LAPORAN PKL Praktek Kuliah Lapangan I GE

LAPORAN PKL (Praktek Kuliah Lapangan) I GEOGRAFI
SEMESTER I

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas nilai Mata Kuliah
Geomorfoogi, Geologi, dan Kartografi Tahun 2016 Semester I
Dosen Pembimbing:
Drs. Sriyono, M.Si
Andi Irwan Benardi, S.Pd,. M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok : 8
Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.

Ainun Nafi’ah (3201416009)
Niken Saraswati (3201416017)
Irfan Nur Syarif (3201416041)
Vitho Anugrah Pratomo (3201416025)

Selamet Dwi Prasetyo (3201416033)
Prodi: Pendidikan Geografi
Rombel : I

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR

1

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini yaitu Laporan PKL (Praktek Kuliah Lapangan)
Geografi Semester I Tahun 2016. Laporan ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan

ini. Kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Sriyono, M.Si selaku dosen pengampu Mata Kuliah Geologi
Dasar. Yang telah banyak memberi wawasan materi pembelajaran dalam
kegiatan PKL.
2. Bapak Andi Irwan Bernadi, S.Pd, S.Si selaku dosen pengampu Mata
Kuliah Geomorfologi Dasar. Yang telah banyak memberi wawasan materi
materi pembelajaran dalam kegiatan PKL.
3. Para panitia PKL Geografi tahun 2016 yang telah memberi kesempatan
dan penyediaan sarana maupun prasarana bagi seluruh peserta PKl
Geografi semester I dengan berjalan dengan baik dan lancar.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam mendapat informasi dalam
membuat laporan PKL ini.
Tak ada gading yang tak retak. Pepatah itu memang benar adanya untuk
menggambarkan laporan kami ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa dalam laporan ini. Oleh karena itu kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperberbaiki laporan kami ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan ini yaitu Laporan PKL Geografi
Semester I Tahun 2016 dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan temanteman dalam menambah wawasan mengenai kajian geomorfologi, geologi dan
kartografi dalam kegiatan PKL.

Semarang, 5
November 2016

2

Penyusun,

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

3

A. Latar Belakang
..............................................................................................6
B. Rumusan Masalah
..............................................................................................9
C. Tujuan
..............................................................................................9
D. Manfaat

....................................................................................
..........10
E. Landasan Teori
..............................................................................................11
BAB II PEMBAHASAN
A. Dataran Banjir Kali Garang
A.1 Deskripsi secara Geomorfologi
.......................................................................16
A.2 Deskripsi secara Geologi
.......................................................................18
A.3 Deskripsi secara Kartografi
.......................................................................19
B. Perbukitan Candi
B.1 Deskripsi secara Geomorfologi
.......................................................................20
B.2 Deskripsi secara Geologi
.......................................................................21
B.3 Deskripsi secara Kartografi
.......................................................................23
C. Patahan Jati Barang

C.1 Deskripsi secara Geomorfologi
.......................................................................23
C.2 Deskripsi secara Kartografi
.......................................................................23
C.3 Deskripsi secara Geologi
.......................................................................24
D. Pantai Marina
D.1 Deskripsi secara Geomorfologi
........................................................................28
D.2 Deskripsi secara Geologi
........................................................................30
D.3 Deskripsi secara Kartografi
........................................................................32
E. Rawa Pening
E.1 Deskripsi secara Kartografi
........................................................................33

4

E.2 Deskripsi secara Geomorfologi

........................................................................34
E.3 Deskripsi secara Geologi
........................................................................34
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.............36
B. Saran
.............36

....................................................................................
....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................38

BAB I
PENDAHULUAN

5


A. Latar Belakang
Geografi adalah proses pembelajaran diselenggarakan dalam ruang kelas
dapat dikembangakan daa akan lebih dikembangkan dan dihidupkan melalui
Kuliah Kerja Lapangan . Proses-proses geografi sangat perlu menghubungkan
antara teori-teori atau konsep-konsep di kelas dan praktek di lapangan.
Kegiatan Praktek Pembelajaran Geografi Lapangan merupakan kegiatan
yang selalu dilakukan oleh mahasiswa geografi pada setiap semester. Kegiatan
tersebut dilakukan untuk memenuhi tujuan proses belajar-mengajar geogarfi
yaitu menanamkan cara berpikir geografi yaitu meliputi berfikir secara kritis
mengenai faktor, proses, dan relasi terhadap fenomena-fenomena geosfer
secara komprehensif dan integral melalui pendekatan kelingkungan,
kewilayahan dalam konteks keruangan dalam segala aspek geografi.
Fenomena geosfer tidak akan dapat dipahami jika hanya dipelajari dalam kelas
dan hanya berupa teori. Tetapi fenomena geosfer tersebut harus dipelajari pula
dengan pembelajaran di luar kelas yang berupa praktek nyata di lapangan.
Agar mahasiswa dapat mengetahui sebenarnya fenomena-fenomena geosfer
itu dapat terjadi, akibat yang ditimbulkan dari adanya fenomena geosfer
tersebut, dan mengaitkan fenomena-fenomena geosfer yang ada di lapangan
dengan pembelajaran di kelas sebagai bahan pembelajaran yang tidak terpacu
hanya pada konsep atau teori saja tetapi mengkaitkan dengan fakta atau duni

nyatanya di lapangan. Seperti yang kita ketahui bahwa ilmu itu harus
dikembangkan tidak hanya melalui materi atau teori tetapi pastinya di dukung
dengan praktik yang sesuai denga keadaan yang sebenarnya.
Pada Kegiatan Praktek Pembelajaran Geografi Lapangan semester 1 ini
mahasiswa diminta untuk dapat mengkaitkan bagaimana fenomena geosfer
yang terdapat di 5 obyek yang berada di Kota Semarang. Semarang
merupakan salah satu kota yang terletak di wilayah Pantai Utara Pulau Jawa.
Kota Semaranag terletak pada garis 6o50’ – 7o10’ LS dan garis 109o35’ –
110o50’ BT. Kota Semarang memiliki beberapa macam bentuk lahan yang
berbeda dari setiap wilayah di dalamnuya. Di wilayah Kota Semarang antara

