Pembingkaian Berita Penampilan Susi Pudjiastuti Sebagai Menteri Kelautan Dan Perikanan Pada Detik.Com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Pada tanggal 26 Oktober 2014, Joko Widodo dan Jusuf kalla sebagai

Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2014-2019 melantik menteri-menteri
dalam kabinetnya untuk mendampingi masa pemerintahannya. Kabinet yang
diberi nama “Kabinet Kerja” ini terdiri dari 4 (empat) menteri koordinator dengan
34 kementerian. Dari 34 menteri tersebut, delapan di antaranya merupakan
perempuan atau sekitar 25% dari jumlah menteri. Mereka adalah Menteri Badan
Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup
Siti Nurbaya, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan
Maharani, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Menteri Sosial Khofifah Indar
Parawansa, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana
Yembise, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, dan Menteri Kelautan dan
Perikanan Susi Pudjiastuti.
Dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK jumlah keterwakilan perempuan lebih
banyak apabila dibandingkan dengan kabinet-kabinet sebelumnya dan dianggap

berbeda dibandingkan komposisi menteri perempuan pada kabinet-kabinet
sebelumnya. Selain itu, susunan menteri dalam Kabinet kerja Jokowi pun
dianggap dan dinilai kurang memuaskan masyarakat. Lingkaran Survei Indonesia
(LSI) merilis hasil survei pendapat masyarakat tentang Kabinet Kerja Presiden

1

Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Masyarakat tidak langsung puas
terhadap bentukan Kabinet Kerja Jokowi-Kalla.
Salah satu menteri yang paling banyak mendapatkan sorotan media dan
tanggapan masyarakat adalah Susi Pudjiastuti. Menurut catatan Awesomatric
dalam kurun waktu 6 Oktober-3 November terdapat 10.086 yang menaut akun
@susipudjiastuti, lebih popular dibandingkan akun twitter menteri-menteri yang
lebih dahulu eksis dalam dunia media sosial (Bobby, 2015: XIV). Sejak awal
pelantikannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti menjadi
sosok menteri perempuan yang dianggap kontroversial. Pada penelitian kali ini,
peneliti memfokuskan pada penampilan Susi pasca pelantikannya sebagai Menteri
Kelautan dan Perikanan. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan lebih
spesifik disamping itu Susi lebih banyak disorot media setelah resmi dilantik
sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Setidaknya ada dua alasan yang membuat masyarakat kontra akan
penampilan Susi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Pertama, Susi
Pudjiastuti dianggap tidak memiliki cerminan figur pemimpin dan perempuan
Indonesia dikarenakan memiliki kebiasaan merokok, dandanan yang dianggap
eksentrik dan bertato. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan budaya dan moralitas
orang Indonesia. Kedua, pendidikan Susi Pudjiastuti yang tidak lulus SMA
padahal untuk menduduki jabatan sebagai menteri diperlukan seorang yang bukan
hanya professional tetapi juga ahli di bidangnya.
Berbeda dengan pendapat sebagian masyarakat yang pro, menganggap
bahwa penampilan dan pendidikan Susi Pudjiastuti tersebut bukanlah menjadi

2

tolak ukur keberhasilannya dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Melainkan pada pengalaman Susi
Pudjiastuti yang telah bertahun-tahun menjalankan bisnis perikanan serta
penerbangan hingga sukses hingga sekarang ini. Terbukti setelah hampir dua
bulan bekerja, Susi menunjukkan eksistensi dan kelas dirinya. Dia bertemu
dengan sejumlah duta besar asing di Indonesia di kantornya. Susi menjelaskan
kebijakannya soal perikanan dan kelautan dengan bahasa inggris yang fasih.

