Karakteristik pengering energi surya menggunakan Absorber Porus dengan ketebalan 12 cm - USD Repository
KARAKTERISTIK PENGERING ENERGI SURYA MENGGUNAKAN ABSORBER PORUS DENGAN KETEBALAN 12 CM Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin Diajukan oleh :
AGUSTINUS JATI PRADANA NIM : 055214022 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FALKUTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
THE CHARACTERISTIC OF PORUS ABSORBER ON SOLAR ENERGY
DRYER WITH THICK ABSORBER 12 CM
Final Project
Presented as partitial fulfilment of the requirement
to obtain the Sarjana Teknik degree
in Mechanical Engineering
by
AGUSTINUS JATI PRADANA
Student Number : 055214022
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTEMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2009
INTISARI
Pengeringan dengan energi surya yang paling umum di masyarakat diIndonesia dan negara berkembang lain adalah pengeringan biasa, atau penjemuran
dibawah sinar matahari secara langsung. Tetapi di beberapa negara atau daerah,
telah menemukan berbagai macam cara pengeringan. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan pengering energi surya kolektor plat datar. Penelitian ini
bertujuan membuat model pengering surya dengan absorber porus untuk
mengeringkan bahan dengan lebih cepat dibandingkan pengeringan biasa dan
mengetahui unjuk kerja pengering tersebut.Pengering surya dengan absorber porus ini terdiri dari kotak kolektor (100
cm x 100 cm), absorber porus dari kasa aluminium yang dicat hitam, kotak
pengering (100 cm x 50 cm), dan lubang udara dari kotak pengering (100 cm x 9
cm). Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah radiasi surya yang datang
(G ), temperatur udara masuk kolektor (temperatur kering T dan basah T ),
t1
2
temperatur udara keluar kolektor (temperatur kering T dan basah T ), dan
1
2 temperatur udara keluar pengering (temperatur kering T dan basah T ).
1
2 Variabel yang divariasi adalah : (1)Pengering dengan sudut tutup udara
masuk 45˚, 60º, dan 90˚, (2)Bahan yang dikeringkan : handuk 300gr, 550gr,dan
daun singkong 300gr, (3)Penjemuran langsung juga dilakukan untuk mendapatkan
perbedaan Hasil yang didapat adalah bahan handuk dan daun singkong menjadi keringserta selisih berat dengan penjemuran langsung cukup signifikan, efisiensi
kolektor terbesar terdapat pada pengering energi surya dengan absorber porus
aluminium ketebalan absorber 12 cm, sudut udara masuk 90˚, beban handuk
0,55kg. Dengan efisiensi sebesar 0,00063 % dan hasil untuk kelembaban relatif
terbesar untuk keluar kolektor terdapat pada pengering energi surya dengan
absorber porus aluminium ketebalan absorber 12 cm, sudut udara masuk 45°
beban handuk 0,3 kg sebesar 80% .Kata Kunci: pengering surya ,absorber porus, efisiensi kolektor, kelembaban relative, daya berguna
KATA PENGANTAR
Terimakasih kepada kebesaran Tuhan yang telah selalu setia memberikan
berkat, rahmat, dan karunia-Nya kepada penulis sehingga atas ijin-Nya, Tugas
Akhir dalam mencapai gelar sarjana pun akhirnya dapat diselesaikan. Terimakasih
pula penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan,
dorongan, fasilitas dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada: 1.Yosef Agung Cahyadi, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Budi Sugiharto, S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademik dan Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogjakarta.
3. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
4. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas kuliah, bimbingan , serta fasilitas yang diberikan selama masa kuliah.
5. Bapak B. Basuki, S.E. dan Mama MG. Susetyowening yang telah memberikan doa,dorongan, motivasi, pengertian, fasilitas, komputer dan curahan kasih sayang yang tak pernah berhenti diberikan kepada penulis.
6. Almarhum Eyang Putri Agnes Oetarmi Soecipta Rahardja yang dengan bijak memberikan nasihat yang sangat berharga kepada penulis.
7. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat, dukungan, fasilitas, pengertian dan kasih sayang dari awal kuliah hingga saat ini.
