Disfungsi Keluarga dalam Novel Cinta Masih Ada Karya Embart Nugroho: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra

BAB II
KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa

konkret. (Alwi, dkk, 2003:588). Konsep digunakan sebagai dasar untuk
menjelaskan dan mendeskripsikan topik yang akan dibahas. Konsep yang
dimaksud

adalah

analisis

objek

novel

Cinta


Masih

Ada

yang

berupadisfungsikeluarga dalam cerita. Dari uraian di atas, penelitian ini akan
menggunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitian.

2.1.1

Novel
Novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan

serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. (Sudjiman, 1998:53). Novel
tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai pembelajaran untuk para
pembacanya.

2.1.2


Disfungsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) kata fungsi berarti

kegunaan suatu hal, sedangkan, disfungsi adalah perihal tidak berfungsi secara
normal atau terganggu fungsinya. (KBBI, 2005:268).

6
Universitas Sumatera Utara

2.1.3

Keluarga
Menurut Burgess dan Locke (dalam Khairuddin, 1997:7) Keluarga

merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang
menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan si istri, ayah dan ibu, putra
dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut
dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan
melalui sentimen-sentimen, yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi

emosional, yang menghasilkan pengalaman. Keluarga dapat digolongkan ke
dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya saling mengadakan
kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para anggotanya.

2.1.4

Disfungsi Keluarga
Keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat perhatian kehidupan

individu, maka dalam kenyataannya fungsi keluarga pada semua masyarakat
adalah sama. Dengan terbentuknya keluarga yang harmonis dan menjalankan
fungsi keluarga dengan baik maka akan timbul kebahagiaan. Keluarga yang tidak
harmonis dan gagal dalam menjalankan fungsi yang seharusnya akan
menimbulkan banyak masalah dan tidak merasa ada kenyamanan dalam keluarga.
Hubungan yang terjalin di dalamnya tidak berjalan dengan harmonis,
seperti fungsi masing-masing anggota keluarga tidak jelas atau ikatan emosi antar
anggota keluarga kurang terjalin dengan baik. (Siswanto, 2007:19).

7
Universitas Sumatera Utara


2.2

Landasan Teori
Dalam penelitian ini digunakan teori sosiologi sastra. Menurut pandangan

Wolf (dalam Faruk, 1994:3) Sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa
bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris
dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masingmasingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan
dengan hubungan sastra dengan masyarakat.
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.
Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai
cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra
adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan
menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu
yang mampu merefleksikan zamannya. (Endraswara, 2008:77).
Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam
kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati
demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan.
Dari sini, tentu sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah.

(Endraswara, 2008:78).
Selain teori sosiologi sastra, peneliti juga menggunakan sosiologi
keluarga. Saat ini sosiologi keluarga telah merupakan ilmu yang banyak dibahas
secara tersendiri, karena banyak aspek-aspek sosiologis yang timbul dari
hubungan-hubungan di dalam dan antar keluarga. Dalam hubungannya dengan
keluarga, sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia

8
Universitas Sumatera Utara

dengan manusia lainnya, meletakkan titik berat hubungan ini dalam hubungan
antar anggota keluarga, dan akibat-akibat yang di timbulkan oleh adanya
hubungan tersebut.
Sosiologi keluarga adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar individu
di dalam keluarga, hubungan keluarga dengan keluarga lainnya, serta segala
aspek-aspek yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut. (Khairuddin, 1997:4).
Jika keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga yang
bersangkutan akan mengalami apa yang dinamakan broken home. Dimaksud
dengan keutuhan keluarga, yaitu keutuhan struktur dalam keluarga. Di samping
adanya seorang ayah, juga adanya seorang ibu beserta anak-anaknya. Selain itu,

juga adanya keharmonisan dalam keluarga. Dalam keluarga yang broken home,
sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan
disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang
bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsi
keluarga yang sebenarnya.
Menurut Setiadi dan Kolip (2010:312) kegagalan dalam menjalankan
fungsi keluarga dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya:
1. Faktor pribadi. Suami istri kurang menyadari akan arti dan fungsi
perkawinan yang sebenarnya. Misalnya, sifat egoisme, kurang adanya
toleran, kurang adanya kepercayaan satu sama lain.
2. Faktor situasi khusus dalam keluarga. Beberapa di antaranya:
a. Kehadiran terus-menerus dari salah satu orang tua baik dari pihak
suami atau istri mereka.
b. Karena istri bekerja dan mendambakan kedudukan yang lebih tinggi
dari suaminya.
c. Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah.
d. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar.
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas inilah yang menyebabkan
fungsi keluarga tidak dapat berjalan semestinya, antara lain:


