Disfungsi Keluarga dalam Novel Cinta Masih Ada Karya Embart Nugroho: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra

(1)

DISFUNGSI KELUARGA DALAM NOVEL

CINTA MASIH ADA

KARYA EMBART NUGROHO:

SUATU TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA

SKRIPSI OLEH:

APRILLIA LESTARI 110701056

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Disfungsi Keluarga dalam Novel

Cinta Masih Ada

Karya Embart

Nugroho: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra

APRILLIA LESTARI NIM 110701056

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan menulis Skripsi dalam bidang ilmu sastra dan telah disetujui oleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. Drs. Isma Tantawi, M.A.

NIP 19620925 198903 1 017 NIP 19600207 198601 1 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP 19620925 198903 1 017


(3)

Disfungsi Keluarga dalam Novel

Cinta Masih Ada

Karya Embart

Nugroho: Suatu Tinjauan Sosiologi Sastra

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi saya ini bukanlah karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi oleh orang lain dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Agustus 2015 Peneliti,


(4)

Disfungsi Keluarga dalam Novel

Cinta Masih Ada

Karya Embart Nugroho

Aprillia Lestari

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

ABSTRAK

Sastra adalah Karya sastra merupakan ungkapan ide manusia dari pengalaman pribadi. Salah satu karya sastra yang dianggap sebagai cerminan kehidupan nyata adalah novel. Penelitian ini membahas tentang penyebab dan dampak disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan penyebab disfungsi keluarga yang terdapat pada novel Cinta Masih Ada dan Mendeskripsikan dampak-dampak disfungsi keluarga yang terdapat pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho. Penelitian ini diharapkan bermanfaat memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sastra dalam kajian sosiologi sastra.Teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik menyimak, dan teknik catat. Pada penelitian ini akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku dengan objek penelitian novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode kerja yang diterapkan yaitu menganalisis penyebab disfungsi keluarga Chacha dan dampak disfungsi keluarga Chacha. Hasil penelitian dapat disimpulkan pada novel Cinta Masih Ada terdapat beberapa penyebab disfungsi keluarga yaitu faktor pribadi, dan fakor situasi khusus dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan memberikan dampak pada seluruh anggota keluarga yaitu fungsi kebutuhan seks dan reproduksi, fungsi pemeliharaan dan fungsi sosialisasi.


(5)

PRAKATA

Alhamdulillah, peneliti ucapkan kehadirat Allah swt, karena berkat kudrah dan iradah-Nya penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Disfungsi Keluarga dalam Novel Cinta Masih Ada Karya Embart Nugroho: Suatu Tinjauan Sosiologi”. Shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, atas suri teladannya.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan penyebab disfungsi keluarga dan mendeskripsikan dampak-dampak disfungsi keluarga dalam novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana dalam rangka menyelesaikan kuliah pada jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Skripsi ini telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai dekan Fakultas Ilmu Budaya, Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A., sebagai pembantu dekan I, Drs. Syamsul Tarigan sebagai pembantu dekan II, dan Drs. Yuddi Adrian Mulia, M.A., sebagai pembantu dekan III di Universitas Sumatera Utara .

2. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia dan Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP., sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak dukungan dan masukan kepada peneliti.

3. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai dosen pembimbing I, dan Drs. IsmaTantawi, M.A., selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberi saran dan ilmu ke pada peneliti.

4. Staf Pengajar dan Administrasi di Departemen Sastra Indonesia dan umumnya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Orang tua tercinta Ayahanda Ahmad Marzuki dan Ibunda Kamariah, Kakanda Zainal Arifin, Imam Santoso, Yuliarti dan Kurniati. Serta


(6)

keluarga besar yang dengan luar biasa telah mencurahkan segala semangat, dorongan moril dan materi demi mewujudkan cita-cita saya. 6. Sahabat di kos Andung, Kiki, Kisun, Ade, Winda yang telah memberikan

semangat kepada penulis. Sahabat-sahabat terdekat, Fira, Suci, Sri, Diana, Ayu, Masita, dan Heni, serta teman-teman satu stambuk yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan cerita yang kita bangun selama perkuliahan. Kepada senior di Hmi, Fakhrizal Fakhri yang selalu memotivasi penulis dan kepada sahabat terkasih, Heppi Satria yang telah menemani dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan dan dukungannya mendapatkan balasan dari Allah swt. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah Swt. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti mengharapkan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...4

1.3 Batasan Masalah ...4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...4

1.4.1 Tujuan Penelitian ...4

1.4.2 Manfaat Penelitian ...5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Konsep ...6

2.1.1 Novel ...6

2.1.2 Disfungsi ...6

2.1.3 Keluarga ...7

2.1.4 Disfungsi Keluarga ...7

2.2 Landasan Teori...8

2.5 Tinjauan Pustaka ...10

BAB III METODE PENELITIAN ...13

3.1 Metode Penelitian ...13

3.2 Sumber Data...13

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...14

3.4 Teknik Analisis Data ...14

BAB IV DISFUNGSI KELUARGA DALAM NOVEL CINTA MASIH ADA KARYA EMBART NUGROHO ...15

4.1Penyebab Disfungsi Keluarga ...16

4.1.1 Faktor Pribadi ...16


(8)

4.2 Dampak Disfungsi Keluarga ...27

4.2.1 Fungsi Kebutuhan Seks dan Reproduksi ...26

4.2.2 Fungsi Pemeliharaan ...28

4.2.3 Fungsi Sosialisasi ...29

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...41

5.1 Simpulan ...41

5.2 Saran ...42

DAFTAR PUSTAKA ...43


(9)

Disfungsi Keluarga dalam Novel

Cinta Masih Ada

Karya Embart Nugroho

Aprillia Lestari

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

ABSTRAK

Sastra adalah Karya sastra merupakan ungkapan ide manusia dari pengalaman pribadi. Salah satu karya sastra yang dianggap sebagai cerminan kehidupan nyata adalah novel. Penelitian ini membahas tentang penyebab dan dampak disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan penyebab disfungsi keluarga yang terdapat pada novel Cinta Masih Ada dan Mendeskripsikan dampak-dampak disfungsi keluarga yang terdapat pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho. Penelitian ini diharapkan bermanfaat memperkaya referensi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu sastra dalam kajian sosiologi sastra.Teknik penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik menyimak, dan teknik catat. Pada penelitian ini akan diperoleh data dan informasi tentang objek penelitian melalui buku-buku dengan objek penelitian novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode kerja yang diterapkan yaitu menganalisis penyebab disfungsi keluarga Chacha dan dampak disfungsi keluarga Chacha. Hasil penelitian dapat disimpulkan pada novel Cinta Masih Ada terdapat beberapa penyebab disfungsi keluarga yaitu faktor pribadi, dan fakor situasi khusus dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua dan memberikan dampak pada seluruh anggota keluarga yaitu fungsi kebutuhan seks dan reproduksi, fungsi pemeliharaan dan fungsi sosialisasi.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Karya sastra merupakan ungkapan ide manusia dari pengalaman pribadi. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. (Pradopo, 2007:122). Salah satu karya sastra yang dianggap sebagai cerminan kehidupan nyata adalah novel. Novel yang menarik perhatian peneliti ialah novel kelimakarya Embart Nugroho yaitu novel Cinta Masih Ada.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra berperan penting dalam penelitian karya sastra, karena sosiologi sastra mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial yang ada dalam karya sastra. Pengaruh timbal balik antara pengarang, karya sastra, masyarakat (pembaca) tidak dapat dipisahkan dari kajian sosiologi sastra.

Sosiologi merupakan objek studi tentang masyarakat, sedangkan sastra merupakan penggambaran kehidupan manusia dan masyarakat yang dituangkan melalui media tulisan. (Semi, 1989:52). Meskipun antara sastra dan sosiologi adalah dua bidang ilmu yang berbeda, tetapi kedua hal tersebut sama-sama berhubungan dengan kehidupan manusia dan masyarakat. Sosiologi berusaha mencari hubungan antara sastra dengan kenyataan masyarakat dari berbagai dimensi.

Karya sastra seperti novel, banyak pengarang yang mengangkat cerita tentang masalah sosial di masyarakat. Konflik-konflik dalam keluarga bukanlah hal yang asing dalam masyarakat, dan sangat menarik untuk dianalisis. Dari


(11)

permasalahan-permasalahan sosial di masyarakat, karya sastra selalu memberikan pesan dan kesan kepada setiap pembacanya dan dapat dijadikan pembelajaran.

Keluarga adalah tempat terpenting di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan yang pertama kali didapatkan oleh seseorang yaitu di dalam keluarga. Di dalam keluarga seseorang paling banyak bersosialisasi serta mengenal kehidupan. Di dalam kehidupan masyarakat di manapun juga, keluarga merupakan unit terkenal yang peranannya sangat besar. Peranan yang sangat besar itu disebabkan, oleh karena keluarga (yakni keluarga batih) mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam kelangsungan kehhidupan bermasyarakat. (Soekanto, 1990:40). Keluarga memiliki fungsi-fungsi untuk menjalankan kehidupan yang baik dan harmonis. Akan tetapi, keluarga yang tidak harmonis dan berantakanakan menciptakan kondisi sosial yang menyebabkan kekacauan bagi orangtua dan anak-anaknya. Ketidakharmonisan dalam suatu keluarga merupakan masalah sosial bagi masyarakat luas.

Banyak penelitian yang dapat dilakukan terhadap novel Cinta Masih Ada, terutama dari segi sosiologinya. Namun, peneliti lebih tertarik menganalisis masalah sosiologi keluarga, yaitu disfungsi keluarga. Disfungsi keluarga adalah salah satu bentuk penyimpangan fungsi keluarga. Masalah disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho tergambar pada kondisi kehidupan sosial didalam keluarga Chacha yang tidak mampu membentuk keluarga yang rukun dan harmonis sesuai dengan fungsi keluarga yang seharusnya. Banyak konflik yang diangkat novel Cinta Masih Ada, konflik


(12)

tersebut menyebabkan banyak perubahan tingkah laku yang tidak baik yang ditimbulkan oleh tokoh utamanya sebagai anak.

Gambaran permasalahan disfungsi keluarga di dalam novel Cinta Masih Ada yaitu kedua orang tua Chacha yang sering bertengkar dan menyalahkan satu sama lain karena kesibukan masing-masing. Selain itu, Chacha memiliki adik yang sedang direhabilitas karena kecanduan narkoba. Novel ini juga menceritakan kacaunya kehidupan Chacha yang menjadi liar dan tomboi karena pacarnya yang meninggal dan juga masalah keluarga yang semakin kacau. Selain itu, tidak adanya anggota keluarga yang mendukung dan memperhatikan Chacha, ia merasa hidup sendiri dirumah. Lingkungan di dalam keluarga sangat mempengaruhi sikap Chacha di luar lingkungan keluarga.

