Pengaruh Waktu Pengambilan Sampel Terhadap Kadar Bod, Cod Dan Minyak Lemak Dari Air Sungai Silau Kabupaten Asahan

17

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air
Pada dasarnya air dapat dibedakan menjadi dua yaitu air laut yang asin dan air tawar
yang terdapat di darat. Keduanyapun merupakan sumber kehidupan bagi makhluk
hidup yang ada di bumi, karena makhluk hidup membutuhkan air. Air laut merupakan
sumber kehidupan bagi berbagai jenis ikan, berbagai jenis tanaman/rumput laut, dan
berbagai organisme yang hidup di air asin. Sedangkan air tawar merupakan sumber
kehidupan bagi makhluk hidup yang ada di darat seperti manusia, hewan, burung, dan
tanaman.
Air yang tidak tercemar, merupakan air yang tidak mengandung bahan-bahan
asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut
dapat digunakan secara normal untuk berbagai keperluan. Adanya benda-benda asing
yang mengakibatkan air tidak dapat dipergunakan secara normal disebut dengan
polusi/pencemaran. (Sunu, 2001)
2.1.1 Klasifikasi dan Kriteria Mutu Air
Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau untuk peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat dipergunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

18

Tabel 1. Kriteria BOD, COD, Minyak atau Lemak Bedasarkan Kelas Air
KELAS
PARAMETER


SATUAN

KETERANGAN
I

II

III

IV

KIMIA ORGANIK
pH

6-9

6-9

6-9


5-9

BOD
COD
DO

2
10
6

3
25
4

6
50
3

12

100
0

1000

1000

(-)

mg/L
mg/L
mg/L

Minyak
dan µg/L
1000
Lemak
Sumber : PP No. 82 Tahun 2001

Apabila secara

alamiah di luar
retang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alam

Angka
batas
minimum

2.1.2 Komponen Pencemaran Air
Berbagai macam kegiatan industri dan teknologi yang ada saat ini apabila tidak
disertai dengan program pengelolaan limbah yang baik akan memungkinkan
terjadinya pencemaran air, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Bahan
buangan dan air limbah yang berasal dari kegiatan industri adalah penyebab utama
terjadi pencemaran air.
Komponen pencemar air tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
- Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar
(butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).

- Bahan Buangan Organik
Bahan buangan organik pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat
membusuk atau terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan bungan yang
termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat menaikkan
populasi

mikroorganisme

di

dalam

air.

Dengan

bertambahnya

populasi


mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula kemungkinannya untuk ikut
berkembangnya bakteri patogen yang berbahaya bagi manusia.

Universitas Sumatera Utara

19

- Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik pada umumnya berupa limbah yang tidak dapat membusuk
dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini
masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam
air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur logam.
- Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan
Bahan buangan olahan bahan makanan dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok
bahan buangan organik. Apabila bahan buangan olahan bahan makanan mengandung
protein dan gugus amin, maka pada saat didegradasi oleh mikroorganisme akan terurai
menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk. Air lingkungan yang
mengandung bahan buangan olahan bahan makanan akan mengandung banyak

mikroorganisme, termasuk pula di dalamnya bakteri patogen. Mengingat akan hal ini
maka pembungan limbah yang berasal dari industri pengolahan bahan makanan perlu
mendapat pengawasan yang seksama agar bakteri patogen yang berbahaya bagi
manusia tidak berkembang biak di dalam air lingkungan.
- Bahan Buangan Cairan Berminyak
Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas permukaan
air. Bahan buangan cairan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan berminyak
mengandung senyawa yang volatil maka akan terjadi penguapan dan luasan
permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Lapisan minyak
yang menutupi permukaan air dapat juga terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu,
namun memerlukan waktu yang cukup lama.
- Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksud dalam kelompok
ini adalah bahan pencemar air yang berupa: sabun, bahan pemberantas hama
(insektisida), zat warna kimia, larutan penyamak kulit dan zat radioaktif. (Wardhana,
2004)

