Kajian Performansi Mesin Diesel Satu Silinder Menggunakan Supercharger Dengan Campuran Bahan Bakar Solar Murni Dan Minyak Jagung Chapter III V
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Persiapan bahan baku dilakukan di laboratorium PIK (Proses Industri
Kimia) Fakultas Teknik Universitas Sumatera utara selama lebih kurang 5
minggu. Pengujian dilakukan di laboratorium motor bakar Departemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama lebih kurang 2
minggu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Mesin Diesel Small engine Test TD111-MKII
Bentuk mesin diesel small engine test TD111-MKII dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dibawah.
Gambar 3.1. Mesin Diesel Small engine Test TD111-MKII
Spesifikasi:
Model
: TD115-MKII
Type
: 1 Silinder, 4 Langkah, dan Horizontal
Max output
: 4.2 kW
Rated output
: 2.5 kW
Universitas Sumatera Utara
Max speed
: 3750 rpm
2. Supercharger
Fungsi supercharger adalah untuk menambah daya akibat
perubahan ketinggian tempat operasi (kepadatan udara rendah), ataupun
untuk meningkan daya yang dapat diperoleh dari mesin tanpa
supercharger. Adapun bentuk supercharger ditunjukkan pada Gambar 3.2.
BELT
SUPERCHARGER
Gambar 3.2. Supercharger
3. Tec Equpment TD-114
Tec equipment TD-114 digunakan untuk melihat data keluaran
yang akan digunakan untuk perhitungan performansi mesin. Data keluaran
yang diambil antara lain; Putaran (RPM), Torsi (Nm), Suhu Exhaust (oC),
dan Tekanan Udara (mmH 2 O). Tec Equipment TD-114 ditunjukkan pada
Gambar 3.3.
Universitas Sumatera Utara
PUTARAN (rpm)
TORSI
TABUNG MINYAYAK UKUR
T ( EXHAUST)
KERAN MINYAK
mmH20
Gambar 3.3. Tec Equipment TD-114
3.2.2. Bahan
Pengolahan bahan baku dimulai dengan pengadaan minyak jagung.
Minyak jagung diperoleh dari swalayan Berastagi Medan dengan merk
“Dougo”. Minyak jagung ditunjukkan pada Gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4. Minyak jagung
Proses transesterifikasi dilakukan dengan meraksikan minyak
mentah jagung dengan sejumlah metanol pada perbandingan fraksi mol
tertentu. Untuk mempercepat reaksi kimia tersebut dapat digunakan katalis
sebagai katalisator, misalnya NaOH atau KOH. Dalam penelitian ini,
digunakan katalis KOH untuk mempercepat reaksi. Proses transesterifikasi
ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
kondensor
Minyak jagung
Gambar 3.5. Transesterifikasi
Selanjutnya minyak hasil proses transesterifikasi dipisahkan dari gliserol
yang terbentuk selama reaksi dengan menggunakan corong pemisah. Pemisahan
minyak hasil transesterifikasi dari gliserol ditunjukkan pada Gambar 3.6 di bawah
ini.
biodiesel
gliserol
Gambar 3.6. Pemisahan Minyak Transesterifikasi dari Gliserol
Minyak hasil transesterifikasi yang sudah dipisahkan dari gliserol
sudah berupa biodiesel kotor. selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan
menggunakan akuades pada suhu tertentu sampai kadar asam biodiesel normal
Universitas Sumatera Utara
dan bahan pengotor habis dari biodiesel. Proses pencucian dapat dilihat pada
Gambar 3.7 di bawah ini.
Gambar 3.7. Proses Pencucian Biodiesel
Setelah proses pencucian selesai biodiesel kemudian dipanaskan di
dalam oven untuk menghilangkan kadar air, sehingga didapatkan biodiesel jagung
seperti pada Gambar 3.8 di bawah ini.
Gambar 3.8. Biodiesel jagung
Proses transesterifikasi adalah sebagai berikut:
1.
Kadar FFA minyak jagung (minyak mentah) dianalsis
2.
Minyak mentah dengan berat tertentu dimasukkan ke dalam labu leher
tiga dan dipanaskan dengan hot plate hingga mencapai suhu 60oC
Universitas Sumatera Utara
3.
Sementara minyak dipanaskan, KOH sebanyak 1% dari berat minyak
dilarutkan kedalam methanol dengan perbandingan sebagai berikut:
G = Mx32x
6
870.5097
dimana:
G = massa methanol yang diperlukan
M = massa bahan baku yang akan di transesterifikasi
4. Larutan dimasukkan kedalam labu yang telah berisi minyak dan
dihomogenkan dengan magnetic stireer
5. Dibiarkan bereaksi selama 60 menit dan dijaga suhu 60oC
6. Diangkat dari peralatan reaksi, dimasukkan kedalam corong pisah untuk
memisahkan biodiesel dari gliserol
7. Dicuci dengan menggunakan air dengan suhu 40 – 50oC beberapa kali
sampai air bekas cucian bening
8. Dipanaskan ke dalam oven pada suhu 115oC selama 1,5 jam untuk
menghilangkan kadar air
Dengan demikian, kami memperolah karakteristik biodiesel minyak jagung
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Karakteristik Biodiesel Minyak Jagung
Parameter
Satuan
Standar
Nasional
Indonesia
Biodiesel
Standard
in ASTM
Jagung
Angka Asam
Mg
KOH/g
Maks 0.8
Maks 0.5
tidak diuji
Air dan
Sedimen
%vol
Maks 0.05
Maks
0.05
tidak diuji
%wt
Maks 0. 3
Maks 0.
3
%wt
Maks 0.05
Maks
0.05
Abu
Tersulfatkan
%wt
Maks 0.02
Maks
0.02
Belerang
mg/kg
Maks 100
Maks 50
Korosi
Lempeng
Tembaga
Residu
Karbon
Universitas Sumatera Utara
Fosfor
mg/kg
Maks 10
Maks 1
tidak diuji
Gliserol
Bebas
%wt
Maks 0.02
Maks
0.02
0
%wt
Maks 0.24
Maks
0.24
0
%wt
Min 96.5
97.551
Negatif
tidak diuji
Gliserol
Total
Kadar Ester
Alkil
Uji halphen
Pada tabel di atas, kami hanya menguji 3 karakteristik pada biodiesel
jagung, yaitu kadar gliserol bebas, gliserol total dan kadar Ester Alkil. Hasil dari
pengujian menunjukkan bahwa biodiesel jagung layak untuk dijadikan biodiesel.
Berikut diagram alir dalam pembuatan biodiesel jagung:
Mulai
Mempersiapkan Alat dan Bahan
Metanol + KOH
Transesterifikasi
Washing/pencucian
Gliserol
Drying/pengeringan
Selesai
Gambar 3.9 Diagram pembuatan biodiesel jagung
Tabel 3.2 Notasi Bahan Bakar
BAHAN BAKAR
NOTASI
Akra Sol
Akra Sol
Akra Sol + Minyak Jagung 2.5%
BD 2.5%
Akra Sol + Minyak Jagung 5%
Akra Sol + Minyak Jagung 7.5%
BD 5%
BD 7.5%
Universitas Sumatera Utara
Akra Sol + Minyak Jagung 10%
Akra Sol + Minyak Jagung 12.5%
Akra Sol + Minyak Jagung 15%
Akra Sol + Minyak Jagung 17.5%
Akra Sol + Minyak Jagung 20%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
BD 17.5%
BD 20%
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi :
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran
dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing –
masing pengujian.
2. Data sekunder, merupakan data tentang karakteristik bahan bakar yang
digunakan dalam pengujian
3.4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian diolah menggunakan rumus yang
ada, kemudian hasil dari peritungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik.
3.5 Pengamatan dan Tahap Pengujian
Parameter yang akan ditinjau dalam pengujian ini adalah :
1. Torsi motor ( T )
2. Daya motor ( N )
3. Konsumsi bahan bakar spesifik ( sfc )
4. Efisiensi Thermal Brake Aktual
5. Effesiensi volumetrik
6. Heat Loss
7. Persentase Heat Loss
Prosedur pengujian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
a) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Akra Sol
b) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 2.5%
Universitas Sumatera Utara
c) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 5%
d) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 7.5%
e) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 10%
f) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 12.5%
g) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 15%
h) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 17.5%
i) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 20%
3.6 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah
alat uji “Bom Kalorimeter”.
Peralatan yang digunakan meliputi :
a) ● Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom
b) ● Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.
c) ● Tabung gas oksigen.
d) ● Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang
dimasukkan ke dalam tabung bom.
e) ● Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.010C.
f) ● Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin.
g) ● Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.
h) ● Pengatur penyalaan (skalar), untuk menghubungkan arus listrik ke
tangkai penyala pada tabung bom.
i) ● Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.
j) ● Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai, dan cawan pada
dudukannya.
Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji.
2. Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada
pada penutup bom.
Universitas Sumatera Utara
3. Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala,
serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan
bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset.
4. Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan
berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring “O” sampai
rapat.
5. Mengisi bom dengan oksigen (30 bar).
6. Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml.
7. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter.
8. Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus
listrik.
9. Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang telah dilengkapi dengan
pengaduk.
10. Menghubungkan dan mangatur posisi pengaduk pada elektromotor.
11. Menempatkan termometer melalui lubang pada tutup kalorimeter.
12. Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca
dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer.
13. Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar.
14. Memastikan
kawat
penyala
telah
menyala
dan
putus
dengan
memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja.
15. Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingan setelah 5 (lima)
menit dari penyalaan berlangsung.
16. Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk
pengujian berikutnya.
17. Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut.
Alat pengujian nilai kalor bahan bakar ditunjukkan pada Gambar 3.10 di
bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10 Alat Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
3.7 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Diesel
Prosedur pengujian performansi motor dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Kalibrasi Instrumentasi mesin diesel sebelum digunakan
2. Mengoperasikan mesin dengan cara memutar poros engkol mesin,
kemudian memanaskan mesin selama 10 menit
3. Mengatur putaran mesin pada 1800 RPM menggunakan tuas kecepatan
dan melihat data analog pada instrument
4. Menentukan konsumsi bahan bakar yang akan diuji
5. Menimbang bahan bakar yang habis setelah 5 menit pengujian
6. Mengulang pengujian dengan menggunakan variasi putaran yang berbeda
(1800 RPM, 2000 RPM, 2200 RPM, 2400 RPM, 2600 RPM, 2800 RPM)
Untuk lebih ringkasnya prosedur pengujian performansi yang dilakukan dapat
dilihat melalui melalui diagram alir pada Gambar 3.11 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Mempersiapkan Alat dan Bahan
Kalibrasi Instrumentasi Mesin Diesel
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian Performansi Mesin
3.8 Set Up Alat
Pelaksanaan set-up alat akan ditampilkan pada Gambar aliran pengerjaan
pada Gambar 3.12 di bawah ini:
2
3
4
1
5
7
8
9
10
6
Gambar 3.12 Set Up Alat
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Gambar:
1. Flow Meter Bahan Bakar
2. Tacho meter (RPM)
3. Torsi meter (Nm)
4. Exhaust Temperature (oC)
5. Tombol ON/OFF
6. Manometer (mmH 2 O)
7. Medin TD-111
8. Dynamometer
9. Exhaust Muffler
10. Supercharger
Secara lebih real urutan pengujian akan diperlihatkan pada Gambar 3.13
berikut ini.
1
5
2
6
3
7
4
8
Universitas Sumatera Utara
9
10
12
11
Gambar 3.13 Set-up pengujian performansi mesin diesel
Keterangan:
