Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profitabilitas
2.1.1 Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan
keputusan perusahaan. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas merupakan faktor
yang seharusnya mendapat perhatian penting karena untuk dapat melangsungkan
hidupnya, suatu perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan
(profitable). Tanpa adanya keuntungan (profit), maka akan sulit bagi perusahaan
untuk menarik modal dari luar. Dalam melakukan analisis perusahaan, di samping
melihat laopran keuangan perusahaan, juga bisa dilakukan dengan menggunakan
analisis rasio keuangan.
Menurut Harahap (2006: 304) profitabilitas menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan
perusahaan (operating asset). Dalam kegiatan operasi perusahaan, profit

merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan
adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumberdaya

15
Universitas Sumatera Utara

perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan
semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh
laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang
dikurangi dengan beban. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu erusahaan,
digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan
nama rasio rentabilitas.
2.1.2 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampua perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberika tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan. penggunaan rasio profitabilitas dapat
dilakukan dengan menggunakan antara berbagai komponen yang ada di laporan
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan dan laporan laba rugi.

Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah
agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik
penurunan atau kenaikan sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Menurut Kasmir (2009:162), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen
suatu perusahaan. Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2006: 95) ada
beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan yaitu::

16
Universitas Sumatera Utara

1. Rasio profitabilitas yang terkait dengan penjualan
a. Gross Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga
pokok penjualan bersih atau rasio antara penjualan kotor dengan penjualan
bersih.

b. Operating Profit Margin
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba operasi dengan penjualan.


c. Net Profit Margin
Margin laba bersih merupakan keuntungan penjualan setelah dikurangi
seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini menunjukkan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan.

2. Rasio yang berkaitan dengan investasi
a. Return on Equity
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal
sendiri atau ekuitas pemilik. merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas
pemilik

17
Universitas Sumatera Utara

b. Return on Assets
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset.
Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.


2.1.3 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Kamir (2008: 197) menerangkan bahwa tujuan penggunaan rasio
profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:
a.

untuk menghitung atupun mengukur laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu

b.

untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang,

c.

untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu,

d.

untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,


e.

untuk mengukur produktifitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal sendiri maupun modal pinjaman,

f.

untuk mengukur prodiktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri, dan tujuan lainnya
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:

a.

mengetahui besarnya tingkat laba perusahaan dalam satu periode

b.

mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang


c.

mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu,

18
Universitas Sumatera Utara

d.

mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri,

e.

mengetahui prosuktifitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri, serta manfaat lainnya.

2.2 Leverage
2.2.1 Pengertian Leverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Leverage mencerminkan perusahaan

dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni dan Ali, 2010:
123). Menurut Kasmir (2009: 158) leverage merupakan rasio yang digunakan
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan
seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang).
Menurut Atmaja (2008: 271) leverage (rasio hutang) menunjukan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang.
Dari uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio leverage
menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal sendiri
maupun aktiva. Dengan rasio ini kita bisa melihat seberapa jauh perusahaan
dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang
digambarkan oleh modal sendiri atau aktiva.
Selanjutnya menurut Brigham dan Houston (2006: 101) seberapa jauh
perusahaan menggunakan utang (financial leverage) akan memiliki 3 (tiga)
implikasi penting yaitu:

19
Universitas Sumatera Utara

a.


Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan sekaligus
membatasi investasi yang mereka berikan,

b.

Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi
kreditor.

c.

Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana
hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit (leverage)

2.2.2 Jenis-jenis Rasio Leverage
Rasio Leverage menurut Darsono (2005: 54) beberapa alat ukur yang

digunakan dalam rasio leverage adalah sebagai berikut.
a.

Debt to Asset Ratio (DAR)
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahan yang didukung oleh hutang. Rasio
ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusaaandalam
mengaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi
pembayaran bunga kepada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan
peningkatan dari ressiko pada kreditor (Darsono 2005: 54). DAR dapat
dihitung dengan rumus:

20
Universitas Sumatera Utara

b.

