Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Megibung: Alasan Jemaat GKPB Sabda Urip Asah-Sega Melaksanakan Tradisi Megibung
MOTTO
Melayanilah sebagai seorang penolong,
menolonglah sebagai seorang pelayan Tuhan
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil,tetapi berusahalah menjadi manusia
yang berguna. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang (Einstein)
Mazmur 62 : 12-13a
“Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan
dari pada-Mu juga kasih setia”
ABSTRAK
Megibung adalah tradisi makan bersama-sama yang dilakukan oleh masyarakat HinduBali. Makanan itu terdiri dari berbagai jenis dan di taruh dalam satu nampan. Setiap nampan di
kelilingi oleh 4-7 orang, mereka makan dari satu nampan yang sama. Acara megibung biasanya
dilakukan setelah upacara adat. Seiring berjalannya waktu tradisi megibung mengalami
pergeseran, tidak hanya masyarakat Hindu-Bali saja yang melakukan tradisi tersebut, tetapi
masyarakat luas yang bukan masyarakat asli Hindu-Bali melakukan tradisi megibung.
Tradisi masyarakat Bali masih sangat terasa di tengah-tengah warga jemaat gereja GKPB
yang sebagian masih mempertahankan tradisi asli. Tradisi megibung yang dilaksanakan oleh
jemaat Sabda Urip Asah-Sega, menjadi sarana untuk menjaga keharmonisan dan sikap toleransi
antar agama. Metode diskriptif digunakan untuk mengetahui alasan tradisi megibung
dilaksanakan di jemaat GKPB Sabda Urip Asah-Sega.
Megibung memiliki nilai-nilai yang penting bagi kehidupan umat Kristen maupun
masyarakat karena melalui pelaksanaan megibung gereja mendapatkan keharmonisan,
keterbukaan, toleransi dan kasih sesama manusia dengan masyarakat yang majemuk.
Kata Kunci : Tradisi Megibung, Jemaat GKPB Sabda Urip Asah-Sega
Melayanilah sebagai seorang penolong,
menolonglah sebagai seorang pelayan Tuhan
Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil,tetapi berusahalah menjadi manusia
yang berguna. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah pincang (Einstein)
Mazmur 62 : 12-13a
“Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan
dari pada-Mu juga kasih setia”
ABSTRAK
Megibung adalah tradisi makan bersama-sama yang dilakukan oleh masyarakat HinduBali. Makanan itu terdiri dari berbagai jenis dan di taruh dalam satu nampan. Setiap nampan di
kelilingi oleh 4-7 orang, mereka makan dari satu nampan yang sama. Acara megibung biasanya
dilakukan setelah upacara adat. Seiring berjalannya waktu tradisi megibung mengalami
pergeseran, tidak hanya masyarakat Hindu-Bali saja yang melakukan tradisi tersebut, tetapi
masyarakat luas yang bukan masyarakat asli Hindu-Bali melakukan tradisi megibung.
Tradisi masyarakat Bali masih sangat terasa di tengah-tengah warga jemaat gereja GKPB
yang sebagian masih mempertahankan tradisi asli. Tradisi megibung yang dilaksanakan oleh
jemaat Sabda Urip Asah-Sega, menjadi sarana untuk menjaga keharmonisan dan sikap toleransi
antar agama. Metode diskriptif digunakan untuk mengetahui alasan tradisi megibung
dilaksanakan di jemaat GKPB Sabda Urip Asah-Sega.
Megibung memiliki nilai-nilai yang penting bagi kehidupan umat Kristen maupun
masyarakat karena melalui pelaksanaan megibung gereja mendapatkan keharmonisan,
keterbukaan, toleransi dan kasih sesama manusia dengan masyarakat yang majemuk.
Kata Kunci : Tradisi Megibung, Jemaat GKPB Sabda Urip Asah-Sega