1. Mengatur posisi gas
2. Memasukkan bahan bakar
3. Memasang supercharger
4. Menghidupkan mesin TD-111 dengan menarik tuas engkol
5. Menghidupkan Tec-equipment TD-115
6. Mengatur posisi jarum pengukur torsi pada posisi nol
7. Memberikan beban pada lengan beban
8. Mencatat hasil pembacaan RPM (putaran)
9. Mencatat waktu menghabiskan 8 ml bahan bakar.
10. Mencatat hasil pembacaan torsi (Nm)
11. Mencatat hasil pembacaan tekanan udara
12. Mencatat hasil pembacaan temperatur gas buang.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN
4.1. Hasil Pengujian Bom Kalori Meter
Pengujian bom kalorimeter dilakukan untuk mendapatkan nilai kalor
daripada bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar didapat dengan melihat perbedaan
suhu air sebelum dan sesudah proses pengeboman bahan bakar berlangsung, atau
dapat dituliskan dalam persamaan:
HHV= (t 2 - t 1 - t kp ) x Cv
dimana:
HHV = High Heating Value (Nilai Kalor Atas)
t2
= Suhu air setelah penyalaan (oC)
t1
= Suhu air sebelum penyalaan (oC)
t kp
= Kenaikan temperature akibat kawat penyala ( 0.05oC)
Cv
= Panas jenis bom kalorimeter (73529.6 kj/kg oC)
Hasil yang didapat ini masih merupakan nilai bruto kalori bahan bakar
maka untuk nilai netto kalori bahan bakar yang kita gunakan kita gunakan nilai
LHV (Low Heating value) dari bahan bakar yaitu:
LHV = HHV – 3240 kj/kgoC
Berikut ditampilkan tabel hasil pengujian bom kalorimeter, beserta nilai
HHV dan LHV dari bahan bakar:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bom Kalorimeter
Bahan
Bakar
Akra Sol
BD 2.5%
Pengujian
T1
T2
HHV
1
2
3
4
5
1
25,19
26,23
27,16
26,29
28,32
25,76
26,06
27,05
27,94
27,12
29,17
26,61
60294,272
56617,792
53676,608
57353,088
58823,68
58823,69
LHV
LHV
Rata-Rata
57054,272
53377,792
50436,608 54113,088
54113,088
55583,68
55583,68 53966,05
Universitas Sumatera Utara
BD 5%
BD 7.5%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
BD 17.5%
BD 20%
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
26,78
27,61
25,19
26,25
25,71
26,64
27,52
25,82
26,90
26,34
27,33
28,27
26,03
27,02
25,28
26,20
26,98
27,86
25,82
27,65
25,54
26,41
27,26
28,15
25,90
26,86
27,70
28,61
25,71
26,09
27,04
28,00
26,35
27,32
25,96
26,98
27,84
25,71
26,63
27,56 53676,60 50436,60
28,43 56617,92 53377,92
26,06 60294,27 57054,27
27,07 56617,79 53377,79
26,46 51470,72 48230,72
27,41 54411,904 51171,904
28,36 58088,38 54848,38 53731,676
26,67 58823,68 55583,70
27,75 58823,68 55583,68
27,14 55147,20 51907,20
28,14 55882,49 52642,49
29,11 58088,38 54848,38 53083,67
26,86 57353,08 54113,08
27,82 55147,20 51907,20
26,15 60294,27 57054,27
26,95 51470,72 48230,72
27,75 52941,31 49701,31 52642,49
28,68 56617,79 53377,79
26,66 58088,38 54848,38
28,49 58088,38 54848,38
26,31 52941,31 49701,31
27,18 52941,31 49701,31 52348,37
28,08 56617,79 53377,79
28,98 57353,08 54113,08
26,69 54411,90 51171,90
27,63 52941,31 49701,31
28,48 53676,60 50436,60 51907,19
29,45 58088,38 54848,38
26,53 56617,79 53377,79
26,91 56617,79 53377,79
27,87 57353,08 48230,08
28,75 51470,72 48230,72 51466,02
27,15 55147,20 51907,20
28,09 52941,31 49701,31
26,84 61029,56 57789,56
27,75 52941,31 49701,31
28,60 52206,01 48966,01 50730,72
26,44 50000,12 50000,12
27,40 53676,60 50436,60
Universitas Sumatera Utara
55000
54000
53000
52000
LHV Rata - Rata
51000
50000
49000
Gambar 4.1. Pengaruh Nilai Bakar Biodiesel terhadap variasi campuran Biodiesel
4.2. Hasil Pengujian Engine Tes Bed TD -111
Dari engine tes bed TD -111 di lakukan pengujian dan hasil uji diamati
pada instrumentasi pembaca TD – 115. Pengujian dilakukan dengan variasi bahan
bakar sebanyak 8 variasi, variasi putaran mesin sebanyak 6 variasi, dan variasi
beban statis sebanyak 2 variasi yaitu 3.5 kg dan 4.5 kg.
4.2.1. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Akra Sol adalah seperti pada
tabel 4.2 di bawah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol
Beban
(Kg)
3,5
4,5
Putaran
(rpm)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
Torsi
(N)
7,5
8
8,6
9,2
9,8
11
10,2
Waktu
(s)
152
134
121
101
93
81
141
Laju udara
(mmH2O)
18
18,5
20
23
24
25
20
T (exhaust)
(C)
110
130
135
140
150
160
150
Universitas Sumatera Utara
2000
2200
2400
2600
2800
11,1
12,2
12,9
13,2
15
119
112
103
89
77
21
22
23
26
27
175
185
190
200
210
4.2.2. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 2,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 2,5%, seperti pada tebel 4.3 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 2,5%
Beban
(Kg)
3,5
4,5
Putaran
(rpm)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
(N)
5,3
5,6
5,8
6,1
6,4
6,7
8,1
8,4
8,6
9
9,2
9,3
Waktu
(s)
127
113
95
88
75
64
130
112
100
80
73
65
Laju aliran
(mmH2O)
16.5
18
20
21
22
25
18,5
20
21
23
24
26
T (exhaust)
(c)
120
130
140
150
170
190
120
130
140
160
180
190
4.2.3. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 5%, seperti pada tabel 4.4 di bawah adalah sebagai berikut
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 5%
Universitas Sumatera Utara
Beban
3,5
4,5
Putaran
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
5,3
5,7
5,9
6,1
6,3
6,6
8,1
8,4
8,8
8,9
9,1
9,3
Waktu
125
115
94
88
75
68
130
115
111
82
74
66
mmH2O
17
19
20
21
23
25,5
18
19,5
20
21
23
26
T (exhaust)
90
105
130
150
175
200
120
130
140
160
170
175
4.2.4. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar SolarAkra Sol + Biodiesel
Jagung 7,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 7,5%, seperti pada tabel 4.5 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 7,5%
Beban
3,5
4,5
Putaran
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
5,3
5,7
5,9
6,1
6,3
6,6
8,1
8,4
8,8
8,9
9,1
9,3
Waktu
125
115
94
88
75
68
130
115
111
82
74
66
mmH2O
17
19
20
21
23
25,5
18
19,5
20
21
23
26
T (exhaust)
90
105
130
150
175
200
120
130
140
160
170
175
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 10%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 10%, seperti pada tabel 4.6 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 10%
Beban Putaran Torsi Waktu mmH2O T (exhaust)
3,5
1800
4,7
135
17,5
120
2000
4,9
113
18
125
2200
5
105
19
140
2400
5,4
90
20
160
2600
5.7
84
23
170
2800
5,9
70
25,5
190
4,5
1800
7,7
138
17
110
2000
8,1
121
19
125
2200
8,3
108
20
130
2400
8,6
99
21
140
2600
8,9
82
24
175
2800
9,1
77
25
175
4.2.6. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 12,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 12,5%, seperti pada tebel 4.7 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 12,5%
Beban
Putaran
Torsi
Waktu
Laju aliran
(Kg)
3,5
(rpm)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
(N)
5.4
5.7
5.9
6.1
6.3
6.4
(s)
121
104
86
82
68
66
(mmH2O)
16.5
18
19
20
23
25.5
T
(exhaust)
(c)
120
140
160
180
200
210
Universitas Sumatera Utara
4,5
1800
2000
2200
2400
2600
2800
7.8
8
8.3
8.6
8.8
9
128
111
91
74
70
60
17
19
20
21
23
25
110
120
140
175
190
200
4.2.7. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 15%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 15%, seperti pada tabel 4.8 di bawah adalah sebagai berikut
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 15%
Beban
3,5
4,5
Putaran
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
5
5.5
5.8
5.9
6.2
6.5
8
8.2
8.5
8.6
8.8
9.2
Waktu
124
101
93
84
70
63
131
117
94
91
74
67
mmH2O
16
18
20
21
23
25
17
18
20
21
24
25.5
T (exhaust)
110
130
150
160
180
200
120
125
140
150
180
200
4.2.8 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 17,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 17,5%, seperti pada tabel 4.9 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 17,5%
Universitas Sumatera Utara
Beban Putaran Torsi
3,5
4,5
Waktu
mmH2O T
(exhaust)
17.5
130
1800
5.5
122
2000
5.8
111
18
140
2200
6
85
20
160
2400
6.2
80
21
180
2600
6.4
68
23
210
2800
6.6
67
24.5
220
1800
8
120
18
110
2000
8.3
108
19
120
2200
8.7
100
22
140
2400
8.9
84
23
150
2600
9
74
24
170
2800
9.1
64
25
190
4.2.9. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 20%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 20%, seperti pada tabel 4.9 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 20%
Beban
3,5
4,5
Putaran Torsi
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
5.4
5.5
5.7
5.9
6
6.3
7.6
7.9
8.3
8.7
9
9.2
Waktu
125
100
91
85
75
54
129
112
89
87
67
65
mmH2O T
(exhaust)
16.5
120
18
130
20
160
22
170
23
190
24.5
240
17
120
19
130
21
160
22
170
23
190
24
240
Universitas Sumatera Utara
4.2.10. Torsi
Besarnya torsi dari masing-masing pengujian dan tiap variasi beban
dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6. Untuk pengujian dengan bahan
bakar Akra Sol:
Beban
: 3,5 Kg
Putaran mesin : 1800 rpm
T=
1413 � 60
2� � 1800
= 7,5 Nm
Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya torsi yang
dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dalam semua variasi persentase
biodiesel, dan kondisi pembebanan dan putaran mesin seperti ditunjukkan dalam
Tabel 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11. Data Torsi
Beba
n
Putar
an
3.5
4.5
Torsi
1800
Akra
Sol
7.5
BD
2.5%
5.3
BD
5%
5.3
BD
7.5%
5.3
BD
10%
4.7
BD
12.5%
5.4
BD
15%
5
BD
17.5%
5.5
BD
20%
5.4
2000
8
5.6
5.7
5.7
4.9
5.7
5.5
5.8
5.5
2200
8.6
5.8
5.9
5.9
5
5.9
5.8
6
5.7
2400
9.2
6.1
6.1
6.1
5.4
6.1
5.9
6.2
5.9
2600
9.8
6.4
6.3
6.3
5.7
6.3
6.2
6.4
6
2800
11
6.7
6.6
6.6
5.9
6.4
6.5
6.6
6.3
1800
10.2
8.1
8.1
8.1
7.7
7.8
8
8
7.6
2000
11.1
8.4
8.4
8.4
8.1
8
8.2
8.3
7.9
2200
12.2
8.6
8.8
8.8
8.3
8.3
8.5
8.7
8.3
2400
12.9
9
8.9
8.9
8.6
8.6
8.6
8.9
8.7
2600
13.2
9.2
9.1
9.1
8.9
8.8
8.8
9
9
2800
15
9.3
9.3
9.3
9.1
9
9.2
9.1
9.2
Pada pembebanan 3.5 kg torsi terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 7.5 % pada putaran mesin 1800 rpm
Universitas Sumatera Utara
sebesar 5,3 Nm sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Akra Sol
pada putaran mesin 2800 rpm
sebesar 11 Nm.
Pada pembebanan 4,5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 20 % pada putaran mesin 1800 rpm
sebesar 7,6kW sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Akra Sol
pada putaran mesin 2800 rpm
sebesar 15 Nm.
Torsi terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel 7.5 %
pada beban 3,5 kg dengan putaran mesin 1800 rpm yaitu 5,3 Nm dan daya
terbesar terjadi ketika menggunakan bahan bakar Akra Sol pada beban 4,5
kg dengan putaran mesin 2800 rpm yaitu 15 Nm.
Torsi terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol karena nilai kalor yang
paling besar yang terdapat pada Akra Sol yaitu sebesar 54113,08 kJ/kgoC
Perbandingan besarnya torsi untuk masing-masing pengujian pada setiap
variasi beban dan putaran dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3 dibawah ini:
12
Akra Sol
Heat Loss (%)
10
BD 2.5%
8
BD 5%
6
BD 7.5%
4
BD 10%
BD 12.5%
2
BD 15%
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.2. Grafik pengaruh Putaran terhadap Torsi mesin untuk beban 3.5 kg
Universitas Sumatera Utara
16
14
Akra Sol
Heat Loss (%)
12
BD 2.5%
10
BD 5%
8
BD 7.5%
6
BD 10%
4
BD 12.5%
2
BD 15%
0
BD 17.5%
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.3. Grafik pengaruh Putaran terhadap Torsi untuk beban 4.5 kg
Dari grafik dapat dilihat bahwa torsi tertinggi terjadi pada penggunaan Akra Sol
sedangkan torsi terendah terjadi pada penggunaan Akra Sol + Biodiesel Jagung
20%.Hal ini disebabkan oleh Nilai kalor bahan bakar berbanding lurus dengan
torsi yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kalor maka semakin tinggi torsi yang
dihasil yang akan berpengaruh daya saat mesin beroperasi
4.3. Pengujian Performansi Motor Bakar Diesel
Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin diesel 4
langakah 1 silinder TD – 111 melalui alat pembaca TD – 115 selanjutnya akan
diproses dan dikalkulasi untuk mendapatkan besar performansi dari mesin diesel
tersebut.
4.3.1. Daya
Besarnya daya dari masing-masing pengujian dan tiap variasi beban
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Untuk pengujian dengan bahan bakar Solar Akra Sol:
Beban
: 3.5 Kg
Putaran mesin : n (rpm)
Universitas Sumatera Utara
Torsi
: T (N/m)
�� =
2����
�T
60
�� =
2 � � � 1800
� 7,5
60
�� =
2 � � � 1800
� 10,2
60
= 1,413 kW
Beban
: 4.5 Kg
Putaran mesin : 1800 rpm
=1,92168 kW
Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya daya yang
dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dalam semua variasi persentase
biodiesel, dan kondisi pembebanan dan putaran mesin seperti ditunjukkan dalam
tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12. Data Perhitungan Untuk Daya
Beban
3.5
4.5
Putaran
Daya (kW)
Akra
Sol
BD
2.5%
BD
5%
BD
7.5%
BD
10%
BD
12.5%
BD
15%
BD
17.5%
BD
20%
1800
1.413
0.998
0.998
0.998
0.885
1.017
0.942
1.036
1.017
2000
1.674
1.172
1.193
1.193
1.025
1.193
1.151
1.214
1.151
2200
1.980
1.335
1.358
1.358
1.151
1.358
1.335
1.381
1.312
2400
2.311
1.532
1.532
1.532
1.356
1.532
1.482
1.557
1.482
2600
2.666
1.741
1.714
1.714
1.551
1.714
1.687
1.741
1.632
2800
3.223
1.963
1.934
1.934
1.729
1.875
1.904
1.934
1.846
1800
1.921
1.526
1.526
1.526
1.450
1.469
1.507
1.507
1.431
2000
2.323
1.758
1.758
1.758
1.695
1.674
1.716
1.737
1.653
2200
2.809
1.980
2.026
2.026
1.911
1.911
1.957
2.003
1.911
2400
3.240
2.260
2.235
2.235
2.160
2.160
2.160
2.235
2.185
2600
3.592
2.503
2.476
2.476
2.421
2.394
2.394
2.449
2.449
2800
4.396
2.725
2.725
2.725
2.666
2.637
2.696
2.666
2.696
Universitas Sumatera Utara
Pada pembebanan 3,5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 10%, putaran mesin 1800 rpm sebesar
0,88548 kW, sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Akra Sol pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 3,2237
kW. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan
daya pada penggunaan supercharger. Nilai daya tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 12.1.