8. Seluruh teman-teman Teknik Mesin ’05 yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, serta
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, kekeliruan, dan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun demi kemajuaan yang akan datang.Yogyakarta, 7 Juli 2009 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i TITLE PAGE ii
LEMBAR PENGESAHAN iii DAFTAR DEWAN PENGUJI iv
LEMBAR PERNYATAAN v vi
INTISARI vii
KATA PENGANTAR
ix
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI
x
DAFTAR ISI
xiii DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL xiv
BAB I : PENDAHULUAN
1 1.1.
1 Latar Belakang 1.2.
2 Tujuan dan Manfaat
BAB II : DASAR TEORI
4 2.1.
4 Landasan Teori 2.2.
5 Prinsip Kerja 2.3. Tinjauan Pustaka 6 2.4.
Rumus Perhitungan 7
BAB III : METODE PENELITIAN
12 3.1.
12 Skema Alat 3.2.
13 Variabel yang Divariasikan 3.3.
13 Variabel yang Diukur
14 3.5. Pengolahan dan Analisa Data
3.4. Langkah Penelitian
4.1.6 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi daun singkong dan sudut udara masuk 45º dan 60º
62
4.3.1 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi sudut udara masuk 45º dan 60º
62
4.2.3 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 90˚ 51
4.2.2 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 60˚ 39
4.2.1 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 45˚ 27
27
4.1.7 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi daun singkong dan sudut udara masuk 60º dan 90º 25 4.2. Perhitungan Data dengan Bahan Handuk
23
21
15 BAB IV : ANALISIS DATA, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1.5 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi handuk dan sudut udara masuk 60º dan 90º
19
4.1.4 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi handuk dan sudut udara masuk 45º dan 60º
18
4.1.3 Data dengan Bahan Handuk Basah sudut udara masuk 90º
17
4.1.2 Data dengan Bahan Handuk Basah sudut udara masuk 60º
16
4.1.1 Data dengan Bahan Handuk Basah sudut udara masuk 45°
16
16 4.1. Data Penelitian
4.3. Perhitungan Data dengan Bahan Handuk
4.3.2 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi sudut udara masuk 60º dan 90º 79 4.4.
95 Perhitungan Data Bahan Daun Singkong
4.4.1 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi sudut udara masuk 45º dan 60º
95
4.4.2 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi sudut udara masuk 60º dan 90º 111
4.5 Hasil perhitungan dengan gambar grafik 127 143
BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan 143 5.2. Saran 143
144
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 45˚, kemiringan alat 30 ˚, massa beban handuk0,55 kg.
17 Tabel 4.2 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg.
19 Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 90˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk 0,55 kg.
20 Tabel 4.7 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 45˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
21 Tabel 4.8 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
22 Tabel 4.9 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 9 cm, sudut udara masuk 90˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
23 Tabel 4.10 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 45˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
24 Tabel 4.11 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban handuk basah 0,55 kg.
25 Tabel 4.12 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 90˚, kemiringan alat 30˚, massa beban Handuk basah 0,55 kg.
26
xv
Tabel 4.13 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 45˚, kemiringan alat 30˚, massa beban Handuk
basah 0,3 kg.
27
xv
Tabel 4.14 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban Handukbasah 0,55 kg.
28 Tabel 4.15 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban Handuk basah 0,55 kg.
29 Tabel 4.16 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 90˚, kemiringan alat 30˚, massa beban Handuk basah 0,55 kg.
30 Tabel 4.17 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 45˚, kemiringan alat 30˚, massa beban daun singkong 0,3 kg.
31 Tabel 4.18 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban daun singkong 0,3 kg.
33 Tabel 4.19 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60˚, kemiringan alat 30˚, massa beban daun singkong 0,3 kg.
34 Tabel 4.20 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 90˚, kemiringan alat 30˚, massa beban daun singkong 0,3 kg.
