembinaan
ata pengembangannya menjadi tanggng jawab
bersama diantara departemen sosial dengan pihak
departemen lainnya, BUMN, dan pihakpihak lainnya
yang terkait pengembangan KUBE tersebt.
Keberhasilan saha yang dicapai oleh anggota
KUBE pada jangka menengah tersebt, diharapkan
bkan hanya pada kemampan dalam mempertahan
kan hidp seharihari, menambah modal saha,
jaminan sosial UPKS, amal bersama, membayar
pajak (sesai dengan skema pengembangan KUBE),
melainkan jga hars di kembangkan lebih jah.
Dalam jangka panjang pengembangan anggota KUBE
yang telah berhasil hars di dorong ntk lebih jah
mengembangkan diri menjadi pengsaha mikro yang
selanjtnya diharapkan lebih berkembang menjadi
pengsaha kecil.
Oleh karena it pola pembinaan tidak ckp
ditangani oleh Departemen Sosial, melainkan
dikembangkan jga oleh beberapa departemen terkait
lainnya, seperti Departemen KUKM, Departemen
Perdagangan, Departemen Tenaga kerja, Departemen
Perindstrian, dan BUMN, bahkan melibatkan pihak
pihak lainnya sebagai nsr pennjang, diantaranya
perbankan ata lembagalembaga keangan non
perbankan, pergran tinggi, lembaga penelitian
dan pengembangan, serta dnia saha (Kadin ata
asosiasiasosiasi).
Keberhasilan anggota KUBE yang telah
berbah menjadi pengsaha mikro ata pengsaha
kecil tersebt tetap kita kaitkan dengan program
pengembangan KUBE sebelmnya (Anggota KUBE
yang bar dibina). Dalam hal ini anggota KUBE
yang telah berhasil tersebt di jadikan mitra saha
ata mitra bisnis bagi anggota KUBE yang mlai
mengembangkan sahanya. Begit jga ntk
anggota KUBE yang bar dibina, maka anggota
KUBE yang berhasil tersebt dilibatkan sebagai
pembina ata tenaga pendampingan. Dengan
demikian bagi anggota KUBE, baik yang bar
dibina mapn yang bar mengembangkan sahanya
dapat memberikan motivasi pada dirinya, dan ingin
mencontoh keberhasilannya. Begit jga bagi yang
telah berhasil tersebt akan mncl rasa solidaritas
dan kesetiakawanan sosial yang lebih baik.
Apabila pembinaan KUBE dalam tahapan
jangka panjang tersebt berhasil dengan baik, dalam
artian mendapatkan perhatian dan direspon oleh
sema pihak, maka peneliti mempnyai keyakinan
bahwa program ini dapat dikembangkan di daerah
daerah lainnya,sehingga program KUBE tersebt
akan menyebar di selrh Indonesia. Dengan
demikian kala program KUBE sdah menyebar di
Analisis Faktor Penentu Keberhasilan serta
Dampak dari Kelompok Usaha Bersama di Jawa Barat
85
selrh daerah dan berhasil, maka dengan sendirinya
paya orang yang ingin mencari pekerjaan di kota
besar seperti Jakarta ini akan berkrang, sehingga
tingkat rbanisasi di kota kota besar akan berkrang,
dan kerawanan sosial dari para pendatang dapat
diminimalisir.
Begit jga dengan keberhasilan pengembangan
KUBE yang selanjtnya menhasilkan pengsaha
mikro dan pengsaha kecil yang berhasil, akan
mengrangi kesenjangan sosial diantara masyarakat
kaya dan masyarakan miskin, bahkan pengembangan
saha yang diselenggarakan KUBE tersebt mamp
menciptakan lapangan pekerjaan bar dan bahkan
menmbhkan para wirasahawan bar yang
selanjtnya mamp membant pemerintah dalam
menmbhkan dan mengembangkan pembangnan
ekonomi.
KESIMPULAN
Program KUBE merpakan program nasional
yang diselenggarakan di selrh provinsi di Indonesia
yang bentknya terdiri dari KUBEKUBE Anak
Terlantar, KUBE Anak Jalanan, KUBE Lansia,
KUBE Fakir Miskin, KUBE BLPS, KUBE Kelarga
Mda Mandiri.