6

lain terdapat bentuk lahan fluvial, bentuk lahan marine, bentuk lahan
struktural, bentuk lahan denudasional, maupun bentuk lahan vulkanis.
Mengenai bentuk lahan Semarang yang bermacam-macam Kegiatan PKL
ditujukan untuk meneliti dan memepelajari proses terbentuknya, jenis-jenis
bentuk lahan dan karakteristinya, contoh bentuk lahan dan berbagai material
yang ada di sekitar bentuk lahan tersebut. Untuk itu pada kegiatan PKL
tersebut mengunjungi lima obyek untuk diteliti, dipelajari dan dikaikan

dengan ilmu-ilmu geografi yang telah di pelajari di kelas dengan di lapangan,
obyek-obyek tersebut antara lain Dataran Banjir Kali Garang, Perbukitan
Candi, Patahan Jati Barang, Pantai Marina dan Rawa Pening.
Di Kota Semarang terdapat bentuk lahan fluvial yaitu bentuk lahan yang
dipengaruhi oleh aktivitas aliran sungai. Di Kota Semarang terdapat beberapa
kali atau sungai yaitu Kali Garang, Kali Semarang, Kali Bodri, Kali Langse,
Kali Candi dan lainnya. Pada wilayah Kali Garang terletak di Simongan,
Semarang. Di wilayah Kali Garang terdapat contoh bentuk lahan fluvial yaitu
seperti adanya delta, dataran banjir (flood plan) Kali Garang. Muara Kali
Garang terletak yaitu kurang lebih 4 KM dari letak Kali Garang. Sumber Kali
Garang adalah Kali Kreo. Pada dataran banjir tersebut seringkali jika terjadi
kenaikan debit air pada Kali Garang akan menggenangi daerah dipinggir atau
di sekitar Kali Garang, dan menjadi masalah yang cukup serius bagi
masyarakat jika banjir atau rob menggenangi daerah di sekitarnya. Perbukitan
Candi dan Patahan Jati Barang merupakan contoh bentuk lahan struktural
yang ada di Kota Semarang. Perbukitan Candi (Candi Hills) terletak di Kel.
Bamban Kerep Desa Candi Sukuh Kecamatan Ngaliyan, adalah salah suatu
bentuk lahan yang terbentuk karena sebagai akibat tenaga tangensial yang
membentuk struktur lipatan, karena adanya gravitasi tektonik pada bagian sisi
Gunung Ungaran. Patahan Jati Barang yang treletak di kawasan TPA Jati

Barang merupakan salah wilayah yang masih berupa perbukitan srtuktural,
perbukitan lipatan. Pada wilayah tersebut terdapat pula gawir sesar atau yang
biasa di kenal dengan (escarpment) atau bidang patahan. Tanah pada daerah
tersebut terjadi pergesaran yang terjadi secara terus-menerus.
7

Pantai Marina adalah bentuk lahan marine yang ada di Kota Semarang.
Selain sebagai bentuk lahan marine, Pantai Marina dapat dikatakan pula
sebagai bentuk lahan antropogenik karena pantai marina merupakan pantai
yang terbentuk dari hasil kegiatan reklamasi atau buatan manusia. Wilayah
Pesisir Semarang memiliki topografi yang landai dengan sebagian besar
wilayahnya yang sebagian besar hampir sama dengan tingginya permukaan
laut. Pantai Marina bersifat landai dan juga merupkan bentuk dataran alluvial.
Materialnya anatara lain yaitu endapan lumpur. Rawa Pening merupakan
geosinklinal yang terbentuk sebagai akibat dari garivitasi tektonik, berupa
runtuhnya sebagian dari lereng vulkan purba Suropati. Rawa Pening sering
mengalami pendangkalan kaarena adanya proses sedimentasi karena
pertumbuhan pesat gulma yang berupa eceng gondok.
Pada obyek-obyek tersebut pasti terdapat fenomena geosfer yang secara
tidak langsung telah kita pelajari dalam geografi, akan tetapi kita hanya

mengetahui hanya dalam materi atau dalam bentuk konsep yang diajarkan
oleh dosen dikelas, akan tetapi pada kegiatan PKL ini sangat membantu
mahasiswa

geografi

dalam

memahami

fenomena

geosfer

maupun

permasalahan yang ada di lapangan dan mengkaji lebih mendalam. Dalam
Kegiatan PKL mahasiswa harus dapat mengetahui dan menganalisis
bagaimana fenomena geosfer yang ada di 5 obyek tersebut dapat terjadi di
lapangan dan dapat mengkaitkannya dengan teori atau konsep yang telah
dipelajari dikelas yang diajarkan oleh dosen. Mahasiswa dituntut dapat
terampil dalam menggunakan alat praktik dilapangan dalam mempelajari
fenomena geosfer dilapangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah fenomena geosfer yang terdapat di Dataran Banjir
Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang, Pantai
Marina, dan Rawa Pening baik dari segi geomorfologi, geologi
maupun kartografi?

8

2. Bagaimana analisis fenomena geosfer yang terdapat di Dataran
Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang, Pantai
Marina, dan Rawa Pening baik dari segi geomorfologi, geologi
maupun kartografi?
3. Bagaimana keterkaitan fenomena geosfer yang terdapat di Dataran
Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang, Pantai
Marina, dan Rawa Pening antara segi geomorfologi dengan geologi
maupun dengan kartografi serta pada konsep atau teori yang
dipelajari di kelas?
4. Bagaimana karakteristik bentuk lahan yang ada pada Dataran
Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang, Pantai
Marina, dan Rawa Pening ?
5. Material apa sajakah yang terbentuk akibat adanya bentuk lahan di
Dataran Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati
Barang, Pantai Marina, dan Rawa Pening ?
6. Bagaimana Hasil pengukuran dalam menemukan fakta dan data
fenomena geosfer dilapangan yang berkaitan dengan dari segi
geomorfologi, geologi maupun kartografi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui beberapa fenomena geosfer yang terdapat di
Dataran Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang,
Pantai Marina, dan Rawa Pening baik dari segi geomorfologi, geologi
maupun kartografi.
2. Untuk mengetahui analisis fenomena geosfer yang terdapat di Dataran
Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang, Pantai
Marina, dan Rawa Pening baik dari segi geomorfologi, geologi
maupun kartografi.
3. Untuk mengetahui keterkaitan fenomena geosfer yang terdapat di
Dataran Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang,
Pantai Marina, dan Rawa Pening antara segi geomorfologi dengan
geologi maupun dengan kartografi serta pada konsep atau teori yang
dipelajari di kelas.

9

4. Untuk mengetahui karakteristik bentuk lahan yang ada pada Dataran
Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang, Pantai
Marina, dan Rawa Pening.
5. Untuk mengetahui material yang terbentuk akibat adanya bentuk lahan
di Dataran Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan Jati Barang,
Pantai Marina, dan Rawa Pening.
6. Untuk mengetahui hasil pengukuran dalam menemukan fakta dan data
fenomena geosfer dilapangan yang berkaitan dengan dari segi
geomorfologi, geologi maupun kartografi.
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi fenomena geosfer yang ada
dilapangan dan dikaitkan dengan konsep atau teori.
2. Mahasiswa dapat termapil dalam menggunakan alat dalam pengukuran
untuk mencari data mengenai fenomena geosfer, baik alat dalam
praktikum geomorfologi, geologi maupun kartografi.
3. Mahasiswa dapat terampil menggambarkan kenampakan bnetuk lahan
yang ada dilapangan dalam bentuk sketsa yang mengandung unsur
arah, jarak, luas, dan lokasi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui keukurangan maupun kelebihan dari
fenomena-fenomena geosfer yang ada di lapangan.
5. Mahasiswa dapat berpikir kritis mengenai fenomena geosfer di
lapangan yang ditunagkan dalam bentuk laporan tertulis.
E. Landasan Teori
1. Menurut Arief Khristanto, S.Hut ( Direktur Yayasan Bintari) Kali
Garang merupakan salah satu monumen pengelolaan sumber daya air di
Kota Semarang. Kali Garang, merupakan bagian dari tiga sungai utama
di Daerah Aliran Sungai (DAS) Garang yang terdiri dari sungai Garang,
Sungai Kripik dan Sungai Kreo. Intervensi pertama terhadap Kali
Garang adalah terjadi pada masa Hindia Belanda yakni melalui
pembangunan Bendung Simongan dan Banjir Kanal Barat pada tahun
1300an. Perkembangan pada masa ini, Kali Garang di fungsikan sebagai
system pengendali banjir untuk Kota Semarang. Terdapat beberapa