35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Alat pengering energi surya5 Gambar 2.2 Pengering Padi Energi Surya, Berdasarkan Rancangan
8 Gambar
3.1. Skema alat penelitian
13 Gambar 3.2. Skema ukuran alat penelitian
13 Gambar 4.1 Grafik efisiensi kolektor 127
Gambar 4.2 Grafik kelembaban relatif 127Gambar 4.3 Grafik efisiensi kolektor 128Gambar 4.4 Grafik kelembaban relatif 128Gambar 4.5 Grafik efisiensi kolektor 129Gambar 4.6 Grafik kelembaban relatif 129Gambar 4.7 Grafik efisiensi kolektor 130Gambar 4.8 Grafik kelembaban relatif 130Gambar 4.9 Grafik efisiensi kolektor 131Gambar 4.10 Grafik kelembaban relatif 131Gambar 4.11 Grafik efisiensi kolektor 132Gambar 4.21 Grafik efisiensi kolektor 137Gambar 4.27. Grafik perbandingan berat bahan 139Gambar 4.26. Grafik perbandingan berat bahan 139Gambar 4.25. Grafik perbandingan berat bahan 139Gambar 4.24. Grafik perbandingan berat bahan 138Gambar 4.23. Grafik perbandingan berat bahan 138Gambar 4.22 Grafik kelembaban relatif 137Gambar 4.20 Grafik kelembaban relatif 136Gambar 4.12 Grafik kelembaban relatif 132Gambar 4.19 Grafik efisiensi kolektor 136Gambar 4.18 Grafik kelembaban relatif 135Gambar 4.17 Grafik efisiensi kolektor 135Gambar 4.16 Grafik kelembaban relatif 134Gambar 4.15 Grafik efisiensi kolektor 134Gambar 4.14 Grafik kelembaban relatif 133Gambar 4.13 Grafik Efisiensi Kolektor 133
xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara Indonesia terkenal dengan hasil pertaniannya. Berbagai macam sayuran,buah-buahan, dan rempah-rempah melimpah di berbagai daerah. Kemudian muncul sebuah gagasan bagaimana hasil pertanian menjadi tahan lama dan dapat digunakan sewaktu-waktu, tanpa harus menunggu musim panen datang. Akhirnya, salah satu cara yang digunakan adalah dengan dikeringkan. Banyak daerah di Indonesia secara umum mengeringkan hasil pertaniannya dengan penjemuran langsung. Tetapi cara tersebut memiliki beberapa kelemahan, di antaranya: dapat merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara langsung memerlukan waktu yang lama, dapat memakan waktu berhari-hari, padahal kebutuhan akan hasil panen selalu besar dan harus segera terpenuhi. Oleh karena itu, manusia mencari solusi untuk dapat membantu proses pengeringan hasil pertanian secara cepat dan tetap menjaga kualitas hasil panen. Cara pengeringan yang dimaksud adalah dengan menggunakan alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau energi listrik. Akan tetapi cara pengeringan ini mengalami kendala, tidak semua daerah di Indonesia mempunyai jaringan listrik dan belum memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak sulit didapat. Apalagi sekarang harga bahan bakar minyak naik-turun, sehingga menyebabkan biaya proses pengeringan menjadi labil dan harga jual hasil pertanian cenderung tinggi.
Pengering adalah sebuah alat yang digunakan untuk menurunkan kelembaban udara dengan cara memanfaatkan energi surya, yang berfungsi memanaskan kolektor sehingga udara yang melewati kolektor menjadi panas. Aliran udara panas yang mengalir digunakan untuk menurunkan kelembaban bahan yang akan dikeringkan, dengan cara menguapkan kandungan air dari bahan tersebut.
Energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah di Indonesia karena Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis. Oleh sebab itu, energi surya dapat bermanfaat untuk mengurangi dan bahkan menggantikan penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil pertanian. Alat pengering dengan pemanfaatan energi surya umumnya menggunakan absorber jenis pelat dari bahan tembaga atau alumunium. Kendala yang muncul ketika menggunakan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya, yang lebih mahal dan teknologi pembuatan alat pengering yang sulit dan rumit, jika dibandingkan dengan alat pengering yang menggunakan absorber jenis porus.
Penelitian yang dilakukan menggunakan bahan handuk dan daun singkong. Khusus untuk daun singkong mempunyai beberapa tujuan, yaitu; dijadikan serbuk, mencegah tempat tumbuhnya mikroorganisme karena air merupakan sarana tempat untuk bertumbuh. Daun singkong dibuat serbuk dengan tujuan memudahkan pengambilan kandungan-kandungan kimia yang terkandung, untuk diambil bahan yang berpotensi menjadi obat (ekstrak). Obat yang biasa dibuat dengan daun singkong adalah obat penambah nafsu makan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai yaitu : a.