Debt Equity Ratio (DER)
Rasio ini merupakan persentase penyediaan dana oleh para pemegang saham
terhadap pemberi pinjaman. Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memanfaatkan kewajiban agar untuk membayar hutang dengan ekuitas
(modal sendiri). Debt to equity ratio memberikan jaminan tentang seberapa
besar hutang perusahaan dijamin oleh modal sendiriSemakin tinggi rasio
menunjukkan semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh
para pemegang saham (Darsono 2005: 54).
DER dapat dihitung dengan rumus:

c.

Long term Debt to Equity Ratio (LTDE)
Rasio ini menunjukkan perbandingan antara klaim keuangan jangka panjang
yang digunakan untuk mendanai kesempatan investasi jangka panjang dengan
pengembalian jangka panjang pula. Rasio ini dihitung dengan rumus:

Menurut Horne dan Wachowicz (2005 : 200), debt to equity ratio adalah
rasio utang dengan ekuitas menunjukan sejauh mana pendanaan dari utang
digunakan jika dibandingkan dengan pendanaan equitas. Rasio pendanaan yang
diukur dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh

karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan

21
Universitas Sumatera Utara

untuk membayar seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio (DER) atau rasio
hutang terhadap modal merupakan rasio antara modal pinjaman dengan modal
sendiri yang pada gilirannya akan mempengaruhi pembagian dividen sebab
semakin besar rasio DER, maka semakin cenderung perusahaan mengutamakan
pelunasan kewajibannya daripada pembayaran dividen.
2.3 Harga Saham
2.3.1 Pengertian Harga Saham
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004: 151) harga saham adalah
merupakan nilai sekarang (Present Value) dari penghasilan yang akan diterima
oleh pemodal dan diterima oleh pemodal di masa akan yang akan datang.
Sedangkan menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham merupakan harga yang
terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh
pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan
penawaran saham tersebut di pasar modal.
Anoraga dan Parakti (2006: 59) mengemukakan bahwa harga per lembar
saham (Market Price Per share) merupakan harga pada pasar rill dan merupakan
harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham
pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah ditutup, maka harga
pasar adalah harga penutupnya (closing price).
2.3.2 Jenis-Jenis Saham
Menurut Martono dan Harjito (2007: 367), saham dapat dibedakan
menjadi:

22
Universitas Sumatera Utara

1.

Berdasarkan cara pengalihannya

a.

Saham atas unjuk (Bearer stock)
saham atas untuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau
memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip uang. Pemilik
saham atas unjuk ini harus berhati-hati membawa dan menyimpannya.
Karena jika saham tersebut hilang, maka pemilik tidak dapat meminta
gantinya.

b.

Saham atas nama (Registered stock)
Di sertifikat saham dituliskan nama pemiliknya. Cara peralihan dengan
dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku
perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. Jika saham
tersebut hilang, pemilk dapat meminta gantinya.

2.

Berdasarkan manfaatnya

a.

Saham biasa
Saham biasa selalu ada dalam struktur modal saham. Jenis-jenis saham biasa
antara lain: saham unggulan, saham biasa yang tumbuh, saham biasa yang
stabil, dan lain-lain

b.

Saham preferen (Prefered stock)
Saham preferen terdiri beberapa jenis, antara lain; saham prefer kumulatif,
saham preferen bukan kumulatif, dan lain-lain
Kelebihan saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan

yang cukup besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang
bersangkutan. Di samping mendapatkan penghasilan dari dividen, pemilik saham

23
Universitas Sumatera Utara

biasanya juga memperoleh keuntungan dari capital gain. Adapun karakeristik
saham biasa yaitu:
1.

Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti.
Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen dan capital gain. Kelebihan
saham biasa adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang cukup
besar, bergantung kepada perkembangan perusahaan yang bersangkutan. Di
samping mendapatkan penghasilan dari dividen, pemilik saham biasanya juga
memperoleh keuntungan dari capital gain.

2.

Saham biasa tidak menjanjikan pendapatan yang bersifat tetap dan pasti.
Pendapatan investasi saham dapat berupa dividen dan capital gain.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham
di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor
eksternal dari perusahaan maupun faktor internal perusahaan. Menurut Brigham
dan Houston (2006: 33) harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor utama
yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor internal perusahaan
yang mempengaruhi harga saham yaitu:
1.