10

factor yang menyebabkan penurunan kualitas air kali garang menurun,
adalah:
Pertama, aliran anak – anak sungai DAS Garang masih
mendapatkan beban pencemaran yang terus berlanjut dari aktifitas
domestik, industri maupun pertanian. Seluruh beban pencemaran ini
pada akhirnya terakumulasi di sungai utama, yakni Sungai Garang,
kedua belum teratasinya permasalahan erosi akibat terbukanya lahan
sehingga tingkat sendimentasi di sungai belum teratasinya permasalahan
erosi akibat terbukanya lahan sehingga tingkat sedimentasi di Sungai
Garang terus meningkat tiap tahunnya. Ketiga, normalisasi sungai yang
dilakukan dengan membersihkan aliran sungai dari bebatuan kecil
hingga besar mengurangi dayapulih Sungai Garang. Keempat, Kondisi
hilir Sungai Garang yang cenderung landai juga menghambat proses
aliran yang diperlukan dalam pemulihan kondisi sungai. Bahkan pada
beberapa titik,pada musim kemarau kondisi Sungai Garang berubah
menjadi anoksik atau memiliki kandungan oksigen yang sangat
kecil.Kota Semarang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah yang
memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Dengan peningkatan
kepadatan suatu kota tentunya akan meningkatkan pula volume sampah
yang dihasilkan oleh aktivitas penduduk pada kota tersebut. Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) merupakan salah satu fasilitas yang harus
dimiliki oleh suatu kota. Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang
terdapat di Kota Semarang yaitu TPA Jatibarang telah dioperasikan sejak
tahun 1992 dan telah dinyatakan overload pada tahun 2001. Untuk itu
diperlukan lokasi baru untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
di Kota Semarang. Dalam penentuan lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dapat ditinjau melalui beberapa aspek, diantaranya adalah aspek
geologi. Aspek geologi yang menjadi parameter dalam penentuan lokasi
TPA Sampah yang digunakan adalah Surat Keputusan yang dibuat oleh
pemerintah dengan standar nasional yaitu SK SNI 11-01-1993 yang

11

mencakup litologi, muka airtanah, kemiringan lereng, curah hujan, jarak
terhadap aliran sungai, jarak terhadap patahan, potensi gerakantanah,
letusan gunungapi, banjir berkala, jarak dari garis pantai, mataair, dan
permeabilitas serta aspek pendukung yang mencakup daerah lindung,
pemukiman, jarak terhadap jalan raya, dan jarak terhadap bandara.
2. Menurut Tim Pemerintahan Daerah Kotamadya Dati II Semarang,
Sejarah Kota Semarang. Bukit candi yaitu perbukitan di sebelah selatan
Semarang , dibuka untuk dijadikan sbagai wilayah kota Semarang.
Pengembangan Kawasan Industri Candi di Kelurahan Ngaliyan,
Kecamatan Ngaliyan, yang dilakukan oleh PT IPU (Indo Perkasa
Usahatama) merupakan tanah yang sebelumnya dikelola oleh PT Pokok
Pondasi yang bergerak di bidang perumahan. Pengerjaan lahan itu
dikeluhkan warga sekitar karena telah merusak lingkungan. Batas lokasi
yang mendapatkan izin keterangan rencana kota 343,5 hektar. Padahal,
Dinas Pertambangan telah menetapkan hanya ada lima bukit yang boleh
dikepras untuk tanah uruk. Lima bukit tersebut di Muktihardjo
(Kecamatan Pedurungan), Kramas Salakan (Kecamatan Tembalang),
Pucang (Kecamatan Banyumanik), dan Kalialang serta Pakintelan
(Kecamatan Gunungpati). Longsor di Ngaliyan Struktur tanah dan
kondisi lereng yang tidak stabil menyebabkan longsor. Selain itu, juga
disebabkan oleh pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan
antara lain perumahan dan industri. pengeprasan bukit dilakukan secara
serampangan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan. Misal,
pengeprasan bukit memiliki kemiringan 90 derajat, sehingga rawan
longsor. Banyak pohon di lokasi yang semula berfungsi menahan erosi,
akhirnya hilang. Pengeprasan bukit untuk keperluan tanah urug dengan
mengoperasionalkan peralatan berat, seperti begu dan puluhan truk
pengangkut juga memicu longsor di Dusun Pucung, Kelurahan
Bambankerep dan Dusun Desel, Kelurahan Ngaliyan. PT IPU
memaksakan pengeprasan sampai jarak sekitar 25 meter dari kampung.

12

Akibatnya, tanah yang sebenarnya sudah labil menjadi longsor.Tanah
warga di dusun tersebut retak-retak, bangunan dan sarana lingkungan
rusak. Kedua dusun tersebut sekarang tidak layak untuk tempat tinggal.
Pengeprasan di Kelurahan Ngaliyan berada di atas tebing dengan
ketinggian sekitar 80 meter dan kemiringan hampir 90 derajat. alat berat
yang mengepras sabuk hijau di batas permukiman mereka dengan
Kawasan Industri Candi.
3. Teori patahan Jati Barang menurut Dwiyanto patahan Jati Barang
merupakan salaha satu patahan sebagai lempeng patahan tak aktif dan
batuan cukup kuat, Dwiyanto menyarankan agar teknik grouting tetap
dilakukan agar patahan tidak bergeser. Pada lokasi-lokasi patahan dapat
dilakukan grouting dengan kerapatan tinggi. Jika pada daerah normal,
cara itu hanya dilakukan dengan satu atau dua jalur, pada zona sesar bisa
dilakukan tiga jalur. Struktur batuan di sekitar Kali Kreo dekat Patahan
Jati Barang, terdiri atas batuan breksi dan tuva. Pada kedalaman lebih di
bawah 20 meter, ditemukan lapisan lempung.
4. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Reklamasi Pantai dan
Perencanaan Bangunan Pengamanannya (2004), reklamasi pantai adalah
meningkatkan sumberdaya lahan dari yang kurang bermanfaat menjadi
lebih bermanfaat ditinjau dari sudut lingkungan, kebutuhan masyarakat
dan nilai ekonomis. Menurut Perencanaan Kota (2013), reklamasi
sendiri mempunyai pengertian yaitu usaha pengembangan daerah yang
tidak atau kurang produktif (seperti rawa, baik rawa pasang surut
maupun rawa pasang surut gambut maupun pantai) menjadi daerah
produktif (perkebunan, pertanian, permukiman, perluasan pelabuhan)
dengan jalan menurunkan muka air genangan dengan membuat kanalkanal, membuat tanggul/ polder dan memompa air keluar.
Secara geologi pantai marina merupakan pantai yang tersusun oleh
sedimentasi laut dan sungai serta terdapat endapan aluvium delta yang