Membuat model pengering dengan absorber porus kasa aluminium.
b.
Untuk mengetahui unjuk kerja alat pengering energi surya dengan absorber porus yang dinyatakan dalam efisiensi kolektor dan kelembaban relatif.
Manfaat yang di dapat yaitu : 1.
Menambah kepustakaan teknologi khususnya pengeringan menggunakan energi surya.
2. Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pembuatan prototipe alat pengering dengan energi surya yang dapat membantu masyarakat dalam krisis energi dewasa ini. Antara lain, memberikan solusi pengeringan hasil pertanian bagi masyarakat yang belum terjangkau oleh listrik, mengurangi biaya produksi, dan memberikan solusi bahwa energi surya adalah energi yang terbarukan untuk mengurangi penggunaan minyak bumi yang terbatas jumlahnya.
BAB II
DASAR TEORI 2. 1 Landasan TeoriPengering energi surya menggunakan absorber porus pada umunya terdiri dari 3 bagian utama, yaitu : kotak kolektor, absorber yang berbentuk porus, misalnya kasa aluminium dan plastik sebagai penutup. Bagian pertama alat pengering adalah lubang udara masuk yang berfungsi untuk masuknya udara sekitar ke dalam kolektor secara alami. Bagian kedua adalah absorber yang berfungsi untuk memanaskan udara yang masuk ke kolektor. Absorber yang digunakan adalah jenis absorber porus dengan bahan alumunium, absorber dicat warna hitam dengan tujuan memaksimalkan penyerapan energi surya. Absorber berfungsi untuk menyerap energi surya yang berupa energi panas, yang kemudian digunakan untuk memanaskan udara yang mengalir dari luar ke dalam alat pengering secara alami.
Perpindahan panas dari absorber ke udara tersebut terjadi secara konveksi. Udara yang sudah dipanaskan oleh absorber akan mengalir melewati rak pengering yang digunakan untuk meletakan bahan yang akan dikeringkan, kemudian udara yang bersifat panas dan kering menembus bahan yang akan dikeringkan. Pada saat udara panas ini menembus bahan yang dikeringkan terjadilah perpindahan panas yang menguapkan air dari bahan yang dikeringkan ke udara, proses ini disebut proses pengeringan. Bagian terakhir dari pengering hasil pertanian ini adalah lubang pembuangan uap atau lubang udara basah, dimana berfungsi untuk membuang udara yang membawa uap air ke lingkungan sekitar di luar alat pengering. Konstruksi pengering hasil pertanian yang umum dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. Alat pengering energi surya2. 2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari pengering yaitu energi surya yang datang akan diterima dan dikonversikan menjadi panas oleh absorber didalam kolektor. Selanjutnya absorber ini berfungsi memanasi udara luar yang mengalir lewat lubang udara masuk. Udara yang panas mempunyai massa jenis yang lebih kecil dari pada udara dingin. Karena adanya perbedaan massa jenis ini udara dapat mengalir keatas secara alami dan mengeringkan bahan yang dikeringkan. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai proses pengeringan selesai
2.3 Tinjauan Pustaka
Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan dan pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam.
Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional) sering menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau binatang lain.
Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah dapat membahayakan kesehatan. Kunci dari pengeringan bahan makanan adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang tidak merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang berlebih pada bagian permukaan. Kelemahan utama dari pengering energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan udara yang dipanasi, sehingga menyebabkan efisiensi kolektor yang rendah. Beberapa modifikasi telah banyak diusulkan meliputi penggunaan sirip, penggunaan absorber dengan permukaan kasar, dan penggunaan absorber porus.
Penelitian dengan metode simulasi untuk mengetahui efisiensi tahunan pengering energi surya dengan absorber jenis porus di India menghasilkan nilai yang sesuai dengan penelitian secara eksperimen. Eksperimen dengan absorber porus menggunakan kasa alumunium dengan permukaan reflektif dibagian bawahnya menghasilkan efisiensi yang hampir sama dengan enam lembar bilah baja yang dicat hitam tetapi absorber porus memiliki keunggulan dalam kemudahan pembuatannya.