Permasalahan sosial seperti disfungsi keluarga tidak hanya terdapat dalam novel. Di dalam film banyak mengangkat tentang keluarga dan konflik-konfliknya.Namun peneliti tertarik memilih novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho sebagai objek penelitian dari segi sosiologisnya.

Dari uraian diatas, hal yang menjadi ketertarikan bagi peneliti dalam novel

Cinta Masih Ada yaitu potret kehidupan sosial pada masyarakat seperti disfungsi keluarga merupakan masalah sosial yang sering terjadi pada kehidupan masyarakat, dan dapat dijadikan pembelajaran kehidupan pada masa depan, agar masalah seperti ini tidak banyak terjadi lagi pada kehidupan sehari-hari.


(13)

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimanakah penyebab disfungsi keluarga dalam novel Cinta Masih Ada

karya Embart Nugroho?

2) Bagaimanakah dampak disfungsi keluarga dalam novel Cinta Masih Ada

karya Embart Nugroho?

1.3 Batasan Masalah

Sebuah penelitian sangat memerlukan batasan masalah agar penelitian tidak terlalu luas dan tetap pada fokusnya sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun penelitian ini dibatasi pada analisis penyebab disfungsi keluarga serta dampak disfungsi keluarga pada keluarga Chacha dalam novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho. Penelitian ini ditinjau dari ruang lingkup kajian sosiologi sastra.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan penyebab disfungsi keluarga yang terdapat pada novel

Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho.

2. Mendeskripsikan dampak-dampak disfungsi keluarga yang terdapat pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho.


(14)

1.4.2 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

1. Pembaca dapat memahami teori sosiologi sastra yang saat ini sering digunakan dalam pengkajian sastra.

2. Penelitian bermanfaat pada kritikus sosiologi sastra dan pengamat sastra dalam pengkajian sosiologi sastra.

3. Penelitian ini dapat memperluas khasanah ilmu pengetahuan terutama terhadap sastra Indonesia.

b. Manfaat Praktis

1. Memperluas pengetahuan apresiasi pembaca umum terhadap studi Sosiologi Sastra.

2. Mendapat ilmu perkembangan penelitian dengan pengkajian Sosiologi Sastra. Menjadi pelajaran bagi pembaca tentang disfungsi keluarga.


(15)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. (Alwi, dkk, 2003:588). Konsep digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan dan mendeskripsikan topik yang akan dibahas. Konsep yang dimaksud adalah analisis objek novel Cinta Masih Ada yang berupadisfungsikeluarga dalam cerita. Dari uraian di atas, penelitian ini akan menggunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitian.

2.1.1 Novel

Novel adalah prosa rekaan yang menyuguhkan tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa serta latar secara tersusun. (Sudjiman, 1998:53). Novel tidak hanya sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai pembelajaran untuk para pembacanya.

2.1.2 Disfungsi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) kata fungsi berarti kegunaan suatu hal, sedangkan, disfungsi adalah perihal tidak berfungsi secara normal atau terganggu fungsinya. (KBBI, 2005:268).


(16)

2.1.3 Keluarga

Menurut Burgess dan Locke (dalam Khairuddin, 1997:7) Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan si istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen, yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional, yang menghasilkan pengalaman. Keluarga dapat digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya saling mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para anggotanya.

2.1.4 Disfungsi Keluarga

Keluarga dianggap sangat penting dan menjadi pusat perhatian kehidupan individu, maka dalam kenyataannya fungsi keluarga pada semua masyarakat adalah sama. Dengan terbentuknya keluarga yang harmonis dan menjalankan fungsi keluarga dengan baik maka akan timbul kebahagiaan. Keluarga yang tidak harmonis dan gagal dalam menjalankan fungsi yang seharusnya akan menimbulkan banyak masalah dan tidak merasa ada kenyamanan dalam keluarga.

Hubungan yang terjalin di dalamnya tidak berjalan dengan harmonis, seperti fungsi masing-masing anggota keluarga tidak jelas atau ikatan emosi antar anggota keluarga kurang terjalin dengan baik. (Siswanto, 2007:19).


(17)

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini digunakan teori sosiologi sastra. Menurut pandangan Wolf (dalam Faruk, 1994:3) Sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefenisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan pada teori yang agak lebih general, yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal bahwa semuanya berurusan dengan hubungan sastra dengan masyarakat.

Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan zamannya. (Endraswara, 2008:77).

Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini, tentu sastra tidak akan semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. (Endraswara, 2008:78).

Selain teori sosiologi sastra, peneliti juga menggunakan sosiologi keluarga. Saat ini sosiologi keluarga telah merupakan ilmu yang banyak dibahas secara tersendiri, karena banyak aspek-aspek sosiologis yang timbul dari hubungan-hubungan di dalam dan antar keluarga. Dalam hubungannya dengan keluarga, sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia


(18)

dengan manusia lainnya, meletakkan titik berat hubungan ini dalam hubungan antar anggota keluarga, dan akibat-akibat yang di timbulkan oleh adanya hubungan tersebut.

Sosiologi keluarga adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar individu di dalam keluarga, hubungan keluarga dengan keluarga lainnya, serta segala aspek-aspek yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut. (Khairuddin, 1997:4).

Jika keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga yang bersangkutan akan mengalami apa yang dinamakan broken home. Dimaksud dengan keutuhan keluarga, yaitu keutuhan struktur dalam keluarga. Di samping adanya seorang ayah, juga adanya seorang ibu beserta anak-anaknya. Selain itu, juga adanya keharmonisan dalam keluarga. Dalam keluarga yang broken home,

sering terjadi percekcokan di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.

Menurut Setiadi dan Kolip (2010:312) kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya:

1. Faktor pribadi. Suami istri kurang menyadari akan arti dan fungsi perkawinan yang sebenarnya. Misalnya, sifat egoisme, kurang adanya toleran, kurang adanya kepercayaan satu sama lain.

2. Faktor situasi khusus dalam keluarga. Beberapa di antaranya:

a. Kehadiran terus-menerus dari salah satu orang tua baik dari pihak suami atau istri mereka.

b. Karena istri bekerja dan mendambakan kedudukan yang lebih tinggi dari suaminya.

c. Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah.

d. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar. Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas inilah yang menyebabkan fungsi keluarga tidak dapat berjalan semestinya, antara lain:


(19)

1. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi, yaitu suami istri tidak kerasan tinggal di rumah serta timbul sikap dingin dan masa bodoh dari pihak istri dalam memenuhi kebutuhan seksual;

2. Fungsi pemeliharaan. Orang tua kehilangan atau kurang menjadi kebutuhan psikologis anak;

3. Fungsi sosialisasi, anak-anak menjadi terlantar akibat kurang mendapat perhatian orang tua; serta

4. Fungsi-fungsi keluarga lainnya yang tidak dapat dijalankan dengan baik.

2.3 Tinjauan Pustaka

Novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho adalah novel yang peminatnya adalah remaja. Bahasa yang disampaikan adalah bahasa khas remaja. Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada yang mengkaji novel tersebut.

Sebelumnya telah banyak yang melakukan penelitian tentang disfungsi keluarga. Penelitian dengan pendekatan semiotika tetapi dengan masalah yang sama telah dilakukan oleh Fikri Rachmat (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Representasi Disfungsi Keluarga dalam film Realita Cinta dan Rock ‘n Roll

analisis : Semiotika. Tujuan penelitian ini adalah melihat representasi-representasi disfungsi keluarga. Penelitian ini memfokuskan pada adegan yang ada dan makna dari adegan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi disfungsi keluarga yang terdapat dalam film ”Realita Cinta dan Rock „n Roll” merupakan gambaran dinamisme dalam beberapa keluarga yang sering terjadi dalam realita kehidupan di keluarga pada zaman modern ini. Terlepas dari semua itu, cinta dan kasih sayang merupakan jembatan untuk memperbaiki disfungsi yang ada.

Penelitian selanjutnya oleh Triyanina Sari (2011) dalam Skripsi yang berjudul ‟‟Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia”. Penelitian ini


(20)

menggunakan analisis hermeneutika dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Fokus dari penelitian ini adalah masalah disfungsi keluarga yang tertuang dalam film dan menggambarkannya dalam teks. Hasil analisis film ”Mereka Bilang Saya Monyet!”, ”Bestfriend?”, dan ”Kata Maaf Terakhir” adalah bentuk perilaku disfungsi keluarga tidak hanya muncul secara eksplisit (manifest content), namun juga secara implisit (latent content). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang menggambarkan bentuk perilaku disfungsi keluarga dalam ketiga film tersebut, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Ketiga film tersebut mengkomunikasikan tentang adanya disfungsi keluarga

dan segala problematikanya yang terdapat dalam ketiga film. Disfungsi religius dan disfungsi ekonomi dan unit produksi yang ditemukan dalam film Kata

Maaf Terakhir”, masalah kekerasan, pelecehan seksual, penolakan, child abuse, perkosaan, dan disfungsi afeksi, serta disfungsi pemeliharaan dan perlindungan yang termuat dalam film ”Mereka Bilang Saya Monyet!”, serta disfungsi sosialisasi dan pendidikan yang terdapat dalam film ”Bestfriend?”. b. Disfungsi keluarga yang diangkat ketiga film tersebut dalam penelitian ini

membuktikan bahwa disfungsi keluarga merupakan sebuah fenomena yang sudah banyak terjadi dalam masyarakat Indonesia yang tidak lagi menjadi suatu hal yang dianggap tabu, dan dibicarakan secara tersembunyi dan personal seperti pelecehan seksual pada anak, perceraian, dan perselingkuhan.

Selanjutnya oleh Wan Sulferina dan Ahyani Radhiani Fitri (2011) dalam jurnalnya yang berjudul ”Disfungsi Keluarga dan Gangguan Tingkah Laku pada


(21)

dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara disfungsi keluarga dengan gangguan tingkah laku pada anak penghuni Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Pekanbaru, Riau. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Try Out terpakai karena menimbang jumlah subjek yang sedikit dan terbatas. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara disfungsi keluarga dan gangguan tingkah laku dengan sumbangan efektif sebesar 0,21 atau 21%.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif merupakan metode dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang ada. Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu membuat fakta-fakta pengindraan secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. (Semi, 1988:24).