13

berumur kuarter. Material aluvium delta yang berupa batulempung
merupakan litologi yang belum terkompaksi secara utuh apalagi
ditambah adanya intrusi air laut yang diakibatkan penggunaan air tanah
secara berlebihan sehingga akuifer dangkal yang ada menjadi rusak dan
terintrusi oleh air laut. Hal ini karena dipesisir pantai marina digunakan
sebagai kawasan pariwisata dan perkantoran serta kawasan huni mewah
yang sangat banyak membutuhkan air bersih sehingga banyak yang
melakukan pengeburan sumur artesis yang mencari lapisan akuifer
dalam sehingga terjadi proses kerusakan akuifer dan berdampak pada
proses land subsidence didaerah pesisir utara dan secara morfogenesa
kawasan pantai marina merupakan daerah pantai genetic yang
endapannya tersusun oleh endapan material laut dan sedimentasi sungai.
Namun penyalahgunaan fungsi sungai sebagai bahan pembuangan
limbah menjadikan daerah kawasan pantai marina menjadi daerah yang
kotor. Pantai Marina Semarang merupakan pantai yang terbentuk karena
aktivitas reklamasi. Kawasan yang direklamasi tersebut memanjang
sesuai dengan bibir atau garis pantai. Dengan pola reklamasi yang
demikian, maka ini akan melewati daerah tambak yang dimiliki oleh
petambak pada daerah tepi pantai. Lebih lanjut reklamasi ini mengarah
ke laut. Hal ini melihat daerah yang direklamasi cukup luas yaitu sekitar
200 hektar. Padahal daerah yang sebagian merupakan area tambak
kurang produktif yaitu hanya 80 hektar.
5.

Rawapening sudah terjadi sejak tahun 1967, perairan kaya akan bahan
organic (Soeprobowati et al., 2012). Sangat dimungkinkan kondisi
eutrofik tersebut sudah Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun
2012 39 terjadi sebelumnya, namun tidak terekam dalam sampel yang
diperoleh pada penelitian tahun 2008 paling tebal 63 cm. Berdasarkan
data curah hujan sejak tahun 1943, maka pada tahun 1958, 1969,dan
1997 curah hujan lebih tinggi dibandingkan tahun lainnya.

14

Sumber utama pencemaran air Danau Rawapening, khususnya
nitrogen dan fosfor berasal dari limbah penduduk, limbah ternak, limbah
pertanian dan limbah pakan ikan. Limbah ternak merupakan sumber
potensi

beban

pencemaran

air

yang

terbesar.

Limbah

ternak

berkontribusi 20.000 kg total nitrogen/hari. Sumber utama pencemaran
air Danau Rawapening, khususnya nitrogen dan fosfor berasal dari
limbah penduduk, limbah ternak, limbah pertanian dan limbah pakan
ikan.
Pulau Jawa pada dasarnya adalah ge-antiklin Jawa pada jaman
dahulu. Kemudian patah di bagian utara pada saat memasuki jaman tersier.
Terjadilah komposisi graben dan horst. Fase pencairan dan pendinginan
pada jaman es memiliki suhu sangat ekstrim, kadang gelap, dan kadang
panas. Akibatnya es mencair, lalu air laut naik. Saat inilah formasi batu
gamping terbentuk di pegunungan selatan. Terbentulah vulkan baru.
Barrier reef adalah bukit karang yang terbentuk di sekitar vulkan-vulkan
island yang baru terbentuk. Muali mengeringnya laut di sebelah utara
Pulau Jawa akibat sedimentasi mengakibatkan daerah tersebut menjadi
dangkal sehingga menjadi daratan. Namun di beberapa tempat masih
terdapat jebakan-jebakan air yang kemudian akan menjadi danau seperti
Rawa Pening dan Danau Sangiran.

BAB II
PEMBAHASAN
1. DATARAN BANJIR KALIGARANG
a. Diskripsi dataran banjir kaligarang
Kaligarang secara administratif terletak di kelurahan simongan
Kec. Gajah Mungkur Kota Semarang Jawa tengah dan mempunyai letak

15

astronomis 0700’10,8”LS 110023’46,7”BT UTM 433323 MT 9225875 MU. Induk
Kaligarang berasal dari hutan di pegunungan Ungaran mengalir ke arah utara,
bergabung dengan beberapa anak sungai menuju ke muara yaitu di laut Jawa.
Kaligarang memiliki pola aliran sungai dendritik,itu artinya kali garang berbentuk
mirip rating pohon . Anak sungai tersebut antara lain adalah Sungai Blimbing,
Sungai Kreo, Sungai Kripik dan Sungai Kranji. Kali garang memiliki panjang
total 34 km dengan luas daerah pengaliran (catchment area) 204 km2 . Dalam
kaligarang ini tentunya terdapat dataran banjir. letak dataran banjir ini tepatnya
berada di kelurahan simongan dataran banjir ini bentuk lahan asalnya merupakan
bentuk lahan fluvial.Dulunya daerah dataran banjir ini dijadikan pemukiman
untuk warga dieskitarnya,akan tetapi pada tahun 1990 terjadi banjir yang luar
biasa hingga menyebabkan kerugian baik materi maupun korban jiwa.Akibat
peristiwa tersebut pemerintah membuat tanggul untuk membatasi daratan dan
melindungi dataran disekitar kaligarang tersebut agar terlindung dari erosi,selain
tanggul pemerintah juga membuat kanal agar aliran sungai dapat teratur menuju
laut dan mengatur tata sungai didaerah perkotaan karena ciri-ciri perkotaan yang
baik adalah terdapat sugai yang mengaliri daerah tersebut,serta kanal ini
diharapkan dapat mengatasi banjir yang ada.Dulunya di kaligarang ini terdapat
break of slope sehingga diprekdisikan didaerah ini pernah terbentuk alluvial fan
atau biasa disebut dengan kipas alluvial Material yang dibawa kaligarang pada
daerah dataran banjir adalah lempung,lumpur bercampur pasir dan batu
kerikil,dan batuan penyusunnya adalah kuarter aluvium. Daerah kaligarang ini
juga dikelilingi oleh perbukitan struktural dengan formasi damar.
b. Analisis kaligarang
No
Pengukuran
1. Letak Administratif

Hasil
Kelurahan Simongan Kec.
Gajah mungkur kota semarang

2.