Seluruh aset keuangan perusahaan, termasuk saham dalam menghasilkan arus
kas

2.

Kapan arus kas terjadi, yang berarti penerimaan uang atau laba untuk
diinvestasikan kembali untuk meningkatkan tambahan laba

24
Universitas Sumatera Utara

3.

Tingkat risiko arus kas yang diterima. Sedangkan faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi harga saham adalah batasan hukum, tingkat umum aktivitas
ekonomi, undang-undang pajak, tingkat suku bunga dan kondisi bursa saham.
Sedangkan menurut Usman dalam Wiguna (2008: 133) berpendapat

bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham dapat dibagi menjadi
tiga kategori, yaitu:
1.

Faktor yang bersifat fundamental
Merupakan faktor yang memberikan informasi tentangkinerja perusahaan dan

faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Faktor-faktor ini meliputi:
a. Kemampuan manajemen dalam mengelola kegiatan operasional
b. Prospek bisnis perusahaan di masa datang.
c. Prospek pemasaran dari bisnis yang dilakukan.
d. Perkembangan teknologi dalam kegiatan operasi perusahaan.
e. Kernampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
2.

Faktor yang bersifat teknis
Faktor teknis menyajikan informasi yang menggambarkan npasaran suatu

efek baik secara individu maupun secara kelompok. Dalam menilai harga saham
para analis banyak memperhatikan beberapa hal seperti berikut:
a.

Keadaan pasar modal.

b.

Perkembangan kurs.

c.

Volume dan frekuensi transaksi suku bunga.

d.

Kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saharn perusahaan.

25
Universitas Sumatera Utara

3. Faktor sosial politik
Faktor sosial politik suatu negara juga turut mempengaruhi harga saham di
bursa sebagai akibat respon dari kondisi ekternal yang dapat berpengaruh terhadap
kondisi perusahaan. Hal-hal tesebut antaralain sebagai berikut:
a.

Tingkat inflasi yang terjadi.

b.

Kebijaksanaan moneter yang dilakukan oleh pemerintah.

c.

Kondisi perekonomian.

d.

Keadaan politik suatu negara.

2.4 Dividen
2.4.1 Pengertian Dividen
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan
untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa
mendapatkan haknya yang sama. Dividen dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila peusahaan penerbit
saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang
sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula.
Menurut PSAK No.23 paragraf 4 (2004: 23.4) tentang pendapatan,
mendefinisikan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang ekuitas sesuai
dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Sedangkan menurut Rusdin
(2006:73) dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada
pemegang saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen adalah bagian
keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. Karena

26
Universitas Sumatera Utara

dividen merupakan salah satu potensi keuntungan dari investasi melalui saham,
maka pihak manajemen perusahaan perlu memperhatikan kebijakan dividen yang
akan diterapkan dalam rangka menarik minat investor untuk menanamkan
modalnya dalam perusahaan dalam bentuk kepemilikan saham.
2.4.2 Jenis-jenis Dividen
Menurut Sundjaja dan Barlian (2010: 379), terdapat 4 (empat) jenis
dividen, yaitu:
1.

Dividen tunai
Dividen tunai ini dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai.
Adapun pengertian dividen tunai adalah sumber dari arus kas untuk
pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat
ini dan akan datang.

2.

Dividen saham
Dividen saham adalah pembayaran dividen dalam bentuk saham. Seringkali
dividen saham ini digunakan sebagai pengganti dari dividen tunai. dividen
saham serupa dengan pemecahan dalam hal kesamaan “membagi ekuitas
menjadi bagian yang lebih kecil” tanpa mempengaruhi posisi fundamental
dari pemegang saham. Dengan kata lain, stock dividend atau dividen saham
tidak lebih dari penyusunan kembali modal perusahaan (rekapitalisasi
perusahaan), sedangkan proporsi kepemilikan tidak berubah.

3.

Property dividend
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham,
misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.