Berita tentang penampilan Susi terutama sebagai Menteri Kelautan dan
Perikanan menyebar dengan cepat di media online dan banyak yang mencemooh,
menyesalkan bahkan mem-bully habis-habisan. Fadly Zon, Wakil Ketua DPR
salah satu orang yang tidak pernah bosan mengkritik Jokowi bahkan mengatakan
kalau Susi perlu menjalani revolusi mental. Menurut KPAI, menteri harus menjadi
figur panutan hidup sehat bagi semua anak Indonesia, termasuk tidak menjadi
perokok.
Menanggapi penampilannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan,
secara manusiawi Susi tampaknya merasa sedikit kurang nyaman. Susi merasa
perlu dukungan moral dari berbagai pihak agar memberikan kesempatan padanya
untuk membuktikan bahwa dia memiliki kapabilitas sebagai Menteri Kelautan dan
Perikanan. Memang ternyata tidak semua pihak masyarakat merasa skeptis
terhadap kebijakan Susi nantinya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan,
terutama terkait pendidikannya yang putus di bangku Sekolah Menengah Atas
(SMA).

3

Meskipun mendapatkan tanggapan demikian, menurut Riza, ketua
Asosiasi Nelayan Tradisional Indonesia berharap Susi mampu membuktikan

bahwa ia dapat menempatkan kepentingan rakyat, terutama nelayan, sebagai yang
utama, sehingga tidak terpengaruh oleh kepentingan bisnisnya. Sehingga
masyarakat dapat melihat bahwa kemampuan seseorang bukan hanya dinilai dari
penampilan fisik maupun juga tingkat pendidikan. Susi juga perlu menghindari
conflict of interest antara bisnis perikanan dan transportasi yang dimilikinya

dengan program-program kerakyatan yang menggunakan APBN. Konflik
kepentingan perlu dihindari karena agenda kelautan dan perikanan pada masa
depan sangat besar. Dengan demikian masyarakat pun dapat menaruh
kepercayaan padanya untuk dapat memperbaiki kualitas kelautan dan perikanan di
Indonesia.
Berita mengenai penampilan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan
dan Perikanan merupakan cara sederhana media massa dalam menjalankan
fungsinya sebagai penyebar pesan dari komunikator kepada komunikan. Sejak
awal peristiwa pelantikannya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan,
penampilan Susi khususnya selalu mendapatkan ruang di berbagai media massa
terutama di media online.
Media online sebagai media baru turut memberikan andil akan perubahan
pola komunikasi masyarakat. Media baru, internet sedikit banyak mempengaruhi
cara individu berkomunikasi dengan individu lainnya. Internet di kehidupan

sekarang hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan
memperoleh informasi. Internet berfungsi sebagai jaringan global untuk

4

komunikasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya di belahan dunia. Internet juga
berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tidak ada batasan. Mengakses
internet saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat. Tidak hanya
dengan menggunakan komputer atau laptop saja namun setiap orang kini dapat
mengaksesnya melalui handphone dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan
oleh sejumlah provider telpon seluler. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
ahli komunikasi massa, dalam kutipan kalimat berikut:
Walaupun komunikasi massa biasanya merujuk pada surat kabar, Video
Cassette Display (VCD), ROM dan radio dan melebar kepada media baru
(new media ). New media terdiri atas teknologi berbasis komputer.
Teknologi komunikasi ini termasuk email, internet, televisi kabel digital,
Video seperti DVD, pesan Instan (Instant Messaging-IM) dan telepon
genggam. (West dan Turner, 2009:41).
Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih detik.com karena di Indonesia
situs berita tersebut memiliki hits (jumlah pengujung situs) terbesar di antara situs

berita lainnya seperti Republika Online (ROL), metronews.com maupun
viva.com. Menurut Alexa.com, sebuah situs yang menyediakan informasi
mengenai data traffic, ranking situs website secara global maupun dalam satu
negara tertentu, dan berbagai informasi lainnya pada lebih dari 30 juta situs web
yang terdaftar, Detik.com termasuk dalam jajaran sepuluh besar website yang
memiliki jumlah pengunjung terbanyak di Indonesia. Detik.com berada pada
urutan ke sembilan. Peneliti memilih kolom detiknews pada Detik.com untuk
diteliti berita-beritanya dikarenakan menurut tingkat pembaca, berdasarkan
alexa.com, kedua kolom tersebut memiliki tingkat kunjungan yang cukup tinggi,
sebanyak 55,35% kolom detiknews.