2. 4 Rumus Perhitungan 1. Perbedaan Tekanan
Perbedaan tekanan ditimbulkan karena adanya perbedaan massa jenis antara udara didalam dan diluar pengering, dan dapat dinyatakan dengan persamaan: ∆p =
( )
[ ]
) g h h ( 2 2 1 1
ρ ρ ρ ρ − + − (1) dengan : ∆p
: penurunan tekanan (Pa) h 1 : jarak antara lapisan bawah handuk dengan lubang udara masuk (m) h 2 : jarak antara lapisan atas handuk dengan lubang udara keluar (m) ρ
: massa jenis udara lingkunga sekitar (kg/m 3 ) 1 ρ
: massa jenis udara setelah melewati kolektor (kg/m 3 ) 2 ρ : massa jenis udara setelah melewati lapisan padi (kg/m 3 ) g : 9,81 m/detik 2 2.
Kalor yang Diperlukan untuk Mengeluarkan Uap Air
Kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air dinyatakan dengan persamaan: Q = massa air yang keluar x fg
h (3)
dengan : Q : kalor yang diperlukan untuk mengeluarkan uap air (Mj / kg) fg
h : entalpi uap jenuh (kj/kg) h
2 G T Bahan yang dikeringkan
Aliran udara keluar Plastik transparan
h
1 Aliran udara masuk Gambar 2.2 Pengering Padi Energi Surya, Berdasarkan Rancangan.
David Kennedy Leaf for Life , USA Q ).
3. Daya Berguna ( u
Jumlah energi yang terpakai untuk memanasi udara di absorber (jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut dengan energi berguna dan dapat dinyatakan dengan persamaan:
m . C .( T − T ) P i Q = u
(4)
t
∆ dengan: m : laju massa aliran udara dalam kolektor (kg/detik)
O C : panas spesifik udara (J/(kg.
C)
P O
T O : temperatur udara keluar kolektor (
C)
O
T : temperatur udara masuk kolektor (
C)
i ∆ t : waktu pengambilan data (detik)
m = ρ ⋅ V (5)
dengan:
3
ρ : massa jenis udara (kg/m )
3 V : volume aliran udara kolektor (m ) 4.
Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang diberikan. Sedangkan untuk efisiensi kolektor ( η C ) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi berguna dengan total energi surya yang datang ke kolektor, dan dapat dinyatakan dengan persamaan:
Q U
(6) η = c
I A c
dengan: Q U : energi berguna ( W)
2 I : intensitas energi surya yang datang (W/m )
2 A C : luas kolektor surya (m )
5. ω ) Kelembaban Spesifik ( 2 Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan
volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik, dan dapat dinyatakan dalam persamaan:
. 622 P g 2
ω = 2 (7)
P P 2 g − 2
P = 101,325 kpa (1atm)
2 Kelembaban Spesifik ( ω 1 ) dengan menggunakan rumus:
ω p 2 1 + C ( T − T ) h 2 fg 2
ω 1 =
(8)
h − h g 1 f 2 o
Dengan: C p = 1.005 (Kj/kg
C)
o
T keluar kolektor = Suhu basah(
C) T masuk kolektor = Suhu kering(
˚C) H = Hfg basah
fg2
H g1 = Hfg kering H f2 = Hf basa
6. φ ) Kelembaban relatif ( 1 Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai kemampuan udara untuk
menerima kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap air, dan dapat dinyatakan dengan persamaan:
P
ω 1 2 φ =
(9) 1 + ( . 622 )
ω P 1 g 1 Dengan: φ = Kelembaban relatif 1 P
2 = 101,325 kpa (1atm)
ω = Kelembaban Spesifik (Kg H 1
2 O/Kg dry air)
7. Penurunan berat (penyusutan berat) ( ∆W) dengan rumus :
awal – W akhir (10)
∆W = W Dengan:
∆W = penyusutan berat (gram) W = berat awal ditimbang (gram)
awal
W akhir = berat akhir setelah ditimbang (gram) 8.
Persentase berat yang dihasilkan (%W) :
( W - W ) awal akhir % W =
X 100 % (11)
W awal Keterangan :
W awal = berat awal ditimbang (kg) W akhir = berat akhir setelah ditimbang (kg) % W = Persentase berat (%W)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Skema Alat
Alat pengering dengan menggunakan absorber porus pada umunya terdiri dari 3 bagian utama yaitu : a.