27
Universitas Sumatera Utara

4.

Liquiditing dividend
Dividen

yang

diberikan

kepada

pemegang

saham

sebagai

akibat

dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai
realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
2.4.3

Prosedur Pembayaran Dividen
Menurut Sundjaja dan Barlian (2010: 382), dalam pembayaran dividen

terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaitu:
1.

Tanggal pengumuman (date of declaration)
Tanggal pengumuman merupakan tanggal keputusan untuk membagikan
dividen

pada

RUPS,

atau

tanggal

pada

saat

direksi

perusahaan

mengumumkan rencana pembayaran dividen.
2.

Cum-dividend date
Cum-dividend date merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang
masih melekat hak untuk mendapatkan dividen.

3.

Tanggal pencatatan pemegang saham (date of record)
Date of record adalah tanggal dimana pemiik saham ditentukan, sehingga
dapat diketahui kepada siapa dividen dibagikan. Pemegang saham yang
mencatatkan dirinya pada tanggal ini adalah pemegang saham yang
memperoleh dividen pada tanggal pembayaran.

4.

Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date)
Sebelum tanggal pencatatan, perusahaan sudah harus diberitahukan apabila
terjadi transaksi jual beli atas saham tersebut. Oleh sebab itu, pada bursa

28
Universitas Sumatera Utara

internasional disepakati adanya exdividend date yaitu 3 hari sebelum tanggal
pencatatan (date of record). Setelah pencatatan, saham tersebut tidak lagi
memliki hak atas dividen pada tanggal pembayaran.
5.

Tanggal pembayaran (date of payment)
Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada para pemegang saham. Setelah
memegang dividen, kas didebet dan piutang dieliminasi. Pembayaran dividen
akan dikenakan pemotongan pajak penghasilan.

2.4.4 Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi
sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.

Van Horne dan

Wachowicz (2007 : 270) menyatakan kebijakan dividen adalah bagian yang tidak
terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan.
Keown (2005: 607), mengatakan bahwa kebijakan dividen adalah
kebijakan yang menentukan jumlah dividen relatif terhadap laba bersih
perusahaan atau penghasilan per saham. Menurut Martono dan Harjito (2007:
253) Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi di masa yang akan datang.
Kebijakan dividen dalam penelitian ini diukur dengan Dividend Payout
Ratio (DPR), dimana rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang
dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas.

29
Universitas Sumatera Utara

DPR dirumuskan dengan :

Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) menentukan jumlah
laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi
dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan
juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat
ini. Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan
aloksai laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba
ditahan perusahaan.
Indriyo dan Basri (2002: 227) menyatakan terdapat 2 (dua) pendekatan di
dalam membahas masalah dividen yaitu:
4.

Sebagai Kebijaksanaan Pembelanjaan Jangka Panjang:
Pendekatan ini berpandangan bahwa semua laba sesudah pajak yang
diperoleh perusahaan adalah merupakan sumber dana jangka panjang.
Pendekatan ini berpendapat di dalam membentuk biaya kapital yang rendah
didapat dari pembentukan struktur modal yang sebagian besar dana diperoleh
dari modal sendiri.

5.

Sebagai Kebijaksanaan untuk Memaksimumkan Nilai Perusahaan:
Pendekatan ini berpendapat bahwa kebijaksanaan dividen mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap harga pasar dari saham yang beredar. Oleh
karena itu, perusahaan dituntut untuk membagikan dividen sebagai realisasi
dari harapan investor dalam mengeluarkan uangnya untuk membeli saham
tersebut.

30
Universitas Sumatera Utara

Kebijkan pembagian dividen menurut Indriyo dan Basri, (2002: 230)
digolongkan dalam tiga jenis yaitu:
1.

Kebijaksanaan Dividen yang Stabil (Stable Dividend Policy)
pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan selalu stabil dalam
jumlah yang tetap, walaupun terjadi fluktuasi dalam laba bersih.

2.

Kebijakan Dividen yang Fluktuasi (Fluctuating Dividen Policy)
pada kebijaksanaan ini, besarnya dividen yang dibayarkan didasarkan pada
tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan
tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan relatif tinggi, dan sebaliknya
bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga
rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat
keuntungannya.

