Faktor-faktor yang Memepengaruhi Kebijakan Dividen (Studi Kasus pada Emiten Pembentuk Indeks LQ-45 periode 2012-2014)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu hal yang menandakan berkembangnya ekonomi suatu negara adalah
dengan melihat peningkatan transaksi di dalam pasar modal negara tersebut. Menurut
Martalena dan Malinda (2011:2) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang, saham,
reksadana, instrument derivatif maupun instrument lainnya. Pasar modal berfungsi
sebagai lembaga perantara yang berperan untuk menunjang perekonomian karena
menghubungkan pihak yang kekurangan dana dengan pihak yang kelebihan dana.
Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh investor untuk
mendapatkan laba dimasa yang akan datang. Ada berbagai jenis investasi yang ada di
dalam pasar modal, salah satunya yaitu berinvestasi didalam bentuk pembelian saham
perusahaan.
Setiap investor memiliki tujuan utama dalam menanamkan modalnya kedalam
perusahaan yaitu untuk mencari tingkat pengembalian atau imbal hasil (return) baik
berupa dividen maupun selisih antara harga jual saham terhadap harga beli saham
tersebut. Menurut Stice et al. (2005) dalam Suharli (2007) mengartikan dividen
sebagai pembagian laba kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan
jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Menurut Brealey, et al.

(2008:4) dalam mengelola keuangan perusahaan, manajer keuangan perusahaan

11
Universitas Sumatera Utara

dihadapkan dua masalah yaitu mengenai keputusan investasi dan keputusan
pendanaan.
Dalam hal pendanaan, perusahaan dihadapkan masalah mengenai kebijakan
dividen. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan jumlah alokasi laba
yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan sebagai
sumber pendanaan perusahaan pada masa yang akan datang (Van Horne dan
Wachowicz, 2007:270). Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)
menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen (Kangarlouei et al.,
2012).
Di lain pihak, perusahaan juga mengharapkan pertumbuhan secara terus
menerus dan relatif stabil untuk mempertahankan keberlangsungan perusahaan pada
masa yang akan datang dan sekaligus memberikan kesejahteraan kepada pemegang
saham. Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang dapat menghasilkan laba.
Jika keputusan yang dilakukan oleh manajer adalah untuk mendistribusikan laba
kepada pemegang saham sebagai dividen, akan terdapat tiga masalah yang akan

dihadapi oleh perusahaan yaitu jumlah dividen yang akan didistribusikan, bentuk
pendistribusian dividen serta tingkat stabilitas pendistribusian dividen setiap tahun
kepada pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006:68). Perusahaan harus
berupaya untuk membuat kebijakan dividen yang akan memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham, karena salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham (Brealey, et al., 2008:11).

12
Universitas Sumatera Utara

Menurut Brealey, et al. (2008:16) kebijakan dividen mempunyai pengaruh
antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham yang akan mengakibatkan
konflik kepentingan antara pemegang saham dengan manajemen yang mengakibatkan
biaya keagenan (agency cost). Dalam penelitian suharli (2005) mengemukakan
bahwa pemegang saham berusaha menjaga agar pihak manajemen tidak terlalu
banyak memegang kas karena kas yang terlalu banyak didalam perusahaan akan
memberikan kesempatan kepada manajemen untuk menikmati kas tersebut hanya
bagi dirinya sendiri. Sedangkan bagi pihak manajemen akan membatasi arus kas
keluar berupa dividen kas yang terlalu besar dengan alasan mempertahankan
kelangsungan perusahaan, menambah investasi atau melunasi hutang. Sehingga

dalam membuat kebijakan dividen, manajemen perusahaan akan mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.
Menurut

Brigham

dan

Houston

(2006:94)

faktor-faktor

yang

dapat

mempengaruhi kebijakan dividen adalah kendala atas pembagian dividen seperti
kontrak hutang, pembatasan saham preferen, ketidakcukupan laba, ketersediaan kas,

denda pajak atas penahanan laba yang tidak wajar. Selain itu terdapat peluang
investasi yang dapat dilihat dari daftar IOS yang memungkinkan perusahaan untuk
mempercepat atau menunda proyek, sumber-sumber modal lainnya termasuk biaya
penjualan saham baru, kemampuan untuk mensubtitusi ekuitas dengan hutang,
pengendalian serta pengaruh dividen terhadap keuntungan modal. Selain itu, ada
beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen. Beberapa faktor