Letak Astronomis
UTM

Jawa tengah
7000’11,6” LS dan
110024’44,6” BT
433323 MT 9225875 MU

16

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10

Ketinggian Tempat
Bentuk Lahan Asal
Vegetasi Penutup lahan
Topografi Datar
Kemiringan Lereng
Panjang lereng
Hadap Lereng
Penggunaan Lahan

4 mdpl
Fluvial
Rumput
Datar-Landai
300
Timur
Pemukiman

.
11. Drainase Tanah
12 Suhu Tanah

Baik
320C/900F

.
13

Daya Dukung Tanah

39 kg/cm2

.
14

Gerak Massa

Labil

.
15

Soil Teskid : a. ααβ

Cepat meresap (drainase baik)

.
b. HCL

Berbuih sedang (terdapat

c. H2O2

kandungan kapur)
Agak Pekat (kandungan
organik sedang)

16

Soil Tester :

.
17

a. PH
b. Kelembapan
Kedalaman air tanah

6
3,5 %
Dangkal

.
Berdasarkan hasil pengamatan Instrumen pada saat pkl 1,Dataran banjir
kaligarang secara administratif terletak di kelurahan simongan Kec. Gajah
mungkur kota Semarang Jawa tengah dan secara astronomis kaligarang
mempunyai letak astronomis 0700’10,8”LS 110023’46,7”BT UTM 433323 MT
9225875 MU.Dataran banjir Kaligarang ini mempunyai ketinggian kurang lebih 4
mdpl memiliki bentuk lahan asal,bentuk lahan asal fluvial,dan dataran banjir ini di
tutupi oleh vegetasi rerumputan. Disekitar dataran ini digunakan warga sekitar

17

untuk wilayah pemukiman,akan tetapi secara geomorfologi daerah ini tidak cocok
untuk dijadikan sebagai wilayah pemukiman karena rawan banjir oleh sebab itu
disekitar wilayah pemukiman tersebut sudah diberi tanggul dan kanal untuk
memberi perlindungan dataran disekitar dari erosi dan banjir selain dijadikan
pemukiman daerah ini juga sangat cocok digunakan untuk daerah prtanian sebab
daerah ini tersusun atau terbentuk dari tanah alluvial yang kaya akan kandungan
organik,hal tersebut sesuai kenyataan dilapangan sebab tim kami melihat tegalan
yang ditanami jagung saat berada disekitar daerah tersebut karena dataran ini
memiliki kandungan material organik yang baik dan terdapat endapan alluvial.
Dataran banjir pada saat diukur suhu tanahnya,rata-rata suhu tanahnya sebesar
320C/900F dan memiliki daya dukung tanah sebesar 39kg/cm2. Dataran banjir ini
memiliki drainase tanah yang baik itu dapat dilihat saat tanah disekitar dataran
banjir ditetesi cairan

ααβ ,cairan tersebut cepat meresap ke tanah jadi artinya

tanah tersebut mempunyai tingkat drainase yang baik. Dataran banjir ini juga
memiliki kandungan kapur yang lumayan banyak ini dapat dilihat saat tanah
disekitar dataran banjir ditetesi HCL tanah tersebut berbuih sedang,jadi artinya
tanah

tersebut

terdapat

kandungan

kapur

didalamnya

walaupun

tidak

banyak.Dataran ini juga memiliki kandungan organik yang lumayan banyak ini
dapat dilihat saat tanah disekitar dataran banjir ditetesi cairan H2O2 tanah tersebut
langsung berubah warnanya menjadi agak pekat . dataran banjir ini memiliki PH
tanah 6 dan memiliki kelembaban 3,5%.Kedalaman air tanah di daerah ini
cenderung dangkal.Dan yang terakhir pengukuran strike dan dip Disekitar dataran
banjir ini dapat diketahui perlapisan batuannya memiliki perlapisan batuan yaitu
konglomerat dan batu pasir,saat perlapisan batuan ini diukur strike dan dipnya
menggunakan kompas geologi dapat diketahui hasilnya yaitu N 165 0 E /870
PETA PERJALANAN DARI UNNES MENUJU FLOOD PLAIN
KALI GARANG

18

CITRA SATELIT FLOOD PLAIN KALI GARANG

2. PERBUKITAN CANDI

19

Gambar 1 Sumber Google Maps

A. LETAK GEOGRAFIS DAN ASTRONOMIS
Secara geografis terletak pada Desa Candidukuh Kelurahan Bambankerep
Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah . dengan dengan
ketinggian tempat 71 mdpl.Letak astronomis 7⁰0’38” LS dan 110⁰22’0.7” BT.
Jarak dari UNNES hingga daerah ini sekitar 10 km atau dapat ditempuh sekitar 27
menit menggunakan kendaraan pribadi .
B. KONDISI FISIK GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI PERBUKITAN
CANDI
20

Daerah perbukitan candi terbentuk sebagai akibat gaya tangensial yang
membentuk struktur lipatan karena adanya grafitasi tektonik ( Collape ) pada
bagian sisi antara dari Vulkan Ungaran Tua pada akhir masa pleistocene. hasil
pengangkatan ( tenaga endogen ) dasar laut dari beberapa juta tahun yang lalu.
Secara geomorfologi bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan struktural karena
terdapat lipatan. Lipatan ini memiliki panjang 12 km hingga ke daerah
mangkang .Menurut klasifikasi ITC,1986 satuan sturuktural ditandai dengan
warna ungu . Berdasarkan klasifikasi van zuidam ,1983 satuan relief
bergelombang memiliki sudut lereng 3-7% . jenis tanah ini adalah tanah grumusol
dari batuan induk kapur dan tuff vulkanik yang pada umumnya bersifat basa
( Hasil Pengamatan denagn pH 5,8 ) sehingga kandungan organiknya
rendah( hasil pengamatan ditetesi dengan larutan H2O2T,tanah berubah menjadi
warna terang ) yang terbentuk hasil dari batuan induk . kelembapan 3,9% ini
menandakan bahwa
Berdasarkan Hasil pengamatan ,tanah disini memiliki kerentanan
menengah ,pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang
berbatasan dengan lembah sungai ,gawir tebing jalan atau jika lereng mengalami
gangguan gerakan tanah akan aktif kembali ketika curah hujan tinggi. jika ingin
membangun pemukiman tanah harus di datarkan terlebih dahulu menggunakan
paku bumi agar tidak bergeser karena tanah ini memiliki plastisitas tinggi dengan
tingkat mengkerut tinggi selain pemukiman tanah disini juga dimanfaatkan untuk
tegalan dominasi pohon jati . Suhu tanahnya 32⁰C atau 91 ⁰F sedangkan daya
dukung tanahnya 45 kg/m³ .
Diuji dengan larutan ααβ larutannya cepat meresap berarti tanah disini
drainasenya cukup baik jika drainasenya cukup baik maka aliran permukaannya
baik ,dengan larutan HCL tidak berbuih jadi tanah disini tidak mengandung
kapur.tanah didaerah ini dimanfaatkan untuk tegalan dengan jenis tanaman pohon
jati . tidak terdapat sungai didaerah ini sehingga jenis kedalaman air
tanahnya( sumur ) merupakan air tanah dangkal .

Tabel Hasil Pengamatan Di lapangan

21

Alat
Hasil
Penetrometer
45 Kg/m³
Soil Tester
a.pH
5,8
b.kelembapan
3,9 %
Soil teskid
a.ααβ
Drainase baik
b.HCL
Tidak berbuih
c.H2O2
Warna terang
Thermometer Tanah
32 C atau 91 ⁰ F
Perlapisan daerah ini disusun oleh batuan konglomerat .diukur dengan
kompas geologi dapat simpulkan bahwa arah lereng 165 ⁰ dari arah utara dengan
sudut 87 ⁰.

saat dilapangan ditemukan batuan sedimen klastik yaitu batu konglomerat
dengan tekstur greeded bedding warna batuannya coklat kehitaman . komposisi
mineralnya berupa fragmen bongkah yang umumnya agak membulat, matrik pasir
dan semennya berupa karbonat ,ukuran butir 2-256 milimeter . karena terdapat
fragmen lain pada batuan ini secara otomatis sortasi pada batuan ini buruk dan
kemasnya terbuka .
Daerah ini formasi batuannya adalah formasi damar berumur kuarter yang
terdiri dari batu pasir tuffan ,konglomerat dan breksi vulkanik . batu pasir tuffan
berwarna kuning kecoklatan berbutir halus-kasar komposisinya terdiri dari
mineral mafik ,feldspar,dan kuarsa dengan masa dasar tuffan ,porositas
sedang,keras. Batu konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman
komponennya terdiri dari andesit,batu apung,basalt

berukuran 0,5-5 cm

,memundar tanggung hingga membundar baik . breksi vulkanik mungkin
diendapkan sebagai lahar berwarna abu-abu kehitaman komponenna terdiri dari
22

andesit dan basalt berukuran 1-20 cm ,menyudut-memundar tanggung ,agak keras
. untuk formasi Kaligetas berumur miosen akhir hingga pliosen batuannya terdiri
dari napal,batu pasir tuffan dan gamping.