Pada pembebanan 4,5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 20% pada putaran mesin 1800 rpm sebesar
1,4318 kW, sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan
bahan bakar Akra Sol pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 4,396 kW.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan daya
pada beban 4.5 kg pada penggunaan supercharger. Nilai daya tanpa supercharger
dapat dilihat pada lampiran 12.1.
Daya terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol karena nilai kalor yang paling
besar yang terdapat pada Akra Sol yaitu sebesar 54113,088 kJ/kgoC
Perbandingan besarnya daya untuk masing-masing pengujian pada setiap
variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5 berikut ini:
Daya (kW)
3,5
3
Akra Sol
2,5
BD 2.5%
BD 5%
2
BD 7.5%
1,5
BD 10%
1
BD 12.5%
0,5
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
Putaran (Rpm)
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.4. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya mesin untuk beban 3.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan solar Akra Sol murni
memiliki daya yang lebih besar di bandingkan campuran solar Akra Sol dan
Minyak jagung. Daya yang paling rendah terjadi pada variasi biodiesel 10%
sedangkan paling tinggi terjadi pada bahan bakar Akra Sol. Ini disebabkan karena
tingginya nilai torsi pada solar Akra Sol dibandingkan campuran solar Akra Sol
Daya (kW)
dengan minyak jagung.
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Akra Sol
BD 2.5%
BD 5%
BD 7.5%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
1800
2000
2200
2400
2600
Putaran (Rpm)
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.5. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya untuk beban 4,5 kg
Dari grafik di atas pada beban 4.5 kg dapat dilihat bahwa daya tertinggi juga
terjadi pada penggunaan Akra Sol sedangkan daya terendah terjadi pada
penggunaan Akra Sol + Biodiesel Biji Jagung. Keadaan ini juga karena nilai torsi
yg lebih tinggi pada Solar Akra Sol. Pada semua campuran Solar Akra Sol dan
minyak jagung mengalami grafik yang hampir sama karena nilai torsi yang saling
berdekatan dan sangat tipis perbedaannya.
4.3.2. Laju Aliran Bahan Bakar (mf)
Laju aliran bahan bakar didapat adalah banyaknya bahan bakar yang habis
terpakai selama satu jam pemakaian
dimana:
������ �10−3
�� =
� 3600
��
Universitas Sumatera Utara
sgf
= spesifik gravitasi biodiesel = 0.8624
Vf
= Volume bahan bakar yang diuji (8 ml)
tf
= waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar (detik)
Dengan menggunakan harga sgf, dan t f yang didapat dari percobaan, maka
didapatlah laju aliran bahan bakar menggunakan Akra Sol:
Beban
: 3.5 kg
Putaran mesin : 1800 rpm
�� =
������ �10−3
� 3600
��
�� =
������ �10−3
� 3600
��
= 0.163402105 kg/jam
Beban
: 4.5 kg
Putaran mesin : 1800 rpm
= 0.176149787 kg/jam
Dengan cara yang sama untuk setiap pengujian pada putaran mesin dan
beban yang bervariasi dan pada setiap variasi persentase biodiesel maka hasil
perhitungan mf untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13. Laju Aliran Bahan Bakar
Beban
3.5
4.5
Putar
an
Mf (Kg / Jam)
1800
Akra
Sol
0.163
BD
2.5%
0.195
BD
5%
0.198
BD
7.5%
0.198
BD
10%
0.183
BD
12.5%
0.205
BD
15%
0.200
BD
17.5%
0.203
BD
20%
0.198
2000
0.185
0.219
0.215
0.215
0.219
0.238
0.245
0.223
0.248
2200
0.205
0.261
0.264
0.264
0.236
0.288
0.267
0.292
0.272
2400
0.245
0.282
0.282
0.282
0.275
0.302
0.295
0.310
0.292
2600
0.267
0.331
0.331
0.331
0.295
0.365
0.354
0.365
0.331
2800
0.306
0.388
0.365
0.365
0.354
0.376
0.394
0.370
0.459
1800
0.176
0.191
0.191
0.191
0.179
0.194
0.189
0.206
0.192
2000
0.208
0.221
0.215
0.215
0.205
0.223
0.212
0.229
0.221
2200
0.221
0.248
0.223
0.223
0.229
0.272
0.264
0.248
0.279
Universitas Sumatera Utara
2400
0.241
0.310
0.302
0.302
0.250
0.335
0.272
0.295
0.285
2600
0.279
0.340
0.335
0.335
0.302
0.354
0.335
0.335
0.370
2800
0.322
0.382
0.376
0.376
0.322
0.413
0.370
0.388
0.382
Pada pembebanan 3.5 kg, mf terendah terjadi pada saat menggunakan Akra Sol +
biodiesel 2,5% pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0,1955 kg/jam,
sedangkan mf tertinggi pada saat menggunakan Akra Sol + Biodiesel 20% pada
putaran mesin 2800 yaitu sebesar 0,4599 kg/jam. Dibandingkan dengan tanpa
menggunakan supercharger terjadi kenaikkan mf. Nilai mf tanpa supercharger
dapat dilihat pada lampiran 12.2.
Pada pembebanan 4.5 kg, mf terendah terjadi pada saat menggunakan Akra Sol +
biodiesel 10 % pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0,1799 kg/ jam,
sedangkan mf tertinggi pada saat menggunakan biodesel 2,5% dan Biodiesel 20%
pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 0,3821 kg/jam. Dibandingkan dengan
tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan mf. Nilai mf tanpa
supercharger dapat dilihat pada lampiran 12.2.
Perbandingan masing-masing nilai mf pada setiap pembebanan dengan variasi
bahan bakar dan variasi putaran mesin dapat dilihat pada gambar grafik 4.6 dan
mf (Kg / Jam)
4.7 berikut ini:
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Akra Sol
BD 2.5%
BD 5%
BD 7.5%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
1800
2000
2200
2400
Putaran (Rpm)
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.6 Grafik pengaruh Putaran terhadap Laju Aliran Bahan Bakar untuk
beban 3.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Laju aliran bahan bakar pada pembebanan 3.5 kg menunjukkan bahwa
penggunaan solar Akra Sol murni lebih konstan di bandingkan dengan campuran
antara solar Akra Sol dan minyak jagung serta lebih irit dalam konsumsi bahan
bakar, sedangkan pada setiap campuran mengalami peningkatan laju aliran yang
berbeda-beda disetiap putarannya. Pada campuran biodiesel 20% mengalami
konsumsi yang sangat tinggi pada putaran 2800 rpm karena konsumsi yang sangat
tinggi serta waktu yang lebih singkat.
0,45
mf (Kg / Jam)
0,4
0,35
Akra Sol
0,3
BD 2.5%
BD 5%
0,25
BD 7.5%
0,2
BD 10%
0,15
BD 12.5%
0,1
BD 15%
0,05
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.7. Grafik pengaruh Putaran terhadap Laju Aliran bahan Bakar untuk
beban 4.5 kg
Dari grafik pembebanan 4.5 kg, terlihat bahwa nilai mf dipengaruhi putaran dan
nilai kalor. Semakin tinggi putaran dan nilai kalor semakin rendah, maka mf
semakin tinggi karena waktu pembakaran semakin kecil. Pada campuran biodiesel
12.5% mengalami peningkatan dari pada campuran yang lain karena konsumsi
bahan bakar yang tinggi serta waktu konsumsi yg lebih singkat.
4.3.3. Rasio udara bahan bakar (AFR)
Rasio udara bahan bakar (AFR) dari masing-masing jenis
pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut:
Universitas Sumatera Utara
AFR =
ma
mf
dimana:
AFR = air fuel ratio
ma
= laju aliran massa udara.
Besarnya laju aliran udara (ma) diperoleh dengan membandingkan
besarnya tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow
manometer terhadap kurva viscous flowmeter calibration.
Pada pengujian ini dianggap tekanan udara sebesar 100 kPa dan
temperatur udara 27oC. Kurva kalibrasi dikondisikan untuk pengujian pada
tekanan 101.3 kPa dan temperatur 20oC. maka besarnya laju aliran udara yang
diperoleh harus dikalikan dengan faktor pengali berikut:
�� = 3654����
�� = 3654�1�
(�� + 144)
��2.5
(27 + 273 + 114)
(27 + 273)2.5
Cf = 0.946531125
Untuk pengujian dengan menggunakan Akra Sol, beban 3.5 kg dan
putaran mesin 1800 rpm tekanan udara masuk didapati 18 mmH 2 O, dengan
melakukan interpolasi pada kurva viscous flow meter didapat besar ma 24.02941
kg/jam, dan kemudian dikalikan dengan factor koreksi sehingga didapat massa
udara yang sebenarnya:
Ma
= 24,03 kg/jam x 0.946531125
= 19.041kg/jam
Dengan cara yang sama maka didapat nilai ma untuk masing-masing
pengujian, maka dapat dihitung besarnya AFR. Untuk pengujian dengan
menggunakan Akra Sol pada putaran 1800 rpm dan beban 3.5 kg maka didapatkan
besar AFR:
Universitas Sumatera Utara
AFR =
19.041
0.191009
AFR = 116,534478
Hasil perhitungan AFR untuk masing-masing pengujian pada tiap variasi
beban, putaran mesin dan persentase biodiesel dapat dilihat pada tabel 4.14
berikut ini:
Tabel 4.14. Air Fuel Ratio
Beban
3.5
4.5
Putaran
AFR (Kg / Jam)
1800
Akra
Sol
116.534
BD
2.5%
89.253
BD
5%
90.510
BD
7.5%
90.510
BD
10%
100.625
BD
12.5%
85.036
BD
15%
84.504
BD
17.5%
90.936
BD
20%
87.848
2000
105.588
86.634
93.065
93.065
86.634
79.734
77.434
85.100
76.667
2200
103.075
80.926
80.074
80.074
84.973
69.596
79.223
72.408
77.519
2400
98.943
78.711
78.711
78.711
76.667
69.852
75.134
71.556
79.648
2600
95.067
70.278
73.472
73.472
82.289
66.615
68.574
66.615
73.472
2800
86.250
68.148
73.856
73.856
76.028
71.684
67.083
69.916
56.350
1800
120.112
102.436
99.667
99.667
99.923
92.682
94.854
92.000
93.406
2000
106.439
95.408
95.514
95.514
97.921
89.828
89.700
87.400
90.637
2200
104.949
89.445
94.556
94.556
92.000
77.519
80.074
93.704
79.606
2400
100.902
78.371
73.345
73.345
88.550
66.189
81.395
82.289
81.523
2600
98.560
74.622
72.493
72.493
83.823
68.574
75.645
75.645
65.635
2800
88.550
71.982
73.089
73.089
81.991
63.889
72.770
68.148
66.445
Pada pembebanan 3.5 kg AFR terendah terjadi pada saat menggunakan Biodiesel
20% pada putaran mesin 2800 rpm yaitu 56,3505 sedangkan AFR tertinggi terjadi
pada penggunaan Akra Sol putaran mesin 1800 rpm yaitu 116,534478.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan AFR.
Nilai AFR tanpa supercharger dapat dilihat pada lampiran 13.1.
Pada pembebanan 4.5 kg AFR terendah terjadi pada saat menggunakan biodiesel
12,5% pada putaran mesin 2800 rpm yaitu 63,8895, sedangkan AFR tertinggi
terjadi pada penggunaan Akra Sol putaran mesin 1800 rpm yaitu 120,1122913.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan AFR.
Nilai AFR tanpa supercharger dapat dilihat pada lampiran 13.1.
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan harga AFR masing-masing pengujian pada setiap variasi beban
dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9 berikut:
140
Akra Sol
120
BD 2.5%
AFR
100
BD 5%
80
BD 7.5%
60
BD 10%
40
BD 12.5%
20
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.8. Grafik pengaruh Putaran terhadap AFR untuk beban 3.5 kg
Dari grafik AFR pembebanan 3.5 kg, nilai AFR dipengaruhi oleh laju aliran bahan
bakar. Sehingga setiap bahan bakar menunjukkan arah grafik yang semakin
menurun. Nilai Biodiesel 20% terendah karena memilki nilai laju aliran bahan
bakar yang paling besar.
AFR
140
120
Akra Sol
100
BD 2.5%
BD 5%
80
BD 7.5%
60
BD 10%
40
BD 12.5%
20
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
Putaran (Rpm)
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.9. Grafik pengaruh Putaran terhadap AFR untuk beban 4.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik terlihat bahwa biodiesel 20% mendominasi memiliki nilai AFR
terendah dan Akra Sol mendominasi memiliki AFR tertinggi pada beban 3.5 Kg.
Dan terlihat bahwa biodiesel 12,5% mendominasi memiliki nilai AFR terendah
dan Akra Sol mendominasi memiliki AFR tertinggi pada beban 4.5 Kg. ini
disebabkan oleh laju aliran bahan bakar yang semakin tinggi pada pembebanan
ini.