13
Universitas Sumatera Utara

lain tersebut adalah aturan-aturan hukum, kebutuhan pendanaan perusahaan,
likuiditas, kemampuan untuk meminjam dan pengendalian (Van Horne dan
Wachowicz, 2007:280).
Kebijakan dividen perusahaan dapat tercermin dalam dividend payout ratio
perusahaan tersebut. Berikut adalah perkembangan rata-rata DPR perusahaan yang
terdaftar di BEI pada tahun 2012-2014
Tabel 1.1
Perkembangan Rata-rata Dividend payout Ratio
Perusahaan di BEI Periode 2012-2014
Divivend Payout Ratio (%)

2012
2013
2014
22.53
19.13
8.62

1

Nama
Perusahaaan
PT. Pakuwon Jati Tbk.

2

PT. Indosat Tbk.

-

38.48


-

3

PT. Astra International Tbk.

45.03

45.04

45.59

66.77

44.97

43.14

34.80


66.13

94.29

33.82

42.75

38.32

No

4

PT. Kalbe Farma Tbk.
PT. ndocement Tunggal
5
Prakarsa Tbk
Rata-rata

Sumber: www.idx.co.id

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa perkembangan rata-rata dividend
payout ratio perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2012-2014 mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2012 sampai 2013 mengalami kenaikan sebesar 33,82%
menjadi 42,74%, namun pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 38,32%.
Pembagian dividen yang tidak stabil mengharuskan investor teliti dalam memilih
perusahaan untuk berinvestasi, karena ketidakstabilan pembagian dividen ini
memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan kurang mampu dalam
menyeimbangkan kebutuhan dana untuk internal dan keinginan pemegang sahamnya.

14
Universitas Sumatera Utara

Sehingga perusahaan kurang mampu dalam memberikan kesejahteraan bagi
pemegang saham dan tidak mampu memberikan return yang tinggi. Investor
mengharapkan return yang tinggi karena berinvestasi saham memiliki risiko yang
tinggi yang dapat membuat investor mengalami kerugian yang besar.
Sejauh ini penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan.
Beberapa penelitian sebelumnya dan teori-teori mengenai kebijakan dividen

menyebutkan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan
dividen, seperti profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set, dan
likuiditas yang memungkinkan pembagian dividen menjadi tidak stabil dan menjadi
bahan pertimbangan dalam kebijakan dividen (Mehta, 2012; Kangarlouei et al., 2012;
Malik et al., 2013: Sanjari dan Zarei, 2014).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
yang bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen dalam memberikan imbal
hasil kepada pemegang saham dalam bentuk laba perusahaan ( Sugiono dan Untung,
2008:71). Laba merupakan salah satu faktor utama yang menunjukan kapasitas
perusahaan dalam membayar dividen kepada investor karena laba perusahaan dapat
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen ataupun sebagai laba ditahan.
Pemegang saham berharap untuk mendapatkan imbal hasil atas modal yang
diinvestasikan kedalam perusahaaan (Brigham dan Houston, 2006:149). Penelitian
yang dilakukan Marpaung dan Hardianto (2009), Malik et al. (2013) dan Silviana et
al. (2014) menemukan bahwa perusahaan yang menghasilkan profit yang besar

15
Universitas Sumatera Utara

mampu membayarkan dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba

ditahan sebagai sumber pendanaan dalam membiayai investasinya. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Mehta (2012) menemukan bahwa ROE memiliki pengaruh
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Firm size merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
kebijakan dividen merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Malik et al.
(2013). Perusahaan dengan ukuran besar akan membayarkan dividen lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil, karena perusahaan kecil akan
merasa sulit untuk mengumpulkan dana, dibandingkan dengan perusahaan besar yang
memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal. Oleh karena itu perusahaan besar
dapat membagikan dividen yang lebih besar yang bersumber dari internal dan
menggunakan dana dari pasar modal sebagai sumber pendanaan. Sedangkan
perusahaan kecil hanya bergantung kepada dana internal yang menyebabkan
pembayaran dividen lebih sedikit (Mehta, 2012). Penelitian yang dilakukan Sanjari
dan Zarei (2014), Mehta (2012), Amah (2012), dan Malik et al. (2013) menemukan
bahwa size memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen
sedangkan penelitian yang dilakukan Lopolusi (2013) menemukan bahwa size
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Semakin tinggi hutang atau leverage suatu perusahaan, maka semakin rendah
pembayaran dividen perusahaan tersebut, karena sebagian dana yang ada didalam
perusahaan tersebut digunakan untuk membayar hutang yang memiliki bunga dan