TPA Jatibarang

Gambar 2 Sumber Google Maps
1. LETAK GEOGRAFIS DAN LETAK ASTRONOMIS

23

Letak Geografis TPA Jatibarang berada di kelurahan Bambankerep
kecamatan Ngaliyan Kota semarang Provinsi Jawa tengah . lokasinya dekat SMA
N 7 semarang dan kompleks perumahan bukit candi .Letak Astronomis 7⁰1’5,5’
LS 110⁰21’19,9” BT dengan ketinggian tempat 171 mdpl diukur menggunakan
GPS ( Global Position System ) . jarak dari UNNES ke Jatibarang sekitar 17 km
dengan waktu tempuh 34 menit menggunakan kendaraan pribadi .
2. KONDISI FISIK SECARA GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI
Perbukitan Candi adalah termasuk pegunungan lipatan yang terletak
di sebelah utara plato breksi notopuro. Perbukitan ini meliputi daerah selebar
antara 4 - 8 km, dengan bukit-bukit yang tidak teratur letaknya pada ketinggian
rata-rata 100 mdpl.
Lipatan-lipatan pada Bukit Candi terjadi akibat peluncuran ke bawah
kerucut volkan Ungaran Tua pada waktu peruntuhan, sehingga dataran di sebelah
utaranya terdesak dan terlipat.
Batuan dasar Bukit Candi terdiri dari lapisan Notopuro dan lapisan
Seri Damar. lapisan Semi Damar adalah lapisan sedimen klastika dari Ungaran
tua. Batuan seri damar dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: (1) Seri Damar
Bawah, terdiri dari konglomerat bercampur dengan komponen batu kapur, pasir
dan tanah liat; (2) Seri Damar Tengah, terdiri dari breksi bercampur dengan
komponen batu kapur, batu pasir dan tanah liat; (3) Seri Damar Atas, terdiri dari
batu pasir, tuff, dan berselingan dengan lapisan endapan marine yang berupa tanah
liat napalan yang mengandung pasir.
Daerah di jatibarang secara geomorfologi merupakan bentuk lahan
struktural ,pada peta geomorfologi lahan struktural ditandai dengan warna orange.
Berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng Menurut Van Zuidam kemiringan 20 %
merupakan topografi berbukit . sedangkan berdasarkan klasifikasi Menurut Went
Worth kemiringan 20% termasuk dalam kelas III dengan keterangan agak
curam ,kondisi lereng yang agak curam ini mengakibatkan pengaruh gaya berat

24

pemindahan bahan –bahan terlepas meninggalkan lereng semakin besar dan
aliran permukaan sedang sedangkan tingkat erosinya cukup besar ,panjang
lerengnya 10 meter menghadap ke arah barat . vegetasi penutupnya adalah semak
dan tanaman liar . lahan ini cocok dijadikan tempat pembuangan akhir karena
daerah ini patahan berbahaya jika dibangun pemukiman atau pabrik namun
pengelolaan TPA harus lebih baik dan terstruktur.
Suhu tanah daerah ini adalah 34⁰c atau 94⁰F ,sedangkan jika diukur
dengan larutan H202, warna tanah berubah terang ini berarti tanah tersebut
mengandung sedikit bahan organik karena daerah ini TPA sehingga tanahnya
terkontaminasi tumukan sampah yang sulit teruraikan ,sedangkan jika ditetesi
larutan HCL tidak berbuih artinya tidaak mengandung kapur .jika ditetesi larutan
ααβ larutanna meresapnya lama ini tandanya drainasenya lambat jika drainase
tanahnya lambat ketika diguyur hujan airnya akan mengenang dan dapat
menimbulkan potensi banjir .
Kelembapan daerah ini 3% dengan pH 6,2 tanah ini tapat disebut
basa karena pHnya kurang dari 7 .
Tabel Hasil Pengamatan Di Lapangan
Alat
Penetrometer
Soil Tester
a.Ph
b.kelembapan
Soil teskid
a.ααβ
b.HCL
c.H2O2
Thermometer Tanah

Hasil
25 Kg/m³
6,2
3,0 %
Drainase Lambat
Tidak Berbuih
Warna Terang
34⁰ atau 94⁰F

Peta Geologi Semarang

25

Daerah jatibarang formasi batuannya adalah formasi damar berumur
kuarter yang terdiri dari batu pasir tuffan ,konglomerat dan breksi vulkanik . batu
pasir tuffan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus-kasar komposisinya terdiri
dari mineral mafik ,feldspar,dan kuarsa dengan masa dasar tuffan ,porositas
sedang,keras. Batu konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman
komponennya terdiri dari andesit,batu apung,basalt

berukuran 0,5-5 cm

,memundar tanggung hingga membundar baik . breksi vulkanik mungkin
diendapkan sebagai lahar berwarna abu-abu kehitaman komponenna terdiri dari
andesit dan basalt berukuran 1-20 cm ,menyudut-memundar tanggung ,agak keras
. untuk formasi Kaligetas berumur miosen akhir hingga pliosen batuannya terdiri
dari napal,batu pasir tuffan dan gamping.
terdapat gawir sesar atau disebut pula bidang patahan .pada bagian atas
diebut hanging wall dn bagian bawah disebut footwall .untuk mengetahui daerah
tersebut patahan atau tidak dapat dilihat dari adanya sumber mata air / spring .
daerah ini rawan longsor karena daya dukungnya rendah yaitu 25 kg/cm³ .daerah
jatibarang ini terdapat Kali Kreo .air tanah bebas merupakan air yang terdapat
pada lapisan pembawa air ( akuifer ) dan tidak tertutup lapisan kedap air hal ini
menjadikan masyarakat sekitar daerah jatibarang kedalaman air tanahnya
termasuk air tanah dalam .
Ketika berada dilapangan, ditemukan perlapisan lereng dengan batuan
penyusun konglomerat dan diukur dengan kompas geolgi dapat dilihat bahwa
diukur dari arah utara 340 ⁰ dengan sudut kemiringan lereng 74⁰ .