Universitas Sumatera Utara


20

2.2 Biological atau Biochemical Oxygen Demand (BOD)
2.2.1 Pengertian dan Prinsip Penentuan BOD
Biological atau Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah kebutuhan oksigen
biologis didefinisikan sebagai pengukuran pengurangan kadar organik di dalam air
yang dikonsumsi oleh makhluk hidup (organisme) di dalam air selama periode 5 hari
pada keadaan gelap (tidak terjadi proses fotosintesa).
Prinsip Penentuan BOD yaitu: “Penentuan BOD berdasarkan pada penentuan
oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi pada temperature 20o C selama 5 hari.
Nilai BOD adalah selisih oksigen terlarut sebelum dan sesudah inkubasi dinyatakan
dalam mg/L”.
Pengurangan kadar oksigen adalah disebabkan oleh kegiatan organisme
(bakteri) mengkonsumsi atau mendegradasi senyawa organik dan nutrien lain yang
terdapat di dalam air. Air yang relatif bersih akan mengandung mikroorganisme relatif
sedikit, sehingga pengurangan oksigen di dalam air selama periode 5 hari akan sedikit,
sedangkan untuk air yang terpolusi dan mengandung banyak mikroorganisme bakteri
akan mengkonsumsi banyak oksigen dalam proses degradasi senyawa organik dan
nutrien selama 5 hari, sehingga pengurangan kadar oksigen menjadi sangat besar.
(Situmorang M, 2007)

2.2.2 Dampak Terhadap Manusia dan Lingkungan
BOD menunjukkan jumlah bahan organik yang ada didalam air yang dapat
didegradasi secara biologis. Air dengan nilai BOD yang tinggi menunjukkan jumlah
pencemar yang tinggi, terutama pencemar yang disebabkan oleh bahan organik. Nilai
BOD berbanding lurus dengan jumlah bahan organik diperairan. Semakin tinggi
jumlah bahan organik di perairan semakin besar pula nilai BOD, sebab kebutuhan
oksigen untuk menguraikan bahan organik tersebut semakin tinggi.
Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi dari lingkungan maka kadar
oksigen dilingkungan sekitarnya semakin berkurang akibatnya oksigen sebagai
sumber kehidupan bagi makhluk air (hewan dan tumbuhan) tidak dapat terpenuhi
sehingga makhluk air tersebut menjadi mati. Dampak lebih lanjut dari kekurangan
oksigen di lingkungan perairan adalah dapat mengganggu kehidupan berbagai
organisme di perairan tersebut. Akibat yang lebih fatal adalah kematian masal bagi
makhluk hidup.

Universitas Sumatera Utara

21

BOD merupakan salah satu parameter indikator pencemar di dalam air yang

disebabkan oleh limbah organik. Keberadaannya di dalam lingkungan sangat
ditentukan oleh limbah organik, baik yang berasal dari limbah rumah tangga maupun
yang berasal dari limbah industri.
Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya adalah:
1. Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan
anorganik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “intermediate
oxygen demand”
2. Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal 5 hari
3. Uji BOD dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total
BOD melainkan hanya kira-kira 68% dari total BOD
4. Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat dalam air tersebut,
misalnya adanya germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik sehingga hasil
uji BOD menjadi kurang teliti.
Jika konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka mikroorganisme
aerobik tidak dapat hidup dan berkembang biak, tetapi sebaliknya mikroorganisme
yang bersifat aerobik akan aktif memecah bahan-bahan tersebut secara anaerobik
karena tidak adanya oksigen. Pemecahan komponen-komponen secara anaerobik akan
menghasilkan produk-produk yang berbeda seperti terlihat di bawah ini:
Kondisi aerobik