16
Universitas Sumatera Utara

jatuh tempo. Syarat perjanjian hutang sebagai pelindung dalam kesepatan pinjaman
sering kali meliputi batasan untuk membayar dividen. Ketika syarat ini diberlakukan,
maka secara langsung akan mempengaruhi kebijakan dividen. Hutang mempunyai
resiko yang tinggi sehingga harus dilunasi sesuai dengan perjanjian (Van Horne dan
Wachowicz, 2007:283). Sanjari (2014) menemukan bahwa pembayaran dividen yang
rendah dengan maksud untuk melunasi hutang merupakan kebijakan perusahaan
untuk melindungi dan memberikan kepercayaan kepada pasar bahwa perusahaan
tersebut mampu dalam memenuhi kewajiban perusahaan serta demi mempertahankan
arus kas untuk memenuhi tanggung jawabnya. Sehingga saat perusahaan melakukan
pembayaran hutang maka pembayaran dividen kepada pemegang saham akan lebih
rendah. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi
cenderung memberikan dividen yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki leverage yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanjari dan Zarei (2014) menemukan hubungan
positif dan signifikan antara DER dengan kebijakan dividen. Mehta (2012), Malik et
al. (2013), Alzomaia dan Al-Khadhiri (2013) menemukan bahwa leverage yang
diproksikan dengan DER (debt to equity ratio) memiliki pengaruh positif namun
tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan penelitian Silviana et al.
(2014) menemukan bahwa DER memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen.

17
Universitas Sumatera Utara

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan salah satu faktor yang
menentukan kebijakan dividen perusahaan. IOS berhubungan dengan jumlah peluang
investasi perusahaan pada masa yang akan datang. Ketika perusahaan memiliki
sejumlah peluang investasi yang akan menguntungkan, perusahaan cenderung akan
melakukan pembayaran dividen yang rendah. Namun melalui IOS, memungkinkan
perusahaan untuk dapat mempercepat atau menunda proyek, sehingga membuat
perusahaan dapat mengikuti kebijakan dividen yang stabil (Brigham dan Houston,
2006:95). Sehingga dalam posisi ini, perusahaan perusahaan harus menganalisis
kemungkinan perusahaan untuk mempertahankan dividen karena dana perusahaan
digunakan untuk pendanaan sejumlah proyek investasi yang dimiliki perusahaan
(Horne dan Wachowicz, 2006:282). Semakin besar kebutuhan dana perusahaan
berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar dividen. Penelitan yang dilakukan
Kangarlouei et al. (2012), Marpaung dan Hadianto (2009) membuktikan bawha IOS
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Likuiditas merupakan faktor penting lain yang mempengaruhi dividen. Karena
dividen menunjukan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan
likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Perusahaan yang sedang tumbuh dan menguntungkan mungkin tidak likuid
karena dana perusahaan digunakan untuk aktiva tetap dan modal kerja. Oleh karena
itu pihak manajemen pada perusahaan ini ingin mempertahankan beberapa
perlindungan likuiditas sehingga pihak manajemen membayarkan dividen dalam

18
Universitas Sumatera Utara

jumlah

yang kecil atau tidak sama sekali (Horne dana Wachowicz, 2006:282).

Penelitian yang dilakukan Malik et al. (2013) menemukan bahwa likuiditas yang
diproksikan dengan quick ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen. Namun hal berbeda dengan hasil penelitian Sanjari dan Zarei
(2014) menemukan pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Untuk memperjelas dan menganalisis adanya permasalahan kebijakan dividen
serta melihat hubungannya dengan faktor-faktor yang telah diuraikan di atas, maka
berikut ini adalah data empiris yang dapat disajikan mengenai kebijakan dividen.
Tabel 1.2
Data Dividen, Laba Bersih, Total Hutang dan Total Aset
Perusahaan Pembentuk Indeks LQ-45
Periode 2012-2014
No

Nama
Perusahaaan

1

PT Astra Agro
Lestari Tbk.

2

PT Gudang Garam
Tbk.
PT Indofood
Sukses Makmur
Tbk.