3.

Kombinasi Stable dan Fluctuating Dividen
Pada kebijakan kombinasi ini, besarnya dividen yang dibayarkan sebagian
ada yang bersifat stabil, tetapi sebagian lagi bersifat proporsional dengan
tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila perusahaan tidak mendapatkan
laba, para pemegang saham masih mendapatkan dividen tetap. Tetapi apabila
perusahaan mendapatkan keuntungan tinggi, maka pembayaran dividen juga
diberikan tinggi.

2.4.5 Teori Kebijakan Dividen
Brigham dan Houston (2006: 70) menyatakan terdapat tiga teori dari
preferensi investor terhadap kebijakan dividen:

31
Universitas Sumatera Utara

1.

Teori Irelevansi Dividen (dividend irrelevance theory)
Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

2.

Teori The Bird-In-The-Hand
Bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang
diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari capital
gain, karena komponen dividend yield, D1/P0, risikonya lebih kecil daripada
komponen g dalam persamaan total required of return, ks=D1/P0+g.

3.

Teori Preferensi Pajak
Litzenberg menyatakan bahwa investor lebih menyukai laga ditahan
dibandingkan dividen sebab preferensi pajak yang ditetapkan atas capital
gain. Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus mempertahankan
pembayaran dividen pada level rendah jika mereka ingin memaksimalkan
harga saham.
Brigham dan Houston (2006 : 75) juga menambahkan dua isu teoritis

lainnya tentang kebijakan dividen:
1.

Hipotesis kandungan informasi atau pengisyaratan (information, or signaling
content): teori ini berdasarkan asumsi bahwa bahwa manajer mempunyai
informasi yang lebih baik mengenai prospek masa depan daripada pemegang
saham. Teori ini yang menyatakan bahwa investor menganggap perubahan
dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba.

32
Universitas Sumatera Utara

2.

Pengaruh klientele (clientele effect)
Teori ini menyatakan bahwa individual dan institusional yang membutuhkan
current income akan berinvestasi di perusahaan yang memiliki pembayaran
dividen tinggi. Pengaruh clientele menyatakan kecenderungan suatu
perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan
dividennya.
Selanjutnya, Keown et al. (2005 : 155) menambahkan teori dividen yang

lain:
1.

The Residual Dividend Theory
Teori ini menyatakan bahwa dividen dibayar hanya jika tidak semuanya
digunakan untuk tujuan investasi, berarti, hanya ketika ada residual earnings
setelah pendanaan investasi baru.

2.

Asimetris Informasi (information asymmetry)
Bahwa manajemen sering kali memiliki informasi yang lebih banyak tentang
perusahaan yang tidak dimiliki oleh pemegang saham. Investor menggunakan
kebijakan dividen sebagai signal tentang kondisi finansial perusahaan,
khususnya earning power.

3.

The Clientelle Effect
Teori ini menyatakan bahwa individual dan institusional yang membutuhkan
current income akan berinvestasi di perusahaan yang memiliki pembayaran
dividen tinggi.

33
Universitas Sumatera Utara

4.

Agency Cost
Teori ini diturunkan dari konflik kepentingan antara manajer (agen) dan
pemegang saham luar (principal). Konflik ini mengarah pada biaya keagenan.
Teori keagenan mengatakan bahwa mekanisme dividen menyediakan insentif
bagi manajer untuk menurunkan biaya yang berkaitan dengan hubungan
principal/agen. Salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan adalah
meningkatkan dividen. Membayar dividen yang lebih besar akan menurunkan
arus kas internal yang mungkin digunakan manajemen untuk kepentingannya
sendiri dan akan memaksa perusahaan untuk mencari lebih banyak pendanaan
eksternal. Jadi, pembayaran dividen sebagai alat untuk memonitor dan
mempertanggungjawabkan kinerja manajemen.

5.

Expectation theory
Bagaimana harga pasar merespon tindakan manajemen tidak ditentukan oleh
tindakan itu sendiri; tetapi juga dipengaruhi oleh ekspektasi investor tentang
keputusan akhir yang dibuat oleh manajemen.