Kondisi Anaerobik

C + O2
CO2
C + H2
CH4
N + H2O
NH3 + HNO3
N + H2
NH3 + amin
S + H2O
H2SO4
S + H2
H2S
P + H2O
H3PO4
P + H2
PH3 + Komponen fosfor
Gambar 1. Pemecahan komponen-komponen pada kondisi aerobik dan anaerobik
Senyawa-senyawa hasil pemecahan secara anaerobik seperti amin, H2S

dan

komponen fosfor mempunyai bau yang menyengat, misalnya amin berbau anyir dan
H2S berbau busuk. Oleh karena itu perubahan badan air dari kondisi aerobik menjadi
anaerobik tidak dikehendaki. (Agusnar H, 2008)
Kadar oksigen terlarut pada badan air yang tergenang dan mengandung banyak
tumbuh-tumbuhan tinggi pada sore hari dan rendah malam hari. Tingginya kadar

Universitas Sumatera Utara

22

oksigen terlarut sore hari adalah karena banyaknya oksigen dari hasil fotosintesis pada
siang hari, sedangkan rendahnya oksigen pada malam hari karena tidak terjadinya
fotosintesis dan oksigen yang ada dalam air digunakan oleh tumbuhan dan hewan
untuk bernapas.
Naik turunnya kadar oksigen terlarut dalam air itu disebut fluktuasi oksigen
(Oxyge pulse). Besarnya fluktuasi oksigen dalam suatu badan air sangat menentukan
kehidupan hewan air. Hewan air yang kurang tahan pada air yang kadar oksigennya
rendah, titik kritis baginya adalah pada saat kadar oksigen di malam hari. Biasanya
hewan yang kurang tahan pada keadaan air yang rendah tidak cocok baginya.
Pengukuran oksigen terlarut dalam badan air sering dilakukan dengan metode
winkler.

Prinsip pengukuran dengan metode winkler adalah bahwa Natrium

hidroksida bereaksi dengan mangan sulfat membentuk endapan putih mangan
hidroksida.
2MnSO4 + 2NaOH

Mn(OH)2 + Na2SO4

dengan adanya oksigen pada air yang tinggi kadar alkalinya, endapan mangan
hidroksida dioksidasi menjadi mangan-oksihidroksida (MnO(OH)2) yang berwarna
coklat, dan kadar oksigen dalam larutan itu sebanding dengan intensitas warna coklat
yang terbentuk. Pada air yang bersifat sangat asam, ion mangan dibebaskan dan
bereaksi dengan ion iodine yang bebas ekuivalen dengan banyaknya oksigen dalam air
yang diukur.
MnO(OH)2 + 4NaHSO4 + 2KI

I2 + MnSO4 + K2 SO4 + 2 Na2 SO4 + 3 H2 O

Banyaknya kadar iodine dapat diukur secara titrimetri dengan natrium tiosulfat.
(Suin, 2002).
2.3 Chemical Oxygen Demand (COD)
2.3.1 Pengertian dan Prinsip Penentuan COD
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah
jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang
ada dalam 1 L sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber
oksigen (oxidizing agent).
Prinsip penentuan COD yaitu: “Bahan organik dioksidasi oleh kromat dalam
suasana asam dan mendidih dengan adanya kalium dikromat berlebih. Ketika sampel
diuraikan, ion dikromat (Cr2O72-) mengoksidasi zat organik dalam sampel. Krom (VI)
akan tereduksi menjadi krom (III). Ion dikromat mempunyai serapan yang kuat pada

Universitas Sumatera Utara

23

daerah spektrum 400 nm, dimana serapan ion kromat (Cr3+) mempunyai serapan yang
kuat pada daerah spectrum 600 nm, dimana ion dikromat (Cr2O72-) hampir tidak
mempunyai serapan. Untuk nilai COD antara 100-900 mg/L, ditentukan dengan
bertambahnya ion Cr3+ dalam daerah 600nm. Nilai COD dibawah 90 mg/L ditentukan
dengan melihat berkurangnya ion Cr2O72- pada daerah 420 nm”.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang
secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih.
Ca Hb Oc + Cr2O72- + H+

∆E

CO2 + H2O + Cr3+

Ag2SO4
(warna kuning)

(warna hijau)

Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi. Sedang mercuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida
yang pada umumnya ada di dalam air buangan.