4.3.4. Effisiensi Volumetris
Effisiensi volumetric untuk motor bakar 4 langkah dihitung dengan
persamaan berikut:
�� =
dimana:
2�� 1
60� �� ��
ma = laju aliran udara (kg/jam)
ρa = Kerapatan udara (kg/m3)
Vs = volume langkah torak (m3) = 0.00023 (berdasarkan spesifikasi mesin)
Diasumsikan udara sebagai gas ideal sehingga massa jenis udara dapat
diperoleh dengan persamaaan berikut:
ρa=
��
���
Dimana: R = Konstanta gas (untuk udara = 287 J/kg K)
Dengan memasukkan harga tekanan dan temperature udara yaitu
sebesar100 kPa dan suhu 27oC, maka diperoleh massa jenis udara sebesar:
ρa =
100000
287(27+273)
= 1.161440186 kg/m3
Dengan diperolehnya massa jenis udara, maka dapat dihitung besarnya
effisiensi volumetrik untuk masing-masing pengujian dengan variasi persentase
biodiesel, putaran mesin dan beban.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pengujian menggunakan solar beban 3.5 kg pada putaran mesin
1800 rpm maka didapatkan nilai effesiensi volumetrik:
�� =
2(17.9841)
1
�100%
60(1800) (1.161440186)(0.00023)
= 132,005 %
Harga efisiensi volumetrik untuk masing-masing pengujian dapat dihitung
dengan melakukan perhitungan yang sama dengan perhitungan di atas dengan
variasi beban, putaran mesin, dan biodiesel dengan beberapa variasi seperti
ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15 Efisiensi Volumetris
Beban
3.5
4.5
Putaran
Efisiensi Volumetris (%)
1800
Akra
Sol
132.039
BD
2.5%
121.036
BD
5%
124.704
BD
7.5%
124.704
BD
10%
128.371
BD
12.5%
121.036
BD
15%
117.368
BD
17.5%
128.371
BD
20%
121.036
2000
122.136
118.835
125.437
125.437
118.835
118.835
118.835
118.835
118.835
2200
120.036
120.036
120.036
120.036
114.034
114.034
120.036
120.036
120.036
2400
126.538
115.534
115.534
115.534
110.033
110.033
115.534
115.534
121.036
2600
121.882
111.725
116.804
116.804
116.804
116.804
116.804
116.804
116.804
2800
117.892
117.892
120.250
120.250
120.250
120.250
117.892
115.534
115.534
1800
146.710
135.707
132.039
132.039
124.704
124.704
124.704
132.039
124.704
2000
138.641
132.039
128.738
128.738
125.437
125.437
118.835
125.437
125.437
2200
132.039
126.037
120.036
120.036
120.036
120.036
120.036
132.039
126.037
2400
126.538
126.538
115.534
115.534
115.534
115.534
115.534
126.538
121.036
2600
132.036
121.882
116.804
116.804
121.882
116.804
121.882
121.882
116.804
2800
127.323
122.608
122.608
122.608
117.892
117.892
120.250
117.892
113.176
Efisiensi volumetrik terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 12,5% pada
pembebanan 3.5 kg dengan putaran mesin 2400 rpm yaitu sebesar 110,033%,
sedangkan efisiensi volumetrik tertinggi terjadi pada penggunaaan Akra Sol pada
pembebanan 3.5 kg pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 132,039%.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan
Universitas Sumatera Utara
efisiensi volumetrik. Nilai efisiensi volumetrik tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 13.2.
Pada pembebanan 4.5 kg efisiensi terendah terjadi pada penggunaan biodiesel
20% pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar 113,176%, sedangkan efisiensi
volumetric tertinggi terjadi pada penggunaan Akra Sol dengan putaran 1800 rpm
sebesar 146,710%. Dibandingkan dengan tanpa supercharger, terjadi peningkatan
efisiensi volumetric. Nilai efisiensi volumetric tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 13.2.
Perbandingan efisiensi volumetrik dari masing-masing pengujian pada tiap
variasi putaran dapat dilihat pada gambar grafik 4.10 dan 4.11 berikut:
135
130
Akra Sol
125
BD 2.5%
nv (%)
120
BD 5%
115
BD 7.5%
110
BD 10%
105
BD 12.5%
100
BD 15%
BD 17.5%
95
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.10. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Volumetrik untuk beban
3.5 kg
Pada grafik pembebanan 3.5 kg, efisiensi pada setiap biodiesel campuran
mengalami efisiensi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, namun pada
penggunaan solar Akra Sol murni lebih konstan di atas biodiesel campuran yang
lain.
Universitas Sumatera Utara
160
140
Akra Sol
120
BD 2.5%
nv (%)
100
BD 5%
80
BD 7.5%
60
BD 10%
40
BD 12.5%
BD 15%
20
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.11. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Volumetrik mesin untuk
beban 4.5 kg
Efisiensi volumetrik dipengaruhi oleh laju konsumsi udara, dan besar putaran
mesin. Selain itu nilai kalor bahan bakar juga mempengaruhi besar effesiensi
volumetrik. Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar maka konsumsi udara akan
semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah nilai kalor bahan bakar maka
semakin tinggi nilai konsumsi udara, yang dapat dilihat pada penurunan effisiensi
volumetrik pada biodiesel jagung 20%.
4.3.5. Daya Aktual
Daya aktual didapat dengan mengalikan Daya hasil pembacaan dengan
effiesiensi mekanikal dan effesiensi volumetrik, sehingga didapat:
Pa =Pb x η v x η m
dimana:
besar η m adalah 0.70 – 0.90 untuk mesin diesel dan yang diambil untuk
perhitungan ini adalah 0.85
Untuk beban 3.5 kg putaran mesin 1800 dengan bahan bakar Akra Sol
maka didapat daya aktual:
Universitas Sumatera Utara
Pa =1,413 x 132,0396 x 57,5287 x 0.85/10000
= 0.9123 kW
Dengan menggunakan cara yang sama untuk setiap variasi putaran mesin,
beban dan bahan bakar maka didapat hasil seperti pada tabel 4.16 dibawah ini:
Tabel 4.16. Grafik Daya Aktual
Beban
3.5
4.5
Putaran
Daya (kW)
1800
Akra
Sol
0.9123
BD
2.5%
0.3498
BD
5%
0.3567
BD
7.5%
0.3607
BD
10%
0.3180
BD
12.5%
0.3567
BD
15%
0.3065
BD
17.5%
0.4025
BD
20%
0.3802
2000
1.0450
0.4212
0.4714
0.4766
0.3306
0.4141
0.3776
0.4654
0.3825
2200
1.2968
0.4643
0.4780
0.4833
0.3714
0.4260
0.4726
0.4662
0.4569
2400
1.5540
0.5449
0.5479
0.5540
0.4264
0.4986
0.5059
0.5366
0.5488
2600
1.8355
0.5802
0.5910
0.5976
0.5525
0.5494
0.5524
0.5767
0.5671
2800
2.2594
0.6641
0.7022
0.7100
0.5889
0.6571
0.6397
0.6932
0.5164
1800
1.7392
0.9379
0.9175
0.9277
0.8475
0.8112
0.8808
0.8616
0.8009
2000
2.0280
1.0438
1.0507
1.0624
1.0212
0.9190
0.9723
0.9790
0.9330
2200
2.6571
1.1283
1.2558
1.2697
1.1082
0.9390
1.0259
1.2685
0.9950
2400
3.1159
1.1812
1.0869
1.0990
1.2493
0.9390
1.1646
1.2718
1.2214
2600
3.4524
1.2732
1.2167
1.2302
1.3720
1.1035
1.2277
1.2951
1.1400
2800
4.3135
1.3515
1.3798
1.3951
1.5110
1.1581
1.3901
1.2846
1.2987
Pada pembebanan 3.5 kg daya aktual terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol
putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 2,2594 kW sedangkan daya terendah terjadi
pada penggunaan bahan bakar biodiesel 15% pada putaran mesin 1800 rpm yaitu
sebesar 0.3065 kW. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger
terjadi kenaikkan daya aktual. Nilai daya aktual tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 14.1.
Pada pembebanan 4.5 kg daya aktual terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol
pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 4,3135 kW sedangkan daya aktual
terkecil terjadi pada penggunaan biodiesel 20% putaran mesin 1800 rpm yaitu
sebesar 0,8009 kW. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger
terjadi kenaikkan daya aktual. Nilai daya aktual tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 14.1.
Universitas Sumatera Utara
Melalui grafik hubungan antara daya aktual dan putaran mesin pada gambar 4.12
dan 4.13 di bawah ini.
2,5
Akra Sol
Daya (kW)
2
BD 2.5%
BD 5%
1,5
BD 7.5%
1
BD 10%
BD 12.5%
0,5
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.12. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya Aktual untuk beban 3.5 kg
Dari hasil grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pembebanan ini nilai daya aktual
solar Akra Sol jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daya aktual biodiesel,
sedangkan pada campuran biodiesel mengalami nilai daya aktual yang hampir
sama dan kenaikan daya aktualnya pun naik secara konstan.
5
Daya (kW)
4,5
4
Akra Sol
3,5
BD 2.5%
3
BD 5%
2,5
BD 7.5%
2
BD 10%
1,5
BD 12.5%
1
BD 15%
0,5
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.13. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya aktual untuk beban 4.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik dapat dilihat bahwa Akra Sol memiliki nilai daya aktual yang terbesar
dari hampir semua variasi bahan bakar yang ada, ini disebabkan nilai kalor Akra
Sol yang paling tinggi dari semua variasi yang ada dan meningkat saat putaran
mesin dinaikkan.
4.3.6. Efisiensi Termal Aktual
Efisiensi termal aktual adalah perbandingan antara daya aktual dengan laju
panas rata-rata yang dihasilkan bahan bakar, yang dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
ρa=
dimana:
ηa
��
���
= effisiensi termal aktual
LHV = nilai kalor pembakaran (kJ/kg)
Dengan nilai LHV untuk masing-masing sesuai dengan variasi persentase
biodiesel yang didapat melalui percobaan bom kalori meter.
Maka dengan memasukkan nilai-nilai ke persamaan untuk beban 3.5 kg
putaran mesin 1800 rpm menggunakan Akra Sol didapatkan nilai efisiensi termal:
�=
0,913
�100 �3600
0,1634. � 54113.088
= 37,1443%
Dengan menggunakan cara yang sama maka didapatkan besar effisiensi
termal aktual untuk variasi putaran mesin, pembebanan, dan bahan bakar seperti
pada tabel 4.17 di bawah:
Tabel 4.17. Efisiensi termal aktual
Beban
3.5
Putaran
1800
Efisiensi Thermal Aktual (%)
Akra
Sol
37.144
BD
2.5%
11.934
BD
5%
12.043
BD
7.5%
12.311
BD
10%
11.820
BD
12.5%
11.952
BD
15%
10.613
BD
17.5%
13.831
BD
20%
13.582
Universitas Sumatera Utara
4.5
2000
37.508
12.786
14.641
14.967
10.287
11.924
10.650
14.551
10.930
2200
42.029
11.848
12.135
12.406
10.739
10.144
12.273
11.160
11.881
2400
42.043
12.881
13.022
13.313
10.567
11.320
11.868
12.091
13.328
2600
45.723
11.689
11.971
12.238
12.778
10.345
10.798
11.045
12.154
2800
49.022
11.415
12.895
13.183
11.351
12.008
11.253
13.081
7.968
1800
65.686
32.749
32.214
32.932
32.205
28.751
32.220
29.119
29.520
2000
64.643
31.401
32.633
33.361
34.024
28.245
31.767
29.777
29.858
2200
79.714
30.306
37.645
38.484
32.955
23.660
26.929
35.726
25.303
2400
85.966
25.380
24.070
24.607
34.053
19.240
29.593
30.087
30.360
2600
82.302
24.963
24.316
24.858
30.978
21.389
25.368
26.991
21.824
2800
88.965
23.595
24.594
25.142
32.035
19.240
26.008
23.154
24.119
Pada pembebanan 3.5 kg efisiensi termal aktual tertinggi terjadi pada penggunaan
Akra Sol + biodiesel
7,5% putaran
mesin 1800 rpm sebesar 14,9675%
sedangkan effisiensi termal aktual terendah terjadi pada penggunaan biodiesel
20% putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 7,9688%. Dibandingkan dengan tanpa
menggunakan supercharger terjadi kenaikkan efisiensi termal aktual. Nilai
efisiensi aktual tanpa supercharger dapat dilihat pada lampiran 14.2.
Pada pembebanan 4.5 kg efisiensi termal aktual tertinggi terjadi pada penggunaan
Akra Sol putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 88,9659% sedangkan effisiensi
termal aktual terendah mesin terjadi pada penggunaan biodiesel 20% putaran 2600
rpm yaitu sebesar 21,8240%. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan
supercharger terjadi kenaikkan efisiensi termal aktual. Nilai efisiensi aktual tanpa
supercharger dapat dilihat pada lampiran 14.2.
Perbandingan
nilai
efisiensi
termal
aktual
untuk
setiap
variasi
pembebanan, bahan bakar dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15 di
bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
60
Akra Sol
50
BD 2.5%
na (%)
40
BD 5%
30
BD 7.5%
20
BD 10%
BD 12.5%
10
BD 15%
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.14. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Termal Aktual untuk
beban 3.5 kg
Dari pembebanan 3.5 kg, nilai efisiensi termal aktual Akra Sol lebih tinggi,
sedangkan pada semua biodiesel memilki nilai efisiensi yang hampir sama tapi
jauh lebih rendah dari Solar Akra Sol.
100
na (%)
90
80
Akra Sol
70
BD 2.5%
60
BD 5%
50
BD 7.5%
40
BD 10%
30
BD 12.5%
20
BD 15%
10
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.15. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Termal Aktual untuk
beban 4.5 kg
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Persiapan bahan baku dilakukan di laboratorium PIK (Proses Industri
Kimia) Fakultas Teknik Universitas Sumatera utara selama lebih kurang 5
minggu. Pengujian dilakukan di laboratorium motor bakar Departemen Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama lebih kurang 2
minggu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Mesin Diesel Small engine Test TD111-MKII
Bentuk mesin diesel small engine test TD111-MKII dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dibawah.
Gambar 3.1. Mesin Diesel Small engine Test TD111-MKII
Spesifikasi:
Model
: TD115-MKII
Type
: 1 Silinder, 4 Langkah, dan Horizontal
Max output
: 4.2 kW
Rated output
: 2.5 kW
Universitas Sumatera Utara
Max speed
: 3750 rpm
2. Supercharger
Fungsi supercharger adalah untuk menambah daya akibat
perubahan ketinggian tempat operasi (kepadatan udara rendah), ataupun
untuk meningkan daya yang dapat diperoleh dari mesin tanpa
supercharger. Adapun bentuk supercharger ditunjukkan pada Gambar 3.2.
BELT
SUPERCHARGER
Gambar 3.2. Supercharger
3. Tec Equpment TD-114
Tec equipment TD-114 digunakan untuk melihat data keluaran
yang akan digunakan untuk perhitungan performansi mesin. Data keluaran
yang diambil antara lain; Putaran (RPM), Torsi (Nm), Suhu Exhaust (oC),
dan Tekanan Udara (mmH 2 O). Tec Equipment TD-114 ditunjukkan pada
Gambar 3.3.