2.4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Rodoni dan Ali (2010: 123) faktor-faktor yang mempengaruhi
pembayaran dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1.

Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan diinvestasikan dalam bentuk
aktiva tetap, seperti mesin dan peralatan, bahan dan persediaan dan barangbarang lainnya, maka hal tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas
perusahaan yang rendah dan terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu
lagi membayarkan dividennya.

34
Universitas Sumatera Utara

2.

Profitabilitas, adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aset maupun modal sendiri. Dengan
demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan
analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat
keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividen. Faktor
profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen karena dividen
adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan
dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang
layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak.

3.

Leverage, faktor ini mencerminkan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan
semakin besar kewajibannya. Dan semakin rendah rasio ini akan
menunjukkan

semakin

tingginya

kemampuan

perusahaan

memenuhi

kewajibannya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

35
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1

2.

3

4

Peneliti/Tahun

Judul Penelitian

Suharli
(2006)

Studi
Empiris
Mengenai Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage, dan Harga
Saham
Terhadap
Jumlah
Dividen
Tunai (Studi Pada
Perusahaan
Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek
Indonesia
Periode 2002-2003)
Analisis
Pengaruh
Profitabilitas,
Leverage, dan Harga
Saham
Terhadap
Cash
Dividend
(Studi Kasus pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta Periode
2005-2007)

Dependen:
Dividen Tunai
(DPR)

Analisis
FaktorFaktor
Yang
Mempengaruhi
Dividend
Payout
Ratio (Studi Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang
Listed
Di
BEI
Periode 2006-2009)

Dependen:
Divided Pay Out
Ratio (DPR)

Pengaruh
Profitabilias,
Likuiditas,
dan
Ukuran
Perusahaan
Terhadap
Terhadap
Kebijakan Dividen
Perusahaan
Manufaktur di BEI
Periode 2009-2011

Dependen:
Kebijakan
Dividen (DPR)

Merdiana
(2009)

Primawestri
(2011)

Idawati dan
Sudiartha
(2013)

Variabel Penelitian

Teknik
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Independen:
1. Profitabilitas
(ROI)
2. Harga Saham
3. Leverage (DER)

Dependen:
Cash
Dividend
(DPR)

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Independen:
1. Profitabilitas
(ROE)
2. Leverage (DER)
3. Harga Saham

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Independen:
1. Leverage (DER)
2. Likuiditas (CR)
3.Ukuran
Perusahaan
4.Profitabilitas
(ROA)

Independen:
1. Profitabilitas
2. Likuiditas
3. Ukuran
Perusahaan

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Hasil Penelitian
1. Profitabilitas (ROE)
berpengaruh signifikan
terhadap Dividen tunai.
2. Harga saham
berpengaruh signifikan
terhadap Dividen tunai
3. Leverage (DER) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Dividen tunai.

1. Harga saham
berpengaruh signifikan
terhadap Cash Dividend
(DPR).
2. Profitabilitas (ROE)
tidak berpengaruh
signifikan terhadap Cash
Dividend (DPR).
3. Leverage (DER) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap Cash Dividend
(DPR).
1. Profitabilitas (ROA)
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
2. Leverage (DER)
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
3. Ukuran Perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
4. Likuiditas (CR) tidak
berpengaruh signifikan
terhadap DPR.
1. Profitabilitas (ROE)
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen (DPR).
2. Likuiditas (CR)
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen (DPR).
3. Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan
dividen (DPR).

36
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.

