Hubungan Gangguan Lapang Pandangan dengan Ketebalan Retina dan Optic Disc pada penderita Glaucoma Sudut Terbuka Primer (POAG)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomor dua di dunia setelah

katarak dan penyebab kebutaan lainnya. Kebutaan karena glaukoma sudut terbuka
(Primary Open Angle Glaucoma / POAG) merupakan kasus penting di US dan
lebih sering menyebabkan kebutaan pada kulit hitam. Prevalensi POAG di USA
1,29 % mengenai usia > 40 tahun. Perkiraan di USA dan UK tahun 2000 antara
84.000-116.000 (12% dari seluruh kasus) mengalami kebutaan pada kedua mata
(koreksi tajam penglihatan terbaik ≤ 20/200 atau lapang pandangan 21 mmHg (dengan tekanan
intraokuler rata-rata antara 10 – 21 mmHg) (American Academy of
Ophthalmology, 2009-2010).

Universitas Sumatera Utara

Glaukoma sudut terbuka primer (Primary Open Angle Glaucoma / POAG)
adalah glaukoma yang paling sering, dengan karakteristik kronis/serangan

perlahan-lahan, neuropati optik dengan gambaran kerusakan saraf optik dan
hilangnya lapang pandangan. Peningkatan tekanan intraokuli (TIO) merupakan
faktor resiko utama terjadinya POAG, selain faktor lainnya seperti ras, penurunan
ketebalan kornea sentral, usia lanjut, adanya riwayat keluarga dan keturunan,
miopia, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular (hipertensi), dan penyakit
retina (oklusi vena retina), merokok. TIO normal kira-kira 10-21 mmHg dengan 2
SD (Standar Deviasi) diatas atau dibawah TIO rata-rata. Beberapa penelitian studi
menujukkan 30-50% mengalami kerusakan glaukoma neuropati optik dan atau
hilangnya lapang pandangan dengan tekanan 40 tahun). Pasien mengalami sakit
kepala ringan dan sakit disekitar mata, adaptasi terhadap gelap lambat. Tajam
penglihatan sentral secara relatif tidak terpengaruh sampai terjadi hilangnya
lapang pandangan. Peningkatan TIO, TIO turun naik setiap hari, kerusakan optic
disc (cupping, pembuluh darah nasalisasi/bayonetting, lapisan serabut saraf),
perubahan lapang pandangan dan gonioskopi (sudut terbuka). (American Academy
of Ophthalmology, 2009-2010) (Kansky, 2005) (Khurana, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan mata berupa tajam penglihatan, tonometri aplanasi / schiotz /
non kontak, slit-lamp biomicroscope dengan lensa Hruby, posterior pole contact

lens, atau lensa 60, 78, 90 D, gonioskopi, oftalmoskopi, perimetri, Optical
Coherence tomography (OCT) (American Academy of Ophthalmology, 20092010) (Kansky, 2005) (Saunders, 2005) (Sihota, 2007) (Depkes, 2010).
Prognosa POAG tergantung cepat tidaknya diagnosa ditegakkan. Jika
POAG terdiagnosa lebih awal maka prognosanya jauh lebih baik. Tanpa
pengobatan prognosanya akan lebih buruk. Pasien POAG beresiko tinggi terhadap
kebutaan ( American Academy of Ophthalmology, 2009-2010) (Kansky, 2005)
(Sihota, 2007) (Benjamin, 2007).
Perimetri merupakan alat pemeriksaan fungsi lapang pandangan.
Pemeriksaan perimetri dilakukan dengan mata terfiksasi sentral yang bermanfaat
dalam menegakkan stadium glaukoma, baik stadium awal, stadium lanjut dan
stadium akhir. Penilaian lapang pandangan merupakan hal yang penting dilakukan
pada glaukoma, dimana penyakit ini berpotensi terjadinya kebutaan. Pemeriksaan
klinis dari saraf optik dan perimetri otomatis adalah

gold standart untuk

pengelolaan glaukoma. Diketahui hilangnya Retina Nerve Fiber Layer (RNFL)
30-50 % didapati sebelum terjadi perubahan lapang pandangan pada pemeriksaan
Standart


Automated

Perimetry

(Glaucoma,

American

Academy

of

Ophthalmology, 2009-2010) (Neuro Ophthalmology, American Academy of
Ophthalmology, 2009-2010) (Novita, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Ocular Coherence Tomography (OCT) adalah pemeriksaan non invasif
yang dapat mencitrakan optic nerve head seperti neuroretinal rim area, disc area,
cup area, cup volume, cup disc area ratio, cup disc horizontal ratio dan cup disc

vertical ratio. OCT menggunakan metode tomografi koherensi optik yang mampu
menciptakan gambar digital melalui penggunaan sinar cahaya khusus untuk
mencitrakan gambaran saraf optik dan mengukur ketebalan serabut saraf retina.
OCT dapat mendeteksi hilangnya serabut saraf optik sedini mungkin dan juga
lebih memberikan konstribusi yang besar untuk mendeteksi dini adanya glaukoma
sebelum didapatkan gangguan lapang pandangan, sehingga

perkembangan

penyakit dapat dicegah (Akiyasu , 2003) ( Mitra , 2009) (Dennis , 2008) (Balada ,
2007) ( Agustiawan , 2007) (Glenn, 2004) (Novita, 2008).

1.2.

RUMUSAN MASALAH
Pada POAG terjadi neuropati optik yang disertai dengan hilangnya lapang

pandangan dan tekanan intraokuli merupakan faktor resiko utama. Terjadi
perubahan struktur pada optic disc dan perubahan ketebalan retina yang
mendahului perkembangan kehilangan lapang pandangan pada glaukoma

(Glaucoma, American Academy of Ophthalmology, 2009-2010). Sehingga perlu
dinilai gambaran kehilangan lapang pandangan, ketebalan retina dan gambaran
optic disc agar dapat diketahui sejauh mana sudah terjadi gangguan pada pasien
POAG tersebut.

Universitas Sumatera Utara

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Umum :
• Untuk mengetahui hubungan gangguan lapang pandangan dengan
ketebalan retina dan optic disc pada pasien POAG.

1.3.2. Khusus :
• Untuk menilai gangguan lapang pandangan pada pasien POAG.

• Untuk mengukur ketebalan retina pada pasien POAG.


• Untuk menilai optic disc pada pasien POAG.

1.4.

MANFAAT PENELITIAN


Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada RSUP H.
Adam Malik Medan mengenai POAG yang dapat menjadi acuan dibuat
suatu sistem dalam hal yang berkaitan dengan POAG.



Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi data untuk
penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan POAG.

1.5.

HIPOTESIS PENELITIAN
Adanya hubungan gangguan lapang pandangan dengan ketebalan retina


dan optic disc pada pasien POAG.

Universitas Sumatera Utara