makalah bimbingan konseling

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang membahas tentang “Pengertian,
Tujuan, dan Arah Pelayanan Bimbingan dan Konseling” meskipun bentuknya sangat jauh dari
kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.
Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan materi
yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh pembaca.
Sebagai manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini dengan
baik, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari guru
pembimbing mau pun pembaca.

Petaling , 19 September 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Sangat banyak masalah – masalah di sekolah terutama pada siswa itu sendiri yang tidak dapat
diselesaikan dengan pengajaran oleh guru biasa di sekolah, untuk menyelesaikan masalah pada setiap
siswa di sekolah sangat di perlukan Bimbingan dan Konseling, tapi sebelum itu agas Bimbingan dan
Konseling dapat terlaksana dengan baik, salah satu syarat yang perlu dan mutlak adalah di kuasainya
pengertian yang tepat mengenai Bimbingan dan Konseling itu oleh semua personil sekolah yang
terlibat dalam kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan dan Konseling merupakan dua kata yang seolah – olah selalu di pakai dalam saat
yang bersamaan, sehingga sepintas lalu orang banyak menganggap keduanya memiliki arti yang
sama. Dalam hal tertentu istilah Bimbingan dan Konseling itu dapat berarti sama, namun dalam hal
tertentu pula istilah tersebut akan mempunyai arti yang berbeda.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebaga berikut:
1. Apa pengertian Bimbingan dan Konseling?
2. Apa saja tujuan Bimbingan dan Konseling?
3. Pelayanan apa saja yang ada dalam Bimbingan dan Konseling di sekolah?\

C. TUJUAN
Dapat menjelaskan keterkaitan, tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, serta pelayanan

yang ada pada Bimbingan dan konseling kepada calon tenaga pendidik agar tidak terjadi kesalah
pahaman mengenai identifikasi Bimbingan dan konseling yang sebenarnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

PENGERTIAN BK
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan”
(terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”). Dalam praktik,
bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Keduanya
merupakan bagian yang integral (Tohirin, 2011: 15).

1. Pengertian Bimbingan
a) Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel dalam Tohirin (2011: 15-16) istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari
a)
b)
c)

d)
e)
f)

kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :
menunjukkan jalan (showing the way),
memimpin (leading),
memberikan petunjuk (giving instruction),
mengatur (regulating),
mengarahkan (governing), dan
memberi nasihat (giving advice).

b) Pengertian Bimbingan Secara Terminologi
a. Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madrasah),
b.

keluarga, dan masyarakat (Tohirin, 2011: 16-17).
Selanjutnya Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa bimbingan

adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki
pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk
menolongnya mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul

c.

bebannya sendiri (Tohirin, 2011: 17).
Menurut Stoops mengemukakan bimbingan adalah suatu proses terus – menerus dalam hal membantu
individu dalam perkembangannya untuk mencapai kemampuansecara maksimal dalam mengarahkan
manfaat yang sebesar – besarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya. (kutipan Djumhur dan M.

Surya 1975).
d. Djumhur dan M. Surya memberikan batasan tentang bimbingan, yaitu suatu proses pemberian
bantuan terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang di
hadapinya, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding),
kemampuan untuk menerima dirinya sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri

sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (realization), sesuai dengan
potensi dan kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan.


Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa BIMBINGAN berarti : bantuan yang diberikan oleh
pembimbing kepada individu agar individu yang dibimbing mencapai kemandirian dengan
mempergunakan berbagai bahan, melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam
suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku

2. Pengertian Konseling
1) Pengertian Konseling Secara Etimologi
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris “counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan
dengan kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to obtain counsel), anjuran (to give
counsel), dan pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas, konseling secara etimologis
berarti pemberian nasihat, anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran (Tohirin, 2011: 21-22).
2) Pengertian Konseling Secara Terminologi
a. Mortensen (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan proses hubungan antarpribadi d mana
orang yang satu membantu yang lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan
b.

masalahnya (Tohirin, 2011: 22).
James Adam mengemukakan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang
individu di mana seorang Counselor membantu Counsele supaya ia lebih baik memahami dirinya
dalam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan waktu yang akan


c.