Peneliti/Tahun

Judul Penelitian

5

Asad and
Yousaf (2014)

Pengaruh Leverage,
Profitabilitas, dan
Ukuran
PerusahaanTerhadap
Pembayaran
Dividen Pada
Perusahaan
Manufaktur
Pakistan

6

7

Ahmad and
Wardani
(2014)

A’ yuni (2012)

Pengaruh Faktorfaktor Fundamental
Terhadap Kebijakan
Dividen Pada
Perusahaan
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia

Pengaruh Rasio
Rasio Likuiditas,
Rasio Profitabilitas,
dan Rasio Leverage
Terhadap Dividen
Payout Ratio Pada
Perusahaan
Manufaktur
Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Periode 2009-2011

Variabel
Penelitian
Dependen:
Dividen Tunai

Teknik
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Independen:
1. Leverage
2. Profitabilitas
3. Ukuran
Perusahaan

Dependen:
Kebijakan Dividen

Analisis
Regresi
Logistik

Independen:
1. Profitabilitas
2. Likuiditas
3. Leverage
4. Ukuran
Perusahaan
5. Pertumbuhan
Perusahaan

Dependen:
Dividend Payout
Ratio
Independend:
1. Likuiditas
2. Profitabilitas
3. Leverage

Analisis
Regresi
Linear
Berganda

Hasil Penelitian
1. Leverage berdampak
negatif signifikan
terhadap Dividen
Tunai
2. Profitabilitas (EPS)
berdampak positif
signifikan terhadap
Dividen Tunai
3. Ukuran Perusahaan
berdampak positif
signifikan terhadap
Dividen tunai
1. Profitabilitas
berdampak positif
signifikan terhadap
Dividen
2. Likuiditas
berdampak negatif
signfikan terhadap
Dividen
3. Leverage berdampak
negatif signifikan
terhadap Dividen
4. Ukuran Perusahaan
berdampak positif
signifikan terhadap
Dividen
5. Pertumbuhan
Perusahaan tidak
berdampak signifikan
terhadap Dividen
1. Likuiditas
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap Dividend
payout ratio.
2. Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan terhadap
Dividend Payout
Ratio
3. Leverage
berpengaruh negatif
tidak signifikan
terhadap Dividend
Payout Ratio

37
Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konseptual
Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah keputusan apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
datang. Para pemegang saham tentunya menginginkan jumlah dividen yang stabil
atau

mengalami

peningkatan

namun

disisi

lain

perusahaan

harus

mempertimbangkan berbagai hal terkati dengan kebijakan dividennya diantaranya
adalah tingkat profitabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Return
on Equity (ROE), Leverage yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER),
serta Harga Saham (Closing Price) yang merupakan harga penutupan saham di
akhir tahun.
Menurut Irawaty (2006: 61), Return on Equity atau yang sering disebut
dengan rate of return on net worth, yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri
yang digunakan oleh perusahaan tersebut.

Selanjutnya Rusdin (2006: 73)

menyatakan bahwa dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividen adalah

bagian keuntungan bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham.
Dengan demikian, semakin tinggi Return on Equity perusahaan maka
kemungkinan persentase pembagian dividen tunai juga tinggi. Perusahaan yang
tidak mampu menghasilkan laba maka mustahil membagikan dividen. Penelitian
ini hendak menguji dugaan bahwa profitabilitas perusahaan memiliki pengaruh
terhadap kebijakan dividen tunai.

38
Universitas Sumatera Utara

Keown et al. (2011: 39) menyatakan bahwa pembiayaan datang dari dua
sumber utama yaitu hutang dan ekuitas. Hutang adalah uang yang telah dipinjam
dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan, sedangkan ekuitas
disisi lain menunjukkan investasi pemegang saham dalam perusahaan. Hal ini
yang menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan dividen, karena dengan
keputusan pendanaan yang baik, maka akan menghasilkan nilai perusahaan yang
baik yang tentunya berdampak pada pembayaran dividen bagi para pemegang
saham.

Namun disisi lain, dengan tingginya tingkat hutang (leverage)

perusahaan, maka
kepada para

perusahaan akan membatasi dividen yang akan dibagikan

pemegang saham dan fokus untuk melunasi hutang perusahaan

kepada kreditur. Leverage mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni dan Ali, 2010: 123).
Perusahaan dengan leverage operasi atau keuangannya tinggi akan
memberikan dividen yang rendah.