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan oleh peneliti, yaitu : 1) Sumber Data Primer

Judul : Cinta Masih Ada

Ukuranbuku : 13x19 cm Pengarang : Embart Nugroho Penerbit : Media Pressindo TebalBuku : 175 Halaman


(23)

Warna Kulit : Krem dan Merah

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu data-data yang bersumber dari buku-buku acuan yang berkaitan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik menyimak, dan teknik catat. Teknik pustaka dilakukan dengan sumber-sumber tertulis untuk mengumpulkan data-data. Teknik simak dan catat dilakukan dengan membaca novel terlebih dahulu secara cermat dan teliti. Setelah novel dibaca data yang sudah diperoleh tersebut dicatat. Hasil penyimakan itu dicatat sebagai sumber dan dalam data yang dicatat itu disertakan pula kode sumber datanya untuk pengecekan ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam rangka analisis data. (Subroto, 1992:41-42).

3.4 Teknik Analisis Data

1. Mengidentifikasi data yang berhubungan dengan disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho.

2. Menganalisis novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho dengan tinjauan Sosiologi Sastra.


(24)

BAB IV

DISFUNGSI KELUARGA PADA NOVEL CINTA MASIH ADA KARYA EMBART NUGROHO

Disfungsi keluarga merupakan kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga yang semestinya. Ayah sebagai kepala keluarga memiliki wewenang untuk memimpin keluarga. Ibu yang berfungsi mengurus rumah dan anak-anak. Jika anggota-anggota keluarga gagal dalam menjalankan fungsinya maka akan timbul ketidakharmonisan dan kekacauan pada keluarga.

Ketidakharmonisan di dalam struktur keluarga biasanya anggota keluarga saling mempertahankan egonya masing-masing sebagai wujud merasa benar di antara mereka, sehingga banyak di antara mereka mencari pelampiasan dengan melakukan tindakan penyimpangan, seperti suami istri melakukan perselingkuhan dengan orang lain. Anak-anak juga mencari pelampiasan lain seperti terlibat dalam pergaulan bebas, menggunakan narkoba, minuman keras, bergaul dengan anak-anak jalanan, dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya.

Peran orang tua dalam memberikan perhatian dan kasih sayang juga dalam mendidik anak sangatlah penting. Anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, ia akan melakukan hal-hal yang menyimpang untuk menarik perhatian orang. Pendidikan dini dalam keluarga berperan penting bagi anak. karena keluarga adalah tempat pendidikan dan bersosialisasi yang pertama untuk anak dan menentukan bagaimana anak bersikap di lingkungan masyarakat.


(25)

4.1 Penyebab Disfungsi Keluarga Chacha pada novel Cinta Masih Ada Menurut Setiadi dan Kolip (2010:312) kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga dapat disebabkan karena beberapa faktor di antaranya:

1. Faktor pribadi. Suami istri kurang menyadari akan arti dan fungsi perkawinan yang sebenarnya. Misalnya, sifat egoisme, kurang adanya toleran, kurang adanya kepercayaan satu sama lain.

2. Faktor situasi khusus dalam keluarga. Beberapa di antaranya:

a. Kehadiran terus-menerus dari salah satu orang tua baik dari pihak suami atau istri mereka.

b. Karena istri bekerja dan mendambakan kedudukan yang lebih tinggi dari suaminya.

c. Tinggal bersama keluarga lain dalam satu rumah.

d. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar.

4.1.1 Faktor Pribadi

4.1.1.1 Sifat Egoisme

Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. (Keraf, 1998:28).

Keharmonisan dalam rumah tangga akan sulit terwujud jika antaranggota keluarga memiliki rasa egoisme yang tinggi atau keinginan menangnya sendiri, enaknya sendiri, benarnya sendiri, dan seterusnya. (Setyawan, 2009:58).


(26)

Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri bekerja sama untuk membangun rumah tangga yang baik dan harmonis. Suami adalah kepala rumah tangga yang memimpin keluarga dan seorang istri membantu mengurus rumah tangga. Jika keduanya mementingkan urusan pribadi masing-masing dari pada kepentingan keluarga, maka keluarga bisa hancur dan tidak berjalan dengan baik karena adanya keegoisan. Seperti pada kutipan berikut, rumah tangga Dirjam dan Hartati sering terjadi percekcokan dan pertengkaran.

”… Lagi-lagi ia mendengar keributan antara papa dan mamanya. Mereka selalu meributkan banyak hal terutama tentang tanggung jawab dan eksistensi diri masing-masing. Tak terlihat tanda-tanda berbaikan atau

membenahi kekacauan rumah tangga. Chacha masuk tanpa

memperdulikan keributan itu. Kedua orang tuanya terdiam ketika melihat Chacha berlalu. Papa menatap Chacha dengan tajam.

”Lihat! ini akibat ulah mama yang tiap hari keluar rumah!”

”Jangan salahin mama! itu tanggung jawab papa”. (Nugroho, 2013:19).

Dalam percakapan di atas terlihat keegoisan dan ingin menang sendiri antara suami istri yaitu ayah dan ibunya Chacha. Mereka menyalahkan satu sama lain atas prilaku Chacha yang pulang larut malam. Ini adalah salah satu penyebab tidak ada keharmonisan di dalam keluarga. Karena percekcokan akan sering terjadi jika di antara suami istri tidak ada yang mau mengalah.

Keadaan rumah tangga yang terus-menerus tegang tidak akan menumbuhkan anak-anak yang cerdas, sopan dan berakhlak baik. Kehidupan rumah tangga yang ”dibumbui” dengan sikap egoisme akan menumbuhkan anak -anak brutal yang tidak pernah memiliki rasa peduli pada orang lain. (Khusyah, 2005:15). Pertengkaran antara kedua orang tua Chacha sering terdengar oleh Chacha, dan mengakibatkan Chacha tidak betah di rumah. Seperti pada kutipan


(27)

”…Pagi yang tak begitu menyenangkan. Chacha berhenti di anak tangga ketika mendengar pertengkaran Dirjam dan Hartati. Suara ribut-ribut di ruang tamu terdengar sampai keluar.

”Ini semua gara-gara Mama! pulang nggak tentu jam! Ingat Ma, anak-anak kita sudah pada dewasa! Lihat Chacha? Dia seperti nggak terurus! Kerjanya ugal-ugalan di jalan. Papa malu, Ma. Polisi berkali-kali menangkapnya. Mau di taruh di mana muka Papa?!” Dirjam marah

”Kenapa mama yang disalahin? Papa gimana? Apa papa sudah buat yang terbaik untuk anak-anak kita? Papa sendiri juga sibuk dengan urusan partai!”

”Maa… ini kan demi masa depan anak-anak kita. Papa ingi menjadi kandidat di pemilihan nanti. Tolong mengerti dong, Ma. Bagaimana kalau masyarakat tahu kalau Papa nggak becus mendidik anak?!”

”Itu masalah Papa!” (Nugroho, 2013:66).

Pada cerita di atas menggambarkan suami istri bertengkar karena keegoisan mereka. Padahal sebagai orang tua, mereka memiliki peran yang sama. Peran mereka sebagai orang tua tidak dijalankan dengan baik, sehingga Chacha sebagai anak menjadi tidak terurus.

Dirjam menegur Hartati karena tidak pulang ke rumah, karena Hartati tidak pulang ke rumah dengan alasan adanya urusan bersama ibu-ibu Dharma wanita, sedangkan Hartati sebagai ibu rumah tangga berkewajiban mengurus rumah tangga dan anak-anak. Dia melalaikan tugasnya sebagai istri dan ibu karena lebih mementingkan urusan pribadi. Contoh lain keegoisan suami istri dalam novel Cinta Masih Ada tergambar pada kutipan berikut:

”… Braaakk!

Tiba-tiba Chacha terkejut mendengar suara pintu dibanting. Ia terlonjak. Suara ribut-ribut di ruang tamu membuat Chacha gerah. Pasti papa dan mamanya lagi berantem. Chacha mengambil bantal, lalu merebahkan diri sambil menutup telinga. Tapi sayup-sayup suara Dirjam sampai ke kamar Chacha. Hartati juga nggak mau kalah.

”Kenapa Papa selalu menyalahkan, Toni? Dia nggak tahu apa-apa!”

”Karena Mama selalu menjenguknya. Kenapa Mama nggak menjenguk Dimas?”


(28)

”Itu sudah Mama lakukan. Setelah menjenguk Dimas, Mama ke rumah kontrakan Toni. Apa itu salah? Apa yang Papa lakukan untuk Dimas? Nggak ada kan?!”

”Papa sudah mengeluarkan biaya untuk rehabilitasi Dimas. Apa itu belum cukup?”

”Dimas nggak butuh uang Papa. Dia ingin kehadiran Papa di sana, sebagai tanggung jawab seorang ayah.” (Nugroho, 2013:125).

Dalam dialog di atas, Dirjam sebagai ayah terlihat egois dan menyalahkan Hartati, sedangkan ia sebagai ayah yang berfungsi untuk memperhatikan anak-anaknya juga, tetapi ia tidak mau melihat Dimas dan berpikir bahwa membiayai rehabilitas Dimas sudah cukup. Padahal seorang anak juga membutuhkan kehadiran orang tuanya.

Dirjam menganggap hanya dengan uang yang ia berikan dan kekayaan yang ia punya membuat keluarganya sudah bahagia. Ia tidak menyadari tugasnya sebagai ayah dan hanya memberikan tanggung jawab untuk memerhatikan dan mengurus anak kepada Hartati sebagai ibu. Pada kutipan berikut ini tergambar keluarga yang rusak kebahagiaannya karena keegoisan orang tua.

”… Di kampus, Chacha duduk termenung. Dia mengamati foto-foto keluarganya yang dulu sangat bahagia. Chacha rindu kebahagiaan itu. Kehangatan kedua orang tuanya waktu masih akur. Kini kebahagiaan itu terenggut oleh keegoisan. Chacha menyobek-nyobek foto-foto itu dan membuangnya ke tong sampah.” (Nugroho, 2013:51).

Chacha merindukan kehangatan keluarga yang dulu pernah terjalin sebelum adanya masalah-masalah yang ada pada keluarganya. Sebagai anak, ia menginginkan kebahagiaan dan kerukunan seperti keluarga lainnya. Pada kutipan berikut ini tergambar keegoisan Dirjam pada Hartati dan menimbulkan pertengkaran lagi.


(29)

”Oh, begitu? Dan Mama lebih memerhatikan Toni ketimbang anak-anak kita?”

”Cukup, Pa! Mama nggak pilih kasih. Mama sayang dengan mereka semua. Dan satu hal, Toni sudah nggak punya siapa-siapa. Mama kasihan dengan anak itu. Mama nggak mau Toni menjadi anak terlantar!”

”Itu memang pantas untuknya, Ma.”

“Pa? Apa Papa pikir Papa sudah menjadi sosok ayah yang bertanggung jawab? Kenapa Papa nggak sedikit pun punya belas kasihan ke Toni?” ”Dia bukan anakku, Ma. Dia anak haram!”