Universitas Sumatera Utara
PUTARAN (rpm)
TORSI
TABUNG MINYAYAK UKUR
T ( EXHAUST)
KERAN MINYAK
mmH20
Gambar 3.3. Tec Equipment TD-114
3.2.2. Bahan
Pengolahan bahan baku dimulai dengan pengadaan minyak jagung.
Minyak jagung diperoleh dari swalayan Berastagi Medan dengan merk
“Dougo”. Minyak jagung ditunjukkan pada Gambar 3.4 di bawah ini.
Gambar 3.4. Minyak jagung
Proses transesterifikasi dilakukan dengan meraksikan minyak
mentah jagung dengan sejumlah metanol pada perbandingan fraksi mol
tertentu. Untuk mempercepat reaksi kimia tersebut dapat digunakan katalis
sebagai katalisator, misalnya NaOH atau KOH. Dalam penelitian ini,
digunakan katalis KOH untuk mempercepat reaksi. Proses transesterifikasi
ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
kondensor
Minyak jagung
Gambar 3.5. Transesterifikasi
Selanjutnya minyak hasil proses transesterifikasi dipisahkan dari gliserol
yang terbentuk selama reaksi dengan menggunakan corong pemisah. Pemisahan
minyak hasil transesterifikasi dari gliserol ditunjukkan pada Gambar 3.6 di bawah
ini.
biodiesel
gliserol
Gambar 3.6. Pemisahan Minyak Transesterifikasi dari Gliserol
Minyak hasil transesterifikasi yang sudah dipisahkan dari gliserol
sudah berupa biodiesel kotor. selanjutnya dilakukan proses pencucian dengan
menggunakan akuades pada suhu tertentu sampai kadar asam biodiesel normal
Universitas Sumatera Utara
dan bahan pengotor habis dari biodiesel. Proses pencucian dapat dilihat pada
Gambar 3.7 di bawah ini.
Gambar 3.7. Proses Pencucian Biodiesel
Setelah proses pencucian selesai biodiesel kemudian dipanaskan di
dalam oven untuk menghilangkan kadar air, sehingga didapatkan biodiesel jagung
seperti pada Gambar 3.8 di bawah ini.
Gambar 3.8. Biodiesel jagung
Proses transesterifikasi adalah sebagai berikut:
1.
Kadar FFA minyak jagung (minyak mentah) dianalsis
2.
Minyak mentah dengan berat tertentu dimasukkan ke dalam labu leher
tiga dan dipanaskan dengan hot plate hingga mencapai suhu 60oC
Universitas Sumatera Utara
3.
Sementara minyak dipanaskan, KOH sebanyak 1% dari berat minyak
dilarutkan kedalam methanol dengan perbandingan sebagai berikut:
G = Mx32x
6
870.5097
dimana:
G = massa methanol yang diperlukan
M = massa bahan baku yang akan di transesterifikasi
4. Larutan dimasukkan kedalam labu yang telah berisi minyak dan
dihomogenkan dengan magnetic stireer
5. Dibiarkan bereaksi selama 60 menit dan dijaga suhu 60oC
6. Diangkat dari peralatan reaksi, dimasukkan kedalam corong pisah untuk
memisahkan biodiesel dari gliserol
7. Dicuci dengan menggunakan air dengan suhu 40 – 50oC beberapa kali
sampai air bekas cucian bening
8. Dipanaskan ke dalam oven pada suhu 115oC selama 1,5 jam untuk
menghilangkan kadar air
Dengan demikian, kami memperolah karakteristik biodiesel minyak jagung
sebagai berikut:
Tabel 3.1. Karakteristik Biodiesel Minyak Jagung
Parameter
Satuan
Standar
Nasional
Indonesia
Biodiesel
Standard
in ASTM
Jagung
Angka Asam
Mg
KOH/g
Maks 0.8
Maks 0.5
tidak diuji
Air dan
Sedimen
%vol
Maks 0.05
Maks
0.05
tidak diuji
%wt
Maks 0. 3
Maks 0.
3
%wt
Maks 0.05
Maks
0.05
Abu
Tersulfatkan
%wt
Maks 0.02
Maks
0.02
Belerang
mg/kg
Maks 100
Maks 50
Korosi
Lempeng
Tembaga
Residu
Karbon
Universitas Sumatera Utara
Fosfor
mg/kg
Maks 10
Maks 1
tidak diuji
Gliserol
Bebas
%wt
Maks 0.02
Maks
0.02
0
%wt
Maks 0.24
Maks
0.24
0
%wt
Min 96.5
97.551
Negatif
tidak diuji
Gliserol
Total
Kadar Ester
Alkil
Uji halphen
Pada tabel di atas, kami hanya menguji 3 karakteristik pada biodiesel
jagung, yaitu kadar gliserol bebas, gliserol total dan kadar Ester Alkil. Hasil dari
pengujian menunjukkan bahwa biodiesel jagung layak untuk dijadikan biodiesel.
Berikut diagram alir dalam pembuatan biodiesel jagung:
Mulai
Mempersiapkan Alat dan Bahan
Metanol + KOH
Transesterifikasi
Washing/pencucian
Gliserol
Drying/pengeringan
Selesai
Gambar 3.9 Diagram pembuatan biodiesel jagung
Tabel 3.2 Notasi Bahan Bakar
BAHAN BAKAR
NOTASI
Akra Sol
Akra Sol
Akra Sol + Minyak Jagung 2.5%
BD 2.5%
Akra Sol + Minyak Jagung 5%
Akra Sol + Minyak Jagung 7.5%
BD 5%
BD 7.5%
Universitas Sumatera Utara
Akra Sol + Minyak Jagung 10%
Akra Sol + Minyak Jagung 12.5%
Akra Sol + Minyak Jagung 15%
Akra Sol + Minyak Jagung 17.5%
Akra Sol + Minyak Jagung 20%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
BD 17.5%
BD 20%
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi :
1. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran
dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing –
masing pengujian.
2. Data sekunder, merupakan data tentang karakteristik bahan bakar yang
digunakan dalam pengujian
3.4 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian diolah menggunakan rumus yang
ada, kemudian hasil dari peritungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik.
3.5 Pengamatan dan Tahap Pengujian
Parameter yang akan ditinjau dalam pengujian ini adalah :
1. Torsi motor ( T )
2. Daya motor ( N )
3. Konsumsi bahan bakar spesifik ( sfc )
4. Efisiensi Thermal Brake Aktual
5. Effesiensi volumetrik
6. Heat Loss
7. Persentase Heat Loss
Prosedur pengujian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
a) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar Akra Sol
b) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 2.5%
Universitas Sumatera Utara
c) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 5%
d) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 7.5%
e) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 10%
f) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 12.5%
g) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 15%
h) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 17.5%
i) Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar BD 20%
3.6 Prosedur Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
Alat yang digunakan dalam pengukuran nilai kalor bahan bakar ini adalah
alat uji “Bom Kalorimeter”.
Peralatan yang digunakan meliputi :
a) ● Kalorimeter, sebagai tempat air pendingin dan tabung bom
b) ● Tabung bom, sebagai tempat pembakaran bahan bakar yang diuji.
c) ● Tabung gas oksigen.
d) ● Alat ukur tekanan gas oksigen, untuk mengukur jumlah oksigen yang
dimasukkan ke dalam tabung bom.
e) ● Termometer, dengan akurasi pembacaan skala 0.010C.
f) ● Elektromotor yang dilengkapi pengaduk untuk mengaduk air pendingin.
g) ● Spit, untuk menentukan jumlah volume bahan bakar.
h) ● Pengatur penyalaan (skalar), untuk menghubungkan arus listrik ke
tangkai penyala pada tabung bom.
i) ● Cawan, untuk tempat bahan bakar di dalam tabung bom.
j) ● Pinset untuk memasang busur nyala pada tangkai, dan cawan pada
dudukannya.
Adapun tahapan pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengisi cawan bahan bakar dengan bahan bakar yang akan diuji.
2. Menggulung dan memasang kawat penyala pada tangkai penyala yang ada
pada penutup bom.
Universitas Sumatera Utara
3. Menempatkan cawan yang berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala,
serta mengatur posisi kawat penyala agar berada tepat diatas permukaan
bahan bakar yang berada didalam cawan dengan menggunakan pinset.
4. Meletakkan tutup bom yang telah dipasangi kawat penyala dan cawan
berisi bahan bakar pada tabungnya serta dikunci dengan ring “O” sampai
rapat.
5. Mengisi bom dengan oksigen (30 bar).
6. Mengisi tabung kalorimeter dengan air pendingin sebanyak 1250 ml.
7. Menempatkan bom yang telah terpasang kedalam tabung kalorimeter.
8. Menghubungkan tangkai penyala penutup bom ke kabel sumber arus
listrik.
9. Menutup kalorimeter dengan penutupnya yang telah dilengkapi dengan
pengaduk.
10. Menghubungkan dan mangatur posisi pengaduk pada elektromotor.
11. Menempatkan termometer melalui lubang pada tutup kalorimeter.
12. Menghidupkan elektromotor selama 5 (lima) menit kemudian membaca
dan mencatat temperatur air pendingin pada termometer.
13. Menyalakan kawat penyala dengan menekan saklar.
14. Memastikan
kawat
penyala
telah
menyala
dan
putus
dengan
memperhatikan lampu indikator selama elektromotor terus bekerja.
15. Membaca dan mencatat kembali temperatur air pendingan setelah 5 (lima)
menit dari penyalaan berlangsung.
16. Mematikan elektromotor pengaduk dan mempersiapkan peralatan untuk
pengujian berikutnya.
17. Mengulang pengujian sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut.
Alat pengujian nilai kalor bahan bakar ditunjukkan pada Gambar 3.10 di
bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.10 Alat Pengujian Nilai Kalor Bahan Bakar
3.7 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Diesel
Prosedur pengujian performansi motor dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Kalibrasi Instrumentasi mesin diesel sebelum digunakan
2. Mengoperasikan mesin dengan cara memutar poros engkol mesin,
kemudian memanaskan mesin selama 10 menit
3. Mengatur putaran mesin pada 1800 RPM menggunakan tuas kecepatan
dan melihat data analog pada instrument
4. Menentukan konsumsi bahan bakar yang akan diuji
5. Menimbang bahan bakar yang habis setelah 5 menit pengujian
6. Mengulang pengujian dengan menggunakan variasi putaran yang berbeda
(1800 RPM, 2000 RPM, 2200 RPM, 2400 RPM, 2600 RPM, 2800 RPM)
Untuk lebih ringkasnya prosedur pengujian performansi yang dilakukan dapat
dilihat melalui melalui diagram alir pada Gambar 3.11 berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
Mulai
Mempersiapkan Alat dan Bahan
Kalibrasi Instrumentasi Mesin Diesel
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian Performansi Mesin
3.8 Set Up Alat
Pelaksanaan set-up alat akan ditampilkan pada Gambar aliran pengerjaan
pada Gambar 3.12 di bawah ini:
2
3
4
1
5
7
8
9
10
6
Gambar 3.12 Set Up Alat
Universitas Sumatera Utara
Keterangan Gambar:
1. Flow Meter Bahan Bakar
2. Tacho meter (RPM)
3. Torsi meter (Nm)
4. Exhaust Temperature (oC)
5. Tombol ON/OFF
6. Manometer (mmH 2 O)
7. Medin TD-111
8. Dynamometer
9. Exhaust Muffler
10. Supercharger
Secara lebih real urutan pengujian akan diperlihatkan pada Gambar 3.13
berikut ini.
1
5
2
6
3
7
4
8
Universitas Sumatera Utara
9
10
12
11
Gambar 3.13 Set-up pengujian performansi mesin diesel
Keterangan:
1. Mengatur posisi gas
2. Memasukkan bahan bakar
3. Memasang supercharger
4. Menghidupkan mesin TD-111 dengan menarik tuas engkol
5. Menghidupkan Tec-equipment TD-115
6. Mengatur posisi jarum pengukur torsi pada posisi nol
7. Memberikan beban pada lengan beban
8. Mencatat hasil pembacaan RPM (putaran)
9. Mencatat waktu menghabiskan 8 ml bahan bakar.
10. Mencatat hasil pembacaan torsi (Nm)
11. Mencatat hasil pembacaan tekanan udara
12. Mencatat hasil pembacaan temperatur gas buang.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN
4.1. Hasil Pengujian Bom Kalori Meter
Pengujian bom kalorimeter dilakukan untuk mendapatkan nilai kalor
daripada bahan bakar. Nilai kalor bahan bakar didapat dengan melihat perbedaan
suhu air sebelum dan sesudah proses pengeboman bahan bakar berlangsung, atau
dapat dituliskan dalam persamaan:
HHV= (t 2 - t 1 - t kp ) x Cv
dimana:
HHV = High Heating Value (Nilai Kalor Atas)
t2
= Suhu air setelah penyalaan (oC)
t1
= Suhu air sebelum penyalaan (oC)
t kp
= Kenaikan temperature akibat kawat penyala ( 0.05oC)
Cv
= Panas jenis bom kalorimeter (73529.6 kj/kg oC)
Hasil yang didapat ini masih merupakan nilai bruto kalori bahan bakar
maka untuk nilai netto kalori bahan bakar yang kita gunakan kita gunakan nilai
LHV (Low Heating value) dari bahan bakar yaitu:
LHV = HHV – 3240 kj/kgoC
Berikut ditampilkan tabel hasil pengujian bom kalorimeter, beserta nilai
HHV dan LHV dari bahan bakar:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Bom Kalorimeter
Bahan
Bakar
Akra Sol
BD 2.5%
Pengujian
T1
T2
HHV
1
2
3
4
5
1
25,19
26,23
27,16
26,29
28,32
25,76
26,06
27,05
27,94
27,12
29,17
26,61
60294,272
56617,792
53676,608
57353,088
58823,68
58823,69
LHV
LHV
Rata-Rata
57054,272
53377,792
50436,608 54113,088
54113,088
55583,68
55583,68 53966,05
Universitas Sumatera Utara
BD 5%
BD 7.5%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
BD 17.5%
BD 20%
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
26,78
27,61
25,19
26,25
25,71
26,64
27,52
25,82
26,90
26,34
27,33
28,27
26,03
27,02
25,28
26,20
26,98
27,86
25,82
27,65
25,54
26,41
27,26
28,15
25,90
26,86
27,70
28,61
25,71
26,09
27,04
28,00
26,35
27,32
25,96
26,98
27,84
25,71
26,63
27,56 53676,60 50436,60
28,43 56617,92 53377,92
26,06 60294,27 57054,27
27,07 56617,79 53377,79
26,46 51470,72 48230,72
27,41 54411,904 51171,904
28,36 58088,38 54848,38 53731,676
26,67 58823,68 55583,70
27,75 58823,68 55583,68
27,14 55147,20 51907,20
28,14 55882,49 52642,49
29,11 58088,38 54848,38 53083,67
26,86 57353,08 54113,08
27,82 55147,20 51907,20
26,15 60294,27 57054,27
26,95 51470,72 48230,72
27,75 52941,31 49701,31 52642,49
28,68 56617,79 53377,79
26,66 58088,38 54848,38
28,49 58088,38 54848,38
26,31 52941,31 49701,31
27,18 52941,31 49701,31 52348,37
28,08 56617,79 53377,79
28,98 57353,08 54113,08
26,69 54411,90 51171,90
27,63 52941,31 49701,31
28,48 53676,60 50436,60 51907,19
29,45 58088,38 54848,38
26,53 56617,79 53377,79
26,91 56617,79 53377,79
27,87 57353,08 48230,08
28,75 51470,72 48230,72 51466,02
27,15 55147,20 51907,20
28,09 52941,31 49701,31
26,84 61029,56 57789,56
27,75 52941,31 49701,31
28,60 52206,01 48966,01 50730,72
26,44 50000,12 50000,12
27,40 53676,60 50436,60
Universitas Sumatera Utara
55000
54000
53000
52000
LHV Rata - Rata
51000
50000
49000
Gambar 4.1. Pengaruh Nilai Bakar Biodiesel terhadap variasi campuran Biodiesel
4.2. Hasil Pengujian Engine Tes Bed TD -111
Dari engine tes bed TD -111 di lakukan pengujian dan hasil uji diamati
pada instrumentasi pembaca TD – 115. Pengujian dilakukan dengan variasi bahan
bakar sebanyak 8 variasi, variasi putaran mesin sebanyak 6 variasi, dan variasi
beban statis sebanyak 2 variasi yaitu 3.5 kg dan 4.5 kg.
4.2.1. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Akra Sol adalah seperti pada
tabel 4.2 di bawah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol
Beban
(Kg)
3,5
4,5
Putaran
(rpm)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
Torsi
(N)
7,5
8
8,6
9,2
9,8
11
10,2
Waktu
(s)
152
134
121
101
93
81
141
Laju udara
(mmH2O)
18
18,5
20
23
24
25
20
T (exhaust)
(C)
110
130
135
140
150
160
150
Universitas Sumatera Utara
2000
2200
2400
2600
2800
11,1
12,2
12,9
13,2
15
119
112
103
89
77
21
22
23
26
27
175
185
190
200
210
4.2.2. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 2,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 2,5%, seperti pada tebel 4.3 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 2,5%
Beban
(Kg)
3,5
4,5
Putaran
(rpm)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
(N)
5,3
5,6
5,8
6,1
6,4
6,7
8,1
8,4
8,6
9
9,2
9,3
Waktu
(s)
127
113
95
88
75
64
130
112
100
80
73
65
Laju aliran
(mmH2O)
16.5
18
20
21
22
25
18,5
20
21
23
24
26
T (exhaust)
(c)
120
130
140
150
170
190
120
130
140
160
180
190
4.2.3. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 5%, seperti pada tabel 4.4 di bawah adalah sebagai berikut
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 5%
Universitas Sumatera Utara
Beban
3,5
4,5
Putaran
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
5,3
5,7
5,9
6,1
6,3
6,6
8,1
8,4
8,8
8,9
9,1
9,3
Waktu
125
115
94
88
75
68
130
115
111
82
74
66
mmH2O
17
19
20
21
23
25,5
18
19,5
20
21
23
26
T (exhaust)
90
105
130
150
175
200
120
130
140
160
170
175
4.2.4. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar SolarAkra Sol + Biodiesel
Jagung 7,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 7,5%, seperti pada tabel 4.5 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 7,5%
Beban
3,5
4,5
Putaran
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
5,3
5,7
5,9
6,1
6,3
6,6
8,1
8,4
8,8
8,9
9,1
9,3
Waktu
125
115
94
88
75
68
130
115
111
82
74
66
mmH2O
17
19
20
21
23
25,5
18
19,5
20
21
23
26
T (exhaust)
90
105
130
150
175
200
120
130
140
160
170
175
Universitas Sumatera Utara
4.2.5. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 10%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 10%, seperti pada tabel 4.6 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 10%
Beban Putaran Torsi Waktu mmH2O T (exhaust)
3,5
1800
4,7
135
17,5
120
2000
4,9
113
18
125
2200
5
105
19
140
2400
5,4
90
20
160
2600
5.7
84
23
170
2800
5,9
70
25,5
190
4,5
1800
7,7
138
17
110
2000
8,1
121
19
125
2200
8,3
108
20
130
2400
8,6
99
21
140
2600
8,9
82
24
175
2800
9,1
77
25
175
4.2.6. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 12,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 12,5%, seperti pada tebel 4.7 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 12,5%
Beban
Putaran
Torsi
Waktu
Laju aliran
(Kg)
3,5
(rpm)
1800
2000
2200
2400
2600
2800
(N)
5.4
5.7
5.9
6.1
6.3
6.4
(s)
121
104
86
82
68
66
(mmH2O)
16.5
18
19
20
23
25.5
T
(exhaust)
(c)
120
140
160
180
200
210
Universitas Sumatera Utara
4,5
1800
2000
2200
2400
2600
2800
7.8
8
8.3
8.6
8.8
9
128
111
91
74
70
60
17
19
20
21
23
25
110
120
140
175
190
200
4.2.7. Hasil Pengujian dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 15%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 15%, seperti pada tabel 4.8 di bawah adalah sebagai berikut
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 15%
Beban
3,5
4,5
Putaran
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
Torsi
5
5.5
5.8
5.9
6.2
6.5
8
8.2
8.5
8.6
8.8
9.2
Waktu
124
101
93
84
70
63
131
117
94
91
74
67
mmH2O
16
18
20
21
23
25
17
18
20
21
24
25.5
T (exhaust)
110
130
150
160
180
200
120
125
140
150
180
200
4.2.8 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 17,5%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 17,5%, seperti pada tabel 4.9 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 17,5%
Universitas Sumatera Utara
Beban Putaran Torsi
3,5
4,5
Waktu
mmH2O T
(exhaust)
17.5
130
1800
5.5
122
2000
5.8
111
18
140
2200
6
85
20
160
2400
6.2
80
21
180
2600
6.4
68
23
210
2800
6.6
67
24.5
220
1800
8
120
18
110
2000
8.3
108
19
120
2200
8.7
100
22
140
2400
8.9
84
23
150
2600
9
74
24
170
2800
9.1
64
25
190
4.2.9. Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 20%
Hasil pembacaan instrumen alat ukur untuk Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 20%, seperti pada tabel 4.9 di bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar Akra Sol + Biodiesel
Jagung 20%
Beban
3,5
4,5
Putaran Torsi
1800
2000
2200
2400
2600
2800
1800
2000
2200
2400
2600
2800
5.4
5.5
5.7
5.9
6
6.3
7.6
7.9
8.3
8.7
9
9.2
Waktu
125
100
91
85
75
54
129
112
89
87
67
65
mmH2O T
(exhaust)
16.5
120
18
130
20
160
22
170
23
190
24.5
240
17
120
19
130
21
160
22
170
23
190
24
240
Universitas Sumatera Utara
4.2.10. Torsi
Besarnya torsi dari masing-masing pengujian dan tiap variasi beban
dihitung dengan menggunakan persamaan 2.6. Untuk pengujian dengan bahan
bakar Akra Sol:
Beban
: 3,5 Kg
Putaran mesin : 1800 rpm
T=
1413 � 60
2� � 1800
= 7,5 Nm
Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya torsi yang
dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dalam semua variasi persentase
biodiesel, dan kondisi pembebanan dan putaran mesin seperti ditunjukkan dalam
Tabel 4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11. Data Torsi
Beba
n
Putar
an
3.5
4.5
Torsi
1800
Akra
Sol
7.5
BD
2.5%
5.3
BD
5%
5.3
BD
7.5%
5.3
BD
10%
4.7
BD
12.5%
5.4
BD
15%
5
BD
17.5%
5.5
BD
20%
5.4
2000
8
5.6
5.7
5.7
4.9
5.7
5.5
5.8
5.5
2200
8.6
5.8
5.9
5.9
5
5.9
5.8
6
5.7
2400
9.2
6.1
6.1
6.1
5.4
6.1
5.9
6.2
5.9
2600
9.8
6.4
6.3
6.3
5.7
6.3
6.2
6.4
6
2800
11
6.7
6.6
6.6
5.9
6.4
6.5
6.6
6.3
1800
10.2
8.1
8.1
8.1
7.7
7.8
8
8
7.6
2000
11.1
8.4
8.4
8.4
8.1
8
8.2
8.3
7.9
2200
12.2
8.6
8.8
8.8
8.3
8.3
8.5
8.7
8.3
2400
12.9
9
8.9
8.9
8.6
8.6
8.6
8.9
8.7
2600
13.2
9.2
9.1
9.1
8.9
8.8
8.8
9
9
2800
15
9.3
9.3
9.3
9.1
9
9.2
9.1
9.2
Pada pembebanan 3.5 kg torsi terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 7.5 % pada putaran mesin 1800 rpm
Universitas Sumatera Utara
sebesar 5,3 Nm sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Akra Sol
pada putaran mesin 2800 rpm
sebesar 11 Nm.
Pada pembebanan 4,5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 20 % pada putaran mesin 1800 rpm
sebesar 7,6kW sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Akra Sol
pada putaran mesin 2800 rpm
sebesar 15 Nm.
Torsi terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel 7.5 %
pada beban 3,5 kg dengan putaran mesin 1800 rpm yaitu 5,3 Nm dan daya
terbesar terjadi ketika menggunakan bahan bakar Akra Sol pada beban 4,5
kg dengan putaran mesin 2800 rpm yaitu 15 Nm.
Torsi terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol karena nilai kalor yang
paling besar yang terdapat pada Akra Sol yaitu sebesar 54113,08 kJ/kgoC
Perbandingan besarnya torsi untuk masing-masing pengujian pada setiap
variasi beban dan putaran dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan 4.3 dibawah ini:
12
Akra Sol
Heat Loss (%)
10
BD 2.5%
8
BD 5%
6
BD 7.5%
4
BD 10%
BD 12.5%
2
BD 15%
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.2. Grafik pengaruh Putaran terhadap Torsi mesin untuk beban 3.5 kg
Universitas Sumatera Utara
16
14
Akra Sol
Heat Loss (%)
12
BD 2.5%
10
BD 5%
8
BD 7.5%
6
BD 10%
4
BD 12.5%
2
BD 15%
0
BD 17.5%
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.3. Grafik pengaruh Putaran terhadap Torsi untuk beban 4.5 kg
Dari grafik dapat dilihat bahwa torsi tertinggi terjadi pada penggunaan Akra Sol
sedangkan torsi terendah terjadi pada penggunaan Akra Sol + Biodiesel Jagung
20%.Hal ini disebabkan oleh Nilai kalor bahan bakar berbanding lurus dengan
torsi yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kalor maka semakin tinggi torsi yang
dihasil yang akan berpengaruh daya saat mesin beroperasi
4.3. Pengujian Performansi Motor Bakar Diesel
Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin diesel 4
langakah 1 silinder TD – 111 melalui alat pembaca TD – 115 selanjutnya akan
diproses dan dikalkulasi untuk mendapatkan besar performansi dari mesin diesel
tersebut.
4.3.1. Daya
Besarnya daya dari masing-masing pengujian dan tiap variasi beban
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Untuk pengujian dengan bahan bakar Solar Akra Sol:
Beban
: 3.5 Kg
Putaran mesin : n (rpm)
Universitas Sumatera Utara
Torsi
: T (N/m)
�� =
2����
�T
60
�� =
2 � � � 1800
� 7,5
60
�� =
2 � � � 1800
� 10,2
60
= 1,413 kW
Beban
: 4.5 Kg
Putaran mesin : 1800 rpm
=1,92168 kW
Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya daya yang
dihasilkan dari masing-masing pengujian baik dalam semua variasi persentase
biodiesel, dan kondisi pembebanan dan putaran mesin seperti ditunjukkan dalam
tabel 4.12 dibawah ini:
Tabel 4.12. Data Perhitungan Untuk Daya
Beban
3.5
4.5
Putaran
Daya (kW)
Akra
Sol
BD
2.5%
BD
5%
BD
7.5%
BD
10%
BD
12.5%
BD
15%
BD
17.5%
BD
20%
1800
1.413
0.998
0.998
0.998
0.885
1.017
0.942
1.036
1.017
2000
1.674
1.172
1.193
1.193
1.025
1.193
1.151
1.214
1.151
2200
1.980
1.335
1.358
1.358
1.151
1.358
1.335
1.381
1.312
2400
2.311
1.532
1.532
1.532
1.356
1.532
1.482
1.557
1.482
2600
2.666
1.741
1.714
1.714
1.551
1.714
1.687
1.741
1.632
2800
3.223
1.963
1.934
1.934
1.729
1.875
1.904
1.934
1.846
1800
1.921
1.526
1.526
1.526
1.450
1.469
1.507
1.507
1.431
2000
2.323
1.758
1.758
1.758
1.695
1.674
1.716
1.737
1.653
2200
2.809
1.980
2.026
2.026
1.911
1.911
1.957
2.003
1.911
2400
3.240
2.260
2.235
2.235
2.160
2.160
2.160
2.235
2.185
2600
3.592
2.503
2.476
2.476
2.421
2.394
2.394
2.449
2.449
2800
4.396
2.725
2.725
2.725
2.666
2.637
2.696
2.666
2.696
Universitas Sumatera Utara
Pada pembebanan 3,5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 10%, putaran mesin 1800 rpm sebesar
0,88548 kW, sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar Akra Sol pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 3,2237
kW. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan
daya pada penggunaan supercharger. Nilai daya tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 12.1.