Pada penelitian ini dibuat sebuah model pengering dengan tenaga surya dengan panjang 150 cm, lebar 100 cm, tebal 20 cm.
b.
Kotak kolektor, dengan ukuran 100 cm x 100 cm yang terdiri dari absorber porus dan plastik transparan, serta lubang udara masuk dengan ukuran 100 cm x 9 cm.
c.
Kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 50 cm, rak pengering untuk meletakan bahan yang dikeringkan dengan ukuran 100 cm x 50 cm.
d.
Lubang udara keluar dari kotak pengering dengan ukuran 100 cm x 9 cm.
e.
Jenis absorber : jenis kasa aluminium dicat hitam.
f.
Kedalaman absorber : 12 cm g.
Variabel yang dapat mempengaruhi efisiensi pengeringan pada alat pengering energi surya dengan bahan absorber jenis porus adalah jenis material, ukuran keporusan, ketebalan porus dan posisi bahan absorber. Skema alat pengering hasil pertanian dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 3.1. Skema alat penelitianGambar 3.2. Skema ukuran alat penelitianPlastik
12
3.2 Variabel yang Divariasikan 1.
T
3. Pengambilan data dilakukan setiap 10 menit selama kurang lebih 2 jam.
2. Pengambilan data dilakukan dengan mevariasikan sudut tutup udara masuk (45º,60º, dan 90º).
Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti pada gambar 3.1.
3.5 Langkah Penelitian 1.
2 = temperatur basah
T
1 = temperatur kering
T
= temperatur basah 4. Temperatur udara keluar pengering
2
Pengering dengan sudut tutup udara masuk 45˚, 60º, dan 90˚.
2. Bahan yang dikeringkan : handuk 300gr, 550gr,dan daun singkong 300gr.
Temperatur udara keluar kolektor T
2 = temperatur basah 3.
T
1 = temperatur kering
T
) 2. Temperatur udara masuk kolektor
2
Radiasi dari energi surya yang datang (W/m
3.3 Variabel yang Diukur 1.
3. Penjemuran langsung juga dilakukan untuk mendapatkan perbedaan
1 = temperatur kering
4. Data yang dicatat adalah temperatur udara masuk kolektor (temperatur basah dan kering), temperatur udara setelah kolektor (temperatur basah dan kering), temperatur udara setelah kotak beban (temperatur basah dan kering).
5. Sebelum melanjutkan pengambilan data untuk varisi berikutnya kondisi alat pengering harus didiamkan agar kembali ke kondisi awal.
6. Posisi absorber porus harus terkena sinar matahari secara langsung.
7. Penelitian dilakukan saat matahari bersinar terang atau pada waktu pagi hingga sore hari.
3.6 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan (11). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik hubungan efisiensi kolektor dengan waktu. Efisiensi pengeringan pada dasarnya adalah perbandingan antara energi yang terpakai untuk pengeringan dengan energi surya yang datang. Besar energi yang terpakai ditentukan oleh temperatur dan tekanan udara yang berfungsi mengeringkan bahan, setelah melewati absorber. Semakin tinggi temperatur dan tekanan udara yang dihasilkan oleh alat pengering untuk mengeringkan bahan yang akan dikeringkan, maka semakin besar pula energi yang terpakai dari energi surya yang datang. Akibatnya, efisiensi pengeringan menjadi besar, untuk itu temperatur dan tekanan udara setelah melewati bahan absorber harus dimaksimalkan setinggi mungkin yang sesuai dengan sifat bahan yang dikeringkan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian Kita akan mengetahui data yang telah diambil dengan variasi yang berbeda.
Pengambilan data tiap variasi hanya dilakukan sekali saja. Bahan yang di keringkan adalah handuk basah dan daun singkong. Tempat pengambilan data di lakukan di lingkungan Universitas Sanata Dharma.