”Pa!!!” bentak Hartati keras. ”Papa jangan berkata seperti itu. Toni anak Mama dan Papa tahu itu. Kenapa dulu Papa menikahi Mama? Bukankah Papa tahu Mama mengandung Toni? Kenapa, Pa? Jawab!” Hartati terlihat berang. (Nugroho, 2013:106-107).

Pada cerita di atas tergambar keegoisan Dirjam kepada Hartati. Dirjam tidak mengizinkan Hartati untuk mengunjungi Toni, sedangkan Dirjam sudah mengetahui bahwa Hartati sudah mempunyai anak dari lelaki lain. Keegoisan Dirjam seperti pada kutipan di atas merupakan salah satu faktor terjadinya pertengkaran.

4.1.1.2Kurang Adanya Kepercayaan Satu Sama Lain

Kepercayaan dalam keluarga sangat berpengaruh dalam membangun keutuhan keluarga. Adanya saling percaya antar anggota keluarga, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya akan menciptkan keluarga yang harmonis. Membangun kepercayaan di dalam keluarga hendaknya saling terbuka dan jujur terhadap segala sesuatu. Keluarga merupakan tempat berlindung dan tempat keluh kesah. Masalah-masalah yang terjadi hendaknya dibicarakan pada keluarga, sehingga tidak adanya rahasia di dalam keluaraga. Komunikasi yang baik di antara anggota keluarga juga sangat penting untuk membangun kepercayaan pada keluarga. Kurangnya komunikasi akan menyebabkan kesalahpahaman antaranggota keluarga.


(30)

Dalam keluarga Chacha tergambar kurangnya kepercayaan antara satu dengan yang lainnya dalam keluarga. Sehingga terjadinya kesalahpahaman dalam keluarga dan menimbulkan konflik. Seperti pada kutipan berikut :

”Ini nggak seperti yang kamu bayangkan. Mama nggak ada hubungan apa -apa dengan laki-laki itu.”

”Mama nggak usah berkelit. Chacha sudah melihatnya sendiri. Kalau bukan siapa-siapa lantas dia siapa?!”

”Cha… percaya sama Mama.”

”Alaaah… Mama itu munfik! Mama pikir Chacha nggak tahu apa yang Mama lakukan di luar sana? Mama pacaran sama cowok itu kan?”

”Cha! Jaga bicaramu!” Hartati marah. ”Kamu pikir Mama ini apa?!” bentak Hartati emosi.

”Mama sama aja seperti perempuan malam! Tante-tante girang yang haus kepuasan!” sahut Chacha emosi. (Nugroho, 2013:63-64).

Dari dialog di atas terlihat bahwa Chacha menuduh Hartati memiliki hubungan dengan lelaki berondong karena ia melihat Hartati pergi bersama lelaki muda. Ia tidak mau mendengar penjelasan dari mamanya terlebih dahulu. Chacha terus menyebut ibunya perempuan jalang dan ia tidak sadar bahwa ia sudah kurang ajar sebagai seorang anak terhadap ibunya.

Chacha tidak memercayai Hartati, sehingga terjadinya konflik antara ia dan Hartati. Hartati kesal karena tuduhan Chacha, dan emosinya meluap sehingga ia tidak sadar menampar Chacha. Chacha pun pergi dan masih bersikap kasar pada ibunya. Seperti pada kutipan berikut, Chacha melihat ibunya bersama lelaki lagi.

”Dengar dulu penjelasan Mama, Cha…ini… nggak seperti yang kamu bayangkan.”

”Penjelasan apalagi? Chacha malu, Ma, punya orang tua seperti Mama! Mama itu seperti tante-tente girang!”

”Cukup!!!” bentak Toni seketika. Ia nggak terima Hartati diperlakukan begitu oleh Chacha. Chacha jadi berang karena merasa ada orang lain ikut campur masalah keluarganya.

”Eh, kamu nggak usah ikut campur! Ini urusan aku dan mamaku!” ”Dan kamu sudah menyakiti perasaan mamaku!” sahut Toni emosi.


(31)

Chacha terdiam. Matanya terbelalak kaget. Syok mendengar pengakuan cowok itu. Sementara itu, suasana kafe jadi ramai karena suara mereka. ”Apa?! Mamamu? Oh… jadi kamu anak selingkuhan mamaku? Begitu?” Chacha tertawa sinis. ”Pantas saja kamu seperti ayahmu!” (Nugroho, 2013:104).

Dari cerita di atas, tergambar Hartati bersama anak dari kekasihnya dulu, yaitu Toni. Hartati sangat menyayangi Toni seperti menyayangi Chacha, Dewa, dan Dimas. Sesekali ia pergi keluar bersama Toni. Sebagai ibu, Hartati sangat mengkhawatirkan anaknya. Toni sama seperti Chacha, hobi balapan dan berteman dengan anak jalanan. Hartati menasihati Toni, juga memberitahukan agar mereka tidak bertemu lagi di tempat umum. Sebab, Hartati tidak mau orang berpikiran negatif padanya.

Sudah tidak asing lagi di zaman saat ini, seorang wanita paruh baya memiliki hubungan spesial dengan lelaki yang lebih muda atau brondong. Namun, Chacha sudah berpikir negatif sebelum tahu kebenarannya. Ia melihat ibunya sedang berduaan di kafe dengan lelaki muda, dan ia langsung mengira bahwa ibunya memiliki simpanan. Chacha adalah anak pemberani dan tidak memperdulikan sekitar. Chacha emosi, ia datang dan menghardik ibunya juga Toni. Tetapi setelah ia tahu bahwa Toni adalah anak mamanya, ia kaget dan terdiam. Konflik seperti ini terjadi karena Hartati tidak pernah menceritakan tentang Toni pada Chacha, sehingga Chacha menjadi salah paham. Pada awalnya, Chacha pun sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap ibunya sendiri.


(32)

4.1.2 Faktor Situasi Khusus dalam Keluarga

4.1.2.1 Suami Istri Sering Meninggalkan Rumah karena Kesibukan di Luar

Kesibukan orang tua merupakan salah satu alasan kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga. Ayah berfungsi mencari nafkah, tetapi ia juga memiliki kewajiban untuk memberikan kasih sayang dan perhatiannya terhadap anak-anaknya. Begitu juga dengan ibu, tetapi ibu tidak berkewajiban untuk mencari nafkah. Namun, zaman modern seperti saat ini, wanita sudah mengalami kemajuan. Wanita tidak lagi hanya mengurusi rumah tangga saja, tetapi sebagian wanita juga sibuk membangun karirnya. Sehingga banyak ditemui keluarga yang kedua orang tuanya sama-sama sibuk bekerja. Tetapi, orang tua tidak berpikir bagaimana dampak dari kesibukan mereka. Mereka beralasan bahwa sibuk bekerja sangat penting untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga. Mereka tidak sadar, bahwa kebutuhan keluarga tidak hanya kebutuhan untuk makan dan minum. Tetapi masih ada kebutuhan perhatian dan kasih sayang yang juga sangat penting untuk membangun keluarga yang hamonis.

Orang tua Chacha sering sekali berada di luar rumah dan jarang meluangkan waktu untuk keluarga mereka. Dirjam adalah calon anggota legislatif dan memiliki usaha, sedangkan Hartati ibu arisan yang sering ke luar kota bersama ibu-ibu jetset (Kelompok ibu-ibu yang senang berfoya-foya). Dewa juga jarang berada di rumah dan sibuk mengurusi pekerjaan. Ini mengakibatkan terjadinya disfungsi keluarga dalam keluarga Chacha. Contoh pada kutipan berikut ini :


(33)

”… Di depan pintu terlihat Hartati juga baru pulang. Dirjam menatapnya dengan tajam.

”Mama dari mana aja? Anak sama ibu sama aja!”

”Mama ada urusan!” Hartati menjawab sekenanya. Ia langsung masuk ke kamar. Nggak peduli dengan teguran Dirjam. Dirjam pun tak ambil pusing. Tak berapa lama mobilnya melaju meninggalkan perumahan mewah. (Nugroho, 2013:30).

Dalam percakapan singkat antara Dirjam dan Hartati sebagai pasangan suami istri terlihat bahwa Hartati sebagai istri yang berperan sebagai ibu rumah tangga untuk mengurus rumah dan anak tidak menjalankan fungsi tersebut. Hartati pergi dan pulang pada pagi hari. Selain itu, percakapan antara Dirjam dan Hartati terlihat tidak adanya kepedulian satu sama lain. Hartati sebagai istri Dirjam seharusnya menghormati suaminya, tetapi dalam percakapan di atas sikap Hartati masa bodoh terhadap Dirjam. Hal ini merupakan penyebab disfungsi keluarga.

”… Chacha meraih handuk digantungan, lalu masuk ke kamar mandi. Ia menghidupkan shower dan membiarkan air membasahi wajah dan tubuhnya. Lalu ia duduk di lantai sambil tertunduk. Terpaku memikirkan keluarganya yang sudah amburadul. Ia sungguh nggak suka dengan kelakuan mamanya yang hobi foya-foya. Suka keluar kota bersama ibu-ibu jetset. Menghabiskan uang pergi berlibur ke luar negeri.”

(Nugroho, 2013:45).

Dari paragraf di atas tergambar bahwa Hartati suka berlibur ke luar negeri bersama ibu-ibu arisan. Ia lebih senang berfoya-foya di luar daripada mengurus rumah tangganya dan anak-anaknya.

(Dirjam menghela napas.”Maafkan papa, Cha. Ya kamu lihat sikap mamamu. Mamamu sibuk dengan dirinya sendiri.”

”Papa juga sama, papa sibuk ngurusipartai yang nggak jelas!”

”Chaa… urusan papa banyak sekali. Bukan partai saja. Papa harus berpikit bagaimana usaha papa bisa berkembang.”

”Papa masih bisa ya berpikiran seperti itu sementara papa nggak memberi perhatian ke Chacha dan Dimas?” (Nugroho, 2013:46-47).


(34)

Percakapan antara Dirjam dan Chacha menggambarkan bahwa Chacha menginginkan papanya tidak hanya sibuk di luar, tetapi juga memberikan perhatian kepada Chacha dan adiknya. Tetapi dalam konteks di atas, Dirjam tidak menyadari penuh bahwa fungsi seorang ayah bukan hanya mencari nafkah tetapi juga membagi waktu kepada anak-anaknya. Dirjam juga terlihat menyalahkan Hartati sebagai seorang ibu yang seharusnya mengurusi anak-anak.

Selain Dirjam dan Hartati sebagai orang tua yang sibuk dengan urusan masing-masing, Dewa sebagai abang Chacha juga sibuk dan jarang di rumah. Seperti pada kutipan berikut:

”Papa dan abangmu sudah pergi. Kelihatannya mereka sibuk sekali,” ucap Hartati seraya duduk di kursi.