datang. (kutipan Djumhur dan M. Surya (1975) .
Rogers (1982) mengemukakan bahwa konseling adalah serangkaian kegiatan hubungan langsung
antar individu, dengan tujuan memberika bantuan kepadanya dalam merubah sikap dan tingkah

lakunya.
d. Mortensen dan Schmuller dalam bukunya berjudul Guidance in today’s school (1964) mengemukakan
konseling adalah suatu proses hubungan seseorang dengan seseorang di mana yang seseorang di bantu
e.

oleh yang lainnya untuk meningkatan pengertian dan kemampuan dalam menghadapi masalahnya.
Wren dalam bukunya yang berjudul student person al work in college, berpendapat bahwa konseling
adalah pertalian pribadi yang dinamis antara dua orang yang berusaha memecahkan masalah dengan
mempertimbangkan bersama sama, sehingga akhirnya orang yang lebih muda atau orang yang
mempunyai kesulitan yang lebih banyak di antara keduanya di bantu oleh orang lain untuk

f.


memecahkan masalahnya berdasarkan penentuan diri sendiri.
Williamson dan Foley dalam bukunya Counseling and Dicipline mengemukakan bahwa konseling
adalah suatu situasi pertemuan langsung di mana yang seorang terlibat dalam situasi itu karena latihan
dan keterampilan yang dimilikinya atau karena mendapat kepercayaan dari yang lain, berusaha
menolong yang kedua dalam menghadapi, menjelaskan, memecahkan, dan menanggulangi masalah
penyesuaian diri.

g.

Sedangkan menurut American Personnel and Guidance Association (APGA) mendefinisikan
konseling sebagai suatu hubungan antara seorang yang terlatih secara profesional dan individu yang
memerlukan bantuan yang berkaitan dengan kecemasan biasa atau konflik atau pengambilan
keputusan (Tohirin, 2011: 23).
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai pengertian KONSELING adalah kontak atau
hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang
didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang
berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien (siswa).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian Bimbingan dan Konseling
(BK) adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada
individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar

konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu
memecahkan masalahnya sendiri.

B.

TUJUAN BK
Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk siswa baik individu/kelompok
agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karier; melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Tujuan
bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu memandirikan siswa dalam mengembangkan
potensi-potensi mereka secara optimal.
Sudrajat (2008) menyatakan bahwa pelayanan BK di sekolah diarahkan pada ketercapaian
tujuan pendidikan dan tujuan pelaksanaan konseling. Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah
membutuhkan pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah
demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling, yaitu
terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan
dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang
secara optimal, mandiri, dan bahagia.
Kemudian Winkle (2005:32) mengemukakan bahwa tujuan pelayanan BK yaitu supaya
orang-perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi tugas

perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas mewujudkan kesadaran dan kebebasan itu dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara
memadai.
Secara Umum, Ada 5 tujuan yang akan di capai siswa dengan usaha bimbingan dan konseling
di sekolah:

1. Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya.
Dengan mengenal diri sendiri dan lingkungannya, diharapkan siswa dapat melihat hubungan dan
kemungkinan yang tersedia serta memperkirakan apa yang dapat mereka capai sesuai dengan diri
mereka sendiri. Dengan kata lain mereka mampu untuk mengenal kelebihan dan kekurangan mereka.
2. Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis.
Maksudnya mereka dapat menerima keterbatasan yang mereka miliki, dengan mengenal keterbatasan
diharapkan mereka mampu menerima apa yang ada atau apa adanya yang terdapat pada diri mereka
secara positif dan dinamis.
3. Untuk dapat mengambil keputusan sendiri tentang berbagai hal.
Kenyataan menunjukan bahwa seseorang yang dapat menentukan sendiri dari suatu hal tanpa dipaksa
oleh pihak lain, akan memberikan kepuasan tersendirimbagi dirinya sendiri.
4. Untuk dapat mengarahkan diri sendiri.
Sejalan dengan tujuan sebelumnya, bimbingan dan konseling menginginkan agar pada akhirnya siswa
mampu mengarahkan diri mereka sendiri yang di dasarkan pada keputusan yang mereka ambil sesuai

dengan apa yang ada pada diri mereka.
5. Untuk dapat mewujudkan diri sendiri.

Dengan pengenalan diri dan lingkungan, mengambil keputusan sendiri, dan dengan mengarahkan diri
sendiri, akirnya di harapkan siswa dapat mewujudkan dirinya sendiri.