2.3.2 Gangguan tes COD
Kadar klorida (Cl- ) sampai 2000 mg/L di dalam sampel dapat mengganggu
bekerjanya katalisator Ag2SO4, dan pada keadaan tertentu turut teroksidasi oleh
dikromat, sesuai reaksi dibawah:
6Cl -+ Cr2O72- + 14 H+

3 Cl2 + 2 Cr3+ + 7 H2O

Gangguan ini dihilangkan dengan penambahan merkuri sulfat (HgSO4) pada sampel,
sebelum penambahan reagen lainnya. Ion mekuri bergabung dengan ion klorida
membentuk merkuri klorida, sesuai reaksi dibawah ini :
Hg2+ + 2 Cl-

HgCl2

Dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi ion Cl- menjadi sangat kecil dan tidak
mengganggu oksidasi zat organis dalam tes COD.

2.3.3 Keuntungan Tes COD dibandingkan dengan tes BOD
Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD5
memerlukan waktu 5 hari. Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L, tidak

Universitas Sumatera Utara

24

dibutuhkan pengenceran sampel sedang pada umumnya analisa BOD selalu
membutuhkan pengenceran. Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap
mikroorganisme pada tes BOD, tidak menjadi soal pada tes COD.
2.3.4 Kekurangan Tes COD
Tes COD hanya merupakan suatu analisis yang menggunakan suatu reaksi oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang sebenarnya terjadi di alam), sehingga
merupakan suatu pendekatan saja. Karena hal tersebut di atas maka tes COD tidak
dapat membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat
yang teroksidasi secara biologis. (Alaerts, 1984)

2.4 Minyak atau Lemak
2.4.1 Pengertian dan Prinsip Penentuan Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak adalah bahan-bahan yang tidak larut dalam air, yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hewan. Minyak atau lemak yang digunakan dalam makanan
sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai
asam lemak. Komponen-komponen lain yang mungkin terdapat meliputi : fosfolipid,
sterol, vitamin dan zat warna yang larut dalam minyak atau lemak seperti klorofil dan
kareteniod. (Ketaren, 1986)
O
H2C - OH

HOOCR1

H2C - O - C – R1
O

HC - OH

+

HOOCR2

HC - O - C - R2

+ 3H2 O

O
H2C – OH
(Gliserol)

HOOCR3
(Asam Lemak)

H2C - O - C - R3
(Trigliserida)

(Air)

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Trigliserida dari Gliserol dan Asam Lemak

Prinsip penentuan minyak atau lemak yaitu : “Pada kondisi asam dengan
pH ≤ 4, minyak dan lemak yang terdapat dalam air diekstraksi dengan hexane. Hexane
yang telah mengikat minyak dan lemak diuapkan pada suhu 80o C. Hasil ekstrak yang
tertinggal (tidak teruapkan) diukur secara gravimetric dan hasil yang diperoleh
merupakan konsentrasi minyak dan lemak di dalam air”.

Universitas Sumatera Utara

25

Wujud cair atau padat dari trigliserida adalah bergantung dari komposisi asam
lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berwujud cair karena
mengandung asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat, linolenat dengan
titik cair yang rendah. Lemak hewani pada umumnya berwujud padat karena banyak
mengandung asam lemak jenuh seperti asam palmitat dan stearat yang mempunyai
titik cair yang tinggi. (Ketaren, 1986)
Asam-asam lemak yang ditemukan di alam, biasanya merupakan asam-asam
monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah atom
karbon genap. Asam-asam lemak dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu: asam
lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan
rangkap yang berbeda dalam jumlah dan posisi ikatan rangkapnya.