”Mama nggak usah ngomongin Papa dan Bang Dewa. Biasanya juga mama udah kabur pagi-pagi buta. Tumben mama mau masak sarapan. Ada apa sebenarnya?” (Halaman 2013:49).

Tergambar pada dialog di atas bahwa Hartati tidak menyadari bahwa dirinya juga sering sibuk di luar rumah, sama seperti Dirjam dan Dewa. Chacha pun kesal karena Hartati tidak sadar akan prilakunya. Pada dialog di atas juga terlihat Chacha yang heran melihat ibunya membuat sarapan untuknya.

4.2 Dampak-Dampak Disfungsi Keluarga Chacha pada Novel Cinta Masih Ada Karya Embart Nugroho

Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas inilah yang menyebabkan fungsi keluarga tidak dapat berjalan semestinya, antara lain:


(35)

1. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi, yaitu suami istri tidak kerasan tinggal di rumah serta timbul sikap dingin dan masa bodoh dari pihak istri dalam memenuhi kebutuhan seksual;

2. Fungsi pemeliharaan. Orang tua kehilangan atau kurang menjadi kebutuhan psikologis anak;

3. Fungsi sosialisasi, anak-anak menjadi terlantar akibat kurang mendapat perhatian orang tua.

4.2.1 Fungsi Kebutuhan Seks dan Reproduksi

Jika seseorang tidak mendapatkan penerimaan dari pasangannya, pasangannya menolaknya, dengan tidak mendengarnya, tidak memperhatikannya, selalu menyalahkannya, selalu check-chok dan bertengkar, tidak di hargai sebagai pribadi, maka dia akan mencari teman untuk bersahabat dengannya. Manusia butuh diterima dan jika tidak mendapatkannya, maka ini bisa menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan, dimulai dengan perselingkuhan batin dan bisa berlanjut ke hubungan badan atau seks. (Wijarnako, 2014:37). Seperti cerita dalam novel Cinta Masih Ada, sebagai berikut :

”… Dalam perjalanan pulang ke rumah, Chacha menepuk-nepuk pundak Ferry tepat di persimpangan lampu merah terakhir sebelum sampai ke rumahnya. Mereka pun berhenti. Chacha melihat mobil Dirjam. Lampu kanannya berkedip. Chacha pun meminta untuk mengikutinya. Mobil

Fajero itu pun berhenti di sebuah bar. Kening Chacha berkerut. Ia memerhatikan Dirjam yang keluar bersama seorang gadis.

Deg! Jantung Chacha berdegup kencang. Tak percaya melihat papanya bersama perempun lain. Jadi selama ini apa yang dikatakan Toni benar. Dirjam punya simpanan. Pikiran Chacha semakin kacau. Mengapa keluarganya gak ada yang beres?” (Nugroho, 2013:132).


(36)

Dalam paragraf di atas mendeskripsikan bahwa Chacha terkejut melihat ayahnya bersama dengan gadis lain. Selama ini Chacha tidak percaya dengan perkataan orang bahwa ayahnya memiliki simpanan, karena masalah ini bertambah pula masalah yang dihadapi Chacha.

”…Seorang gadis berpakaian modis hadir di rumah Dirjam. Memakai kacamata hitam dan hak tinggi yang sangat menawan. Hartati terkejut dan bertanya-tanya siapa gerangan gadis itu.

”Saya mencari Om Dirjam. Apa dia ada?” Tanya gadis itu sambil membuka kacamatanya.

”Kamu siapa? Tanya Hartati penasaran. ”Saya Devina. Pacar Om Dirjam,” tegasnya.

Deg! Jantung Hartati seperti mau copot. Ia tidak mampu menopang tubuhnya. Kepalanya terasa berputar-putar. Bibirnya terkatup, tak mampu bicara.

”Pacar?” Hartati menjelaskan pendengarannya.

”Ya. Dan saya mengandung anak Dirjam. Saya ingi minta pertanggungjawaban.”

Hartati lemas. Persendiannya tiba-tiba terasa nyeri. Jantungnya seperti meledak-ledak mendengar pengakuan gadis muda yang mungkin seumuran dengan Dewa, anak sulungnya. (Nugroho, 2013:142).

Dalam cerita di atas tergambar sosok Devina gadis yang masih sangat muda dan lebih cocok menjadi anaknya dari pada selingkuhannya Dirjam. Devina tidak lagi memiliki rasa malu terhadap keluarga Dirjam. Ia datang dan memberitahukan bahwa ia hamil dan meminta agar Dirjam bertanggung jawab. Terlihat bahwa Devina tidak menjaga perasaan Hartati sebagai istri Dirjam. Masalah perselingkuhan Dirjam dan Devina menimbulkan pertengkaran antara Hartati dan Dirjam, seperti pada kutipan berikut:

”Nggak usah pura-pura nggak tahu Pa, devina mengandung anak Papa. Papa bilang nggak ada hubungan apa-apa?!”

Dirjam semakin terkejut. Keringat dingin mengucur di keningnya. Hartati tak mampu menahan emosinya yang mulai meledak-ledak.


(37)

seorang kepala rumah tangga? Mama nggak menyangka kalau Papa akan berbuat seperti ini ke Mama. Dimana tanggung jawab Papa sebagai seorang pemimpin? Mengumbar janji yang idealis! Tapi Papa sendiri seorang pecundang!”

”Ma… dengar dulu penjelasan Papa!”

”Penjelasan apa lagi? Gadis itu sudah menjelaskan semuanya, Pa. Hati Mama sakit… Papa menghianati pernikahan kita!” (Nugroho, 2013:143).

Di zaman seperti sekarang ini, sudah tidak heran lagi melihat pejabat di negri ini memiliki simpanan. Seperti cerita di atas, Dirjam sebagai calon anggota legislatif. Ia sibuk berkampanye dan mengurus bisnis, sehingga waktu ia di rumah sangat sedikit. Selain itu, Hartati juga jarang pulang ke rumah dan sering bertengkar dengan Dirjam. Inilah yang menyebabkan perselingkuhan Dirjam.

Dirjam mencoba mengelak atas tuduhan Hartati, tapi bukti sudah mengatakan yang sebenarnya. Ia membujuk Hartati agar tidak gegabah dalam menyikapi masalah perselingkuhannya. Hartati marah dan kecewa terhadap Dirjam yang mau menjadi pemimpin idealis. Namun, nyatanya Dirjam sudah tega menghianatinya dan juga sudah menghamili gadis lain, sedangkan masalah keluarga dan anak-anak mereka yang belum ada solusinya.

4.2.2 Fungsi Pemeliharaan

Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota yang sakit, menderita, dan tua. Fungsi pemeliharaan ini pada setiap masyarakat berbeda-beda, akan tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka tergantung pada masyarakat. (Setiadi dan Kolip, 2011:311). Pada tokoh Chacha dalam novel Cinta


(38)

Masih Ada, terlihat bahwa ia tidak membutuhkan keluarganya saat ia sedang sakit.

”Cha… aku sama sekali nggak ada maksud apa-apa. Aku kasihan melihatmu. Keluargamu nggak bisa standbydi sini.”

”Kamu nggak perlu mengasihani aku. Aku udah biasa nggak diperhatiin orang tuaku.” (Nugroho, 2013:153).

Pada kutipan di atas, Toni sebagai abang tirinya memperlihatkan kepeduliannya terhadap Chacha. Toni menjaga Chacha di rumah sakit, karena ia tahu bahwa keluarga Chacha tidak bisa menjaga Chacha. Chacha pun tidak ingin Toni menjaganya, karena ia sudah sering tidak diperhatikan keluarganya. Seperti pada kutipan berikut, menggambarkan Dirjam yang tidak menjaga Chacha saat sakit.

”Papa selalu begitu, selalu mau menang sendiri. Apa yang Papa lakukan saat Chacha berada di rumah sakit? Nggak jagain Chacha kan? Sedangkan, Toni, dia yang menjaga Chacha sampai sembuh!” Chacha menahan air matanya. ”Udahlah, Pa. Urus saja perempuan simpanan Papa itu. Nggak perlu mengurusi Chacha!” (Nugroho, 2013:160).

Tergambar pada dialog di atas Chacha sudah terbiasa tanpa orang tuanya. Ia kecelakaan dan masuk rumah sakit pun ia ditemani orang lain dan abang tirinya, Toni. Ayah dan abang kandungnya, Dewa tidak terlihat menjenguk dan menjaga Chacha. Dirjam juga masih terlihat membenci Toni. Padahal Toni sudah membantunya untuk menjaga Chacha dan mengkhawatirkan keadaan Chacha.

4.2.3 Fungsi Sosialisasi

Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi. Hal ini dimungkinkan sebab berbagai kondisi keluarga.


(39)

antara anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggota-anggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak. (Setiadi dan Kolip, 2011:177).

Dalam keluarga khususnya orang tua sangat berperan dalam pembentukan pribadi anak. Dalam keluarga, seorang anak pertama kali bersosialisasi dan mendapatkan pendidikan dari orang tua seperti nilai-nilai norma sampai cara bergaul di lingkungan masyarakat. Contoh dampak dari kegagalan fungsi sosialisasi Dirjam dan Hartati terhadap anak-anaknya seperi berikut :

”Gimana Abang nggak marah? Kamu mulai berubah menjadi sosok perempuan tomboi, urakan dan nggak terkendali. Dimana Chacha yang dulu abang kenal? Cewek lembut yang feminin?”

”Udah mati!” jawab Chacha ketus. Dewa geleng-geleng kepala.

“Kemarin temen Abang telepon. Kamu ngebut di jalan raya dan ketangkap polisi.”

”Temen Abang aja yang sok pahlawan. Ngapain lagi dia harus melapor? Mau jadi mata-mata?”

”Chacha! Kamu susah banget dikasih tahu. Nggak bisa dinasihatin. Kamu mau jadi apa kalau balapan terus? Abang nggak mau kamu mengalami nasib yang sama seperti teman Abang.” (Nugroho, 2013:21).

Dari dialog di atas, terjadi percekcokan antara Dewa dan Chacha. Dewa memberi nasihat kepada Chacha agar tidak balapan motor dan ugal-ugalan lagi di jalan. Namun, Chacha tidak menuruti nasihat abangnya. Ia melawan dan keras kepala. Chacha berubah menjadi urakkan dan tidak terurus karena tidak adanya kepedulian dari keluarganya. Chacha pun berubah menjadi tomboi, padahal sebelumnya Chacha gadis feminin. Dewa sebagai abangnya memiliki peranan


(40)

menjaga adiknya juga memberikan perhatian dan kasih sayang, tetapi Dewa juga jarang di rumah dan sibuk mengurusi bisnis seperti Dirjam.