Secara khusus, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial (afektif), belajar
(akademik/kognitif), dan karier (psikomotorik).
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek pribadi-sosial siswa adalah:
1)

Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya,

2)

sekolah/madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara


3)

hak dan kewajibannya masing-masing.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan

keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.
4) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
5) Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
6) Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan
7)

martabat dan harga dirinya.
Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan

8)

kewajibannya.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk

hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silahturahmi dengan sesama manusia.
9) Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri
sendiri) maupun dengan orang lain.

2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek belajar (akademik) siswa adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang
2)

mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam
belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar

yang diprogramkan.
3) Memiliki motifasi yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4) Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku,
menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
5) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat
jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu,
dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan
yang lebih luas.
6) Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait aspek karier siswa (kebanyakan bagi siswa SMA)
adalah:
1) Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat, dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
2) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karier yang menunjang kematangan
kompetensi karier.
3) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun,
4)

tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama.
Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan

5)

keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita kariernya masa depan.
Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan,
kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan

6)

kesejahteraan kerja.
Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk

7)

memperoleh peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.
Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier. Apabila seorang siswa bercitacita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan

8)

yang relevan dengan karier keguruan tersebut.
Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier
amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka setiap orang perlu
memahami kemampuan dan minatnya dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakan ia
berminat terhadap pekerjaan tersebut.

Cara Mengatasi Masalah yang melanggar aturan di
Sekolah
Cara Mengatasi Masalah Disiplin Siswa
Hanya super teacher yang tidak mudah kesal dengan perilaku siswa yang suka melanggar disiplin di
kelas atau aturan sekolah secara umum. Saya sendiri juga suka merasa gondok... Ughhh kesal, bila
menghadapi siswa melanggar disiplin yang telah ditetapkan secara bersama. Bagaimana dengan
Bapak atau Ibu Guru?
Disiplin dan penegakan aturan di kelas dan sekolah mungkin merupakan hal yang sulit dilakukan oleh
setiap guru pemula. Guru senior? Ah...
sepenglihatan saya mereka sudah oke-oke dalam menangani ini. Pelanggaran disiplin dan aturan,
terlebih-lebih bila terjadi di dalam kelas anda tentu akan sangat mengganggu apabila sudah parah. Ini
tidak bisa dibiarkan dan harus diatasi segera. Sebenarnya masalah disiplin dan pelanggaran tidak akan
terjadi apabila guru selalu “aware’ dengan kondisi kelasnya. Ia harus senantiasa memonitor kelas:
apakah ada siswa yang berbicara alih-alih belajar? Apakah ada siswa yang melakukan suatu tindakan
sehingga mengganggu siswa lain atau membuatnya teralih perhatian dari belajar? Apabila hal-hal
kecil semacam ini telah termonitor oleh guru secara awal, maka kasus pelanggaran disiplin akan
jarang terjadi.
Ada beberapa tips atau cara yang mungkin dapat digunakan oleh Bapak / Ibu Guru berkaitan dengan
masalah disiplin dan pelanggaran aturan, yaitu:
Guru adalah Teladan
Sampai saat ini guru tetap merupakan role model bagi siswa. Guru berada dekat dengan keseharian
siswa. Guru adalah orang dewasa yang selalu berusaha membimbing mereka sehingga wajar jika guru
akan selalu menjadi teladan bagi siswa. Sebagai teladan, guru musti menunjukkan sikap yang
seharusnya sedemikian rupa sehingga perilaku yang baik, tata krama, adab, hingga semangat belajar
dan rasa keingintahuannya dapat ditularkan atau dicontoh dan dipanut oleh semua siswanya. Guru
yang suka melakukan tindakan yang bertentangan dengan disiplin sekolah cenderung juga akan selalu
berhadapan dengan siswa yang suka melanggar peraturan yang dibuatnya. Hal ini terjadi karena rasa
hormat (respect) kepada si guru juga tidak setinggi rasa hormat dengan guru lain yang berperilaku
baik.
Paling Mudah Peraturan Dikenalkan Pada Awal Tahun Pelajaran
Kapan waktu yang paling mudah untuk menyepakati suatu peraturan? Jawabannya adalah di awal
tahun pembelajaran. Guru bersama-sama siswa di kelasnya dapat menyepakati aturan-aturan disiplin
yang harus dipatuhi oleh semua orang. Ketika semua siswa telah mengetahui aturan-aturan dengan
jelas, maka mereka akan berusaha untuk mentaatinya.
Setiap Peraturan Pasti Ada Manfaatnya
Aturan dibuat secara bersama kemudian disepakati, lalu seluruh anggota kelas berkomitmen untuk
melaksanakannya sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama. Nah, aturan-aturan yang dibuat
tentunya harus ada alasannya kenapa mesti demikian. Semua aturan itu harus ada manfaatnya secara
logis dalam rangka membangun suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Peraturan tidak