3

PT Kalbe Farma
Tbk.
Sumber: www.idx.co.id

4

Periode
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014
2012
2013
2014

Dividen
(Rp)
455.00
515.00
716.00
800.00
800.00
800.00
185.00
142.00
220.00
19.00
17.00
19.00

Laba Bersih
(Rp Juta)
2,520,266
1,903,088
2,621,275
4,068,711
4,383,932
5,395,293
4,779,446
3,416,635
5,146,323
1,775,099
1,970,452
2,121,091

Total
Hutang
(Rp Juta)
19,700
25,100
24,250
14,903,612
21,353,980
24,991,880
25,181,533
39,719,660
44,710,509
2,046,314
2,815,103
2,607,557

Total Aset
(Rp Juta)
12,419,820
14,963,190
18,558,329
41,509,325
50,770,251
58,220,600
59,324,207
78,092,789
85,938,885
9,417,957
11,315,061
12,425,032

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dividen, laba bersih, total hutang dan total
aset berfluktuasi setiap tahun. Hal ini dapat dilihat pada laba bersih PT Astra agro
Lestari Tbk pada tahun 2013 mengalami penurunan dan diikuti dengan kenaikan
dividen pada tahun 2013. Namun hal ini berbeda dengan dengan PT Gudang Garam

19
Universitas Sumatera Utara

Tbk yang mengalami peningkatan laba bersih selama 3 (tiga) tahun namun jumlah
dividen yang dibagikan tidak mengalami perubahan. Sedangkan pada PT Indofood
Sukses Makmur Tbk dan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2014 peningkatan laba
bersih diikuti dengan kenaikan dividen.
Pada sisi total hutang PT Astra Agro Lestari Tbk mengalami kenaikan hutang
namun diikuti dengan kenaikan dividen selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dan
kenaikan total hutang selama 3 (tiga) tahun berturut-turut pada PT Gudang Garam
Tbk diikuti dengan pembagian dividen yang stabil. Sedangkan hal lain terjadi pada
PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2013, dimana
kenaikan total hutang diikuti dengan penurunan dividen.
Pada sisi total asset PT Astra Agro Lestari Tbk mengalami kenaikan selama 3
(tiga) tahun berturut-turut dan diikuti dengan kenaikan dividen. Hal lain justru
berbeda dengan PT Gudang Garam Tbk dimana terjadi kenaikan total asset selama 3
(tiga) tahun berturut-turut pembagian dividen tidak mengalami perubahan.
Sedangkan hal lain terjadi pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Kalbe
Farma Tbk pada tahun 2013, dimana kenaikan total asset diikuti dengan penurunan
dividen.
Berdasarkan uraian pada Tabel 1.1 kenaikan dan penurunan laba bersih, total
hutang dan total asset dapat mempengaruhi dividen. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kebijakan dividen dengan menggunakan obyek penelitian
perusahaan pembentuk indeks LQ-45.

20
Universitas Sumatera Utara

Alasan pemilihan perusahaan pembentuk indeks LQ-45 yang diteliti karena
indeks LQ-45 merupakan salah satu kelompok indeks yang terdaftar di BEI dengan
jumlah 45 perusahaan yang dipilih dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.
Indeks LQ-45 terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar serta memiliki kinerja keuangan yang
baik (www.idx.co.id). Dengan memiliki likuditas yang baik, perusahaan diharapkan
membayarkan dividen dalam jumlah yang besar karena ketersedianya kas di dalam
perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu dengan memiliki kinerja keuangan
yang baik, diharapkan perusahaan dapat memberikan kebijakan dividen yang tinggi
karena kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba yang besar, dimana laba
yang besar mencerminkan semakin besar juga dana yang dapat dibagikan kepada
investor dalam bentuk dividen.
Berdasarkan permasalahan, inkonsistensi hasil penelitian dan uraian yang telah
dijelasakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan
faktor yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan dividen seperti profitabilitas, firm
size, leverage, investment opportunity set dan likuiditas.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set, dan likuiditas
berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada emiten pembentuk indeks LQ-45?

21
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh profitabilitas, firm size, leverage, investment opportunity set, dan likuiditas
terhadap kebijakan dividen pada emiten pembentuk indeks LQ-45.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Perusahaan
Bagi pihak perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan
mengenai proporsi laba dalam bentuk dividen atau laba ditahan sebagai dana
investasi dan pendanaan di masa mendatang.
2. Investor
Diharapkan bagi investor memberikan informasi yang dapat dijadikan
pertimbangan investor mengenai tingkat pengembalian investasi perusahaan
berupa dividen perusahaan.
3. Peneliti
Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat memperluas wawasan, pengetahuan
peneliti dan pengaplikasian teori yang dapat memecahkan masalah-masalah
khususnya mengenai tingkat pengembalian dividen.

22
Universitas Sumatera Utara

4. Peneliti Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai dasar referensi dalam perluasan pengetahuan, dan
penambahan wawasan.

23
Universitas Sumatera Utara