Seorang anak memiliki kewajiban menjaga kehormatan ayah dan nama baik keluarga di masyarakat. Anak harus mampu menjaga keduanya. Jika seorang anak melakukan tindakan buruk yang dapat mencoreng nama baik ayah, maka dia juga mencoreng nama baik keluarga. Tetapi dalam tokoh Chacha, dia tidak peduli dengan jabatan ayahnya sebagai calon legislatif. Contohnya pada kutipan berikut :

”Kamu maunya apa sih, Cha? Ingat… Papa itu daftar jadi caleg. Support orang tua dikit kenapa? Papa udah kerja keras berjuang untuk ini. Jangan kamu nodai dengan kenakalnmu!”

”Ah, nakal apa pula? Cuma balapan. Yang penting nggak kriminal!”

”Heh, enak aja kamu ngomong! Gimana kalau sampai pers tahu? Anaknya Dwi Dirjam yang mengumbar idealis dan nasionalis kemana-mana, tak lebih dari seorang pecundang?” (Nugroho, 2013:22).

Dewa juga sering memarahi dan menganggap Chacha selalu membuat masalah dalam keluarga mereka dan memberi dampak buruk pada pencalonan ayahnya sebagai anggota legislatif. Akibatnya Chacha sering berontak dan tidak menghormati Dewa sebagai abangnya. Contoh lain dampak kegagalan dalam fungsi sosialisasi yang membuat Chacha jarang berada di rumah:

”… Chacha keluar kamar sambil bersiul-siul. Seperti nggak ada kejadian apa-apa. Dewa menghadangnya.

”Kamu mau kemana lagi?” tanyanya ketus. ”Kampus! Kenapa?” jawab Chacha juga ketus. ”Kamu dari mana aja semalaman nggak pulang? ”Siapa yang peduli?!”

”Cha! Kamu anggap aku apa? Patung?”

”Udahlah, Bang. Nggak usah sok peduli!” Chacha terus melangkahkan kakiknya menuju garasi. (Nugroho, 2013:30).


(41)

Dewa menegur dan memarahi Chacha karena Chacha tidak pulang ke rumah, tetapi Chacha tidak memedulikan perkataan abangnya. Dewa kesal karena tidak dihargai oleh Chacha.

Proses sosialisasi bisa dianggap tidak berhasil jika individu tersebut tidak berhasil mendalami norma-norma masyarakat. Keluarga adalah lembaga yang paling bertanggung jawab atas penanaman norma-norma masyarakat dalam diri anggota keluarga. Ketika keluarga tidak berhasil mendidik para anggotanya, maka yang terjadi adalah penyimpangan prilaku.

Prilaku seorang anak akan terbentuk dengan baik jika ia lahir dalam lingkungan keluarga yang baik. Sebaliknya, prilaku seorang anak cenderung negatif jika ia terlahir dalam lingkungan keluarga yang kacau yang dibebani dengan berbagai macam masalah dan kemiskinan yang mencekik, atau keluarga yang selalu diliputi oleh percekcokan, kehilangan peran orang tua untuk membimbing dan mendidik. Seperti contoh-contoh cerita berikut ini :

”... Suara motor terdengar bising. Chacha cuek. Ia menarik tuas gas kuat-kuat dan ngebut seperti pembalap motor kelas dunia. Menyusuri jalan Gatot Subroto kemudian melesat ke jalan Sei Kambing.” (Nugroho, 2013:10).

”... Chacha melesat. Seperti biasa ia blingsatan di jalan raya. Tak peduli dengan makian pedas yang hampir setiap hari diterimanya.” (Nugroho, 2013:109).

Pada kutipan-kutipan di atas menggambarkan tokoh Chacha yang berkepribadian tomboi dan suka balapan di jalanan. Ia ngebut sesuka hatinya dan


(42)

tidak peduli dengan ocehan orang-orang di sekitarnya. Seorang ibu harus mampu menjalankan peran sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya dan sekaligus sebagai istri bagi suaminya. Tetapi tokoh Hartati sebagai ibu, dia tidak menjalankan perannya sebagai seorang ibu yang baik. Sehingga, anak-anaknya tidak terurus dan mengakibatkan anaknya melakukan prilaku menyimpang di lingkungan keluarga dan masyarakat. Seperti kutipan berikut :

”… Hartati nggak pernah perhatian ke Chacha dan Dimas, adik laki-lakinya. Dimas masih duduk di SMA. Dia kecanduan obat-obat terlarang hingga beberapa kali over dosis. Untung masih bisa diselamatkan. Kini Dimas dalam masa rehabilitasi.” (Nugroho, 2013:45).

Dalam paragraf di atas tergambar bagaimana kegagalan fungsi Hartati sebagai ibu untuk menjaga anaknya. Karena kurangnya perhatian dari Hartati, Dimas menjadi kecanduan obat-obatan. Ketidakharmonisan keluarga membuat anak-anak mencari pelampiasan lain seperti, menggunakan narkoba dan minuman keras seperti yang Dimas lakukan.

”Kenapa Mama baru hari ini perhatian ke Chacha? Bukannya selama ini Mama cuek-cuek aja? Dan Chacha juga baik-baik saja. Apa yang salah? Kalau mama ingin Chacha berubah, Mama juga harus mengubah sikap Mama. Chacha nggak suka ngelihat Mama nggak ada di rumah.” (Nugroho, 2013:50).

Chacha tergambar sangat kesal terhadap ibunya yang selalu menuntut ia untuk berubah. Padahal ia berubah, karena Hartati yang tidak pernah perhatian kepadanya. Chacha marah karena Hartati baru perhatian dengannya setelah keluarga mereka benar-benar hancur. Chacha pun meminta Hartati untuk berubah terlebih dahulu sebelum merubah dirinya. Pada kutipan berikut menggambarkan Dirjam meminta maaf pada Chacha, karena ia kurang memerhatikan Chacha.


(43)

”Chaa... maafin Papa. Papa nggak bermaksud menelantarkan kamu dan adikmu. Semua yang Papa lakukan demi masa depan kalian.”

Chacha mematikan starter motornya. ”Masa depan apa, Pa? Masa depan Chacha sudah hancur. Papa dan Mama kerjanya berantem melulu. Pikiran Chacha kacau, Pa!”

”Papa berusaha mengembalikan keluarga kita seperti dulu lagi. Tapi itu semua butuh waktu.”

”Sudahlah, Pa. Kubur semua impian Papa. Lihat Dimas, Pa… masih sekolah, tapi kecanduan. Nge-drugs sampai overdosis. Untung dia selamat. Kalau Chacha, hobi balap motor karena nggak betah di rumah, Pa…” (Nugroho, 2013:68).

Dirjam mencoba berkomunikasi dengan Chacha. Ia mencoba mendekatkan diri dengan anak perempuan satu-satunya itu. Ia menyadari bahwa ia sudah menelantarkan Chacha sehingga Chacha menjadi urakkan dan tidak terurus. Dirjam pun berjanji untuk memperbaiki keluarga mereka yang sudah hancur. Chacha terlihat tidak peduli dengan ucapan Dirjam, ia merasa sudah tidak perlu lagi membenahi yang sudah rusak. Chacha mencoba mengingatkan kembali pada ayahnya dengan kondisi Dimas yang overdosis. Begitu pula dengannya yang hobi balapan karena ia tidak betah di rumah

”Hahaha… balapan? Kamu nggak sayang sama keluargamu?”

”Keluargaku nggak mau tahu tentangku. Masalah buatmu?” (Nugroho, 2013:32).

Chacha ikut balapan dan tidak peduli pada keluarganya lagi dan tidak takut jika ia mengikuti balap lagi. Karena ia tahu bahwa keluarganya tidak akan mengetahui apa yang ia lakukan di luar rumah.

Dalam keluarga, khususnya di mana kedua orang tua sibuk, orang muda tidak lagi menemukan home sweet home, tempat setiap anggota keluarga saling berbagi kasih sayang, perhatian, dan kepedulian. Karena tidak menemukan


(44)

suasana itu, mereka tidak betah lalu mencari pelarian di luar rumah. Masalah juga sering muncul dari kesenjangan orang tua dengan anak, yang bersumber pada perbedaan pandangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial. (Tangdilintin, 2008:72). Contoh tokoh Chacha tidak betah di rumah dan sering keluar rumah, seperti berikut :

”… Chacha ngebut. Pikirannya makin kacau. Rumahnya sudah seperti neraka. Nggak ada satu pun anggota keluarga yang sependapat dengannya. Mereka semua nggak suka dengan sikap Chacha yang seperti anak jalanan. Chacha melihat-lihat sudut jalan yang ingin disinggahi. Sebenarnya ia nggak punya tujuan. Akhirnya, ia duduk di halte Sisingamangaraja, memarkirkan motornya di pinggir jalan. Ia memerhatikan anak-anak jalanan yang bergerombol di lampu merah. Mereka bernyanyi, bergembira, seperti tak mempunyai beban pikiran, seolah mereka sudah satu keluarga. Apakah mereka nggak memikirkan masa depan?” (Nugroho, 2013:23).

Chacha selalu disalahkan oleh keluarganya. Ia merasa tidak ada yang membela dan mendukungnya. Rumahnya seperti neraka dan tidak ada kedamaian. Chacha melampiaskan kemarahannya dengan ngebut di jalanan dan mencari tempat di pinggir jalan. Ia melihat anak-anak jalanan yang bahagia, bernyanyi bersama-sama seperti tidak ada beban pikiran sepertinya.

”... Chacha enggan pulang ke rumah. Keadaan di rumah membuat pikirannya semakin kacau. Sudah dua jam ia duduk sendiri di bangku itu. Nggak ada sesuatu yang mampu membuat pikirannya tenang. Meski cokelat hangat di cangkirnya telah diteguk sampai tinggal separuh, pikirannya tak kunjung damai.” (Nugroho, 213:35).

Faktor Anak remaja seperti tokoh Chacha dalam novel Cinta Masih Ada tidak betah di rumah karena orang tua yang sering marah-marah. Lalu orang tua jarang berkomunikasi secara dekat dengan sang anak karena kesibukan di luar rumah. Hal ini membuat anak malas berada di rumah karena kurangnya teman


(45)

untuk berkomunikasi. Seperti pada kutipan berikut, Chacha tidak pulang ke rumah.