dibuat asal-asalan. Itulah sebabnya semua harus disepakati dan diketahui alasannya mengapa aturan
itu diperlukan. Misalnya mengapa siswa tidak boleh makan atau minum atau ngemil saat
pembelajaran? Alasannya misalnya, makan, minum atau ngemil saat belajar akan dapat mengganggu
konsentrasi belajar, dst.
Konsistensi dan Keadilan Penerapan Peraturan
Peraturan dibuat untuk ditegakkan. Pelanggaran disiplin harus diatasi sedemikian rupa secara
konsisten dan adil bagi sesiapa saja yang melanggarnya. Ketidakadilan dan ketidakkonsistenan akan
membuat siswa yang satu menjadi tidak puas dan merasa dianaktirikan dibanding siswa lainnya. Jadi,
jika diperlukan suatu hukuman (walaupun sebaiknya dihindari), putuskanlah secara adil tanpa
melibatkan emosi.
Tangani Masalah Disiplin Sebisa Mungkin Tanpa Mengganggu Hal Lain
Banyak masalah disiplin yang sebenarnya dapat diatasi tanpa mengganggu hal lain yang seharusnya
menjadi tugas guru. Penanganan disiplin yang kurang tepat juga dapat membuat suasana kelas
menjadi tidak nyaman bagi semua siswa. Contohnya saja, pelanggaran disiplin ringan seperti
berbicara saat pembelajaran berlangsung dapat ditangai tanpa memberikan hukuman. Karena ini
hanya pelanggaran disiplin ringan, guru dapat mengatasi dengan santai tanpa harus mengganggu
pembelajaran. Jika hanya ingin membasmi kecoak di rumah anda, tentu anda tidak harus membakar
rumah bukan? Nah, misalnya untuk pelanggaran karena berbicara saat pembelajaran dapat guru atasi
dengan perlahan-lahan sambil tetap melaksanakan pembelajaran (misalnya presentasi atau
membimbing praktikum), guru dapat kemudian menyentuh bahunya dan memberi isyarat dengan
tatapan mata, bahwa perilaku berbicaranya sudah tidak sesuai dengan aturan kelas dan dapat
mengganggu siswa lain.
Hindari Konfrontasi Di Depan Siswa
Kadang-kadang siswa pada kelas yang lebih tinggi juga dapat melakukan pelanggaran disiplin yang
cukup berat dan mereka membuat dalih macam-macam yang dapat membuat guru kehilangan kendali
emosi. Nah, sebelum hal itu terjadi, haruslah diingat bahwa guru tidak boleh terlibat konfrontasi di
depan kelas dengan siswa yang melanggar peraturan tersebut. Untuk itu, guru mungkin terpaksa harus
menginterupsi pembelajaran dengan meminta siswa menemuinya nanti setelah kegiatan pembelajaran
di ruangan guru atau tempat lain yang baik, alih-alih mengajak siswa adu mulut di depan kelas.
Sediakan waktu khusus untuk siswa tersebut di luar jam pelajaran, dan berbicaralah baik-baik
kepadanya bahwa perilakunya itu sudah melanggar kesepakatan aturan kelas.
Hindari Hukuman dengan Memperbaiki Perilaku Siswa
Jangan terlalu gampang menjatuhkan hukuman kepada siswa. Hukuman seringkali berefek negatif
kepada siswa, apalagi bila siswa tersebut sering melanggar aturan dan disiplin. Usahakan terlebih
dahulu memberikan pandangan dan penyadaran bahwa apa yang telah ia lakukan itu kurang baik atau
salah dan telah melanggar aturan bersama yang telah disepakati. Ingatkan kembali siswa pelanggar
disiplin itu bahwa perilakunya akan merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain (siswa lain dan
guru). Bicara secara baik-baik seringkali justru lebih efektif dibanding menjatuhkan hukuman, apalagi
tanpa dipikirkan terlebih dahulu hukuman apa yang cocok untuk pelanggaran tersebut.