4.1.1 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 45 ˚, Beban Handuk 0,55 kg. Tanggal : 06 Desember 2008 Jam : 10.30 - 11.50 WIB Massa handuk awal (W ) : 0.55 kg 1 Ketebalan handuk : 0,01 m
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 45˚, massa beban handuk 0,55 kg Suhu masuk Suhu keluar Suhu setelah
C C C T
Waktu kolektor, kolektor, beban, G ˚ ˚ ˚ 2 No
(menit) Kering Basah Kering Basah Kering Basah (W/m )
1 10
26.7
24.6
40.2
22.8 35.1 25.9 196
2 20
27.0
23.3
46.5
22.1 41.0 28.3 601
3 30
26.3
22.4
55.6
18.9 42.6 24.9 822
4 40
26.6
23.2
43.7
24.3 35.9 24.1 641
5 50
26.7
24.0
50.6
21.9 38.8 23.4 157
Tabel 4.1 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 4525.0 44.9 28.8 438
9 90
28.2
23.7
54.2
21.9 42.4 25.2 795
10 100
29.3
24.6
49.4
11 110
43.8
30.1
25.2
50.0
25.2 45.1 29.5 524
Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0.325 kg Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan (
∆W) = 0,225 kg
4.1.2 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 60 ˚, Beban Handuk 0,55 kg. Tanggal : 19 Maret 2009
Jam : 13.00 -
14.50 WIB Massa handuk awal (W 1 ) : 0,55 kg
25.4 36.1 22.4 485
23.6
˚, massa beban handuk 0,55 kg (lanjutan) No
T (W/m 2 ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah
Waktu
(menit)
Suhu masuk kolektor, ˚
C
Suhu keluar kolektor, ˚
C
Suhu setelah beban, ˚
C
G
6 60
27.7
28.1
24.6
39.9
27.2 33.7 22.4 946
7 70
27.2
24.8
36.2
26.9 29.6 21.4 89
8 80
Ketebalan handuk : 0,01 m Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 60
64.5
63.0
15.0
22.0
9 90
25.9 773
54.2
21.9
17.9
50.6
23.6
8 80
55.4 32.3 881
22.6
68.2
22.5
28.8
7 70
20.3
24.5 729
23.0
33.0
Jam : 11.00-12.00 WIB Massa handuk awal (W 1 ) : 0,55 kg
Tanggal : 19 Maret 2009
˚, Beban Handuk 0,55 kg
4.1.3 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 90
∆W) = 0,250 kg
Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,300 kg Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan (
49.2 32.9 555
69.8
10 100
32.0
37.3
11 110
53.1 27.2 720
26.0
65.1
22.8
29.2
56.7 31.2 907
66.3
˚, massa beban handuk 0,55 kg.
24.3
52.1 30.8 869
22.9
63.5
23.1
27.4
2 20
39.7 28.3 111
49.5
27.6
20.9
25.2
1 10
T (W/m 2 ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah
Suhu setelah beban, ˚ C G
Suhu masuk kolektor, ˚ C Suhu keluar kolektor, ˚ C
(menit)
No Waktu
3 30
21.3
21.6
5 50
28.3
6 60
56.7 28.3 920
25.0
68.8
20.7
28.4
30.1 915
69.0
57.6
24.0
70.4
21.3
27.6
4 40
56.2 31.1 905
20.5
Ketebalan handuk : 0,01m Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 9067
9 90
81
32.5 34.7 27.0
36.9
24.2
29.1
8 80
34.6 28.6
20.0
33.5
37.3
24.6
28.5
7 70
47.8 42.5 30.0 601
48.5
24.3
55.9
25.7
45.7
46.0 28.6
26.5
49.1
23.0
28.4
12 120
28.0 42.1 27.1 835
23.3
30.1 46.2 29.3 455
28.6
11 110
47
27.1 35.0 26.4
41.9
21.8
26.6
10 100
20.8
6 60
˚, massa beban handuk 0,55 kg.