26

Gambar Batu Andesit
Ditemukan pula batuan beku yaitu batuan andesit yang merupakan batuan
beku luar . batuan beku ini hasil dari sisa-sisa letusan gunung ungaran . struktur
batu andesit ini adalah xenolitis dilihat dari batuannya terdapat suatu fragmen
yang tertanam dalam batuan ini .batuan andesit termasuk dalam holokristalin
karena terdiri dari massa kristal dengan teksturnya afanitik karena buturnya halus
< 1 mm tidak dapat dilihat menggunakan mata sehingga memerlukan komparator
bentuk kristal euhedral dan relasinya inequigranular .komposisi pada batu andesit
ini ada mineral felsik terdiri dari ( 75 % plagioklas sebesar 45% dan ortoklas
30% ) dan mineral mafik terdiri dari ( hornblende 25% ) .batu andesit ini banyak
ditemukan didaerah perbukitan . Dalam teknik sipil batu andesit dapat
dimanfaatkan menjadi bahan bangunan

3.

PANTAI MARINA
1. Deskripsi

27

Pantai tentu akan berbeda dengan pesisir, namun orang awam sering
menyalah artikan pantai dengan pesisir. Pesisir merupakan daerah yang masih
terkena efek dari kegiatan air laut mulai dari bibir pantai sampai batas daerah yang
terkena efek kegiatan air laut tersebut (Sriyono, PKL 1 Geografi 2016).
Sedangkan pantai adalah bagian dari muka bumi dari muka air laut rata-rata
terendah sampai permukaan air laut rata-rata tertinggi (Sandy,1996). Di Kota
Semarang terdapat tempat wisata berupa pantai yang terkenal yakni Pantai
Marina.
Pantai Marina merupakan salah satu pantai yang ada di Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah. Secara letak administrasi, pantai ini terletak di Kelurahan
Tawangsari Semarang Barat, tepatnya di Jalan Yos Sudarso sekitar komplek PRPP
(Pekan Raya Promosi dan Pembangunan). Dan secara astronomis, pantai ini
terletak pada 6,95°LS dan 110,38°BT dengan koordinat UTM 49M 431512
MT 9231734 MU. Pantai ini merupakan pantai yang digunakan sebagai objek
wisata dan objek wisata pantai ini merupakan salah satu pantai wisata primadona
bagi masyarakat Semarang khususnya. Pantai Marina biasanya selain untuk
berekreasi oleh masyarakat sekitar, juga digunakan untuk memancing ikan.
Pantai Marina ini dulunya adalah sebuah pantai berpasir yang indah, Yang
dimana Pantai Marina ini semulanya adalah tempat tambak ikan dan pohon bakau
atau mangrove. Namun seiring berjalannya waktu kawasan ini direklamasi oleh
pemerintah. Pantai ini direklamasi untuk kepentingan perumahan dan gedunggedung pendukung kegiatan yang ada di Kota Semarang. Reklamasi yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap Pantai Marina Semarang telah diatur dalam
SK Wali Kota Semarang No. 590/04310 tanggal 31 Agustus 2004 dan mengacu
pada Perda Kota Semarang No. 5 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Semarang Tahun 2000-2010 dan Perda Kota Semarang No. 8 Tahun
2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Namun walaupun
demikian Pantai Marina tetap menjadi andalan untuk berwisata bagi warga Kota
Semarang.
2. Tabel Hasil Pengamatan

28

-Bentuk Lahan dan Penggunaan Lahan
Nama
Objek
Pantai

Lokasi/Letak
Administrasi
Astronomis
Kelurahan
6,95°LS dan

*Marine

Marina

Tawangsari,

*Antropogebik

Semarang
Barat,

Kota

Semarang,

110,38°BT
UTM :
49M
431512 MT
9231734 MU

Bentuk Lahan

(Reklamasi)

Penggunaan
Lahan
*Perumahan/
Pemukiman
*Gedung
sarana
penunjang
kegiatan

Provinsi Jawa

program

Tengah

Pemkot
Semarang
dan

Pemda

Jateng
*Wisma Atlet
-Topografi dan Penggunaan Tanah
Nama
Objek

Topografi

Pantai

Datar-

Marina

Landai

Ketinggian

Suhu
Tanah

Daya
Dukung

Drainase

Tanah

340C
0 Mdpl

atau

40Kg/m2

930F

Buruk

Gerak
Massa
Cukup
Stabil

Ph

Kelembapan

5,1

4,5%

Soil Teskid
Bahan
Alva Alva Biviridil
Bahan
HCl
H202

Hasil
Lambat
Hasil
Tidak Berbuih
Terang

Keterangan
Drainase Buruk
Keterangan
Tidak ada zat kapur
Organik Sedikit

3. Keadaan Fisik Pantai Marina
Pantai Marina yang ada di Kota Semarang merupakan pantai wisata yang
cukup diminati oleh wisatawan yang ada di Semarang. Pantai Marina sendiri
29

mempunyai keadaan fisik yang berbeda dengan pantai-pantai lain yang ada di
Jawa Tengah. Keadaan fisik yang ada pada penjelasan berikut ini merupakan
jabaran dari tabel hasil penelitian yang sudah ditulis dan disusun berdasarkan hasil
kegiatan PKL 1 pada tanggal 5 November 2016. Keadaan fisik yang terdapat ada
Pantai Marina adalah sebagai berikut :
a. Bentuk Lahan
Bentuk lahan pantai biasanya dikenal dengan daerah dengan pasir
yang terhampar luas dan memanjang. Namun beda hal nya dengan
Pantai Marina yang dimana pantai ini tidak ada pasirnya. Hal ini
dikarenakan pantai tersebut direklamasi oleh pemerintah. Asal mula
lahan pada pantai ini pada awalnya adalah bentuk lahan asal marine.
Jelas sudah pantai ini dulunya mempunyai hamparan pasir. Namun
seiring berjalan nya waktu daerah tersebut direklamasi oleh
pemerintah, hal ini dikarenakan untuk kepentingan perumahan serta
pembangunan sarana dan prasarana pendukung Kota Semarang.
Contohnya adalah pada kompleks tersebut terdapat gedung gedung
seperti PRPP, Marina Convention Centre, Wisma Atlet Wushu,
Perumahan, dan lain sebagainya. Jadi, setelah direklamasi maka bentuk
lahan akan berubah yang awalnya berupa bentuk lahan marine menjadi
bentuk lahan antropogenik. Bentuk lahan antropogenik adalah bentuk
lahan yang tercipta akibat proses kegiatan manusia (Versstappen,
1983). Bentuk lahan antropogenik ini salah satunya adalah reklamasi.
b. Penggunaan Lahan
Di Pantai Marina Semarang penggunaan lahan sekarang adalah
untuk bidang pariwisata dan pemukiman, Wisma Atlet Wushu serta
gedung-gedung sarana kegiatan yang ada di Semarang. Hal ini terjadi
dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan kebutuhan
tempat tinggal bagi masyarakat Kota Semarang khususnya yang
berada di kawasan pantai utara Semarang. Karena dapat diketahui
30

bahwa Semarang salah satu kota yang padat di Indonesia, maka dari
itu kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring berkembangnya
waktu.
c. Topografi dan Keadaan Tanah
Pantai Marina berada pada ketinggian 0 mdpl dan mempunyai
topografi yang datar lantai. Hal ini dikarenakan Pantai Marina
merupakan wilayah muara dari sungai-sungai yang melalui Kota
Semarang yang bermuara di Laut Jawa.
Berdasarkan kegiatan PKL 1 bagian