9
Universitas Sumatera Utara

1. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi, yaitu suami istri tidak kerasan
tinggal di rumah serta timbul sikap dingin dan masa bodoh dari pihak istri
dalam memenuhi kebutuhan seksual;
2. Fungsi pemeliharaan. Orang tua kehilangan atau kurang menjadi
kebutuhan psikologis anak;
3. Fungsi sosialisasi, anak-anak menjadi terlantar akibat kurang mendapat
perhatian orang tua; serta
4. Fungsi-fungsi keluarga lainnya yang tidak dapat dijalankan dengan baik.

2.3

Tinjauan Pustaka
Novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho adalah novel yang

peminatnya adalah remaja. Bahasa yang disampaikan adalah bahasa khas remaja.
Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada yang mengkaji novel tersebut.
Sebelumnya telah banyak yang melakukan penelitian tentang disfungsi

keluarga. Penelitian dengan pendekatan semiotika tetapi dengan masalah yang
sama telah dilakukan oleh Fikri Rachmat (2014) dalam jurnalnya yang berjudul
Representasi Disfungsi Keluarga dalam film Realita Cinta dan Rock ‘n Roll
analisis : Semiotika. Tujuan penelitian ini adalah melihat representasi-representasi
disfungsi keluarga. Penelitian ini memfokuskan pada adegan yang ada dan makna
dari adegan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi disfungsi keluarga yang
terdapat dalam film ”Realita Cinta dan Rock „n Roll” merupakan gambaran
dinamisme dalam beberapa keluarga yang sering terjadi dalam realita kehidupan
di keluarga pada zaman modern ini. Terlepas dari semua itu, cinta dan kasih
sayang merupakan jembatan untuk memperbaiki disfungsi yang ada.
Penelitian selanjutnya oleh Triyanina Sari (2011) dalam Skripsi yang
berjudul ‟‟Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia”. Penelitian ini

10
Universitas Sumatera Utara

menggunakan analisis hermeneutika dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Fokus dari penelitian ini adalah masalah disfungsi keluarga
yang tertuang dalam film dan menggambarkannya dalam teks. Hasil analisis film

”Mereka Bilang Saya Monyet!”, ”Bestfriend?”, dan ”Kata Maaf Terakhir”
adalah bentuk perilaku disfungsi keluarga tidak hanya muncul secara eksplisit
(manifest content), namun juga secara implisit (latent content). Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan yang menggambarkan bentuk perilaku disfungsi
keluarga dalam ketiga film tersebut, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
a. Ketiga film tersebut mengkomunikasikan tentang adanya disfungsi keluarga
dan segala problematikanya yang terdapat dalam ketiga film. Disfungsi religius
dan disfungsi ekonomi dan unit produksi yang ditemukan dalam film ”Kata
Maaf Terakhir”, masalah kekerasan, pelecehan seksual, penolakan, child
abuse, perkosaan, dan disfungsi afeksi, serta disfungsi pemeliharaan dan
perlindungan yang termuat dalam film ”Mereka Bilang Saya Monyet!”, serta
disfungsi sosialisasi dan pendidikan yang terdapat dalam film ”Bestfriend?”.
b. Disfungsi keluarga yang diangkat ketiga film tersebut dalam penelitian ini
membuktikan bahwa disfungsi keluarga merupakan sebuah fenomena yang
sudah banyak terjadi dalam masyarakat Indonesia yang tidak lagi menjadi
suatu hal yang dianggap tabu, dan dibicarakan secara tersembunyi dan personal
seperti pelecehan seksual pada anak, perceraian, dan perselingkuhan.
Selanjutnya oleh Wan Sulferina dan Ahyani Radhiani Fitri (2011) dalam
jurnalnya yang berjudul ”Disfungsi Keluarga dan Gangguan Tingkah Laku pada
Anak Penghuni Lembaga Permasyarakatan Pekanbaru, Riau”.Tujuan yang ingin


11
Universitas Sumatera Utara

dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara disfungsi
keluarga dengan gangguan tingkah laku pada anak penghuni Lembaga
Pemasyarakatan (LAPAS) Pekanbaru, Riau. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Try Out terpakai karena menimbang jumlah subjek yang sedikit
dan terbatas. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara disfungsi keluarga dan gangguan tingkah laku dengan sumbangan efektif
sebesar 0,21 atau 21%.

.

12
Universitas Sumatera Utara