Pada pembebanan 4,5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan
menggunakan bahan bakar biodiesel 20% pada putaran mesin 1800 rpm sebesar
1,4318 kW, sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan
bahan bakar Akra Sol pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 4,396 kW.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan daya
pada beban 4.5 kg pada penggunaan supercharger. Nilai daya tanpa supercharger
dapat dilihat pada lampiran 12.1.
Daya terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol karena nilai kalor yang paling
besar yang terdapat pada Akra Sol yaitu sebesar 54113,088 kJ/kgoC
Perbandingan besarnya daya untuk masing-masing pengujian pada setiap
variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5 berikut ini:
Daya (kW)
3,5
3
Akra Sol
2,5
BD 2.5%
BD 5%
2
BD 7.5%
1,5
BD 10%
1
BD 12.5%
0,5
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
Putaran (Rpm)
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.4. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya mesin untuk beban 3.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan solar Akra Sol murni
memiliki daya yang lebih besar di bandingkan campuran solar Akra Sol dan
Minyak jagung. Daya yang paling rendah terjadi pada variasi biodiesel 10%
sedangkan paling tinggi terjadi pada bahan bakar Akra Sol. Ini disebabkan karena
tingginya nilai torsi pada solar Akra Sol dibandingkan campuran solar Akra Sol
Daya (kW)
dengan minyak jagung.
5
4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
Akra Sol
BD 2.5%
BD 5%
BD 7.5%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
1800
2000
2200
2400
2600
Putaran (Rpm)
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.5. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya untuk beban 4,5 kg
Dari grafik di atas pada beban 4.5 kg dapat dilihat bahwa daya tertinggi juga
terjadi pada penggunaan Akra Sol sedangkan daya terendah terjadi pada
penggunaan Akra Sol + Biodiesel Biji Jagung. Keadaan ini juga karena nilai torsi
yg lebih tinggi pada Solar Akra Sol. Pada semua campuran Solar Akra Sol dan
minyak jagung mengalami grafik yang hampir sama karena nilai torsi yang saling
berdekatan dan sangat tipis perbedaannya.
4.3.2. Laju Aliran Bahan Bakar (mf)
Laju aliran bahan bakar didapat adalah banyaknya bahan bakar yang habis
terpakai selama satu jam pemakaian
dimana:
������ �10−3
�� =
� 3600
��
Universitas Sumatera Utara
sgf
= spesifik gravitasi biodiesel = 0.8624
Vf
= Volume bahan bakar yang diuji (8 ml)
tf
= waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar (detik)
Dengan menggunakan harga sgf, dan t f yang didapat dari percobaan, maka
didapatlah laju aliran bahan bakar menggunakan Akra Sol:
Beban
: 3.5 kg
Putaran mesin : 1800 rpm
�� =
������ �10−3
� 3600
��
�� =
������ �10−3
� 3600
��
= 0.163402105 kg/jam
Beban
: 4.5 kg
Putaran mesin : 1800 rpm
= 0.176149787 kg/jam
Dengan cara yang sama untuk setiap pengujian pada putaran mesin dan
beban yang bervariasi dan pada setiap variasi persentase biodiesel maka hasil
perhitungan mf untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13. Laju Aliran Bahan Bakar
Beban
3.5
4.5
Putar
an
Mf (Kg / Jam)
1800
Akra
Sol
0.163
BD
2.5%
0.195
BD
5%
0.198
BD
7.5%
0.198
BD
10%
0.183
BD
12.5%
0.205
BD
15%
0.200
BD
17.5%
0.203
BD
20%
0.198
2000
0.185
0.219
0.215
0.215
0.219
0.238
0.245
0.223
0.248
2200
0.205
0.261
0.264
0.264
0.236
0.288
0.267
0.292
0.272
2400
0.245
0.282
0.282
0.282
0.275
0.302
0.295
0.310
0.292
2600
0.267
0.331
0.331
0.331
0.295
0.365
0.354
0.365
0.331
2800
0.306
0.388
0.365
0.365
0.354
0.376
0.394
0.370
0.459
1800
0.176
0.191
0.191
0.191
0.179
0.194
0.189
0.206
0.192
2000
0.208
0.221
0.215
0.215
0.205
0.223
0.212
0.229
0.221
2200
0.221
0.248
0.223
0.223
0.229
0.272
0.264
0.248
0.279
Universitas Sumatera Utara
2400
0.241
0.310
0.302
0.302
0.250
0.335
0.272
0.295
0.285
2600
0.279
0.340
0.335
0.335
0.302
0.354
0.335
0.335
0.370
2800
0.322
0.382
0.376
0.376
0.322
0.413
0.370
0.388
0.382
Pada pembebanan 3.5 kg, mf terendah terjadi pada saat menggunakan Akra Sol +
biodiesel 2,5% pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0,1955 kg/jam,
sedangkan mf tertinggi pada saat menggunakan Akra Sol + Biodiesel 20% pada
putaran mesin 2800 yaitu sebesar 0,4599 kg/jam. Dibandingkan dengan tanpa
menggunakan supercharger terjadi kenaikkan mf. Nilai mf tanpa supercharger
dapat dilihat pada lampiran 12.2.
Pada pembebanan 4.5 kg, mf terendah terjadi pada saat menggunakan Akra Sol +
biodiesel 10 % pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0,1799 kg/ jam,
sedangkan mf tertinggi pada saat menggunakan biodesel 2,5% dan Biodiesel 20%
pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 0,3821 kg/jam. Dibandingkan dengan
tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan mf. Nilai mf tanpa
supercharger dapat dilihat pada lampiran 12.2.
Perbandingan masing-masing nilai mf pada setiap pembebanan dengan variasi
bahan bakar dan variasi putaran mesin dapat dilihat pada gambar grafik 4.6 dan
mf (Kg / Jam)
4.7 berikut ini:
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
Akra Sol
BD 2.5%
BD 5%
BD 7.5%
BD 10%
BD 12.5%
BD 15%
1800
2000
2200
2400
Putaran (Rpm)
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.6 Grafik pengaruh Putaran terhadap Laju Aliran Bahan Bakar untuk
beban 3.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Laju aliran bahan bakar pada pembebanan 3.5 kg menunjukkan bahwa
penggunaan solar Akra Sol murni lebih konstan di bandingkan dengan campuran
antara solar Akra Sol dan minyak jagung serta lebih irit dalam konsumsi bahan
bakar, sedangkan pada setiap campuran mengalami peningkatan laju aliran yang
berbeda-beda disetiap putarannya. Pada campuran biodiesel 20% mengalami
konsumsi yang sangat tinggi pada putaran 2800 rpm karena konsumsi yang sangat
tinggi serta waktu yang lebih singkat.
0,45
mf (Kg / Jam)
0,4
0,35
Akra Sol
0,3
BD 2.5%
BD 5%
0,25
BD 7.5%
0,2
BD 10%
0,15
BD 12.5%
0,1
BD 15%
0,05
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.7. Grafik pengaruh Putaran terhadap Laju Aliran bahan Bakar untuk
beban 4.5 kg
Dari grafik pembebanan 4.5 kg, terlihat bahwa nilai mf dipengaruhi putaran dan
nilai kalor. Semakin tinggi putaran dan nilai kalor semakin rendah, maka mf
semakin tinggi karena waktu pembakaran semakin kecil. Pada campuran biodiesel
12.5% mengalami peningkatan dari pada campuran yang lain karena konsumsi
bahan bakar yang tinggi serta waktu konsumsi yg lebih singkat.
4.3.3. Rasio udara bahan bakar (AFR)
Rasio udara bahan bakar (AFR) dari masing-masing jenis
pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut:
Universitas Sumatera Utara
AFR =
ma
mf
dimana:
AFR = air fuel ratio
ma
= laju aliran massa udara.
Besarnya laju aliran udara (ma) diperoleh dengan membandingkan
besarnya tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow
manometer terhadap kurva viscous flowmeter calibration.
Pada pengujian ini dianggap tekanan udara sebesar 100 kPa dan
temperatur udara 27oC. Kurva kalibrasi dikondisikan untuk pengujian pada
tekanan 101.3 kPa dan temperatur 20oC. maka besarnya laju aliran udara yang
diperoleh harus dikalikan dengan faktor pengali berikut:
�� = 3654����
�� = 3654�1�
(�� + 144)
��2.5
(27 + 273 + 114)
(27 + 273)2.5
Cf = 0.946531125
Untuk pengujian dengan menggunakan Akra Sol, beban 3.5 kg dan
putaran mesin 1800 rpm tekanan udara masuk didapati 18 mmH 2 O, dengan
melakukan interpolasi pada kurva viscous flow meter didapat besar ma 24.02941
kg/jam, dan kemudian dikalikan dengan factor koreksi sehingga didapat massa
udara yang sebenarnya:
Ma
= 24,03 kg/jam x 0.946531125
= 19.041kg/jam
Dengan cara yang sama maka didapat nilai ma untuk masing-masing
pengujian, maka dapat dihitung besarnya AFR. Untuk pengujian dengan
menggunakan Akra Sol pada putaran 1800 rpm dan beban 3.5 kg maka didapatkan
besar AFR:
Universitas Sumatera Utara
AFR =
19.041
0.191009
AFR = 116,534478
Hasil perhitungan AFR untuk masing-masing pengujian pada tiap variasi
beban, putaran mesin dan persentase biodiesel dapat dilihat pada tabel 4.14
berikut ini:
Tabel 4.14. Air Fuel Ratio
Beban
3.5
4.5
Putaran
AFR (Kg / Jam)
1800
Akra
Sol
116.534
BD
2.5%
89.253
BD
5%
90.510
BD
7.5%
90.510
BD
10%
100.625
BD
12.5%
85.036
BD
15%
84.504
BD
17.5%
90.936
BD
20%
87.848
2000
105.588
86.634
93.065
93.065
86.634
79.734
77.434
85.100
76.667
2200
103.075
80.926
80.074
80.074
84.973
69.596
79.223
72.408
77.519
2400
98.943
78.711
78.711
78.711
76.667
69.852
75.134
71.556
79.648
2600
95.067
70.278
73.472
73.472
82.289
66.615
68.574
66.615
73.472
2800
86.250
68.148
73.856
73.856
76.028
71.684
67.083
69.916
56.350
1800
120.112
102.436
99.667
99.667
99.923
92.682
94.854
92.000
93.406
2000
106.439
95.408
95.514
95.514
97.921
89.828
89.700
87.400
90.637
2200
104.949
89.445
94.556
94.556
92.000
77.519
80.074
93.704
79.606
2400
100.902
78.371
73.345
73.345
88.550
66.189
81.395
82.289
81.523
2600
98.560
74.622
72.493
72.493
83.823
68.574
75.645
75.645
65.635
2800
88.550
71.982
73.089
73.089
81.991
63.889
72.770
68.148
66.445
Pada pembebanan 3.5 kg AFR terendah terjadi pada saat menggunakan Biodiesel
20% pada putaran mesin 2800 rpm yaitu 56,3505 sedangkan AFR tertinggi terjadi
pada penggunaan Akra Sol putaran mesin 1800 rpm yaitu 116,534478.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan AFR.
Nilai AFR tanpa supercharger dapat dilihat pada lampiran 13.1.
Pada pembebanan 4.5 kg AFR terendah terjadi pada saat menggunakan biodiesel
12,5% pada putaran mesin 2800 rpm yaitu 63,8895, sedangkan AFR tertinggi
terjadi pada penggunaan Akra Sol putaran mesin 1800 rpm yaitu 120,1122913.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan AFR.
Nilai AFR tanpa supercharger dapat dilihat pada lampiran 13.1.
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan harga AFR masing-masing pengujian pada setiap variasi beban
dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.8 dan 4.9 berikut:
140
Akra Sol
120
BD 2.5%
AFR
100
BD 5%
80
BD 7.5%
60
BD 10%
40
BD 12.5%
20
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.8. Grafik pengaruh Putaran terhadap AFR untuk beban 3.5 kg
Dari grafik AFR pembebanan 3.5 kg, nilai AFR dipengaruhi oleh laju aliran bahan
bakar. Sehingga setiap bahan bakar menunjukkan arah grafik yang semakin
menurun. Nilai Biodiesel 20% terendah karena memilki nilai laju aliran bahan
bakar yang paling besar.
AFR
140
120
Akra Sol
100
BD 2.5%
BD 5%
80
BD 7.5%
60
BD 10%
40
BD 12.5%
20
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
Putaran (Rpm)
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Gambar 4.9. Grafik pengaruh Putaran terhadap AFR untuk beban 4.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik terlihat bahwa biodiesel 20% mendominasi memiliki nilai AFR
terendah dan Akra Sol mendominasi memiliki AFR tertinggi pada beban 3.5 Kg.
Dan terlihat bahwa biodiesel 12,5% mendominasi memiliki nilai AFR terendah
dan Akra Sol mendominasi memiliki AFR tertinggi pada beban 4.5 Kg. ini
disebabkan oleh laju aliran bahan bakar yang semakin tinggi pada pembebanan
ini.