Pernyataannya sesuai dengan pandangan

bahwa perusahaan yang beresiko akan membayar dividennya rendah, dengan
maksud untuk mengurangi ketergantungan akan pendanaan secara eksternal.
Struktur permodalan perusahaan akan membandingkan antara permodalan dari
kreditor dan pemegang saham. Struktur permodalan yang lebih tinggi dimiliki
oleh hutang menyebabkan pihak manajemen akan memprioritaskan pelunasan
kewajiban terlebih dahulu sebelum membagikan dividen.
Rasio pendanaan yang diukur dengan indikator Debt to Equity Ratio
(DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh

39
Universitas Sumatera Utara

kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan
semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,
sebaliknya semakin tinggi DER, maka semakin rendah kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya dengan modal yang dimiliki. Dengan
demikian,

tinggi

rendahnya

kemampuan

perusahaan

dalam

membayar

kewajibannya, akan berdampak pada pembayaran dividen tunai karena dengan
jumlah hutang yang tinggi, perusahaan akan menyisihkan keuntungan untuk
melunasi hutang dibanding membayar dividen dan sebaliknya, semakin rendah
hutang dibanding modal sendiri, maka kemungkinan dividen yang dibagikan juga
akan meningkat karena perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam
melunasi hutangnya dengan modal sendiri.
Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang
tersedia bagi para pemegang saham, termasuk dividen yang akan diterima, karena
kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada pembagian dividen dan jika
utang semakin tinggi maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan
semakin rendah.

Oleh karena itu, besar kecilnya leverage perusahaan akan

berdampak pada besar kecilnya jumlah dividen yang dibayar kepada pemegang
saham.
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap dividen tunai adalah harga
saham. Jogiyanto (2008: 143) menyatakan bahwa harga saham merupakan harga
yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan
oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan

40
Universitas Sumatera Utara

dan penawaran saham tersebut di pasar modal. Dengan demikian, semakin tinggi
harga saham perusahaan, maka kemungkinan dividen yang dibagikan juga tinggi
karena harga saham yang tinggi menunjukkan tingginya permintaan terhadap
saham perusahaan karena para investor menilai bahwa perusahaan dengan harga
saham yang tinggi menggambarkan kinerja perusahaan dalam menciptakan nilai
perusahaan yang tinggi. Sebaliknya disisi lain, jika dividen yang dibagikan tinggi,
maka akan meningkatkan harga saham. Dengan demikian, terdapat hubungan
yang kuat antara harga saham dengan kebijakan dividen.
Selanjutnya, secara umum Rodoni dan Ali (2010: 123) menyatakan faktorfaktor yang mempengaruhi pembayaran dividen suatu perusahaan diantaranya
adalah Profitabilitas dan Leverage, karena bagi investor jangka panjang akan
sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang
saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk
dividen. Demikian halnya dengan leverage Semakin besar rasio ini menunjukkan
semakin besar kewajibannya, dan semakin rendah rasio ini akan menunjukkan
semakin tingginya kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.
Dengan demikian, berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas (Return on Equity), Leverage (Debt to Equity Ratio), dan Harga
Saham (Closing Price) berpengaruh signifikan terhadap Dividen Tunai.
Agar lebih jelas, kerangka konseptual penelitian digambarkan sebagai berikut:

41
Universitas Sumatera Utara

Return on Equity

Debt to Equity
Ratio

Dividen Tunai

Harga Saham

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, teori-teori yang relevan, penelitian
terdahulu serta kerangka konseptual penelitian, maka hipotesis penelitian ini
adalah:
H0: b1,b2,b3 = 0 diterima:

Jika Profitabilitas (Return on Equity), Leverage (Debt
to Equity Ratio), dan Harga Saham tidak berpengaruh
signifikan Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 20102014.

Ha:b1,b2,b3 ≠ 0 diterima:

Jika Profitabilitas (Return on Equity), Leverage (Debt
to Equity Ratio), dan Harga Saham berpengaruh
signifikan Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 20102014.

42
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2013.

0 5 18

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

2 10 116

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS, DAN LIKUIDITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Aktivitas, dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014.

0 3 15

PENGARUH PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011.

0 4 16

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 10

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 10

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 14

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Harga Saham Terhadap Dividend Tunai pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 0 16