Suhu masuk kolektor, ˚ C Suhu keluar kolektor, ˚ C
25.9 42.3 28.5 503
45.5
19.5
22.1
1 10
T (W/m 2 ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah
Suhu setelah beban, ˚ C G
(menit)
21.0
Waktu
Jam : 10.00-12.00 WIB No
Tanggal : 29 April 2009
˚, Beban Handuk basah 0,3 kg
4.1.4.1 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 45
4.1.4 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi handuk basah dan sudut udara masuk 45º dan 60º
∆W) = 0,275 kg
Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,275 kg Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan (
2 20
17.8
27.6 45.6 30.2 499
21.6
55.5
19.8
23.7
5 50
25.3 48.0 31.2 614
56.2
18.6
4 40
53.6
25.8 43.9 29.3 537
51.9
20.0
23.5
3 30
396
45.2 29.5
24.1
816 Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 4532.8
46.6 27.85 33.2 920
68.8
29.9
31.2
8 80
45.5 20.34 30.1 892
50.6
34.0
33.0
7 70
822
17.86 29.3
48.4
70.2
30.9
35.0
9 90
31.7
42.8 21.06 31.2 893
70.8
62.3
38.0
35.0
12 120
965
29.95 31.7
54.2
34.0
68.4
36.9
11 110
53.9 25.99 30.9 938
73.0
36.4
37.7
10 100
50.3 43.31 39.0 942
6 60
58.8
˚, massa beban Handuk basah 0,3 kg.
Suhu masuk kolektor, ˚ C Suhu keluar kolektor, ˚ C
35.5
59.0
24.0
30.7
1 10
T (W/m 2 ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah
Suhu setelah beban, ˚ C G
(menit)
638
Waktu
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut : No
Jam : 10.00-12.00 WIB Massa handuk awal (W 1 ) : 0,55 kg
Tanggal : 29 April 2009
˚, Beban Handuk basah 0,55 kg
4.1.4.2 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 60
∆W) = 0,150 kg
Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,150 kg Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan (
21.67 30.8
2 20
30.0
36.9 9.89 26.3 100
34.7
5 50
40.6 18.52 29.5 861
65.0
25.8
36.7
4 40
39.8
28.8
31.3
31.9
3 30
835
19.30 29.2
38.0
58.6
25.0
57.6 18.41 31.8 171
Tabel 4.5 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 6061.0
9 90
30.1 55.6 22.6 920
61.7
17.0
16.2
8 80
28.4 54.8 26.4 892
17.0
18.3
16.6
7 70
30.4 55.4 25.1 822
58.1
15.9
16.5
6 60
17.2
62.3
53.6 25.1
20.8
42.2
18.2
24.5
12 120
32.0 55.0 22.0 965
62.5
17.5
11 110
32.7
28.9 54.2 21.3 938
61.5
22.9
24.4
10 100
942
54.5 20.7
893
29.3
˚, massa beban Handuk basah 0,55 kg.
(menit)
52.3
22.5
25.6
1 10
T (W/m 2 ) Kering Basah Kering Basah Kering Basah
Suhu setelah beban, ˚ C G
Suhu masuk kolektor, ˚ C Suhu keluar kolektor, ˚ C
Waktu
2 20
Jam : 09.30-11.30 WIB No
Tanggal : 30 April 2009
˚, Kemiringan alat 30˚, Beban Handuk basah 0,55 kg
4.1.5.1 Pengering Energi Surya Dengan Absorber Porus Aluminium Ketebalan Absorber 12 cm, Sudut Udara Masuk 60
4.1.5 Perbandingan kedalaman absorber 12 cm dengan variasi handuk basah dan sudut udara masuk 45º dan 60º
∆W) = 0,190 kg
Massa handuk sesudah dikeringkan ( W 2 ) = 0,110 kg Selisih berat handuk sebelum dan setelah dikeringkan (
24.0 48.0 23.5 638
20.6
57.1
18.7
16.5
17.5
5 50
861
51.2 24.0
26.2
56.0
19.2
18.5
4 40
29.8 35.5 23.2 100
36.7
24.3
26.8
3 30
25.3 48.6 23.0 835
53.4
32.2 41.6 22.3 171 Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Data absorber porus aluminium dicat hitam tebal 12 cm, sudut udara masuk 6031.7 60.6 32.4 874
9 90
30.0 62.9 33.0 925
67.2
20.6
22.3
8 80
63.8
19.9
22.2
24.5
7 70
30.8 58.9 33.1 853
64.1
21.9
24.2
21.2
66.0
29.5 61.1 32.7 891
23.2
65.7
20.6
21.8
12 120
31.8 64.9 32.9 932
65.6
21.7
11 110
31.6
31.0 58.9 31.2 955
67.1
19.8