4.3.4. Effisiensi Volumetris
Effisiensi volumetric untuk motor bakar 4 langkah dihitung dengan
persamaan berikut:
�� =
dimana:
2�� 1
60� �� ��
ma = laju aliran udara (kg/jam)
ρa = Kerapatan udara (kg/m3)
Vs = volume langkah torak (m3) = 0.00023 (berdasarkan spesifikasi mesin)
Diasumsikan udara sebagai gas ideal sehingga massa jenis udara dapat
diperoleh dengan persamaaan berikut:
ρa=
��
���
Dimana: R = Konstanta gas (untuk udara = 287 J/kg K)
Dengan memasukkan harga tekanan dan temperature udara yaitu
sebesar100 kPa dan suhu 27oC, maka diperoleh massa jenis udara sebesar:
ρa =
100000
287(27+273)
= 1.161440186 kg/m3
Dengan diperolehnya massa jenis udara, maka dapat dihitung besarnya
effisiensi volumetrik untuk masing-masing pengujian dengan variasi persentase
biodiesel, putaran mesin dan beban.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pengujian menggunakan solar beban 3.5 kg pada putaran mesin
1800 rpm maka didapatkan nilai effesiensi volumetrik:
�� =
2(17.9841)
1
�100%
60(1800) (1.161440186)(0.00023)
= 132,005 %
Harga efisiensi volumetrik untuk masing-masing pengujian dapat dihitung
dengan melakukan perhitungan yang sama dengan perhitungan di atas dengan
variasi beban, putaran mesin, dan biodiesel dengan beberapa variasi seperti
ditunjukkan pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 4.15 Efisiensi Volumetris
Beban
3.5
4.5
Putaran
Efisiensi Volumetris (%)
1800
Akra
Sol
132.039
BD
2.5%
121.036
BD
5%
124.704
BD
7.5%
124.704
BD
10%
128.371
BD
12.5%
121.036
BD
15%
117.368
BD
17.5%
128.371
BD
20%
121.036
2000
122.136
118.835
125.437
125.437
118.835
118.835
118.835
118.835
118.835
2200
120.036
120.036
120.036
120.036
114.034
114.034
120.036
120.036
120.036
2400
126.538
115.534
115.534
115.534
110.033
110.033
115.534
115.534
121.036
2600
121.882
111.725
116.804
116.804
116.804
116.804
116.804
116.804
116.804
2800
117.892
117.892
120.250
120.250
120.250
120.250
117.892
115.534
115.534
1800
146.710
135.707
132.039
132.039
124.704
124.704
124.704
132.039
124.704
2000
138.641
132.039
128.738
128.738
125.437
125.437
118.835
125.437
125.437
2200
132.039
126.037
120.036
120.036
120.036
120.036
120.036
132.039
126.037
2400
126.538
126.538
115.534
115.534
115.534
115.534
115.534
126.538
121.036
2600
132.036
121.882
116.804
116.804
121.882
116.804
121.882
121.882
116.804
2800
127.323
122.608
122.608
122.608
117.892
117.892
120.250
117.892
113.176
Efisiensi volumetrik terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 12,5% pada
pembebanan 3.5 kg dengan putaran mesin 2400 rpm yaitu sebesar 110,033%,
sedangkan efisiensi volumetrik tertinggi terjadi pada penggunaaan Akra Sol pada
pembebanan 3.5 kg pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 132,039%.
Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger terjadi kenaikkan
Universitas Sumatera Utara
efisiensi volumetrik. Nilai efisiensi volumetrik tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 13.2.
Pada pembebanan 4.5 kg efisiensi terendah terjadi pada penggunaan biodiesel
20% pada putaran 2800 rpm yaitu sebesar 113,176%, sedangkan efisiensi
volumetric tertinggi terjadi pada penggunaan Akra Sol dengan putaran 1800 rpm
sebesar 146,710%. Dibandingkan dengan tanpa supercharger, terjadi peningkatan
efisiensi volumetric. Nilai efisiensi volumetric tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 13.2.
Perbandingan efisiensi volumetrik dari masing-masing pengujian pada tiap
variasi putaran dapat dilihat pada gambar grafik 4.10 dan 4.11 berikut:
135
130
Akra Sol
125
BD 2.5%
nv (%)
120
BD 5%
115
BD 7.5%
110
BD 10%
105
BD 12.5%
100
BD 15%
BD 17.5%
95
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.10. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Volumetrik untuk beban
3.5 kg
Pada grafik pembebanan 3.5 kg, efisiensi pada setiap biodiesel campuran
mengalami efisiensi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, namun pada
penggunaan solar Akra Sol murni lebih konstan di atas biodiesel campuran yang
lain.
Universitas Sumatera Utara
160
140
Akra Sol
120
BD 2.5%
nv (%)
100
BD 5%
80
BD 7.5%
60
BD 10%
40
BD 12.5%
BD 15%
20
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.11. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Volumetrik mesin untuk
beban 4.5 kg
Efisiensi volumetrik dipengaruhi oleh laju konsumsi udara, dan besar putaran
mesin. Selain itu nilai kalor bahan bakar juga mempengaruhi besar effesiensi
volumetrik. Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar maka konsumsi udara akan
semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah nilai kalor bahan bakar maka
semakin tinggi nilai konsumsi udara, yang dapat dilihat pada penurunan effisiensi
volumetrik pada biodiesel jagung 20%.
4.3.5. Daya Aktual
Daya aktual didapat dengan mengalikan Daya hasil pembacaan dengan
effiesiensi mekanikal dan effesiensi volumetrik, sehingga didapat:
Pa =Pb x η v x η m
dimana:
besar η m adalah 0.70 – 0.90 untuk mesin diesel dan yang diambil untuk
perhitungan ini adalah 0.85
Untuk beban 3.5 kg putaran mesin 1800 dengan bahan bakar Akra Sol
maka didapat daya aktual:
Universitas Sumatera Utara
Pa =1,413 x 132,0396 x 57,5287 x 0.85/10000
= 0.9123 kW
Dengan menggunakan cara yang sama untuk setiap variasi putaran mesin,
beban dan bahan bakar maka didapat hasil seperti pada tabel 4.16 dibawah ini:
Tabel 4.16. Grafik Daya Aktual
Beban
3.5
4.5
Putaran
Daya (kW)
1800
Akra
Sol
0.9123
BD
2.5%
0.3498
BD
5%
0.3567
BD
7.5%
0.3607
BD
10%
0.3180
BD
12.5%
0.3567
BD
15%
0.3065
BD
17.5%
0.4025
BD
20%
0.3802
2000
1.0450
0.4212
0.4714
0.4766
0.3306
0.4141
0.3776
0.4654
0.3825
2200
1.2968
0.4643
0.4780
0.4833
0.3714
0.4260
0.4726
0.4662
0.4569
2400
1.5540
0.5449
0.5479
0.5540
0.4264
0.4986
0.5059
0.5366
0.5488
2600
1.8355
0.5802
0.5910
0.5976
0.5525
0.5494
0.5524
0.5767
0.5671
2800
2.2594
0.6641
0.7022
0.7100
0.5889
0.6571
0.6397
0.6932
0.5164
1800
1.7392
0.9379
0.9175
0.9277
0.8475
0.8112
0.8808
0.8616
0.8009
2000
2.0280
1.0438
1.0507
1.0624
1.0212
0.9190
0.9723
0.9790
0.9330
2200
2.6571
1.1283
1.2558
1.2697
1.1082
0.9390
1.0259
1.2685
0.9950
2400
3.1159
1.1812
1.0869
1.0990
1.2493
0.9390
1.1646
1.2718
1.2214
2600
3.4524
1.2732
1.2167
1.2302
1.3720
1.1035
1.2277
1.2951
1.1400
2800
4.3135
1.3515
1.3798
1.3951
1.5110
1.1581
1.3901
1.2846
1.2987
Pada pembebanan 3.5 kg daya aktual terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol
putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 2,2594 kW sedangkan daya terendah terjadi
pada penggunaan bahan bakar biodiesel 15% pada putaran mesin 1800 rpm yaitu
sebesar 0.3065 kW. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger
terjadi kenaikkan daya aktual. Nilai daya aktual tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 14.1.
Pada pembebanan 4.5 kg daya aktual terbesar terjadi pada penggunaan Akra Sol
pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 4,3135 kW sedangkan daya aktual
terkecil terjadi pada penggunaan biodiesel 20% putaran mesin 1800 rpm yaitu
sebesar 0,8009 kW. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan supercharger
terjadi kenaikkan daya aktual. Nilai daya aktual tanpa supercharger dapat dilihat
pada lampiran 14.1.
Universitas Sumatera Utara
Melalui grafik hubungan antara daya aktual dan putaran mesin pada gambar 4.12
dan 4.13 di bawah ini.
2,5
Akra Sol
Daya (kW)
2
BD 2.5%
BD 5%
1,5
BD 7.5%
1
BD 10%
BD 12.5%
0,5
BD 15%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 17.5%
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.12. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya Aktual untuk beban 3.5 kg
Dari hasil grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pembebanan ini nilai daya aktual
solar Akra Sol jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daya aktual biodiesel,
sedangkan pada campuran biodiesel mengalami nilai daya aktual yang hampir
sama dan kenaikan daya aktualnya pun naik secara konstan.
5
Daya (kW)
4,5
4
Akra Sol
3,5
BD 2.5%
3
BD 5%
2,5
BD 7.5%
2
BD 10%
1,5
BD 12.5%
1
BD 15%
0,5
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.13. Grafik pengaruh Putaran terhadap Daya aktual untuk beban 4.5 kg
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik dapat dilihat bahwa Akra Sol memiliki nilai daya aktual yang terbesar
dari hampir semua variasi bahan bakar yang ada, ini disebabkan nilai kalor Akra
Sol yang paling tinggi dari semua variasi yang ada dan meningkat saat putaran
mesin dinaikkan.
4.3.6. Efisiensi Termal Aktual
Efisiensi termal aktual adalah perbandingan antara daya aktual dengan laju
panas rata-rata yang dihasilkan bahan bakar, yang dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
ρa=
dimana:
ηa
��
���
= effisiensi termal aktual
LHV = nilai kalor pembakaran (kJ/kg)
Dengan nilai LHV untuk masing-masing sesuai dengan variasi persentase
biodiesel yang didapat melalui percobaan bom kalori meter.
Maka dengan memasukkan nilai-nilai ke persamaan untuk beban 3.5 kg
putaran mesin 1800 rpm menggunakan Akra Sol didapatkan nilai efisiensi termal:
�=
0,913
�100 �3600
0,1634. � 54113.088
= 37,1443%
Dengan menggunakan cara yang sama maka didapatkan besar effisiensi
termal aktual untuk variasi putaran mesin, pembebanan, dan bahan bakar seperti
pada tabel 4.17 di bawah:
Tabel 4.17. Efisiensi termal aktual
Beban
3.5
Putaran
1800
Efisiensi Thermal Aktual (%)
Akra
Sol
37.144
BD
2.5%
11.934
BD
5%
12.043
BD
7.5%
12.311
BD
10%
11.820
BD
12.5%
11.952
BD
15%
10.613
BD
17.5%
13.831
BD
20%
13.582
Universitas Sumatera Utara
4.5
2000
37.508
12.786
14.641
14.967
10.287
11.924
10.650
14.551
10.930
2200
42.029
11.848
12.135
12.406
10.739
10.144
12.273
11.160
11.881
2400
42.043
12.881
13.022
13.313
10.567
11.320
11.868
12.091
13.328
2600
45.723
11.689
11.971
12.238
12.778
10.345
10.798
11.045
12.154
2800
49.022
11.415
12.895
13.183
11.351
12.008
11.253
13.081
7.968
1800
65.686
32.749
32.214
32.932
32.205
28.751
32.220
29.119
29.520
2000
64.643
31.401
32.633
33.361
34.024
28.245
31.767
29.777
29.858
2200
79.714
30.306
37.645
38.484
32.955
23.660
26.929
35.726
25.303
2400
85.966
25.380
24.070
24.607
34.053
19.240
29.593
30.087
30.360
2600
82.302
24.963
24.316
24.858
30.978
21.389
25.368
26.991
21.824
2800
88.965
23.595
24.594
25.142
32.035
19.240
26.008
23.154
24.119
Pada pembebanan 3.5 kg efisiensi termal aktual tertinggi terjadi pada penggunaan
Akra Sol + biodiesel
7,5% putaran
mesin 1800 rpm sebesar 14,9675%
sedangkan effisiensi termal aktual terendah terjadi pada penggunaan biodiesel
20% putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 7,9688%. Dibandingkan dengan tanpa
menggunakan supercharger terjadi kenaikkan efisiensi termal aktual. Nilai
efisiensi aktual tanpa supercharger dapat dilihat pada lampiran 14.2.
Pada pembebanan 4.5 kg efisiensi termal aktual tertinggi terjadi pada penggunaan
Akra Sol putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 88,9659% sedangkan effisiensi
termal aktual terendah mesin terjadi pada penggunaan biodiesel 20% putaran 2600
rpm yaitu sebesar 21,8240%. Dibandingkan dengan tanpa menggunakan
supercharger terjadi kenaikkan efisiensi termal aktual. Nilai efisiensi aktual tanpa
supercharger dapat dilihat pada lampiran 14.2.
Perbandingan
nilai
efisiensi
termal
aktual
untuk
setiap
variasi
pembebanan, bahan bakar dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15 di
bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
60
Akra Sol
50
BD 2.5%
na (%)
40
BD 5%
30
BD 7.5%
20
BD 10%
BD 12.5%
10
BD 15%
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.14. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Termal Aktual untuk
beban 3.5 kg
Dari pembebanan 3.5 kg, nilai efisiensi termal aktual Akra Sol lebih tinggi,
sedangkan pada semua biodiesel memilki nilai efisiensi yang hampir sama tapi
jauh lebih rendah dari Solar Akra Sol.
100
na (%)
90
80
Akra Sol
70
BD 2.5%
60
BD 5%
50
BD 7.5%
40
BD 10%
30
BD 12.5%
20
BD 15%
10
BD 17.5%
0
1800
2000
2200
2400
2600
2800
BD 20%
Putaran (Rpm)
Gambar 4.15. Grafik pengaruh Putaran terhadap Efisiensi Termal Aktual untuk
beban 4.5 kg