”... Sinar matahari menyilaukan mata Chacha. Rupanya semalaman ia tertidur di sebuah halte. Banyak anak sekolah yang memerhatikannya. Mereka mengira Chacha adalah orang gila yang tertidur di halte. Chacha bangkit sambil mengucek matanya. Chacha beranjak naik ke motornya. Setelah memakai helm, ia menstarter dan melaju kencang. Enggan pulang ke rumah, Chacha singgah ke rumah Kevin. Numpang mandi dan istirahat di rumah Kevin, pikirannya bisa lebih tenang.” (Nugroho, 2013:146). Chacha tidak pernah betah berada di rumah. Ia selalu pergi mencari tempat lain untuk tempat ia tidur, hingga orang lain mengira ia orang gila. Sampai pagi pun ia malas pulang ke rumah dan lebih memilih pergi ke rumah sahabatnya, Kevin. Keluarga merupakan media untuk menghubungkan kehidupan anak dengan kehidupan di masyarakat. Jika orang tua memberikan sosialisasi yang baik kepada anak-anaknya, maka baik pula kepribadian sang anak di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Tokoh Chacha yang kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya berubah menjadi liar dan urakkan. Sehingga di lingkungan masyarakat Chacha juga mendapat perhatian negatif. Masyarakat yang tidak benar-benar mengenali Chacha akan selalu berpikiran bahwa Chacha bukan gadis baik-baik, anak jalanan, urakkan, dan berbahaya. Seperti contoh berikut ini :

”Kamu jangan bergaul dengan perempuan sialan itu, Bell!” bentak Raka keras. Bellinda terkesiap, menatap pendar bola mata Raka yang memerah. ”Memangnya kenapa? Chacha itu cewek baik-baik, Kak. Apa aku salah berteman dengan dia?” ucap Bellinda membela Chacha.

”Jelas salah, Bellinda! Kamu tahu siapa dia?” alis mata Raka naik beberapa mili. Matanya memerah dengan amarah yang meledak-ledak. ”Dia itu perempuan nggak bener! Dia pecandunarkoba!”

”Kak...,” sela Bellinda nggak menerima perkataan Raka. Chacha yang mendengar tudingan Raka berusaha memendam emosinya. Ia menggigit bibirnya.


(46)

”Mama juga nggak suka kamu bergaul dengan dia, Bel! Mama khawatir!” Farida ikut menimpali. ”Mama khawatir kamu terjerumus ke dunianya!” (Nugroho, 2013:40).

Kutipan dialog di atas menggambarkan bahwa prilaku Chacha yang urak-urakkan mengakibatkan lingkungan di masyarakat juga memandang Chacha sebagai perempuan yang tidak benar. Akibatnya, keluarga Bellinda tidak menyukai Chacha dan melarang Bellinda untuk berteman dengannya. Keluarga Bellinda menuduh Chacha memakai narkoba dan sangat membenci Chacha karena penampilan urakkannya itu. Pada kutipan berikut menggambarkan Raka sangat membenci Chacha.

”Aku nggak suka kamu dekat-dekat dengan Bellinda. Dia masih begitu polos.”

Chacha mengerutkan dahinya. ”Terus?” ”Kamu lesbian!”

Deg! Jantung Chacha bergemuruh kencang. Emosinya meledak-ledak. Raka terang-terangan menuduh Chacha lesbian.

”Apabuktinya kalau aku lesbian? Kamu jangan asal ngomong!” ”Bukannya kamu selalu mengantar adikku pulang?”

”Apa itu salah?”

”Jelas salah! Kamu menyukai nya kan? Gayamu aja seperti laki-laki! Urakkan, tomboi!” (Nugroho, 2013:54).

Raka tidak puas menghujat Chacha. Setelah ia mengusir Chacha dari rumahnya, Raka kembali mencari dan mengejar Chacha di kampus. Ia terus menuduh Chacha memiliki niat jahat pada adiknya, Bellinda. Bellinda adalah sahabat Chacha, namun Raka khawatir jika Bellinda berteman dengan Chacha akan ikut terjerumus seperti Chacha.

”Ka… aku ini sahabatnya. Apa aku salah menanyakan kabarnya?”

”Aku tahu akal busukmu! Kamu menginginkan sesuatu dari adikku kan?” ”Menginginkan apa?”


(47)

”Aku benar-benar nggak tahu apa yang kamu pikirkan, Ka. Aku nggak seburuk apa yang kamu bayangkan.”

”Oh ya? Ugal-ugalan seperti itu sama sekali nggak buruk? Aku nggak mau melihatmu ada di rumahku lagi. Jadi mulai hari ini kamu jangan datang-datang lagi dengan alasan apapun!” (Nugroho, 2013:112).

Chacha ingin mengetahui kabar Bellinda. Namun, Raka masih saja menuduh Chacha punya niat buruk pada adiknya. Raka masih membenci Chacha dan bahkan anti dengan Chacha. Raka menganggap Chacha perempuan munafik. Raka selalu berpikiran negatif terhadap Chacha karena ia tahu Chacha sering ugal-ugalan di jalan.

Dari kutipan di atas tergambar bahwa kegagalan fungsi sosialisasi orang tua terhadap anak sangat berdampak pada lingkungan masyarakat. Seperti Chacha, yang dituduh melakukan hal yang tidak ia lakukan, karena pada umumnya masyarakat hanya melihat dari penampilan luarnya saja. Chacha sering ugal-ugalan, balap liar, dan berpenampilan tomboi, tetapi ia tidak memakai narkoba, dan lesbian seperti yang dituduhkan keluarga Bellinda padanya.

Kepatuhan anak dapat dipengaruhi oleh seberapa dekat hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua yang kurang memperhatikan kebutuhan dan perkembangan anak, tentu dapat menimbulkan masalah. Karena kesibukan atau ketidakpedulian orang tua terhadap anak, anak menjadi merasa asing terhadap orang tuanya. (Surya, 2005:9). Begitu juga dalam cerita novel Cinta Masih Ada, Chacha sebagai anak perempuan satu-satunya. Ia tidak pernah mendengar nasihat orang tua dan abangnya. Jika keluarganya melarang untuk tidak balapan lagi dan tidur di jalanan, ia tidak akan mendengarkannya. Di sini terlihat bahwa ia tidak patuh pada orang tuanya. Contoh kutipan berikut yang menggambarkan hilangnya


(48)

rasa patuh Chacha terhadap orang tua, akibat kegagalan fungsi sosialisasi dari orang tua.

”Pulang malam lagi?” tegur Hartati saat Chacha tiba di ruang tamu. Chacha nggak menjawab. Dia hanya menatap Hartati dengan lekat.

”Cha… tolong dengerin Mama. Jangan bikin Mama khawatir? Kamu anak perempuan Mama satu-satunya!” tegas Hartati. (Nugroho, 2013:43). ”Mama hanya mau menasihati kamu aja. Jangan suka ugal-ugalan terus di jalanan. Tolong, Cha... Mama nggak tahu lagi gimana menasihatimu. Mama malu!” (Nugroho, 2013:44).

Dari dialog-dialog di atas tergambar tokoh Chacha yang sering pulang malam dan sering ugal-ugalan. Walaupun sering ditegur orang tuanya, ia tidak peduli dan masa bodoh. Pada kutipan-kutipan berikut juga menggambarkan Chacha sering pulang malam.

”Kamu pulang malam lagi?”

Chacha tertunduk. ”Chacha bosan di rumah, Pa. Rumah kayak neraka aja.” ”Cha… kamu jangan begitu dong. Kamu ribut lagi dengan mamamu?” (Nugroho, 2013:46).

”Kamu dari mana aja, Cha? Jam segini baru pulang? Kamu pikir ini jam berapa?” Dirjam masuk ke kamar Chacha tanpa mengetuk pintu.

”Sudahlah, Pa. Marahnya besok aja, ditunda dulu. Chacha capek, mau istirahat…”

”Cha… tolong dong dengarkan Papa. Kamu jangan ugal-ugalan lagi. Jangan balapan motor. Kamu pikir dong, Cha. Kamu itu cewek. Nggak pantas ngtrail di jalanan. (Nugroho, 2013:79).

Chacha tidak mau lagi mendengar nasihat ayahnya. Ia sudah lelah mendengar ayahnya melarang ia agar tidak ngetrail (balapan motor) lagi di jalanan. Dirjam melarang Chacha balapan karena ia seorang perempuan yang


(49)

”Cha… tolong dengerin aku.Ini demi Mama,” tegas Toni.

”Heh? Mama?” Chacha mencibir. Ia melangkahkan kakinya menjauhi kursi beton. Toni mengikutinya dari belakang.

”Aku mohon sama kamu. Tinggalkan balapan itu…”

”Nggak! Aku nggak akan pernah meninggalkan balapan itu!”

”Kamu emang keras kepala. Aku heran mengapa Mama bisa melahirkan anak sepertimu.” (Nugroho, 2013:119).

Semua orang melarang Chacha balapan. Namun, Chacha masih saja tidak mau mendengarkan keluarganya. Ia keras kepala dan tidak peduli.


(50)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Penyebab Disfungsi keluarga ialah:

a. Sifat egoisme. Jika anggota keluarga bersikap egois dan lebih mementingkan urusan pribadi dari pada kepentingan keluarga, maka akan sering terjadinya pertengkaran dan percekcokan karena tidak ada yang mau mengalah.

b. Kurang adanya kepercayaan satu sama lain. Di dalam hubungan keluarga saling percaya adalah hal penting. Komunikasi yang kurang baik akan menimbulkan kecurigaan dan kesalahpahaman. Sehingga, sulit member kepercayaan terhadap anggota keluarga.

c. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar. Seorang suami berkewajiban bekerja untuk menafkahi keluarganya. Namun, suami juga harus bisa memberikan waktu untuk keluarga. Seorang istri berkewajiban mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya. Maka dari itu seorang istri yang berperan sebagai ibu tidak baik jika berada di luar rumah terlalu sering, karena akan mengakibatkan kelalaian dalam tugasnya sebagai seorang istri dan seorang ibu.


(51)

2. Dampak dari disfungsi keluarga, yaitu:

a. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi. Kurangnya waktu untuk berdua diantara suami dan istri serta seringnya terjadi pertengkaran dan

percekcokan akan menimbulkan sikap dingin antara suami istri serta tidak terpenuhnya kebutuhan seksual. Sehingga, suami atau istri mencari pelampiasan di luar rumah.

b. Fungsi pemeliharaan. Seorang anak yang sudah biasa ditinggal sendiri oleh orang tuanya dan mengerjakan sesuatu sendiri, ia tidak akan memerlukan orang tua untuk merawat dan menjaganya lagi. Karena ia sudah biasa melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan orang tuanya. c. Fungsi sosialisasi. Anak-anak menjadi tidak terurus dan terlantar karena

kurangnya perhatian orang tua. Akibat kurangnya perhatian orang tua dan kurangnya membimbing anak akan mengakibatkan seorang anak melakukan prilaku yang buruk baik di dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat.

5.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya atau mahasiswa sastra Indonesia, agar novel

Cinta Masih Ada dapat diteliti berdasarkan Psikologi sastra, untuk lebih mendalami tokoh utama yaitu Chacha secara psikologi. Dalam novel ini, tokoh Chacha mengalami perubahan kepribadian yaitu dari pribadi yang feminin menjadi pribadi yang tomboi.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hassan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Damono, Sapardi Djoko.1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.