Kadang-Kadang Humor Dapat Digunakan
Beberapa perilaku negatif yang berlawanan dengan aturan sekolah atau kelas dapat diperbaiki dengan
penyadaran. Penyadaran kepada siswa-siswa karena melanggar aturan ini (terutama untuk

pelanggaran-pelanggaran ringan) dapat dilakukan dengan menggunakan humor. “Menyentil” siswa
yang melanggar disiplin seringkali kali efektif daripada memberikan nasehat yang panjang lebar.
Siswa kita berada pada masa anak-anak atau pubertas yang cenderung tidak suka diberi nasehat
panjang lebar. Memberikan sedikit sindiran dengan humor, tanpa menuju langsung kepada siswa
pelanggar akan membuat suasana kelas menjadi fresh dan maksud guru bahwa ada siswa yang
melakukan pelanggaran lalu menyadarkan mereka akan tercapai.
Tetaplah Berprasangka Baik Kepada Semua Siswa
Siapa yang suka diberi “cap”? Cap jelek dan buruk! Siapapun itu tentu tidak akan suka, demikian juga
siswa. Jadi apabila siswa kita sering berperilaku buruk dengan melanggar aturan dan disiplin, maka
janganlah mereka dicap sebagai “pelanggar peraturan”, “anak nakal”, “siswa malas”, “tukang ribut”,
dsb. Diberi stigma jelek akan membuat siswa merasa seperti itulah mereka. Dan akhirnya, secara
psikologis, mereka akan terus menerus melakukan pelanggaran aturan yang sama. Tetaplah
berprasangka yang baik kepada semua siswa. Guru harus mempunyai harapan yang tinggi bahwa
siswa-siswa akan berperilaku baik dan patuh pada aturan yang telah disepakati bersama.
Komunikasi Dengan Orang Tua Siswa dan Guru BK
Apabila guru telah mulai kewalahan menangani pelanggaran yang secara kualitas dapat dianggap
berat, maka komunikasi dengan orang tua siswa sering kali sangat membantu. Juga dengan guru
bimbingan konseling (BK). Siswa bisa saja tertutup dengan kita, tetapi misalnya, dengan pendekatan
yang lebih baik oleh guru BK, mereka akan mengutarakan apa “masalah” mereka sehingga mereka
membuat onar, dsb. Bantuan orang tua untuk terus memantau anak mereka secara sinergi dengan
pihak sekolah sering dapat mencegah perilaku buruk menjadi lebih parah. Jadi tingkatkan kualitas dan
kuantitas komunikasi dengan orang tua atau wali murid, serta guru BK untuk anak-anak dengan kasus
pelanggaran yang lebih berat.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari satu segi dapat kita lihat bahwa Bimbingan dan Konseling memiliki arti yang sama yaitu
proses pemberian bantuan terhadap seseorang, atau sekelompok orang. Dari segi lain konseling
merupakan alat dalam pemberian bimbingan, konseling juga merupakan alat yang paling ampuh
dalam keseluruhan program bimbingan atau dengan kata lain konseling merupakan titik sentral dari
keseluruhan kegiatan bimbingan. Tujuan dari Bimbingan dan Konseling yaitu (a) Untuk dapat
mewujudkan diri sendiri. (b) Untuk dapat mengarahkan diri sendiri. (c) Untuk dapat mengambil
keputusan sendiri tentang berbagai hal. (d) Untuk dapat menerima diri sendiri dan lingkungan secara
positif dan dinamis. (e) Untuk mengenal diri sendiri dan lingkungannya. Bimbingan dan Konseling
memiliki arah pelayanan seperti pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, terapeutik, dan
peminatan.

B. SARAN
Seorang guru bisa dinilai memiliki mutu kerja yang berkualitas jika bisa membimbing siswa
dengan baik, jadi hendaknya mendalami dan menguasai bidang Bimbingan dan Konseling agar jika
terjadi masalah yang di hadapi peserta didik hendaknya membimbing mereka agar menjadi pribadi
yang berkualitas pula.

DAFTAR PUSTAKA

Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling. Jakarta : Rajawali Pers.
Syahril, Riska Ahmad. 1987. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Padang: Angkasa
Raya.
Syamsu, Yusuf dan Ahmad Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rosdakarya.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta : PT Grafindo Persada.
https://nellysside.wordpress.com/2013/09/25/pelayanan-bimbingan-dan-konseling
pada satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah-kurikulum-2013-2/
http://agassigudangmahasiswa.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-tujuan-arah
pelayanan.html