Besaran alokasi dana yang disediakan oleh
pemerintah daerah dari tahn ketahn ntk
pengembagan KUBE semakin meningkat, begit jga
bantan teknis dan pendampingan semakin meningkat
dan ada mlai perhatian dan kepercayaan dari mitra
saha terhadap aktivitas yang dikembangkan oleh
KUBE tersebt.
Keenam veriabel (variabel reglasi dan sistem
organisasi, kalitas kelembagaan KUBE, Kekampan
modal ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan,
jiwa kewirasahaan, strategi kemitraan) merpakan
variabel dominan yang mengembangkan KUBE.
Variabel pengembangan Kelompok Usaha Bersama
memberikan pengarh terhadap peningkatan pen
dapatan anggota KUBE, variabel peningkatan
pendapatan anggota KUBE jga ikt memberikan
pengarh terhadap pengentasan kemiskinan
DAFTAR PUSTAKA
Al Rasyid, Harn. 1994. Analisis Jalur Sebagai
Sarana Statistik dalam Analisis Kausal, Makalah
pada Lokakarya Sehari Lab. Penelitian Pengabdian
Pada Masyarakat LP3E, FE Unpad. Bandng:
tidak diterbitkan.
86
Trikonomika
Vol. 9, No. 2, Desember 2010
Anwar, Arsjad. 2003. Peta Kondisi Ketenagakerjaan
Indonesia. Jurnal Indonesia, 10 (Oktober).
Arief, Srita. 1980. Ekonomi Kerakyatan Indonesia:
Mengenang Bung Hatta Bapak Ekonomi
Kerakyatan Indonesia. Mhammadiyah University
Press.
Davis, D. 2001. Operation strategy, environment
ncertainty, and performance: a path analytic model
of indstries in developing contry. International
Journal of Management Science, 28: 155173.
Departemen Sosial RI. 2005. Rencana Strategis
Penanggungan Kemiskinan Program Pemberdayaan
Fakir Miskin Tahun 2006-2010. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bantan dan Jaminan Sosial.
Ellis, Frank. 1988.
Peasant Economics Farm
Households and Agrarian Development.
Cambridge: Cambridge University Press.
Han, J. K., et. al.,. 1998. Market orientation and
organizational performance: is innovation a
missing link ?. Journal of Marketing, 62(October):
3045.
Handayani, Wiwik. 2001. Peranan Kepemimpinan
Transformasional dalam Permberdayaan Smber
Daya Mansia. 2001. Kajian Ekonomi dan
Bisnis,7(AgstsNopember).
Hikmat, Harry. 2005. Panduan Operasional: Program
Pemberdayaan Fakir Miskin di wilayah Sub Urban
dan Perkotaan. Jakarta: Departemen Sosial RI.
Iwantono, Strisno. 2002. Kiat Sukses Berwirausaha:
Strategi Baru Mengelola Usaha Kecil dan
Menengah. Jakarta: Grasindo.
Lado, N., et. al.,. 1998. Measring Market Orientation
in Several Poplations: A Strctral Eqation
Model. European Journal of Marketing, 32(1/2):
2339.
Laffety, B. A., & Hlt, G. T. M., 2001. A Synthesis
of Contemporary Market Orientation Perspective.
European Journal of Marketing, 35(1/2): 92109.
Marbn, 1996. Manajemen Perusahaan Kecil, Seri
Manajemen No. 176 (cetakan ke1). Jakarta: PT.
Pstaka Binaman Pressindo.
Masyita, Dian. 2000. Disain Strktr Organisasi
dalam Implementasi Strategi Persahaan: Kajian
Teoritik Manajemen. Usahawan, 9(September).
Narver, J.C., et. al.,. 2000. Total Market Orientation,
bsiness performance, and innovation. Working
Paper Series-Marketing Science Institute, 116.
Nastion, H. N. 2004. Orientasi Pasar : Konsep, Relevansi,
dan Konsekensi. USAHAWAN, 06 (Jni).
Wirasasmita, Yyn. 1999. Aspek-aspek Ekonomi
Mikro Perusahaan Kecil Tradisional Keluarga.
Bandng: Universitas Padjajaran.
Moh. Sidik Priadana
Efendi M. Guntur