Jakarta: Depdikbud.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,

Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta. Kanisius.

Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.

Khusyah, Muhammad Utsman. 2005. Buku Pintar Istri Cerdas: Panduan Islam dalam Memasuki Bahtera Rumah Tangga. Jakarta: Hikmah.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rachmat, Fikri. 2014. ”Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Realita Cinta dan Rock „N Roll (Analisis Semiotika dalam Film Realita Cinta dan Rock „N Roll”. (http://www.e-jurnal.com/2014/05/representasi-disfungsi-keluarga-dalam.html). Diakses Tanggal 1 Mei 2015.

Sari, Triyanina. 2011. ”Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia

(Skripsi). Lampung: Universitas Lampung. Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Setiadi, Elly dan Kolip, Usman. 2010. Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya.

Bandung: Kencana.

Setyawan, I Wawang. 2009. Pelita Jiwa. Yogyakarta: Kanisius

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (Konsep, Cakupan dan Perkembangannya).


(53)

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.

Sudjiman, Panuti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sulferina, Wan, Radhiani Fitri, Ahyani. 2011. ”Disfungsi Keluarga dan Gangguan Tingkah Laku pada Anak Penghuni Lembaga Permasyarakatan Pekanbaru, Riau” Jurnal Psikologi. http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/ 2766/34/336. Diakses Tanggal 8 Mei 2015.

Tangdilintin, Philips. 2008. Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius. Wijanarko, Jarot. 2014. Selingkuh dan Sex: Dan Tanya Jawab Pernikahan.


(54)

SINOPSIS NOVEL CINTA MASIH ADA KARYA EMBART NUGROHO Chacha adalah seorang gadis remaja yang sedang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki kedua orangtua yang sangat sibuk. Dirjam, seorang calon legislatif, dan Hartati sibuk arisan dengan ibu-ibu jetset (kelompok ibu-ibu yang suka foya-foya). Chacha juga memiliki dua saudara laki-laki. Dewa, abang sulungnya yang sibuk bisnis. Dimas, adik laki-lakinya yang sedang rehabilitasi karena kecanduan obat-obat terlarang.

Kebahagiaan keluarga Chacha sudah tidak seperti sedia kala. Kehangatan kedua orangtuanya dan kebahagiaan keluarganya terenggut oleh keegoisan. Rumah sudah seperti neraka, dan tidak ada lagi kenyamanan untuknya. Kedua orang tuanya sering bertengkar dan marah-marah padanya, sehingga Chacha sering pergi dari rumah dan ugal-ugalan di jalanan.

Penampilan Chacha yang tomboi dan seperti anak jalanan, membuat orang-orang di sekitarnya berpikiran negatif. Bahkan keluarga sahabat dekatnya yaitu Bellinda, tidak mengijinkan Bellinda berteman dengannya. Semua orang tidak berpihak padanya, ia merasa tidak ada orang yang menyayanginya lagi.

Masalah datang silih berganti. Chacha baru mengetahui mamanya mempunyai anak haram, yaitu anak dari kekasih mamanya dulu. Karena itu juga, sering terjadi percekcokan antara papa dan mamanya. Masalah lain datang setelah itu pada keluarga Chacha, papanya Chacha telah menghamili perempuan yang mengaku sebagai pacar papanya. Dirjam yang dikenalnya sangat menjungjung tinggi harkat dan martabat kini telah melanggar kesucian keluarga.


(55)

Chacha kembali mengikuti balapan motor dengan Ferry. Tetapi Ferry menipu dan meninggalkanya di arena balapan. Chacha mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Kedua orang tuanya dan abangnya tidak tampak mengunjunginya. Setelah ia pulih, Chacha baru mengetahui mamanyasakit kanker otak dan sudah di rawat di rumah sakit. Sebelum meninggal, mamanya membuat surat terakhir untuk Chacha dan keluarganya yang berisi bahwa mamanya sangat mencintai Chacha dan keluarganya. Setelah mamanya meninggal, keluarga Chacha kembali utuh dan Dirjam mengizinkan Toni tinggal bersama mereka.


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai disfungsi keluarga pada novel Cinta Masih Ada karya Embart Nugroho dapat diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:

1. Penyebab Disfungsi keluarga ialah:

a. Sifat egoisme. Jika anggota keluarga bersikap egois dan lebih mementingkan urusan pribadi dari pada kepentingan keluarga, maka akan sering terjadinya pertengkaran dan percekcokan karena tidak ada yang mau mengalah.

b. Kurang adanya kepercayaan satu sama lain. Di dalam hubungan keluarga saling percaya adalah hal penting. Komunikasi yang kurang baik akan menimbulkan kecurigaan dan kesalahpahaman. Sehingga, sulit member kepercayaan terhadap anggota keluarga.

c. Suami istri sering meninggalkan rumah karena kesibukan di luar. Seorang suami berkewajiban bekerja untuk menafkahi keluarganya. Namun, suami juga harus bisa memberikan waktu untuk keluarga. Seorang istri berkewajiban mengurus rumah tangga, suami dan anak-anaknya. Maka dari itu seorang istri yang berperan sebagai ibu tidak baik jika berada di luar rumah terlalu sering, karena akan mengakibatkan kelalaian


(2)

2. Dampak dari disfungsi keluarga, yaitu:

a. Fungsi kebutuhan seks dan reproduksi. Kurangnya waktu untuk berdua diantara suami dan istri serta seringnya terjadi pertengkaran dan

percekcokan akan menimbulkan sikap dingin antara suami istri serta tidak terpenuhnya kebutuhan seksual. Sehingga, suami atau istri mencari pelampiasan di luar rumah.

b. Fungsi pemeliharaan. Seorang anak yang sudah biasa ditinggal sendiri oleh orang tuanya dan mengerjakan sesuatu sendiri, ia tidak akan memerlukan orang tua untuk merawat dan menjaganya lagi. Karena ia sudah biasa melakukan kegiatan sendiri tanpa bantuan orang tuanya. c. Fungsi sosialisasi. Anak-anak menjadi tidak terurus dan terlantar karena

kurangnya perhatian orang tua. Akibat kurangnya perhatian orang tua dan kurangnya membimbing anak akan mengakibatkan seorang anak melakukan prilaku yang buruk baik di dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat.

5.2 Saran

Bagi peneliti selanjutnya atau mahasiswa sastra Indonesia, agar novel Cinta Masih Ada dapat diteliti berdasarkan Psikologi sastra, untuk lebih mendalami tokoh utama yaitu Chacha secara psikologi. Dalam novel ini, tokoh Chacha mengalami perubahan kepribadian yaitu dari pribadi yang feminin menjadi pribadi yang tomboi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hassan, dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Damono, Sapardi Djoko.1978. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.

Jakarta: Depdikbud.

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,

Teori, Dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps.

Keraf, Sonny. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta. Kanisius.

Khairuddin. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberty.

Khusyah, Muhammad Utsman. 2005. Buku Pintar Istri Cerdas: Panduan Islam

dalam Memasuki Bahtera Rumah Tangga. Jakarta: Hikmah.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rachmat, Fikri. 2014. ”Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Realita Cinta dan Rock „N Roll (Analisis Semiotika dalam Film Realita Cinta dan Rock „N Roll”. (http://www.e-jurnal.com/2014/05/representasi-disfungsi-keluarga-dalam.html). Diakses Tanggal 1 Mei 2015.

Sari, Triyanina. 2011. ”Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia (Skripsi). Lampung: Universitas Lampung.

Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Setiadi, Elly dan Kolip, Usman. 2010. Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Bandung: Kencana.


(4)

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Keluarga: Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: Rineka Cipta.

Subroto. 1992. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada.

Sudjiman, Panuti. 1998. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Jaya.

Sulferina, Wan, Radhiani Fitri, Ahyani. 2011. ”Disfungsi Keluarga dan Gangguan Tingkah Laku pada Anak Penghuni Lembaga Permasyarakatan Pekanbaru, Riau” Jurnal Psikologi. http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/ 2766/34/336. Diakses Tanggal 8 Mei 2015.

Tangdilintin, Philips. 2008. Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta: Kanisius. Wijanarko, Jarot. 2014. Selingkuh dan Sex: Dan Tanya Jawab Pernikahan.


(5)

SINOPSIS NOVEL CINTA MASIH ADA KARYA EMBART NUGROHO

Chacha adalah seorang gadis remaja yang sedang kuliah di Universitas Sumatera Utara. Ia memiliki kedua orangtua yang sangat sibuk. Dirjam, seorang calon legislatif, dan Hartati sibuk arisan dengan ibu-ibu jetset (kelompok ibu-ibu yang suka foya-foya). Chacha juga memiliki dua saudara laki-laki. Dewa, abang sulungnya yang sibuk bisnis. Dimas, adik laki-lakinya yang sedang rehabilitasi karena kecanduan obat-obat terlarang.

Kebahagiaan keluarga Chacha sudah tidak seperti sedia kala. Kehangatan kedua orangtuanya dan kebahagiaan keluarganya terenggut oleh keegoisan. Rumah sudah seperti neraka, dan tidak ada lagi kenyamanan untuknya. Kedua orang tuanya sering bertengkar dan marah-marah padanya, sehingga Chacha sering pergi dari rumah dan ugal-ugalan di jalanan.

Penampilan Chacha yang tomboi dan seperti anak jalanan, membuat orang-orang di sekitarnya berpikiran negatif. Bahkan keluarga sahabat dekatnya yaitu Bellinda, tidak mengijinkan Bellinda berteman dengannya. Semua orang tidak berpihak padanya, ia merasa tidak ada orang yang menyayanginya lagi.

Masalah datang silih berganti. Chacha baru mengetahui mamanya mempunyai anak haram, yaitu anak dari kekasih mamanya dulu. Karena itu juga, sering terjadi percekcokan antara papa dan mamanya. Masalah lain datang setelah itu pada keluarga Chacha, papanya Chacha telah menghamili perempuan yang mengaku sebagai pacar papanya. Dirjam yang dikenalnya sangat menjungjung tinggi harkat dan martabat kini telah melanggar kesucian keluarga.


(6)

Chacha kembali mengikuti balapan motor dengan Ferry. Tetapi Ferry menipu dan meninggalkanya di arena balapan. Chacha mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit. Kedua orang tuanya dan abangnya tidak tampak mengunjunginya. Setelah ia pulih, Chacha baru mengetahui mamanyasakit kanker otak dan sudah di rawat di rumah sakit. Sebelum meninggal, mamanya membuat surat terakhir untuk Chacha dan keluarganya yang berisi bahwa mamanya sangat mencintai Chacha dan keluarganya. Setelah mamanya meninggal, keluarga Chacha kembali utuh dan Dirjam mengizinkan Toni tinggal bersama mereka.