keadaan tanah di Pantai

Marina, dapat disimpulkan yakni tanah yang berada di pantai tersebut
mempunyai suhu sebesar 34oC atau 930F. Daya dukung tanah yang ada
pada daerah tersebut adalah sebesar 40 Kg/m2 dengan demikian gerak
massa pada daerah tersebut adalah cukup stabil. Untuk penelitian
dengan menggunakan soil teskid, keadaan tanah pada daerah tersebut
adalah drainase nya buruk, hal ini dibuktikan dengan lambatnya cairan
Alva-Alva Biviridil meresap ke tanah. Selanjutnya pada daerah
tersebut tidak terdapat kapur, hal ini dibuktikan dengan tidak
berbuihnya tanah ketika ditetesi cairan HCl. Dan yang terakhir pada
daerah tersebut juga mempunyai kadar organik yang sedikit, hal ini
ditandai dengan ketika ditetesi oleh H2O2 tanah tersebut terang. Dan
juga tanah di daerah ini mempunyai Ph 5,1 dan kelembapan 4,5%.
Serta pada daerah ini karena daerah pantai yang dekat dengan laut
maka kedalaman air sumur atau air tanah adalah dangkal.
Dapat disimpulkan bahwa daerah tersebut memang tidak cocok
ditanam untuk tanaman pangan karena daerah tersebut tidak terlalu
subur. Daerah tersebut hanya dijumpai tanaman liar berupa semak dan
pohon-pohon liar serta beberapa pohon yang sengaja ditanam seperti
cemara laut.
PETA PERJALANAN

31

32

4. RAWA PENING

PETA RUTE PERJALANAN
UNNES-RAWA PENING

SKALA 1:500.000
LEGENDA
: JALAN RAYA
: JALAN
BESAR/TOL
: RUTE
PERJALANAN
: GUNUNG
: RAWA
: LOKASI UNNES
: LOKASI RAWA
33

PENING
SUMBER

: GOOGLE MAPS

1. LETAK GEOGRAFIS RAWA PENING
Danau Rawapening berada di Kabupaten Semarang, dan daerah tangkapannya
sebagian besar berada di Kabupaten Semarang serta hanya sebagian kecil berada
di Kota Salatiga tepatnya wilayah Kecamatan Sidomukti dan Kecamatan
Argomulyo.

Areal

danau

Rawapening

secara administratif

masuk

4

Kecamatan di Kabupaten Semarang yakni :
-

Sebelah Utara

: Kecamatan Bawen

-

Sebelah Selatan

: Kecamatan Banyubiru

-

Sebelah Timur

: Kecamatan Tuntang

-

Sebelah Barat

: Kecamatan Ambarawa

2. LETAK ASTRONOMIS
Danau Rawapening terletak pada Astronomi 704‘ LS - 7030‘ LS dan 1100
24‘46‘‘ BT – 110049‘06‘‘ BT
3. PEMBAHASAN RAWA PENING
Rawa pening memiliki luas luas 2.670 hektar. Rawa pening dahulu merupakan
sebuah ledokan atau cekungan seiring bertambahnya waktu ledokan tersebut terisi
oleh air yang berasal dari berbagai sungai (sungai Galeh, Torong, Panjang,
Muncul, Parat, Legi, Pitung, Praginan dan Rengas) yang kemudian air tersebut
terperangkap dan jadilah rawa pening yang kita kenal sekarang. Rawa ini
dikelilingi oleh beberapa gunung di antaranya gunung merbabu dan gunung
telomoyo. Pola aliran sungai pada rawa ini yaitu radial senrtipetal. Permasalahan
yang ada pada danau ini yaitu ledakan peningkatan populasi enceng gondok yang
berlebih sehingga terjadilah peristiwa eutrofikasi berkurangnya kadar oksigen
dalam air yang mengakibatkan matinya biota dalam air rawa tersebut khususnya
ikan, namun permasalahan ini tidak selalu berdampak negatif berdasarkan
pengamatan pkl yang telah dilakukan masyarakat sekitar juga memanfaatkan

34

enceng gondok ini untuk dijadikan kerajinan yang bernilai ekonomis sehingga
dapat juga meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar rawa tersebut.

35

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Geografi adalah proses pembelajaran diselenggarakan dalam ruang kelas dapat
dikembangakan daa akan lebih dikembangkan dan dihidupkan melalui Kuliah
Kerja Lapangan . Proses-proses geografi sangat perlu menghubungkan antara
teori-teori atau konsep-konsep di kelas dan praktek di lapangan. Semarang
merupakan kota yang memiliki berbgai macam bentuk lahan antaralain bentuk
lahan marine, bentuk lahan fluvial, bentuk lahan struktural, denudasional, dan
bentuk lahan vulkanis. Mengenai bentuk lahan Semarang yang bermacam-macam
Kegiatan PKL ditujukan untuk meneliti dan memepelajari proses terbentuknya,
jenis-jenis bentuk lahan dan karakteristinya, contoh bentuk lahan dan berbagai
material yang ada di sekitar bentuk lahan tersebut. Untuk itu pada kegiatan PKL
tersebut mengunjungi lima obyek untuk diteliti, dipelajari dan dikaikan dengan
ilmu-ilmu geografi yang telah di pelajari di kelas dengan di lapangan, obyekobyek tersebut antara lain Dataran Banjir Kali Garang, Perbukitan Candi, Patahan
Jati Barang, Pantai Marina dan Rawa Pening.
B. Saran
Kegiatan PKL 1 tahun 2016 untuk jurusan Geografi Universitas Negeri
Semarang telah usai. Acara PKL yang pertama untuk mahasiswa baru jurusan
Geografi ini Alhamdulillah telah berjalan dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan. Namun, untuk kedepannya perlu lah rasanya untuk sebuah evaluasi
dalam hal pelaksanaan kegiatan ini. Kami memberikan saran untuk panitia
penyelenggara, untuk ke depannya acara PKL ini alangkah baik nya dilaksanakan
secara tepat waktu. Karena supaya ketika melakukan kegiatan praktek di lapangan
mahasiswa tidak tergesa-gesa atau terburu-buru. Disiplin waktu mulai dari

36

sekarang, jadikan pengalaman tahun ini menjadi tolak ukur kegiatan PKL
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari.2012.Pengantar Geologi.Yogyakarta.Graha Ilmu
Suharini, Erni dan Abraham Palangan.2008.Geomorfologi Gaya, Proses, dan
Bentuk Lahan.Yogyakarta:Yrama Widya
Ayuningtyas, Ranum.2008.”Karakteristik Fisik”
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122841-GEO.004-08-Karakteristik
%20Fisik-Literatur.pdf
(diakses pada 10 November 2016)

37

Rosmiati, Vita.2014.”Reklamasi Pantai Marina Semarang”
https://www.academia.edu/11715371/REKLAMASI_PANTAI_MARINA
_SEMARANG
(diakses pada 10 November 2016)

DOKUMENTASI KELOMPOK

38

LAMPIRAN
*Geomorfologi
-Dataran Banjir

39

-TPA Jatibarang

40

-Pant