5

Untuk melihat bagaimana media online berperan dalam mengkonstruksi
berita penampilan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan maka
perlu dilakukan analisis framing. Strategi analisis ini dilakukan dengan
mencermati seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih
bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk mengarahkan
interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan
teks berikut:

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis
untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok atau apa
saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui
proses konstruksi. Di sini realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan
makna tertentu. Bagaimana media memahami dan memaknai realitas dan
dengan cara apa realitas itu ditandakan. Hal inilah yang menjadi pusat
perhatian dari analisis framing (Eriyanto, 2002:3).
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan analisis framing menurut
Gamson dan Modigliani. Menurut pandangan Gamson dan Modigliani, isu atau
peristiwa publik adalah bagian dari konstruksi realitas. Pembingkaian menurut
Gamson dan Modigliani dipahami sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral
ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Ide sentral ini
akan didukung oleh seperangkat wacana lain sehingga antara satu bagian wacana
dengan bagian lain saling kohesif dan saling mendukung.
Gamson berpendapat bahwa wacana media merupakan elemen penting
dalam memahami dan mengerti pendapat umum yang berkembang atas
suatu isu maupun peristiwa. Oleh karena itu pendapat umum tidak cukup
hanya didasarkan pada data survei khalayak. Namun diperlukan adanya
hubungan dan perbandingan bagaimana media mengemas serta
menyajikan suatu isu di dalam khalayak itu sendiri (Eriyanto, 2001:217).

Analisis framing Gamson dan Modigliani ini juga lebih bersifat umum
artinya bisa dipakai pada media cetak maupun elektronik dan dalam aliran model

6

ini sebagaian besar berbicara tentang simbol yang terdapat dalam sebuah teks atau
dialog yang ditekankan melalui perangkat penalaran. Oleh sebab itu maka
dilakukan penekanan penandaan pada teks artikel berita dalam bentuk simbolik
baik melalui kiasan maupun retorika yang secara tidak langsung bertujuan untuk
mengarahkan pada khalayak. Dengan demikian nantinya diharapkan akan dapat
ditemukan, pemberitaan penampilan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan
dan Perikanan pada Detik.com mengarahkan khalayak untuk pro ataupun kontra.

1.2 Fokus Masalah
Berdasarkan hasil pra penelitian, peneliti menemukan fenomena dari
banyaknya pemberitaan penampilan Susi Pudjiastuti pada Detik.com sebagai
Menteri Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan kerangka analisis framing Gamson
dan Modligiani, peneliti menetapkan fokus penelitian ini yaitu:
1.


Bagaimana pola penyajian pembingkaian berita penampilan Susi
Pudjiastuti?

2.

Bagaimana gagasan utama pembingkaian berita penampilan Susi
Pudjiastuti?

3.

Bagaimana perangkat pembingkaian berita penampilan Susi Pudjiastuti?

4.

Bagaimana perangkat penalaran yang digunakan dalam berita penampilan
Susi Pudjiastuti?

7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian di atas maka
tujuan penelitian ini adalah:
1.

Mengetahui pola penyajian pembingkaian berita penampilan Susi
Pudjiastuti

2.

Mengetahui gagasan utama pembingkaian berita penampilan Susi
Pudjiastuti

3.

Mengetahui perangkat pembingkaian berita penampilan Susi Pudjiastuti

4.

Mengetahui perangkat penalaran yang digunakan dalam berita penampilan
Susi Pudjiastuti


1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara:
1. Menambah wawasan bagi peneliti baik dari segi teoritis maupun praktis
mengenai permasalahan yang berhubungan dengan realitas konstruksi
yang berlangsung dalam media online khususnya framing pemberitaan
penampilan Susi Pudjiastuti.
2. Menambah wawasan di bidang Ilmu Komunikasi dalam memahami
realitas konstruksi dengan menggunakan analisis framing pada media
online khususnya framing pemberitaan penampilan Susi Pudjiastuti pasca
dilantik sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan pada Detik.com.
3. Peneliti juga berharap penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.

8

4. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
baru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang
perkembangan metode pembingkaian suatu media dan memahami realitas
(peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja) dibingkai oleh media, serta
ideologi yang terbentuk di balik pemberitaan media

9