2.4.2 Keberadaan dan Dampak Terhadap Lingkungan
Salah satu sumber utama dari pencemaran minyak dan lemak adalah umumnya rumah
tangga dan industri. Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat
menimbulkan hal-hal sebagai berikut: adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke
dalam air berkurang, konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya minyak
karena lapisan film minyak menghambat pengambilan oksigen oleh air, adanya
lapisan minyak pada permukaan air akan mengganggu burung air, dan penetrasi sinar
oksigen yang menurun dengan adanya minyak dapat mengganggu kehidupan
tanaman-tanaman (JICA, 2006)

2.4.3 Sifat-Sifat Minyak atau Lemak
2.4.3.1 Sifat Fisika
Sifat fisika yang paling jelas adalah tidak larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh
adanya asam lemak berantai karbon panjang dan tidak adanya gugus-gugus polar.
Viskositas minyak dan lemak cair biasanya bertambah dengan naiknya suhu dan
berkurang dengan tidak jenuhnya rangkaian karbon oleh karena minyak dan lemak
adalah campuran trigliseida, titik cairnya tidak tepat. Titik cair minyak dan lemak
ditentukan oleh beberapa faktor. Makin pendek rantai asam lemak, makin rendah titik
cair trigliserida itu. Cara-cara penyebaran asam-asam lemak dalam suatu lemak juga
mempengaruhi titik cairnya.

Universitas Sumatera Utara

26

Titik cair kristal-kristal suatu lemak dapat berbeda-beda berdasakan dua
mekanisme utama. Pertama karena heterogenitas kristal-kristal. Karena lemak dan
minyak merupakan campuran trigliserida, maka komposisi trigliserida kristal lemak
juga dapat berbeda-beda. Pada umumnya, pendinginan lemak cair secara cepat akan
menghasilkan kristal yang terdiri dari campuran trigliserida. Kristal semacam itu
mencair pada suhu lebih rendah dari pada kristal lemak yang lebih homogen. Kedua,
oleh karena bentuk polimorfik yang berbeda-beda. Trigliserida murni dapat
mempunyai beberapa bentuk kristal, yaitu menunjukkan polimorfisme. Masingmasing bentuk ditandai titik cair, berat jenis dan stabilitas masing-masing dan juga
bentuk-bentuk lain. Bentuk yang paling stabil mempunyai titik cair dan berat jenis
yang tertinggi. (Buckle, 1987)

2.4.3.2 Proses Kimia
a. Hidrolisis
Merupakan reaksi antara minyak/lemak dan air yang dapat menyebabkan pemecahan
minyak/lemak menghasilkan asam-asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi ini terjadi
dengan adanya temperatur tinggi atau adanya katalis dan sejumlah air. Minyak/ lemak
akan mengalami hidrolisis bila dipanaskan dengan larutan asam atau basa serta dengan
adanya enzim lipase. (Lowson, 1985)

b. Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan
minyak dan lemak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik
pada lemak dan minyak. Oksidasi biasanya dimulai dengan pembentukan peroksida
dan hidroperoksida. Tingkat selanjutnya ialah terurainya asam-asam lemak disertai
dengan konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak
bebas.
c. Hidrogenasi
Proses hidrogenasi sebagai suatu proses industri bertujuan untuk menjenuhkan ikatan
rangkap dari rantai karbon asam lemak pada lemak dan minyak. Reaksi hidrogenasi

Universitas Sumatera Utara

27

ini dilakukan dengan menggunakan hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel
sebagai katalisator.
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang
mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Hidrogen
akan diikat oleh asam lemak yang tidak jenuh, yaitu ikatan rangkap, membentuk
radikal kompleks antara hidrogen, nikel dan asam lemak tak jenuh. Hidrogenasi dapat
dilakukan secara parsial ataupun total, akan tetapi pada umumnya hidrogenasi
dilakukan secara parsial. Selama hidrogenasi parsial, sebagian ikatan rangkap dari
asam lemak akan menjadi jenuh tetapi ikatan rangkap yang secara alami berbentuk cis
akan berisomerasi menjadi bentuk trans. (Alonso dkk, 2000)

Universitas Sumatera Utara